You are on page 1of 13

BARU

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL II


Topik

: Amalgam

Kelompok

: A6

Tgl. Praktikum

: Senin, 26 Oktober 2015

Pembimbing

: R. Helal Soekartono, drg.,M.Kes

NAMA :
1
2
3
4
5

Rizantika Alvanta
Annisa Noor Ragilia
Vitra Nuraini Helmi
Fenella Andrata
Raissa Tryantakarina

021411131026
021411131028
021411131029
021411131030
021411131031

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2015
1. Tujuan

a. Mahasiswa mampu melakukan manipulasi bahan restorasi amalgam


dengan benar menggunakan perbandingan antara bubuk amalgam
dengan Mercuri.
b. Mahasiswa mampu membedakan antara hasil triturasi bahan restorasi
amalgam secara manual dan mekanik dengan benar.
c. Mahasiswa mampu melakukan aplikasi bahan restorasi amalgam dalam
kavitas (cetakan model) dengan benar.
2. Alat dan Bahan
2.1 Bahan
a. Bubuk amalgam
b. Cairan merkuri
c. Kapsul buatan pabrik
a

Gambar 2.1 a) Bubuk amalgam dalam dispenser; b) Cairan merkuri dalam


dispenser; c) Kapsul buatan pabrik
2.2 Alat
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.

Mortar dan pestle amalgam


Kondenser amalgam
Kain kasa
Pistol amalgam
Cetakan model
Dispenser bubuk amalgam
Stopwatch
Sonde
Spatula semen
Brander
Burnisher
Pinset
Pisau model
Timbangan
Amalgamator
2

Gambar 2.2 a) Brander (kiri) dispenser bubuk amalgam - kain kasa mortal dan pestle amalgam - kondenser amalgam - pistol
amalgam sonde spatula semen burnisher pinset
(kanan); b) Pisau model; c) Timbangan; d) Amalgamator

3. Cara Kerja
3.1 Triturasi Secara Manual
a. Bubuk amalgam dikeluarkan dari dispenser sebanyak 1 kali tekanan (arah
tegak lurus) dan dimasukkan dalam mortar.
b. Cairan merkuri dikeluarkan dari dispenser sebanyak 1 kali tekanan (arah
tegak lurus) kemudian dimasukkan dalam mortar yang telah berisi bubuk
amalgam.
c. Bubuk amalgam dan cairan merkuri diaduk dengan cara menekan pestle
pada dinding mortar (pen-type grip) dengan gerakan memutar secepat
mungkin sampai homogen. Pada saat mulai pengadukan waktu dicatat.
d. Adonan yang telah diaduk kemudian dimasukkan ke dalam kain kasa.
Kelebihan merkuri dikeluarkan dengan cara memeras dalam kain kasa.
Kain kasa dijepit kuat dengan pinset kemudian kain kasa diputar dan
digerakkan ke atas, maka sisa merkuri akan keluar dari kasa. Pekerjaan ini
dilakukan beberapa kali sampai tidak ada sisa merkuri yang keluar dari
kasa.
e. Adonan dari kain kasa diambil dengan pistol amalgam kemudian
dimasukkan ke dalam cetakan model. Penempatan adonan amalgam dalam
cetakan model sedikit demi sedikit sambil dilakukan kondensasi
menggunakan kondenser sampai adonan padat. Pekerjaan ini dilakukan
berulang-ulang sampai cetakan model penuh, kemudian dihaluskan dengan
burnisher. Kekerasan permukaan diamati dengan menggurat permukaan
amalgam menggunakan sonde.
f. Amalgam ditunggu sampai mengeras. Waktu yang diperlukan sampai
amalgam mengeras dicatat.
3.2 Triturasi Secara Mekanik

a. Amalgamator dihubungkan ke sumber listrik.


b. Bubuk amalgam dan cairan merkuri yang telah dimasukkan ke dalam
kapsul diletakkan di tempat pengaduk pada amalgamator dengan tepat.
c. Kecepatan pengadukan amalgamator ditentukan dengan menggunakan
tombol high atau low. Kemudian tombol ON dinyalakan.
d. Triturasi dilakukan sesuai dengan waktu yang ditentukan, selanjutnya
kapsul dikeluarkan dari amalgamator. Kapsul dibuka dan amalgam
diletakkan diatas kain kasa, kemudian diperas.
e. Adonan pada kain kasa diambil dengan pistol amalgam, dimasukkan ke
cetakan model. Penempatan adonan amalgam dalam cetakan model,
sedikit demi sedikit sambil dilakukan kondensasi menggunakan condenser
sampai adonan padat. Pekerjaan ini

dilakukan berulang-ulang sampai

cetakan model penuh, kemudian dihaluskan dengan burnisher.


f. Kekerasan permukaan diamati dengan menggurat permukaan amalgam
menggunakan sonde. Polishing dilakukan minimal 24 jam setelah
amalgam mengeras.
4. Hasil Praktikum
Tabel 1. Hasil percobaan triturasi amalgam
Berat (gram)
Percobaan

Perbandingan 1:1

Metode triturasi

Setting time

Amalgam

Merkuri

0,59

0,59

Manual

17 menit

0,43

0,43

Manual

15 menit

0,48

0,48

Manual

15 menit

Mekanik (Low)

14 menit

Mekanik (High)

14 menit

Pada percobaan triturasi amalgam secara manual didapatkan 3 hasil


working time yaitu working time I 17 menit, working time II 15 menit, dan
working time III 15 menit.

Sedangkan, untuk percobaan triturasi mekanik


5

menggunakan amalgamator dilakukan 2 cara yaitu Low dan High, untuk hasil
working time Low 14 menit, dan High 14 menit.
Dari percobaan diatas, didapatkan working time triturasi mekanik lebih
cepat daripada manual. Kecepatan pengadukan pada triturasi manual lebih lambat
daripada triturasi mekanik. Kecepatan triturasi yang semakin lambat seharusnya
menghasilkan amalgam dengan working time dan setting time yang lebih lambat
pula. Hal ini disebabkan jumlah pengadukan yang dilakukan selama proses
triturasi manual sangat sedikit. Dari percobaan kami sudah sesuai dengan teori
tersebut.
Pada hasil working time triturasi mekanik Low dan High sama yaitu 14
menit. Hal ini tidak sesuai dengan teori. Pada teori dijelaskan bahwa semakin
cepat proses triturasi, semakin cepat pula working time dan setting time.
5. Pembahasan

Amalgam adalah alloy yang mengandung merkuri. Merkuri dapat bereaksi


dengan logam lain membentuk plastic mass, yang dikemas ke dalam prepared
cavity di gigi. Plastic mass ini mengeras lebih kuat daripada dental cement atau
anterior filling material. Dental amalgam paling banyak digunakan untuk
posterior filling material (Manapallil, 2003, p.174).
Merkuri yang terkandung dalam amalgam dimurnikan melalui proses
distilasi. Hal ini dilakukan untuk memastikan proses eliminasi sisa-sisa material
yang tak murni yang dapat mempengaruhi karakteristik setting dan sifat-sifat fisik
dari amalgam yang telah setting. (McCabe 2008, hal 181)
a. Perubahan dimensional
Pada saat amalgam mengalami proses pengerasan, amalgam
mengalami suatu perubahan dimensional. Keadaan ini berhubungan
dengan tahap dimana merkuri yang terkandung di dalam amalgam tetqp
melarut atau berdifusi ke dalam partikel aloy. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi besarnya ekspansi dari kontraksi, meliputi : tipe aloy
yang digunakan, ukuran ran bentuk partikel, serta yang paking penting
adalah variabel manipulatif seperti besarnya tekanan yang digunakan

untuk menumpatkan amalgam kedalam kavitas. Pelepasan suatu


hidrogen menyebabkan ekspansi berjalan lambat.
b. Kekuatan
Membutuhkan waktu 24 jam untuk mendapatkan nilai kekuatan
yang cukup tinggi. Nilai kekuatan tegangan dari amalgam adalah
rendah daripada nilai kekuatan kompresifnya.
c. Deformasi plastis
Amalgam mengalami suatu deformasi saat mengalami atau ketika
mendapatkan suatu tekanan dinamika intra-oral.
5.1

Komposisi Amalgam
Komposisi bubuk dental amalgam alloy terdiri dari silver (perak), tin

(timah dan tembaga) sebagai komponen utama serta tambahan sedikit zinc,
merkuri dan logam lain seperti indium atau palladium (McCabe dan Walls, 2008,
p.181).
Tabel. Standar komposisi amalgam alloy berdasarkan spesifikasi ISO 1559. (McCabe
dan Walls, 2008, p.182)

5.2 Reaksi

Reaksi dari pencampuran bubuk alloy dan merkuri sangat kompleks.


Ketika bubuk alloy dan merkuri bercampur, merkuri berdifusi ke dalam partikel
alloy. Partikel yang sangat kecil dapat bercampur dengan merkuri secara total.

Produk-produk reaktan mengkristal untuk memberikan fase baru dalam amalgam


yang telah setting. (McCabe 2008, p. 183)
Skema reaksi yang terjadi dalam amalgam alloy konvensional yaitu:
Ag3Sn + Hg

Ag2Hg3 + SnxHg + Ag3Sn atau Gamma + Hg

Gamma-1+ Gamma-2 + Gamma


Untuk alloy yang mengandung tembaga, reaksi yang terjadi yaitu:
Ag3Sn + Cu + Hg

Ag2Hg3 + Cu6Sn5 + Ag3Sn atau Gamma + Cu + Hg

Gamma-1 + Cu6Sn5 + Gamma


Dalam kasus dispersi-dimodifikasi, bahan yang diperkaya tembaga,
diyakini bahwa partikel konvensional lathe-cut alloy awalnya bereaksi
membentuk gamma-1 dan gamma-2. Tahap gamma-2 kemudian bereaksi dengan
tembaga dari eutektik perak-tembaga untuk membentuk fase tembaga-timah.
Dengan demikian, peran gamma-2 adalah sebagai perantara. Reaksi ini berjalan
lambat sehingga kadang-kadang membutuhkan beerapa hari bahkan minggu untuk
mencapai reaksi sempurna. (McCabe 2008, p. 184)
5.4

Manipulasi Amalgam

Manipulasi dari amalgam meliputi beberapa tahap yaitu proportioning and


dispensing, trituration, condensation, carving, dan polishing.
1

Proportioning and dispensing


Tahap awal yang meliputi

proses

penentuan

perbandingan

rasio alloy/mercury dan bentuk keduanya, apakah terpisah atau sudah


2

tercampur dalam bentuk kapsul (McCabe, 2008, hal. 191).


Trituration
Tujuan utama triturasi adalah untuk membasahi seluruh permukaan
alloy dengan mercuri. Untuk mendapatkan pembasahan yang sempurna,
permukaan alloy harus bersih. Gesekan antar partikel secara mekanik akan
menghilangkan lapisan oksigen dari partikel alloy agar dapat bereaksi baik
dengan merkuri.

Triturasi

dapat

dilakukan

dengan

tangan

atau

juga

dapat

menggunakan mesin elektrik yang dapat menggetarkan kapsul berisi


merkuri dan alloy (amalgamator). Untuk triturasi manual alat yang umum
digunakan adalah mortar dari kaca dan pestle berupa pengaduk dengan
permukaan kasar. Rasio alloy dan merkuri yang rendah sangat dianjurkan
untuk menghasilkan hasil campuran yang efektif dan harus diperhatikan
bahwa tekanan yang diberikan tidak boleh terlalu besar untuk
menghindari terbentuknya pecahan partikel alloy yang dapat mengubah
sifat dari hasil pencampuran. Beberapa produk disarankan setidaknya
selama 40 detik dilakukan triturasi untuk mencapai partikel alloy basah
secara menyeluruh. Pada teknik triturasi secara mekanik, merkuri, dan
alloy dimasukkan dalam sebuah kapsul yang akan digetarkan pada mesin
yang disebut amalgamator. Keuntungan triturasi secara mekanik:
a

Hasil pencampuran yang homogen


b Waktu untuk proses triturasi lebih pendek daripada triturasi secara
c

manual
Rasio alloy dan merkuri yang lebih besar dapat digunakan (McCabe 2008,
hal 191-2).
Sedangkan efek triturasi tergantung pada jenis logam campur
amalgam, waktu tirturasi dan kecepatan amalgamator. Baik triturasi yang
kurang maupun yang berlebihan akan dapat menurunkan kekuatan dari
amalgam tradisional dan amalgam dengan kandungan tembaga yang
tinggi.

Kondensasi
Setelah triturasi, hal yang dilakukan selanjutnya adalah menggunakan
pistol amalgam untuk mengambil adonan amalgam dan menempatkannya
kedalam cetakan model sambil melakukan kondensasi menggunakan
kondenser (maksimal selama 4 menit) hingga adonan padat. Kondenser
yang dipakai harusnya tidak boleh terlalu kecil sehingga menyebabkan
adonan tumpah, juga tidak boleh terlalu lebar sehingga tidak dapat masuk
kedalam cetakan model. (McCabe 2008, hal 192).

Carving and Polishing

Selanjutnya, amalgam tersebut diukir (carving) sesuai dengan anatomi


gigi dan dihaluskan (polishing) untuk kepentingan estetik dan pencegahan
terhadap karies (McCabe, 2008, hal. 193-4).
Pada praktikum yang dilakukan adalah percobaan dengan dua macam
triturasi, yaitu triturasi secara mekanik dan secara manual. Percobaan yang telah
dilakukan menggunakan perbandingan bubuk amalgam dan merkuri yaitu 1:1.
Terdapat 5 percobaan yang telah dilakukan diantaranya 3 percobaan menggunakan
metode triturasi manual dan 2 percobaan menggunakan metode triturasi mekanik.
Pada metode manual, percobaan pertama dengan perbandingan berat
antara bubuk amalgam dan merkuri (gram) yang digunakan sebesar 0,59:0,59 dan
menghasilkan setting time selama 17 menit, percobaan yang kedua dengan
perbandingan berat 0,43:0.43 menghasilkan setting time 15 menit dan percobaan
yang ketiga dengan perbandingan berat 0,48:0,48 menghasilkan setting time 15
menit.

Setelah triturasi manual selesai campuran merkuri dengan bubuk

dikeluarkan dari mortar dan dimasukkan ke kain kasa kemudian diperas kuat
dengan menggunakan pinset. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi kelebihan
merkuri pada campuran berupa tetesan diluar kain kasa sebelum dilakukan
kondensasi. Pengamatan pengerasan amalgam dilakukan setiap 1 menit mulai
menit ke-8 dengan cara mengguratkan sonde pada permukaan amalgam.
Pada percobaan yang dilakukan dengan cara triturasi mekanik dengan
rasio bubuk amalgam dan merkuri sesuai aturan pabrik yaitu 1:1. Dalam
percobaan ini digunakan amalgamator yang dapat mengaduk kedua bahan tersebut
dengan kapasitas kecepatan tinggi (High) dan rendah (Low). Setting time yang
diperoleh dari dua percobaan yang menggunakan metode mekanik (Low) dan
metode mekanik (High) yaitu 14 menit. Triturasi mekanik mempunyai hasil yang
lebih homogen dan dapat membantu mengurangi risiko kontaminasi merkuri pada
atmosfer.
Dari kedua metode yang telah dilakukan pada praktikum tersebut,
setting time yang diperoleh menunjukkan hasil yang relatif sama. Hal ini kurang
sesuai dengan teori. Menurut Annusavice 2003, pada triturasi secara mekanik
rasio antara bubuk amalgam dengan merkuri lebih tepat, serta tekanan dan
kecepatan triturasi yang lebih teratur jika dibandingkan dengan metode triturasi
10

manual. Metode triturasi manual, tekanan dan kecepatan triturasi tidak teratur
sehingga

menyebabkan

kurangnya

homogenitas

amalgam.

Penggunaan

amalgamator menjamin ketepatan rasio antara bubuk amalgam dan merkuri


sehingga akan memperpendek setting time. Dengan demikian setting time
amalgam menggunakan amalgamator/ metode triturasi mekanik lebih cepat
daripada setting time amalgam menggunakan metode triturasi manual. Hal
tersebut, dapat terjadi karena faktor-faktor tertentu seperti cara dan lama
pengadukan antara bubuk amalgam dan merkuri, pemantauan waktu melalui
stopwatch, proses penimbangan bahan dan saat melakukan kondensasi
(Anusavice, 2013, p. 347).
Menurut Anusavice 2013, tujuan triturasi adalah untuk memberikan
penggabungan yang tepat dari bubuk amalgam dan merkuri. Setting time dari
proses triturasi dipengaruhi oleh rasio bubuk amalgam dengan merkuri dan
pengadukan amalgam. Namun, karena rasio bubuk amalgam dengan merkuri yang
digunakan pada praktikum adalah 1:1 maka faktor utama yang mempengaruhi
setting time dari proses triturasi adalah cara pengadukan amalgam.
Pada percobaan dengan metode triturasi manual dengan rasio bubuk
amalgam dengan bubuk merkuri sebesar 1:1, diperoleh hasil setting time pada
percobaan pertama selama 17 menit, sedangkan pada percobaan kedua diperoleh
hasil selama 15 menit, dan percobaan ketiga diperoleh hasil 15 menit. Menurut
Anusavice 2013, dengan rasio bubuk amalgam dengan merkuri yang sama, maka
peningkatan kecepatan triturasi dapat mempersingkat setting time amalgam. Hal
ini mengacu pada teori bahwa selalu ada lapisan oksida dari permukaan alloy
yang menghambat difusi merkuri ke alloy. Lapisan ini dapat dihapus oleh abrasi
ketika partikel alloy dan merkuri tertriturasi. Dengan kata lain, semakin tinggi
kecepatan pengadukan maka semakin tinggi proses abrasi yang terjadi sehingga
alloy dapat berdifusi dengan merkuri dengan waktu yang semakin singkat dan
semakin cepat pula setting time dari amalgam tersebut (Anusavice, 2013, p. 347).
Dari ketiga hasil percobaan, maka dapat diketahui bahwa percobaan
kedua dan ketiga memiliki jumlah pengadukan yang tinggi dan percobaan ketiga
memiliki jumlah pengadukan yang rendah.

11

Pada percobaan dengan metode triturasi mekanik dilakukan dengan 2


jenis kecepatan pengadukan yaitu high pada percobaan pertama dan low pada
percobaan kedua. Pada percobaan pertama dengan metode mekanik (Low)
diperoleh hasil setting time selama 14 menit sedangkan pada percobaan kedua
dengan metode mekanik (High) diperoleh hasil setting time selama 14 menit.
Hasil tersebut tidak sesuai dengan teori. Setting time pada percobaan pertama
dengan jenis kecepatan pengadukan high lebih singkat daripada percobaan kedua
dengan jenis kecepatan pengadukan low karena jumlah pengadukan yang terjadi
pada jenis kecepatan high lebih besar daripada jenis kecepatan pengadukan low.
Apabila dibandingkan kedua metode triturasi yang telah dilakukan, dapat
diketahui bahwa setting time pada metode triturasi manual mempunyai hasil yang
hampir sama dengan metode triturasi mekanik. Hal ini tidak sesuai dengan teori
karena pengadukan pada metode mekanik jauh lebih besar daripada pengadukan
pada metode manual. Kesalahan ini dapat disebabkan oleh karena adanya
pemberian tekanan oleh operator saat menggurat permukaan amalgam pada tahap
pengamatan kekerasan permukaan yang seharusnya menggurat dilakukan tanpa
diberi tekanan (Anusavice, 2013, p. 347).
6. Kesimpulan
Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa amalgam dengan teknik
mekanik lebih cepat setting daripada dengan menggunakan teknik manual. Setting
time dipengaruhi oleh komposisi perbandingan merkuri, teknik triturasi, dan
lamanya triturasi.
7. Daftar Pustaka
Anusavice KJ.2013. Phillips science of dental materials. 12th ed. St. Louis:
Elsevier Inc. p. 347
Manapallil, John. J. Basic Dental Materials. 2nd edition. 2003. New Delhi: Jaypee
Brothers. p.174
McCabe, J. F. dan Walls, A.W.G. Applied Dental Materials. 9th edition. 2008.
Oxford: Blackwell Publishing. p. 181-182.

12

13

You might also like