You are on page 1of 14

Dampak Penyalahgunaan Narkoba

Dampak Penyalahgunaan Narkoba


Akhir-akhir ini telah terjadi penyalahgunaan narkoba. Banyak narkoba beredar di pasaran,
misalnya ganja, sabu-sabu, ekstasi, dan pil koplo. Penyalahgunaan obat jenis narkoba sangat
berbahaya karena dapat mempengaruhi susunan syaraf, mengakibatkan ketagihan, dan
ketergantungan, karena mempengaruhi susunan syaraf. Narkoba menimbulkan perubahan
perilaku, perasaan, persepsi,dan kesadaran.
Pemakaian narkoba secara umum dan juga psikotropika yang tidak sesuai dengan aturan dapat
menimbulkan efek yang membahayakan tubuh.
Berdasar efek yang ditimbulkan dari penyalahgunaan narkoba dibedakan menjadi 3,
yaitu:
Depresan, yaitu menekan sistem sistem syaraf pusat dan mengurangi aktifitas fungsional tubuh
sehingga pemakai merasa tenang, bahkan bisa membuat pemakai tidur dan tak sadarkan diri. Bila
kelebihan dosis bisa mengakibatkan kematian. Jenis narkoba depresan antara lain opioda, dan
berbagai turunannya seperti morphin dan heroin. Contoh yang populer sekarang adalah Putaw.
Stimulan, merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan serta kesadaran. Jenis
stimulan: Kafein, Kokain, Amphetamin. Contoh yang sekarang sering dipakai adalah Shabushabu dan Ekstasi.
Halusinogen, efek utamanya adalah mengubah daya persepsi atau mengakibatkan halusinasi.
Halusinogen kebanyakan berasal dari tanaman seperti mescaline dari kaktus dan psilocybin dari
jamur-jamuran. Selain itu ada jugayang diramu di laboratorium seperti LSD. Yang paling banyak
dipakai adalah marijuana atau ganja.
Dampak penyalahgunaan Narkoba
Bila narkoba digunakan secara terus menerus atau melebihi takaran yang telah ditentukan akan
mengakibatkan ketergantungan. Kecanduan inilah yang akan mengakibatkan gangguan fisik dan
psikologis, karena terjadinya kerusakan pada sistem syaraf pusat (SSP) dan organ-organ tubuh
seperti jantung, paru-paru, hati dan ginjal.
Dampak penyalahgunaan narkoba pada seseorang sangat tergantung pada jenis narkoba yang
dipakai, kepribadian pemakai dan situasi atau kondisi pemakai. Secara umum, dampak
kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik, psikis maupun sosial seseorang.

1) Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap fisik


Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang, halusinasi, gangguan
kesadaran, kerusakan syaraf tepi
Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti: infeksi akut otot jantung,
gangguan peredaran darah
Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: penanahan (abses), alergi, eksim
Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi pernapasan, kesukaran bernafas,
pengerasan jaringan paru-paru
Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh meningkat, pengecilan
hati dan sulit tidur
Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan padaendokrin,
seperti: penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), serta gangguan
fungsi seksual
Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara
lain perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid)
Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik secara
bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat
ini belum ada obatnya
Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi over dosis yaitu konsumsi narkoba
melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan kematian
2) Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap psikis
Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah
Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga
Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal
Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan
Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri
3) Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap lingkungan sosial
Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan

Merepotkan dan menjadi beban keluarga


Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram
Dampak fisik, psikis dan sosial berhubungan erat. Ketergantungan fisik akan mengakibatkan rasa
sakit yang luar biasa (sakaw) bila terjadi putus obat (tidak mengkonsumsi obat pada waktunya)
dan dorongan psikologis berupa keinginan sangat kuat untuk mengkonsumsi (bahasa gaulnya
sugest). Gejata fisik dan psikologis ini juga berkaitan dengan gejala sosial seperti dorongan
untuk membohongi orang tua, mencuri, pemarah, manipulatif, dll.

Hukuman bagi pengedar dan pengguna narkoba


MENANAM,MEMELIHARA,MEMILIKI,MENYIMPAN,MENGUASAI ATAU
MENYEDIAKAN NARKOTIKA GOLONGAN I DALAM BENTUK TANAMAN
( contoh:ganja)
Pasal 111 (1) :Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum
menanam,memelihara,memiliki,menyimpan,menguasai atau menyediakan narkotika golongan I
dalam bentuk tanaman dipidana penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 12 tahun dan
denda paling sedikit Rp 800 juta rupiah dan paling banyak Rp 8 miliar rupiah.
Pasal 111 (2) : Dalam hal perbuatan menanam,memelihara,menyimpan,menguasai,atau
menyediakan narkotika golongan I dalam bentuk tanaman sebagaimana dimaksud dalam ayat(1)
beratnya melebihi 1 kilogram atau melebihi 5 batang pohon ,pelaku dipidana penjara paling
singkat 5 tahun dan paling lama 20 tahun dan pidana denda paling banyak Rp 8 miliar rupiah
ditambah 1/3

MEMILIKI,MENYIMPAN,MENGUASAI, ATAU MENYEDIAKAN NARKOTIKA BUKAN


TANAMAN(contoh:sabu,ekstacy)

Pasal 112 ayat(1): Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum
memiliki,menyimpan,menguasai atau menyediakan narkotika bukan tanaman dipidana penjara
paling singkat 4 tahun dan paling lama 12 tahun dan denda paling sedikit Rp 800 juta rupiah dan
paling banyak Rp 8 miliar rupiah
Pasal 117 ayat (1) : setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum
memiliki,menyimpan,menguasai atau menyediakan narkotika golongan II dipidana penjara
paling singkat 3 tahun dan paling lama 10 tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 600 juta
rupiah dan paling banyak Rp 5 miliar rupiah.

Pasal 122 ayat (1): setiap orang yang tanpa hak dan melawan hukum
memiliki,menyimpan,menguasai atau menyediakan narkotika golongan III dipidana penjara
paling singkat 2 tahun dan paling lama 7 tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 400 juta
rupiah dan paling banyak Rp 3 miliar rupiah

MEMILIKI,MENYIMPAN,MENGUASAI ATAU MENYEDIAKAN NARKOTIKA BUKAN


TANAMAN LEBIH DARI 5 GRAM

Pasal 112 ayat (2) : Dalam hal perbuatan memiliki,menyimpan,menguasai atau menyediakan
narkotika golongan I bukan tanaman lebih dari 5 gram pelaku dipidana penjara paling singkat 5
tahun, dan paling lama 20 tahun dan pidana denda paling banyak Rp 8 miliar rupiah ditambah
1/3
Pasal 117 ayat(2) : Dalam hal perbuatan memiliki,menyimpan ,menguasai atau menyediakan
narkotika golongan II yang beratnya melebihi 5 gram ,pelaku dipidana penjara paling singkat 5
tahun dan paling lama 15 tahun dan pidana denda paling banyak Rp 5 miliar rupiah ditambah 1/3
Pasal 122 ayat(2) :Dalam hal perbuatan memiliki,menyimpan,menguasai atau menyediakan
narkotika golongan III beratnya melebihi 5 gram ,pelaku dipidana penjara paling singkat 3 tahun
dan paling lama 10 tahun dan pidana dengan paling banyak Rp 3 miliar ditambah 1/3

MEMPRODUKSI,MENGIMPOR,MENGEKSPOR ATAU MENYALURKAN NARKOTIKA

Pasal 113 ayat(1) :Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum
memproduksi,mengimpor,mengekspor,atau menyalurkan narkotika golongan I dipidana penjara
paling singkat 5 tahun dan paling lama 15 tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 1 miliar
rupiah dan paling banyak Rp 10 miliar rupiah.
Pasal 118 ayat (1) : Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum
memproduksi,mengimpor,mengekspor atau menyalurkan narkotika golongan II dipidana penjara
paling singkat 4 tahun dan paling lama 12 tahun,dan denda paling sedikit Rp 800 juta rupiah dan
paling banyak Rp 8 miliar rupiah
Pasal 123 ayat(1):Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum
memproduksi,mengimpor,mengekspor atau menyalurkan narkotika golongan III dipidana penjara
paling singkat 3 tahun dan paling lama 10 tahun dan denda paling sedikit Rp 600 juta rupiah dan
paling banyak Rp 5 miliar rupiah

MEMPRODUKSI,MENGIMPOR,MENGEKSPOR,ATAU MENYALURKAN NARKOTIKA


DALAM BENTUK TANAMAN LEBIH DARI 1 KILOGRAM/5 BATANG POHON ATAU
BUKAN TANAMAN LEBIH DARI 5 GRAM

Pasal 113 AYAT (2) : Dalam hal perbuatan memproduksi,mengimpor,mengekspor atau


menyalurkan narkotika golongan I sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam bentuk tanaman
beratnya lebih dari 1 kilogram atau 5 batang pohon, atau dalam bentuk bukan tanaman berat
lebih dari 5 gram pelaku dipidana mati,penjara seumur hidup,paling singkat 5 tahun,paling lama
20 tahun,dan denda maksimum 10 miliar ditambah 1/3
Pasal 118 ayat(2): Dalam hal perbuatan memproduksi,mengimpor,mengekspor atau menyalurkan
narkotika golongan II sebagaimana dimaksud pada ayat(1) beratnya lebih dari 5 gram ,pelaku
dipidana mati,penjara seumur hidup,penjara paling singkat 5 tahun,paling lama 20 tahun, dan
denda paling banyak Rp 8 miliar ditambah 1/3
Pasal 123 ayat(2) : dalam hal perbuatan memproduksi,mengimpor,mengekspor,atau menyalurkan
narkotika golongan III sebagaimana dimaksud pada ayat(1) beratnya lebih dari 5 gram pelaku
dipidana penjara paling singkat 5 tahun,paling lama 15 tahun, dan denda paling banyak Rp 5
miliar rupiah ditambah 1/3

MENAWARKAN UNTUK DIJUAL,MENJUAL,MEMBELI,MENERIMA,MENJADI


PERANTARA DALAM JUAL BELI, ATAU MENYERAHKAN

Pasal 114 ayat (1) : Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk
dijual,menjual,membeli,menerima,menjadi perantara dalam jual beli,menukar atau menyerahkan
narkotika golongan I ,pelaku dipidana penjara seumur hidup,penjara paling singkat 5
tahun,paling lama 20 tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 1 miliar rupiah dan paling banyak
Rp 10 miliar rupiah.
Pasal 119 ayat(1) : Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk
dijual,menjual,membeli,menerima,menjadi perantara dalam jual beli,menukar atau menyerahkan
narkotika golongan II,pelaku dipidana penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 12
tahun,dan pidana denda paling sedikit Rp 800 juta rupiah dan paling banyak Rp 8 miliar rupiah.
Pasal 124 ayat (1) :Setiap orang yang tanpa hak dan melawan hukum menawarkan untuk
dijual,menjual,membeli,menerima,menjadi perantara dalam jual beli atau menyerahkan narkotika

golongan III pelaku dipidana penjara paling singkat 3 tahun dan paling lama 10 tahun,dan pidana
denda paling sedikit Rp 600 juta rupiah dan paling banyak Rp 5 miliar rupiah.

MENAWARKAN UNTUK DIJUAL,MENJUAL,MEMBELI,MENERIMA,MENJADI


PERANTARA DALAM JUAL BELI ATAU MENYERAHKAN

Pasal 114 ayat (2) : dalam hal perbuatan menawarkan untuk


dijual,menjual,membeli,menerima,menjadi perantara dalam jual beli atau menyerahkan narkotika
golongan I sebagaimana dimaksud pada ayat(1) yang dalam bentuk tanaman beratnya lebih dari
1 kilogram atau 5 batang pohon,atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya lebih dari 5 gram
pelaku dipidana mati,penjara seumur hidup,paling singkat 6 tahun,paling lama 20 tahun dan
denda paling banyak Rp 10 miliar ditambah 1/3
Pasal 119 ayat (2) : Dalam hal perbuatan menawarkan untuk
dijual,menjual,membeli,menerima,menjadi perantara dalam jual beli atau menyerahkan narkotika
golongan II sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beratnya lebih dari 5 gram dipidana
mati,penjara seumur hidup,penjara paling singkat 5 tahun,paling lama 20 tahun, dan denda paling
banyak Rp 8 miliar ditambah 1/3
Pasal 124 ayat(2) :dalam hal perbuatan menawarkan untuk
dijual,menjual,membeli,menerima,menjadi perantara dalam jual beli atau menyerahkan narkotika
golongan III sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beratnya lebih dari 5 gram pelaku dipidana
penjara paling singkat 5 tahun dan paling lama 15 tahun, dan denda paling banyak Rp 5 miliar
ditambah 1/3

MEMBAWA,MENGIRIM,MENGANGKUT ATAU MENTRANSITO

Pasal 115 ayat (1) : setiap orang yang tanpa hak dan melawan hukum
membawa,mengirim,mengangkut atau mentransito narkotika golongan I dipidana penjara paling
singkat 4 tahun dan paling lama 12 tahun dan denda paling sedikit Rp 800 juta rupiah dan paling
banyak Rp 8 miliar rupiah.
Pasal 120 ayat (1) : Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum
membawa,mengirim,mengangkut atau mentransito narkotika golongan II dipidana penjara paling
singkat 3 tahun,paling lama 10 tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 600 juta rupiah dan
paling banyak Rp 5 miliar rupiah

Pasal 125 ayat (1) : Setiap orang yang tanpa hak dan melawan hukum
membawa,mengirim,mengangkut atau mentransito narkotika golongan III dipidana penjara
paling singkat 2 tahun ,paling lama 7 tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 400 juta rupiah
dan paling banyak Rp 3 miliar rupiah.

MEMBAWA,MENGIRIM,MENGANGKUT ATAU MENTRANSITO NARKOTIKA


GOLONGAN I DALAM BENTUK TANAMAN LEBIH DARI 1 KILOGRAM ATAU 5
BATANG POHON ATAU DALAM BENTUK BUKAN TANAMAN BERATNYA LEBIH
DARI 5 GRAM

Pasal 115 ayat(2): dalam hal perbuatan membawa,mengirim,mengangkut,atau menransito


narkotika golongan I sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) beratnya lebih dari 1 kilogram atau
lebih dari 5 batang pohon dan dalam bentuk bukan tanaman beratnya lebih dari 5 gram pelaku
dipidana penjara seumur hidup,penjara paling singkat 5 tahun,paling lama 20 tahun dan pidana
denda paling banyak Rp 8 miliar rupiah ditambah 1/3
Pasal 120 ayat(2) : dalam hal perbuatan membawa,mengirim,mengangkut atau mentransito
narkotika golongan II sebagaimana pada ayat (1) beratnya lebih dari 5 gram pelaku dipidana
penjara paling singkat 5 tahun dan paling lama 15 tahun dan denda paling banyak Rp 5 miliar
rupiah ditambah 1/3
Pasal 125 ayat (2): dalam hal perbuatan membawa,mengirim,mengangkut atau mentransito
narkotika golongan III sebagimana pada ayat (1) beratnya lebih dari 5 gram ,pelaku dipidana
penjara paling singkat 3 tahun ,paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp 3 miliar rupiah
ditambah 1/3

MENGGUNAKAN NARKOTIKA TERHADAP ATAU DIBERIKAN UNTUK ORANG LAIN

Pasal 116 ayat(1) : Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan narkotika
golongan I terhadap orang lain atau memberikan narkotika golongan I untuk digunakan orang
lain dipidana penjara paling singkat 5 tahun ,paling lama 15 tahun, pidana denda paling sedikit
Rp 1 miliar rupiah dan paling banyak rp 10 miliar rupiah
Pasal 121 ayat(1) setiap orang yang tanpa hak dan melawan hukum menggunakan narkotika
golongan II terhadap orang lain atau memberikan narkotika golongan II untuk digunakan orang
lain dipidana penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 12 tahun,dan denda Paling sedikit
Rp 800 juta rupiah dan paling banyak Rp 8 Miliar rupiah.

MENGGUNAKAN NARKOTIKA TERHADAP ATAU DIBERIKAN UNTUK ORANG LAIN


YANG MENGAKIBATKAN ORANG LAIN MATI ATAU CACAT PERMANEN

Pasal 116 ayat (2) :Dalam hal penggunaan narkotika terhadap orang lain atau pemberian
narkotika golongan I untuk orang lain sebagaimana dimaksud pada ayat I mengakibatkan
mengakibatkan orang lain mati atau cacat permanen pelaku dipidana mati atau penjara seumur
hidup ,paling singkat 5 tahun,paling lama 20 tahun,denda paling banyak Rp 10 miliar rupiah
ditambah 1/3.
Sumber:Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009
Seks Dalam Pandangan Alkitab
Pendapat masyarakat tentang seks mengalami perubahan dari masa ke masa. Rollo May
menulis, Masyarakat zaman Victoria mencari cinta tanpa harus terlibat dengan seks; sementara
masyarakat modern mencari seks tanpa harus terlibat dengan cinta. Dari pandangan masyarakat
Puritan yang mengatakan seks sebagai sarana kejahatan bagi prokreasi, kita beralih pada
pandangan populer Playboy yang mengangap seks sebagai sarana rekreasi.
Kedua pandangan ekstrim tersebut tidak benar dan tidak menunjukan fungsi seks yg
sesuai dengan maksud Tuhan. Pandangan negatif membuat pasangan yang telah menikah merasa
bersalah saat berhubungan seks; sementara pandangan yang bebas membuat manusia menjadi
seperti robot yang melihat seks dalam arti sempit dan hanya berfungsi untuk kepuasan.
Bagaimana seorang Kristen memahami seks? Apa yang Alkitab katakan tentang
seksualitas? Tujuh prinsip dibawah ini diharapkan dapat membantu orang Kristen yang
mempercayai Alkitab memahami seks.

Prinsip 1: Alkitab mengatakan bahwa seksualitas manusia sebagai sesuatu yang baik.
Mari kita mulai dari awal: Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambarNya,
menurut gambar Allah diciptakanNya dia; laki-laki dan perempuan diciptakanNya mereka (Kej
1:27) Setelah penciptaan sebelumnya dilakukan, Allah melihat bahwa semuanya itu baik (Kej
1:12,18,21,25), tapi setelah penciptaan manusia sebagai laki-laki dan perempuan, Allah melihat
bahwa segala yang dijadikanNya itu, sungguh amat baik (Kej 1:31). Awal pengertian secara
ilahi bahwa seksualitas manusia itu sungguh amat baik menunjukan perbedaan seksual pria dan
wanita sebagai bagian dari kebaikan dan kesempurnaan dari ciptaan Tuhan yang pertama.

Perhatikan juga bahwa perbedaan jenis kelamin pria dan wanita berhubungan dengan
kenyataan bahwa manusia diciptakan menurut peta Allah. Karena Kitab suci membedakan
manusia dengan ciptaan yang lain, para ahli teologi berpendapat bahwa pengertian peta Allah
mengaju pada kemampuan rasional, moral, dan spiritual yang Tuhan berikan kepada pria dan
wanita.

Namun demikian, masih ada cara lain bagi kita untuk memahami pengertian dari peta
Allah, berdasarkan apa yang tertulis dalam Kej 1:27: menurut gambar Allah diciptakanNya dia;
laki-laki dan perempuan diciptakanNya mereka. Jadi kepriaan dan kewanitaan manusia
mencerminkan peta Allah dalam pengertian bahwa pria dan wanita mempunyai kemampuan
untuk memiliki kesatuan hubungan yang sama dengan kesatuan hubungan yang ada dalam
konsep Trinitas. Tuhan dalam pengertian Alkitabiah bukanlah Sesuatu yang sendiri dalam
singularitas abadi melainkan berada dalam hubungan tiga Oknum yang secara misterius
disatukan sehingga kita menyembahnya sebagai satu Tuhan. Kesatuan yang misterius dalam
konsep Trinitas ini dicerminkan melalui gambar ilahi dalam manusia, dalam dua jenis kelamin
yang berbeda; pria dan wanita; yang juga secara misterius disatukan dalam perkawinan menjadi
satu daging.

Prinsip 2: Seksualitas manusia adalah satu proses dimana dua menjadi satu daging.
Hubungan intim antara seorang pria dan wanita diekspresikan dalam Kej 2:24: Sebab itu
seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga
keduanya menjadi satu daging. Istilah satu daging mengacu pada penyatuan tubuh, jiwa, dan
roh yang utuh diantara pasangan yang telah menikah. Penyatuan utuh ini dapat dialami
khususnya melalui hubungan seksual yang merupakan tindakan dari pengekspresian cinta sejati,
rasa hormat, dan komitmen.

Istilah menjadi satu daging menunjukan rencana Tuhan tentang seks dalam perkawinan.
Hal ini menjelaskan bahwa Tuhan melihat seks sebagai media bagi suami istri untuk mencapai
kesatuan. Harus diperhatikan bahwa pengandaian satu daging tidak diterapkan untuk
mengambarkan hubungan seorang anak dengan orang tuanya. Seorang laki-laki akan
meninggalkan orang tuanya untuk menjadi satu daging dengan istrinya. Hubungan dengan
istrinya berbeda dengan hubungan dengan orang tuanya karena hubungan dengan istri
merupakan kesatuan baru yang diperoleh melalui penyatuan seksual.

Menjadi satu daging juga mengambarkan tujuan dari kegiatan seksual yang tidak hanya
sebagai prokreasi (untuk memperoleh keturunan) tetapi juga psikologi (memenuhi kebutuhan
emosional untuk mencapai satu hubungan kesatuan). Kesatuan menunjukan keinginan untuk
mengetahui sisi paling khusus dari pasangan secara emosi, fisik dan intelektual. Ketika mereka
saling memahami dengan cara yang paling khusus, mereka akan mengerti arti dari menjadi satu
daging. Hubungan seksual tidak secara otomatis memberikan pengertian kesatuan. Lebih jauh
lagi setiap pasangan harus memahami betul arti saling berbagi dalam hubungan suami-istri.

Prinsip 3: Seks adalah memahami satu sama lain melalui cara yang paling intim.
Hubungan seksual diantara pasangan yang telah menikah membuat mereka dapat saling
memahami melalui cara yang paling khusus. Hal ini tidak dapat diperoleh dengan cara yang lain.
Berhubungan seksual tidak hanya membiarkan pasangan kita melihat tubuh kita tapi juga
kepribadian kita. Inilah sebabnya mengapa kitab suci sering menggambarkan hubungan seksual
sebagai memahami, kata kerja yang sama digunakan dalam Ibrani yang mengacu pada
memahami Tuhan.
Adam tentu saja sudah mengenal Hawa sebelum mereka berhubungan seksual, namun ia
mengenal Hawa lebih jauh lagi melalui cara yang paling khusus tersebut. Dwight H. Small
mengemukakan, pengungkapan rahasia diri melalui hubungan seksual merupakan
pengungkapan diri yang paling tinggi dari semua tingkat dalam keberadaan satu pribadi. Ini
adalah satu cara unik yang eklusif. Mereka saling mengenal seolah mereka tidak pernah
mengenal orang lain. Pengetahuan yang unik ini merupakan satu rasa memiliki yang sejati
keadaan telanjang merupakan satu simbol bahwa tidak ada yang tersembunyi diantara pasangan
suami istri.
Proses menuju hubungan seksual adalah satu proses pertumbuhan. Mulai dari sekedar
mengenal, kemudian berkencan, bertunangan, menikah, dan berhubungan seksual, pasangan
belajar mengenal satu sama lain. Hubungan seksual merupakan puncak dari proses pertumbuhan
tersebut.Seperti yang dikemukakan oleh Elizabeth Achtemeier: Kami merasa seolah kedalaman
diri yang paling tersembunyi muncul kepermukaan dan terungkap sebagai satu ekspresi cinta
kami yang murni.

Prinsip 4: Alkitab mengecam hubungan seks diluar nikah.


Karena seks melambangkan hubungan antar pribadi yang paling intim dan
mengekspresikan penyatuan satu daging berdasarkan komitmen total, seks tidak boleh
dilakukan dalam satu hubungan biasa yang hanya berlandaskan kesenangan. Penyatuan dalam
hubungan semacam itu merupakan tindakan amoral.

Hubungan seks diluar nikah adalah masalah yang serius karena membawa pengaruh yang
lebih dalam dari dosa-dosa yang lain. Seperti yang rasul Paulus nyatakan :Setiap dosa lain yang
dilakukan manusia, terjadi diluar dirinya. Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa
terhadap dirinya sendiri (I Kor 6:18). Sebagian orang berpendapat bahwa minuman beralkohol
juga berpengaruh terhadap diri seseorang. Tetapi pengaruhnya tidak bersifat permanen seperti
yang ditimbulkan oleh dosa seksual.
Kebiasaan makan makanan yang dilarang dapat ditiadakan, barang yang dicuri dapat
dikembalikan, kebohongan dapat diganti dengan kebenaran, namun perbuatan seksual tidak
dapat dihapuskan begitu saja.
Ini bukan berarti bahwa dosa seksual tidak bisa diampuni. Kitab suci mengatakan bahwa
jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala
dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. (I Yoh 1:9) Ketika Daud bertobat karena
telah melakukan perzinahan dan pembunuhan, Tuhan memaafkannya. (lihat Mazmur 32 dan 51)

Prinsip 5: Seks tanpa komitmen membuat manusia sama seperti benda.


Seks diluar nikah adalah seks tanpa komitmen. Hubungan semacam ini menghancurkan
integritas seseorang dengan merendahkannya menjadi satu obyek yang digunakan untuk
kepuasan pribadi. Seseorang yang merasa terhina setelah berhubungan seksual bisa saja menjadi
trauma karena takut hanya akan dimamfaatkan atau justru menjadi tidak menghargai tubuhnya
lagi sehingga melakukan hubungan seksual secara sangat bebas. Ia telah kehilangan kesempatan
untuk mengunakan seks sebagai cara untuk mengekspresikan rasa cinta dan merusak pengertian
seksualitas manusia yang sesungguhnya.
Seks tidak dapat digunakan sebagai cara untuk bersenang-senang dengan seseorang
sementara disaat yang sama digunakan untuk menunjukan cinta sejati dan komitmen dengan
orang lain. Pandangan alkitab tentang kesatuan, keintiman, dan cinta sejati tidak ditunjukan
melalui seks diluar nikah atau seks dengan lebih dari satu orang pasangan.
Pasangan yang telah bertunangan mungkin mengatakan bahwa mereka mengekspresikan
cinta yang sejati saat mereka melakukan hubungan seks sebelum mereka menikah. Dari sudut
pandang Kristen, pasangan yang bertunangan harus saling menghormati dan melihat pertunangan
sebagai persiapan menuju pernikahan, bukan sebagai pernikahan itu sendiri. Sampai janji
pernikahan diucapkan, kemungkinan pertunangan itu putus tetap ada. Jika pasangan itu telah
melakukan hubungan seksual sebelum menikah, mereka telah melanggar komitmen. Dan bila
dikemudian hari hubungan ini putus, akan meninggalkan bekas luka emosi yang permanen.
Hubungan seksual yang sah hanya bisa dilakukan bila seorang pria dan wanita bersedia untuk

menjadi satu tidak hanya secara fisik tetapi juga secara psikis dengan memikul tanggung jawab
terhadap masing-masing pasangannya.
Kecaman terkeras dari sudut pandang Kriten memang ditujukan kepada tindakan amoral
seks diluar nikah. Kecaman tersebut jelas terdapat dalam Alkitab. Alkitab menolak menggunakan
istilah yang lebih lunak. Contohnya seks pra-nikah dengan tekanan pada pra dan bukan pada
nikah. Perzinahan diartikan sebagai seks diluar nikah. Homoseksualitas digambarkan dengan
istilah yang lebih lunak sebagai satu variasi gay dan bukan disebut sebagai penyimpangan.

Orang Kristen saat ini mulai mempertimbangkan satu alasan bahwa cinta membuat seks
diluar nikah sesuatu benar. Jika seorang pria dan wanita jatuh cinta, mereka berhak
mengekspresikan cinta mereka walaupun melalui hubungan seks diluar nikah. Beberapa
pendapat mengatakan bahwa seks sebelum nikah membebaskan mereka dari tradisi kuno dan
memberikan mereka satu kebebasan emosi. Kebenaran dalam hal ini adalah bahwa seks pranikah menimbulkan tekanan emosi karena mengartikan cinta sekedar hubungan fisik tanpa satu
komitmen total diantara pasangan yang menikah.

Prinsip 6:Seks merupakan sarana prokreasi dan relasi.


Sampai awal abad ini, orang Kristen percaya bahwa fungsi utama seks adalah untuk
prokreasi. Pertimbangan lain, seperti aspek kesatuan, relational, dan kesenangan, dianggap
sebagai fungsi sampingan. Namun keadaan tersebut mulai berubah diabad 20.
Dari sudut pandang Alkitab, kegiatan seksual dalam perkawinan merupakan sarana
prokreasi dan relasi. Sebagai orang Kristen kita perlu menjaga keseimbangan antara kedua fungsi
seks ini. Hubungan seks adalah kegiatan menyenangkan yang menimbulkan rasa saling memiliki
dan menjadi satu sementara menciptakan satu kemungkinan untuk membawa satu kehidupan
baru ke dalam dunia ini. Kita harus menyadari bahwa seks adalah anugerah ilahi yang hanya
dapat dinikmati dalam perkawinan.
Paulus menganjurkan pada suami-istri Hendaklah suami memenuhi kewajibannya
terhadap istrinya, demikian pula istri terhadap suaminya. Istri tidak berkuasa atas tubuhnya
sendiri, tetapi suaminya, demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi
istrinya. Janganlah kamu saling menjauhi, kecuali dengan persetujuan bersama untuk sementara
waktu, supaya kamu mendapat kesempatan untuk berdoa. Sesudah itu hendaklah kamu kembali
hidup bersama-sama, supaya iblis jangan menggodai kamu, karena kamu tidak tahan bertarak.
(I Kor 7:3-5; lihat juga Ibrani 13:4)
Prinsip 7: Seks memampukan pria dan wanita untuk mencermikan peta Allah dengan turut serta
dalam kegiatan kreatifNya.

Dalam Alkitab, seks tidak hanya berfungsi dalam proses penyatuan roh yang misterius
tetapi juga menciptakan kemungkinan untuk membawa anak-anak lahir kedunia ini. Beranak
cuculah dan bertambah banyak, perintah Tuhan dalam Kej 1:28.

Tentu saja tidak semua pasangan dianugerahi anak. Usia tua, kemandulan, ataupun
penyakit genetik adalah beberapa dari faktor yang menyebakan seseorang tidak mungkin
mempunyai anak. Namun bagi sebagian besar pasangan yang menikah, mempunyai anak adalah
hal yang wajar dalam kehidupan perkawinan. Hal ini tidak berarti bahwa setiap tindakan dari
kesatuan seks harus mengacu pada konsep tersebut.
Kita tidak bermaksud memisahkan seks dari kemungkinan untuk mempunyai anak, tulis David
Phypers, dan mereka yang melakukan hal itu dengan alasan-alasan pribadi, sesungguhnya tidak
memahami tujuan Tuhan terhadap hidup mereka. Mereka mengambil resiko untuk tidak
mengindahkan perkawinan mereka dan kegiatan seksual dalam perkawinan hanyalah demi
kepuasan semata. Mereka tidak bersedia turut serta dalam satu proses kreatif untuk membawa
kehidupan baru anak-anak mereka ke dalam dunia ini, membesarkan dan mendidik mereka
hingga sampai pada kedewasaan.

Kita tidak akan menemukan jawaban yang gamblang dalam Alkitab. Kita telah melihat
bahwa seks memiliki sarana prokreasi dan relasi. Kenyataan bahwa fungsi seks dalam
perkawinan tidak hanya untuk meneruskan keturunan tetapi juga untuk mengekspresikan cinta
dan komitmen, menunjukan adanya keterbatasan dalam fungsi seks sebagai sarana reproduksi.
Dengan kata lain bahwa fungsi relasi merupakan fungsi yang lebih dinamis dibandingkan fungsi
reproduksi.

Hal ini memicu pertanyaan: apakah kita berhak campur tangan dalam proses reproduksi
yang direncanakan Tuhan? Jawaban dari Gereja katolik Roma adalah Tidak!. Apa yang harus
dilakukan oleh umat katolik telah dijelaskan Paus Paulus VI dalam suratnya Humane Vitae (29
Juli 1968), yang mengakui moralitas kesatuan seksual antara suami dan istri, walaupun tidak
memiliki anak. Dalam suratnya Paus tidak menyeujui penggunaan alat kontrasepsi buatan dan
menganjurkan mengunakan cara alamiah metode ritme untuk mengontrol kelahiran. Dalam
metode ini hubungan seksual hanya boleh dilakukan pada saat istri dalam masa tidak subur.

Usaha Humane Vitae untuk membedakan antara kontrasepsi buatan dan alami kemudian
menimbulkan masalah baru. Penolakan untuk menggunakan kontrasepsi buatan menjalar pada

penolakan untuk menggunakan vaksin, hormon, atau obat-obatan yang tidak diproduksi secara
alami dalam tubuh manusia.
Seperti penemuan manusia yang lain, tulis David Phypers,kontrasepsi dipandang sebagai
sesuatu yang netral dari segi moral; masalahnya terletak pada apa yang akan kita lakukan dengan
kontrasepsi itu. Jika kita menggunakannya untuk melakukan hubungan seks diluar nikah atau
demi keegoisan kita, atau jika kita menggunakannya untuk merusak perkawinan orang lain, kita
akan dipersalahkan karena tidak mematuhi kehendak Allah dan karenanya kita menghancurkan
arti perkawinan. Namun apabila kita menggunakannya dengan tepat untuk kesehatan dan demi
kesejahteraan keluarga kita, kontrasepsi justru akan membantu kita memperoleh rumah tangga
yang bahagia. Dengan kontrasepsi kita dapat melindungi keluarga kita dari masalah fisik, emosi,
ekonomi, dan psikologi yang mungkin ditimbulkan oleh kehamilan yang tidak direncanakan,
sementara diwaktu yang sama kita dapat mencurahkan perhatian kita untuk menumbuhkan cinta
yang dapat memperkuat ikatan perkawinan.
Kesimpulan
Seksualitas manusia adalah bagian dari ciptaan Tuhan yang indah. Tidak ada jejak dosa
didalamnya. Namun, sama seperti anugerah Tuhan yang lain bagi manusia, seks juga digunakan
oleh setan untuk menjauhkan manusia dari kehendak Tuhan. Seks berfungsi sebagai sarana untuk
menyatukan dan memperoleh keturunan, dalam hubungan pria dan wanita untuk menjadi satu
daging. Ketika hubungan itu rusak, baik oleh seks pra-nikah atau seks diluar nikah, kita telah
melanggar hukum ketujuh. Kita telah berbuat dosa, dosa terhadap Allah dan dosa terhadap diri
sendiri.
Tapi Alkitab tidak meninggalkan kita tanpa harapan. Alkitab memperkenalkan kita
kepada kasih Allah yang bersedia mengampuni segala dosa, termasuk dosa seksual. Walaupun
dosa seksual meninggalkan bekas dalam kesadaran kita dan dapat menyakiti orang lain,
pertobatan yang sungguh-sungguh mampu membuka pintu maaf Allah. Tidak ada dosa yang
sangat besar sehingga kasih Allah tidak dapat membawa penyembuhan dan perbaikan. Yang
harus kita lakukan adalah meraih kasih itu, karena hanya kasih yang membuat kita menyadari
potensi kita masing-masing yang telah diberikan oleh Pencipta kita.
Kita juga harus menerapkan hal itu dalam kehidupan seksual kita. Pada saat orang-orang
mulai memperbolehkan seks bebas, saat itulah menjadi peringatan bagi kita sebagai orang
Kristen untuk kembali memperkuat komitmen kita tentang seks menurut pandangan Alkitab
sebagai satu anugerah ilahi yang hanya boleh dilakukan dalam perkawinan. (Oleh Samuele
Bacchiocchi,diterjemahakan oleh Maria)

You might also like