Professional Documents
Culture Documents
Kelompok 15
Astrid Setyarini
NIM H0912020
NIM H0912028
Garsyta Firgasari
NIM H0912059
Isni Fatimah
NIM H0912068
NIM H0912099
NIM H0912115
NIM H0912121
ACARA I
PEMBUATAN SIRUP REMPAH-REMPAH
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sudah diketahui bahwa jahe memiliki manfaat untuk kesehatan.
Dalam tulisannya, Hernani dan Winarti (2011), menuliskan bahwa Jahe
(Zingiber officinale L. Rosc.) mempunyai kegunaan yang cukup beragam,
antara lain sebagai rempah, minyak atsiri, pemberi aroma, ataupun sebagai
obat. Secara tradisional, kegunaannya antara lain untuk mengobati
penyakit rematik, asma, stroke, sakit gigi, diabetes, sakit otot,
tenggorokan, kram, hipertensi, mual, demam dan infeksi. Beberapa
komponen kimia jahe, seperti gingerol, shogaol dan zingerone memberi
efek farmakologi dan fisiologi seperti antioksidan, antiimflammasi,
analgesik, antikarsinogenik, non-toksik dan non-mutagenik meskipun pada
konsentrasi tinggi.
Diperlukan cara untuk meningkatkan nilai ekonomis dari jahe dan
untuk meningkatkan konsumsi dan kesukaan masyarakat akan jahe,. Salah
satu cara adalah membuat produk inovasi dari jahe yang dapat diterima
oleh konsumen dan sirp jahe dapat menjadi pilihan untuk mengolah jahe.
Sehingga diperlukan penelitian untuk mengetahui apakah kandungankandungan dalan jahe khususnya senyawa fenol dan antioksidan dalan
jahe akan banyak berubah selama pengolahan jahe menjadi sirup jahe.
2. Perumusan Masalah
a. Bagaimana pengaruh jenis jahe terhadap total fenol dan kadar
antioksidan sirup jahe
b. Bagaimana pengaruh pengolahan jahe (pemarutan dan pememaran
jahe) terhadap total fenol dan kadar antioksidan sirup jahe
3. Tujuan
a. Mengetahui pengaruh jenis rempah-rempah total fenol dan kadar
antioksidan sirup rempah-rempah.
b. mengetahuipengaruh pengolahan jahe (pemarutan dan pememaran
jahe) terhadap total fenol dan kadar antioksidan sirup jahe
B. TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu jenis rempah-rempah Indonesia yang belum banyak
dikembangkan adalah jahe emprit (Zingiber officinale var. Rubrum). Selama
ini jahe emprit banyak digunakan sebagai bahan jamu (obat-obatan
tradisional). Antioksidan yang berasal dari jahe (Zingiber officinale) adalah
gingerol, shogaol, alanin, dan lain-lain. Berdasarkan hal-hal tersebut maka
diduga jahe yang mengandung senyawa fenol mempunyai antioksidatif dan
aktivitas hipoglisemik. Komponen fenol dalam jahe emprit mempunyai
polaritas medium yang hampir sama dengan etanol (Suryani, 2012).
Jahe termasuk dalam family zingiberaceae. Rimpang jahe bercabangcabang, berwarna putih kekuningan dan berserat. Rimpang jahe berbau harum
dan berasa pedas sehingga jahe dapat dimanfaatkan sebagai bumbu masak,
manisan, minuman, obat-obatan tradisional serta sebagai bahan tambahan
pada kue, pudding, dan lain-lain. Rimpang jahe juga dapat diambil
oleoresinnya yang dapat digunakan untuk industri parfum, sabun, kosmetika,
farmasi, dan lain-lain. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi komposisi
kima rimpang jahe antara lain jenis, kondisi tanah, umur panen, cara budidaya,
penanganan pasca panen, cara pengolahan dan ekosistem temapat tanaman
ditanam. Rimpang jahe pada umumnya mengandung minyak atsiri 0,25-3,3%.
Minyak atsiri ini terdiri dari beberapa jenis minyak zingiberene, curcumene,
philandren dan sebagainya. Jahe juga mengandung gingerols dan shogaols
yang menimbulakan rasa pedas. Oleoresin jahe mengandung sekitar 33%
gingerols. Ekstrak jahe mempunyai daya antioksidan yang dapat dimanfaatkan
untuk mengawetkan minyak dan lemak (Muchtadi et al., 2010).
Jahe merupakan salah satu bahan alami yang digunakan untuk
mengatasi berbagai macam penyakit. Jahe emprit merupakan salah satu nama
lokal jahe yang ada di Indonesia. Kadar fenolik total dalam ekstrak jahe
emprit ditetapkan dengan metode spektrofotometri dengan pereaksi FolinCiocalteau, diukur pada panjang gelombang 750 nm. Kadar fenol total sebesar
3,554% 0,145 % b/b EAG (Ekivalen Asam Galat). Aktivitas antioksidan
ekstrak dinyatakan dengan IC50, yaitu konsentrasi ekstrak yang dapat
menurunkan 50% absorbansi DPPH. IC50 dari ekstrak sebesar 13,70 mg/ml
(Mellawati et al, 2010).
Jahe memiliki kandungan aktif yaitu oleoresin yang berfungsi sebagai
pembawa aroma dan pembawa rasa. Oleoresin jahe mengandung komponen
gingerol, paradol, shogaol, zingerone, resin, dan minyak atsiri. Kandungan
oleoresin pada setiap bagian rimpang berbeda. Kandungan oleoresin terbanyak
terdapat dalam jaringan epidermis. Umur tanaman juga mempengaruhi
kandungan oleoresin. Semakin tua umur jahe semakin tinggi kandungan
oleoresinnya. Selain itu, perlakuan pasca panen dikupas atau tidak dikupas
juga
akan
mempengaruhi
kandungan
oleoresin
dalam
jahe
air
sehingga
tidak
dapat
digunakan
oleh
mikroba
memiliki
berat
molekul
kecil
tetapi
mampu
mengninaktifkan
tubuh
untuk
menghindarkan
dari
penyakit
degeneratif
lipid atau molekul lain dengan menghambat inisiasi atau propagasi reaksi
berantai oksidatif. (Javanmardi et al, 2002).
Total fenol dalam bahan dapat diukur dengan menggunakan metode
Folin-ciocalteau. Pada saat direaksikan antara reagen Folin-Ciocalteu
dengan senyawa fenolik akan terjadi perubahan warna dari kuning menjadi
biru. Intensitas warna biru ditentukan dengan banyaknya kandungan fenol
dalam larutan sampel. Semakin besar konsentrasi senyawa fenolik dalam
sampel semakin pekat warna biru yang terlihat. Warna biru yang teramati
berbanding lurus dengan konsentrasi ion fenolat yang terbentuk, semakin
besar konsentrasi senyawa fenolik maka semakin banyak ion fenolat yang
terbentuk sehingga warna biru yang dihasilkan semakin pekat. Fenolat
hanya terdapat pada larutan basa, tetapi pereaksi Folin-Ciocalteu dan
produknya tidak stabil pada kondisi basa. Penambahan Na2CO3 pada uji
fenolik bertujuan untuk membentuk suasana basa agar terjadi reaksi
reduksi Folin-Ciocalteu oleh gugus hidroksil dari fenolik di dalam sampel
(Ismail et al., 2012).
Uji DPPH digunakan untuk memprediksi aktivitas antioksidan pada
berbagai bahan pangan melalui mekanisme penghambatan oksidasi lipid oleh
antioksidan pada suatu substansi dengan cara pembilasan radikal DPPH.
Metode ini telah banyak digunakan dalam menghitung kapasitas antioksidan
karena waktu analisis yang cukup singkat. DPPH itu sendiri merupakan
radikal bebas yang stabil dalam larutan berair atau larutan metanol serta
memiliki serapan yang kuat pada panjang gelombang 515 nm dalam bentuk
teroksidasi. DPPH mampu menerima elektron atau radikal hidrogen dari
senyawa lain sehingga membentuk molekul diamagnetik yang stabil
(CO et al., 2013).
DPPH (1,1diphenyl-2-picrylhidrazyl) dikategorikan ke dalam radikal
bebas yang stabil, mencegah delokalisasi pasangan elektron sehingga tidak
terdapat lubang. Delokalisasi menyebabkan terbentuknya warna ungu pekat,
yang dapat ditera dengan larutan ethanol dengan panjang gelombang 520 nm.
Perebusan
Penyaringan
Sirup Jahe
ml
ml
ml
ml
ml
ml
/
/
/
/
/
/
100
100
100
100
100
100
ml
ml
ml
ml
ml
ml
aquades
aquades
aquades
aquades
aquades
aquades
=
=
=
=
=
=
0 ppm
10 ppm
20 ppm
30 ppm
40 ppm
50 ppm
1 ml / 10 ml
Pengambilal 1 ml larutan
Penambahan 5 ml Na2CO3 alkali 5% dan didiamkan selama 10menit
4. Rancangan Percobaan
Praktikum sirup rempah-rempah ini dilakukan dalam dua shift,
dengan jenisjahe dan perlakuan pendahulauan berbeda. Jahe emprit dengan
perlakuan pememaran sebelum dibuat sirup dan jahe merah yang diparut
untuk setelahnya dijadikan sirup. Kemudian sirup jahe di uji total fenol
dan kadar antioksidannya. Total fenol dihitung dengan metode Folinciocalteau dengan sebelumnya telah dibuat kurva standar dari larutam
fenol. Kadar antioksidan sirup rempah dihitung dengan analisa Scavenger.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1.1 Data Kurva Standar Fenol
No
Standar Fenol (ppm)
.
(x)
1.
0
2.
10
3.
20
4.
30
5.
40
6.
50
Sumber : Laporan Sementara
Absorbansi
(y)
0,036
0,137
0,285
0,297
0,320
0,403
radikal yang berasal dari antioksidan senyawa fenol ini lebih stabil daripada
radikal bebasnya.
Pada praktikum acara I Pembuatan Sirup Rempah-rempah, sebelum
dilakukan analisis kadar total fenol sirup jahe emprit dan jahe merah maka
dilakukan pembuatan kurva standar fenol terlebih dahulu. Pembuatan kurva
standar bertujuan untuk menentukan nilai regresi linear sebagai rumus yang
menjadi dasar untuk perhitungan kadar fenol pada sampel sirup. Kurva standar
fenol menunjukkan hubungan antara absorbansinya sebagai sumbu y terhadap
ppm fenol sebagai sumbu x. Pembuatan Kurva standar fenol dilakukan dengan
Melarutkan 1 gram fenol ke dalam 100 ml aquades kemudian diambil 1 ml
dan ditambah aquadest sampai 100 ml. Setelah itu diambil lagi 1 ml dan
diencerkan sampai 10 ml kemudian diencerkan dengan perbandingan 1 : 1 dan
hasilnya disebut larutan A. Kemudian dibuat larutan standar dengan
mencampurkan larutan A dan aquades dengan jumlah sesuai pada buku
petunjuk praktikum. Setelah itu 1 ml larutan standar ditambah 5 ml Na2CO3
alkali 2% dan dibiarkan 10 menit, ditambahkan 0,5 ml larutan Folin
Ciopcalteau, divortex, dan dibiarkan 30 menit. Dan didapatkan persamaan
regresi y = 0.006x + 0.075 dengan nilai r= 0.908, ini artinya terdapat
hubungan yang signifikan antara ppm fenol dengan absorbansi. Semakin besar
ppm fenol pada sirup rempah yang dianalisis, maka nilai absorbansinya juga
semakin besar. Nilai absorbansi mengalami kenaikan dengan semakin
besarnya konsentrasi ppm fenol, sehingga diperoleh persamaan garis antara
konsentrasi fenol dan absorbansi. Persamaan regresi antara absorbansi
terhadap ppm fenol adalah: 0.006x + 0.075 Variabel x menunjukkan kadar
ppm fenol sampel sirup rempah yang akan dicari, sedangkan variabel y
menunjukkan nilai absorbansinya. Dengan menggunakan persamaan regresi
linear, maka kadar total fenol dapat dicari nilainya.
Perbedaan nilai total fenol masing-masing sampel sirup rempah dapat
disebabkan oleh banyak hal. Salah satu faktor yang mendasari perbedaan
kadar fenol total ini adalah varietas jahe. Masing-masing jahe memiliki tingkat
rasa pedas yang berbeda. Menurut Widiyanti (2009), rasa pedas pada jahe
Chart Title
0.5
0.4
0.3
Axis Title 0.2
Linear ()
0.1
0
0
10
20
30
40
50
60
Axis Title
Absorbansi
0,064
0,088
Pengujian analisa total fenol pada sirup jahe pada praktikum ini adalah
dengan metode Folin Ciocalteau. Menurut Zulfahmi
dan Nirmagustina
(2012), prinsip kerja uji kandungan total fenol metode Folin Ciocalteau yaitu
dengan cara senyawa fenol bereaksi dengan pereaksi Folin Ciocalteau dapat
memberikan warna kuning dan dengan menambahkan alkali (sodium
karbonat) dapat memberikan warna biru. Intensitas warna biru diukur
serapannya pada panjang gelombang 765 nm. Kandungan total fenol dalam
bahan dibandingkan dengan standar asam galat. Metode ini digunakan untuk
mengukur semua fenol yang terkandung pada suatu bahan. Kelebihan metode
Folin Ciocalteau, yaitu dapat memberikan respon yang relatif sama terhadap
senyawa fenol yang berbeda. Sedangkan kekurangannya adalah akan
memberikan respon seperti senyawa fenol terhadap sulfur dioksida dan gula.
Pada analisa total fenol ini menggunakan larutan folin ciocalteau dan
Na2CO3 alkali 2%. Setiap bahan ini memiliki fungsi masing-masing. Menurut
Ismail et al. (2012), Folin ciocalteau berfungsi untuk merubah warna kuning
senyawa fenolik menjadi berwarna biru. Intensitas warna biru ditentukan
Dari Tabel 1.2, dapat diketahui bahwa total fenol pada jahe merah
lebih besar dari pada jahe emprit. Secara berturut-turut, besarnya total fenol
pada jahe merah dan jahe emprit adalah 0,1899% dan 0,1607%. Tetapi hal ini
tidak sesuai dengan yang dinyatakan oleh Fakhrudin (2008), bahwa jahe
emprit memiliki komponen total fenol oleoresin yang lebih besar dibanding
jahe merah. Besarnya komponen total fenol oleoresin dari jahe Emprit yaitu
sebesar 6,9%, jahe Merah sebesar 6,5%.
bebas DPPH
absobansi
menunjukkan
peningkatan
kemampuan
untuk
Dan menurut
1-
A sampel
100%
A kontrol
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, Nok, Enny Sholichah, dan Cahya Edi W. A. 2011. Rancangan Proses
Produksi Minuman Instan Skala Industri Kecil dari Empon-Empon.
Prsiding SNaPP Sains, Teknologi, dan Kesehatan. Subang, Jawa Barat.
Atanassova M, Georgieva S., Ivancheva K . 2011. Total Phenolic and Total Flavonoid
Mayani, Lisna, Sudarminto Setyo Yuwono, dan Dian Widya Ningtyas. 2014.
Pengaruh Pengecilan Ukuran Jahe dan Rasio Air terhadap Sifat Fisik Kimia
dan Organoleptik pada Pembuatan Sari Jahe (Zingiber Officinale). Jurnal
Pangan dan Agroindustri Vol. 2 No 4 p.148-158.
Mellawati, Dyah, Sudarsono dan Ag. Yuswanto. 2010. Pengaruh Pemberian
Ekstrak Zat Pedas Rimpang Jahe Emprit terhadap Fagositosis Makrofag
pada Mencit Jantan yang Diinfeksi dengan Listeria Monocytogenes.
Majalah Obat Tradisional, 15(3), 112 120.
Molyneux, Philip. 2004. The Use of Stable Free Radical Diphenilpicyl-hydrazyl
(DPPH) For Estimating Antioxidant Activity. Songkanaklarin Journal
Science and Technology. Vol. 26 (2) : 211-219.
Muchtadi, Tien R. Sugiyono, dan Fitriyono Ayustaningwarno. 2010. Ilmua
Pengetahuan Bahan Pangan. Penerbit Alfabeta: Bandung.
Purba, Dohot Maruli, Muhamad Agus Wibowo, dan Puji Ardiningsih. 2014.
Aktivitas Antioksidan dan Sitotoksik Ekstrak Metanol Daun Sengkubak
(Pycnarrhena cauliflora Diels). Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 2 No 4
p.148-158.
Septiana, Aisyah Tri dan Ari Asnani. 2013. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Rumput
Laut Sargassum duplicatum. Jurnal Teknologi Pertanian Vol 14 (2) 79-86.
Septiana, Aisyah Tri dkk. 2002. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Dikhlorometana
dan Air Jahe (Zingiber officinale Roscoe) pada Asam Linoleat. Jurnal
Teknol dan Industri Pangan Vol 13 (2): 105-110.
Suryani, Ch. Lilis. 2012. Optimasi Metode Ekstraksi Fenol Dari Rimpang Jahe
Emprit (Zingiber Officinalle Var. Rubrum). Program Studi Teknologi Hasil
Pertanian Fakultas Agroindustri Universitas Mercu Buana Yogyakarta,
Jurnal AgriSains Vol.3 No.4.
Suryatno, Hedi., Basito., dan Esti Widowati. 2012. Kajian Organoleptik, Aktivitas
Antioksidan, Total Fenol Pada Variasi Lama Pemeraman Pembuatan Telur
Asin Yang Ditambah Ekstrak Jahe (Zingiber officinale Roscoe). Jurnal
Teknosains Pangan. Vol. 1 (1): 118-125.
Widiyanti, Ratna K. 2009. Analisis Kandungan Senyawa Jahe (Zingiber officinale
Roscoe). Universitas Indonesia.
Winarsi, Hery. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Kanisius. Yogyakarta.
Yulianto, Rachmad Rizal dan Tri Dewanti Widyaningsih. 2013. Formulasi Produk
Minuman Herbal Berbasis Cincau Hitam (Mesona palustris), Jahe (Zingiber
officinale), dan Kayu Manis (Cinnamomum burmanni). Jurnal Pangan dan
Agroindustri. Vol. 1 No. 1 : 65-77.
Zulfahmi dan Nirmagustina, Dwi Eva. 2012. Pengaruh Sukrosa Terhadap
Kandungan Total Fenol Minuman Rempah Tradisional (Minuman Secang).
Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 12 (2): 125-130.
LAMPIRAN
Perhitungan:
a. Persamaan Regresi Kurva Standar Fenol
y=bx +a
1 ml sampel
100 ml aquades
1 ml
10 ml aquades
100 10
1
1
= 1000
c. Perhitungan Total Fenol
1. Jahe emprit
Absorbansi (y) = 0,064
y=bx +a
Persamaan regresi :
x=1,636
% fenol =
=
x FP 100
g sampel
1,636 1000 100
6
1 10
= 0,1607 %
2. Jahe merah
Absorbansi (y) = 0,088
y=bx +a
Persamaan regresi :
3
0,088=6,8457 10 x +0,0752
3
6,8457 10 x=0,0880,0752
3
6,8457 10 x=0,0128
x= 1,870
% fenol =
=
x FP 100
g sampel
1,870 1000 100
1 106
= 0,1899 %
d. Perhitungan Aktivitas Scavenger (antioksidan)
1. Jahe emprit
Absorbansi kontrol = 0,504
Absorbansi sampel = 0,028
Aktivitas antioksidan =
= 94,4444%
2. Jahe merah
Absorbansi kontrol = 0,504
Absorbansi sampel = 0,146
Aktivitas antioksidan =
= 7`,032%
DOKUMENTASI PRAKTIKUM