You are on page 1of 15

MIKROBIOLOGI INDUSTRI

ACARA III
NATA

Kelompok 6
1.

Adhitya Tri
Pratama

2.
3.
4.
5.
6.
7.

Aisah Pratiwi
Aulia Alfi
Dara Audina Meriza
Diky Gusnanto Wibowo
Enggar Sabtadi
Fajar Dwi Anggara

(H3112001)
(H3112005)
(H3112016)
(H3112022)
(H3112026)
(H3112031)
(H3112034)

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA TEKNOLOGI HASILPERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
ACARA III
NATA

A. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum Mikrobiologi Industri Acara III Nata adalah :

1. Mahasiswa memahami proses pembuatan Nata dan mampu mempraktikan


pembuatan nata
2. Mahasiswa mengetahui fungsi dari masing-masing bahan yang digunakan
dalam pembuatan nata
3. Mahasiswa mengetahui pengaruh sumber karbon (C) dan sumber nitrogen
(N) terhadap nata yang dihasilkan
B. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Bahan
Limbah cair (whey) tahu dapat dimanfaatkan menjadi bahan baku
media perkembangan Acetobacter xylinum, yang menghasilkan lapisan
selulosa, yang disebut nata. Secara teknis, pemanfaatan whey hanya pada
sisa protein dan beberapa zat organik yang masih dikandungnya, sehingga
unsur-unsur tersebut diharapkan dapat mendukung perkembangbiakan
Acetobacter xylinum. Nata sebenarnya adalah selulosa hasil sintesa dari gula
(glukosa) oleh bakteri pembentuk nata yaitu Acetobacter xylinum. Faktor
utama yang berpengaruh pada pembentukan nata adalah sumber gula, suhu
inkubasi, tingkat keasaman medium, lama inkubasi dan aktifitas bakteri.
Pada proses inkubasi media nata yang telah diinokulasi dengan starter yang
mengandung Acetobacter xylinum, setelah 3648 jam inkubasi akan
terbentuk lapisan tembus cahaya pada permukaan medium. Secara bertahap
lapisan ini akan menebal dan membentuk lapisan yang kompak dan kenyal.
Dibawah kondisi yang mendukung, nata yang terbentuk akan mencapai
tebal lebih dari 5 cm dalam waktu satu bulan (Darmajana, 2004).
Air kelapa yang dipakai berasal dari kelapa yang sudah tua, bukan
air kelapa muda. Jika air kelapa bercampur dengan air, kualitas nata yang
dihasilkan akan rendah. Jika bercampur dengan garam, tidak akan terbentuk
nata karena bakteri Acetobacter xylinum tidak bisa tumbuh dalam media
yang asin. Biakan murni Acetobacter xylinum digunakan sebagai starter
yang bisa menggumpalkan air kelapa hingga menjadi nata. Bakteri
Acetobacter xylinum tumbuh dan berkembang dalam larutan air kelapa

dengan derajat keasaman atau pH 3-4. Kandungan nutrisi dalam nata


sebagai berikut :
Tabel 3.1 Kandungan Nutrisi Nata
N
Nutrisi
Kandungan Nutrisi (per 100 gram bahan)
o
1
2
3
4
5
6

Kalori
Lemak
Karbohidrat
Kalsium
Fosfor
Fe (Zat Besi)

146 kal
0,2 %
36,1 mg
12 mg
2 mg
0.5 mg
Sumber : Puslitbang Biologi LIPI Bogor (Warisno, 2004).
Sumber nitrogen yang diberikan dalam pembuatan nata bertujuan
untuk merangsang pertumbuhan, perkembangan, dan aktivitas bakteri
Acetobacter xylinum. Peningkatan konsentrasi nitrogen dalam substrat dapat
meningkatkan jumlah polisakarida nata yang terbentuk. Sumber nitrogen
yang umum digunakan adalah pupuk urea, ZA, NPK, ammonium sulfat
[(NH4)2SO4], dan ammonium phosphat [(NH4)2H2PO4]. Ammonium sulfat
adalah sumber nitrogen yang mudah diperoleh dan harganya relatif murah
dibanding sumber nitrogen lainnya. Selain itu penggunaan (NH4)2SO4 akan
memberikan tekstur yang lembut pada nata dan juga efektif digunakan
dalam pembuatan nata (Rossi dkk, 2008).
Nata adalah komponen selulosa yang terbuat dari fermentasi air
kelapa atau limbah tahu menggunakan mikroba yang dikenal sebagai
Acetobacter xylinum. Nata merupakan produk pangan basah, kelemahan dari
produk ini adalah ketika disimpan dalam kondisi yang basah tidak memiliki
umur simpan yang panjang karena kandungan air yang tinggi, tidak mudah
dalam penyusunan dan penyimpanan, dan tidak mudah dibawa ke semua
tempat, sehingga menyebabkan nilai ekonomi nata menjadi rendah.
Penambahan gula sebagai sumber nutrisi Acetobacter xylinum. Asam asetat
untuk mengasamkan pH (Santosa et al, 2012).
Acetobacter xylinum diklaim menjadi bakteri selulosa yang
memproduksi efektif dan banyak digunakan. Acetobacter xylinum mampu
memproduksi selulosa dalam jumlah yang bervariasi dan tumbuh di

berbagai substrat yaitu glukosa, sukrosa, fruktosa, gula invert, etanol dan
gliserol, Acetobacter xylinum telah terbukti jelas asam ditoleransi mampu
tumbuh pada pH serendah 3,5 dan dilaporkan pH 4,0 dan 5,0 menjadi ideal
untuk pengembangan selulosa. Komponen penting dari media tumbuh
selulosa bakteri adalah karbon dan nitrogen yang akan memberikan nutrisi
pada pertumbuhan Acetobacter xylinum. Bila dibandingkan antara
penggunaan glukosa dan sukrosa, penggunaan glukosa menghasilkan
bakteri tebal selulosa (Afreen and Lokeshappa, 2014).
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan nata meliputi
bahan baku dan beberapa bahan pembantu (tambahan). Bahan baku
pembuatan nata adalah dapat berupa air kelapa atau limbah cair (whey) tahu.
Bahan pembantu diperlukan untuk mempercepat pertumbuhan bakteri dan
mengatur kondisi media agar sesuai bagi pertumbuhan bakteri. Bahan-bahan
tersebut adalah gula, sebagai sumber energi/karbohidrat atau karbon. Asam
asetat/cuka untuk membantu mengatur keasaman (pH). (NH4)2SO4 atau
pupuk urea sebagai sumber nitrogen (Sutarminingsih, 2004).
2. Tinjauan Teori
Nata adalah biomassa yang sebagian besar terdiri dari selulosa,
berbentuk agar dan berwarna putih. Massa ini berasal dari pertumbuhan
Acetobacter xylinum pada permukaan media cair yang mengandung gula.
Komponen utama nata adalah selulosa yang mampu mengikat air sebesar
95% dalam bentuk gel nata sehingga bersifat empuk. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pembentukan nata adalah kandungan gula, protein, lemak,
karbohidrat, dan vitamin di dalam larutan. Selain faktor tersebut, proses
produksi nata sangat dipengaruhi oleh umur starter, lama fermentasi, tingkat
keasaman medium, dan ruangan produksi. Nata dapat dibuat dari bahan
baku limbah cair pengolahan tahu atau bahan baku air kelapa. Jumlah
nitrogen yang melebihi kebutuhan akan mengganggu aktivitas Acetobacter
xylinum dalam mensintesa selulosa. Proses metabolismenya, selaput
selulosa ini terbentuk oleh aktivitas Acetobacter xylinum terhadap glukosa.
Karbohidrat pada medium dipecah menjadi glukosa yang kemudian
berikatan dengan asam lemak membentuk prekursor penciri selulossa oleh

enzim selulosa sintetase, prekursor ini selanjutnya dikeluarkan ke


lingkungan membentuk jalinan selulosa pada permukaan medium.
Pembentukan selulosa Acetobacter xylinum dipengaruhi oleh ketersediaan
oksigen dan glukosa. Selain itu, pembentukannya juga dipengaruhi pH
medium, lama fermentasi, dan sumber nitrogen (Tari dkk, 2010).
Nata adalah produk hasil fermentasi menggunakan mikroba
Acetobacter xylinum. Nata dapat dibuat dengan menggunakan bahan baku
air kelapa, limbah cair tahu, dan limbah industri nanas. Nata de coco adalah
nata yang dibuat dengan bahan baku air kelapa, nata de soya adalah nata
yang dibuat dengan bahan baku limbah cair tahu, nata de pina adalah nata
yang dibuat dari bahan baku limbah nanas, dan nata de aloe adalah nata
yang dibuat dari bahan baku lidah buaya. Nata de soya dibuat dengan
memanfaatkan limbah cair dari proses pembuatan tahu yang dikenal sebagai
whey tahu atau serum dari proses koagulasi protein kedelai yang
difermentasi menggunakan mikroorganisme yang sama dengan pembuatan
nata de coco dan nata de pina yaitu Acetobacter xylinum
(Suryani dkk, 2005).
Suhu media fermentasi harus diturunkan menjadi 28-320C. Lama
pendinginan berkisar antara 2-3 jam. Pasalnya, bakteri Acetobacter xylinum
(biang nata) akan mati bila diinokulasi pada suhu tinggi. Bakteri
Acetobacter xylinum dapat tumbuh dengan baik pada pH 4-4,5. Untuk
menyesuaikan pH tersebut, media fermentasi dapat ditambahkan dan
dicampurkan secara merata asam asetat atau cuka. Cara memanen nata perlu
memakai sendok agar air di baki tidak tersentuh tangan dan tetap steril.
Lembaran nata mentah perlu dilakukan perendaman setelah itu perlu
dilakukan perebusan. Baik perendaman maupun perebusan bertujuan untuk
menghilangkan asam (Sarwono dan Yan, 2003).
Penyaringan bertujuan untuk memisahkan kotoran atau bendabenda asing yang tercampur. Penyaringan dapat dilakukan dengan penyaring
plastik, namun akan lebih baik apabila dilakukan dengan menggunakan kain
penyaring. Media yang mengandung banyak kotoran dan debu akan
menghasilkan nata yang keruh dengan penampakan yang kurang menarik

dan terkesan kotor. Media yang terlalu sering kontak dengan tangan akan
mengalami perubahan sifat yaitu menjadi asam atau basi sebelum diproses.
Timbulnya asam, karena air kelapa tercemar oleh bakteri asam asetat
Acetobacter aceti dari tangan yang berfungsi sebagai perantara.
Penambahan gula pasir dan urea dapat dilakukan pada saat media
dipanaskan, sambil diaduk hingga larut merata. Homogenitas larutan ini
juga sangat menentukan kualitas nata yang dihasilkan, jika tidak merata
akan terbentuk permukaan yang bergelombang dengan ketebalan yang tidak
merata. Perebusan dilakukan untuk meyakinkan bahwa mikroba kontaminan
telah mati dan juga menyempurnakan pelarutan gula pasir dan urea. Tujuan
penambahan asam asetat/cuka adalah untuk menurunkan pH media dari
sekitar 6,5 sampai mencapai pH 4,3. Kondisi pH 4,3 merupakan kondisi
yang optimal bagi pertumbuhan Acetobacter xylinum (Pambayun, 2002).
C. Metodologi
1. Alat
a. Panci
b. Spatula kayu
c. Nampan
d. Kertas koran
e. Karet
f. Lakban
g. Saringan plastik
h. Kompor gas
i. Gelas ukur 1 liter
j. Gelas ukur 100 ml
k. Gelas ukur 10 ml
l. Timbangan analitik
2. Bahan
a. Limbah tahu 1 liter
b. Air kelapa 1 liter
c. Gula pasir 30 gram
d. Urea 4 gram
e. Ammonium sulfat [(NH4)2SO4] 4 gram
f. Cuka 10 ml
g. Starter Acetobacter xylinum 100 ml
3. Cara Kerja

D. Hasil dan Pembahasan


Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Pembuatan Nata
Kelompo
Sampel
k
1 dan 2
Air kelapa + urea
3 dan 4
Air kelapa + (NH4)2SO4
5 dan 6
Limbah cair tahu + urea
7
Limbah cair tahu + (NH4)2SO4
8 dan 9
Air kelapa + urea
10 dan 11 Air kelapa + (NH4)2SO4
12 dan 13 Limbah cair tahu + urea
14
Limbah cair tahu + (NH4)2SO4

Parameter
Tebal
Berat (gram)
+++
200
++
130
+
90
++
150
+
100
-

Sumber : Hasil Pengamatan


Keterangan : (+)
= Tipis
(++) = Agak tebal
(+++) = Tebal

Pada praktikum kali ini digunakan 2 jenis bahan baku pembuatan nata
yaitu air kelapa dan juga limbah cair tahu (whey). Selain digunakan 2 jenis
bahan baku, digunakan pula 2 jenis bahan tambahan yang berbeda yaitu urea
dan ammonium sulfat [(NH4)2SO4]. Pembuatan nata pada praktikum kali ini
dilakukan fermentasi selama 2 minggu dimana hasil nata yang dihasilkan
kelompok 1 dan 2 dengan sampel air kelapa dan urea menghasilkan nata yang
tebal dengan berat 200 gram, sedangkan pada kelompok 3 dan 4 dengan
sampel air kelapa dan (NH4)2SO4 tidak terbentuk nata. Pada kelompok 5 dan 6
dengan sampel limbah cair tahu dan urea menghasilkan nata yang cukup tebal
dengan berat 130 gram. Pada kelompok 7 dengan sampel limbah cair tahu dan
(NH4)2SO4 dihasilkan nata yang tipis dengan berat 90 gram. Kelompok 8 dan 9
dengan sampel air kelapa dan urea menghasilkan nata yang cukup tebal dengan
berat 150 gram. Pada kelompok 10 dan 11 dengan sampel air kelapa dan
(NH4)2SO4 terbentuk nata dengan ketebalan yang tipis serta beratnya 100 gram.
Pada kelompok 12 dan 13 dengan sampel limbah cair tahu dan urea maupun 14
dengan sampel limbah cair tahu dan (NH4)2SO4 sama-sama tidak terbentuk
adanya nata.
Menurut Tari dkk (2010) nata adalah biomassa yang sebagian besar
terdiri dari selulosa, berbentuk agar dan berwarna putih. Massa ini berasal dari
pertumbuhan Acetobacter xylinum pada permukaan media cair yang

mengandung gula. Nata dapat dibuat dari bahan baku limbah cair pengolahan
tahu atau bahan baku air kelapa. Selain dari air kelapa dan limbah tahu, nata
juga dapat dibuat dari limbah industri nanas dan lidah buaya. Nata yang dibuat
dengan bahan baku yang berbeda-beda mempunyai sebutan yang berbeda pula.
Nata de coco adalah nata yang dibuat dengan bahan baku air kelapa, nata de
soya adalah nata yang dibuat dengan bahan baku limbah cair tahu, nata de pina
adalah nata yang dibuat dari bahan baku limbah nanas, dan nata de aloe adalah
nata yang dibuat dari bahan baku lidah buaya (Suryani dkk, 2005).
Pada pembuatan nata dengan bahan baku air kelapa hasil nata yang
terbentuk dikenal dengan nama nata de coco. Menurut Putriana dan Siti (2013)
ketebalan nata de coco pada umumnya adalah antara 1-1,5 cm dengan warna
nata de coco adalah putih susu. Sedangkan pada pembuatan nata dengan bahan
baku limbah cair tahu nata yang terbentuk dikenal dengan nama nata de soya.
Menurut Sarwono dan Yan (2003) setelah kertas koran penutup loyang dibuka,
di atas air tahu yang difermentasikan akan terbentuk lapisan putih yang keruh
dengan tebal sekitar 1-1,5 cm. Pada dasarnya ketebalan nata dipengaruhi oleh
jumlah intensitas cahaya. Nata yang tebal, intensitas cahaya yang masuk dan
diserap semakin banyak sehingga semakin gelap (keruh), sebaliknya pada nata
yang tipis, intensitas cahaya yang masuk dan diserap semakin sedikit sehingga
warna semakin terang (putih). Pada hubungannya dengan berat nata semakin
lama waktu fermentasi maka nata yang terbentuk semakin berat. Lama
fermentasi yang berbeda dihasilkan kadar selulosa yang berbeda, semakin
tinggi kadar selulosa nata, nata semakin berat. Berat nata dipengaruhi oleh
variasi substrat, komposisi bahan, kondisi lingkungan, dan kemampuan
Accetobacter xylinum dalam menghasilkan selulosa (Putriana dan Siti, 2013).
Pada pembuatan nata yang berperan dalam fermentasi air kelapa dan
ampas tahu yang digunakan pada praktikum kali ini adalah mikroba
Acetobacter xylinum. Proses pembentukan selulosa Acetobacter xylinum
dipengaruhi oleh ketersediaan oksigen dan glukosa. Pembentukannya juga
dipengaruhi pH medium, lama fermentasi, dan sumber nitrogen. Jumlah
nitrogen yang melebihi kebutuhan akan mengganggu aktivitas Acetobacter
xylinum dalam mensintesa selulosa (Tari dkk, 2010). Oksigen dapat

mempengaruhi pertumbuhan Acetobacter xylinum karena mikroba tersebut


pada pertumbuhannya bersifat aerob (memerlukan oksigen). Kondisi optimal
dalam fermentasi pembuatan nata harus diturunkan menjadi 28-320C. Pasalnya,
bakteri Acetobacter xylinum akan mati bila diinokulasi pada suhu tinggi.
Ditinjau dari pH pertumbuhan, bakteri Acetobacter xylinum dapat tumbuh
dengan baik pada pH 4-4,5 (Sarwono dan Yan, 2003). Kondisi pH 4,3
merupakan kondisi yang optimal bagi pertumbuhan Acetobacter xylinum
(Pambayun, 2002).
Pada proses produksi pembuatan nata juga dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan nata
adalah kandungan gula, protein, lemak, karbohidrat, dan vitamin di dalam
larutan. Selain faktor tersebut, proses produksi nata sangat dipengaruhi oleh
umur starter, lama fermentasi, tingkat keasaman medium, dan ruangan
produksi (Tari dkk, 2010). Untuk mendukung keberhasilan pembuatan sering
ditambahkan bahan-bahan yang mendukung pertumbuhan yang optimal dari
Acetobacter xylinum sehingga fermentasi dapat berjalan optimal. Praktikum
kali ini ditambahkan gula pada larutan. Menurut Sutarminingsih (2004) gula
digunakan sebagai sumber energi/karbohidrat atau karbon. Sumber karbon
untuk pertumbuhan Acetobacter xylinum adalah glukosa, sukrosa, fruktosa,
gula invert, etanol dan gliserol (Afreen and Lokeshappa, 2014). Pada
praktikum kali ini juga digunakan ammonium sulfat [(NH4)2SO4] dan urea pada
larutan. Menurut Sutarminingsih (2004) (NH4)2SO4 atau pupuk urea digunakan
sebagai sumber nitrogen. Sumber nitrogen yang umum digunakan adalah
pupuk urea, ZA, NPK, ammonium sulfat [(NH4)2SO4], dan ammonium
phosphat [(NH4)2H2PO4] (Rossi dkk, 2008). Pada praktikum ini untuk
mendukung pertumbuhan starter Acetobacter xylinum ditambahkan juga asam
cuka. Bakteri Acetobacter xylinum dapat tumbuh dengan baik pada pH 4-4,5.
Untuk menyesuaikan pH tersebut, media fermentasi dapat ditambahkan dan
dicampurkan secara merata asam asetat atau cuka (Sarwono dan Yan, 2003).
Dengan adanya teori tersebut, fungsi dari penambahan asam cuka adalah

mengatur atau menurunkan derajat keasaman (pH) larutan sehingga


pertumbuhan Acetobacter xylinum optimal.
Faktor utama yang berpengaruh pada pembentukan nata adalah
sumber gula, suhu inkubasi, tingkat keasaman medium, lama inkubasi dan
aktifitas bakteri (Darmajana, 2004). Selain faktor tersebut, proses terbentuknya
nata juga dipengaruhi oleh kandungan gula, protein, lemak, karbohidrat,
vitamin di dalam larutan, umur starter, dan ruangan produksi (Tari dkk, 2010).
Kualitas nata yang dihasilkan dapat berbeda-beda. Menurut Pambayun (2002)
faktor-faktor yang dapat membedakan kualitas nata yang satu dengan yang
lainnya adalah media yang mengandung banyak kotoran, media yang sering
kontak dengan tangan, dan homogenitas larutan. Media yang mengandung
banyak kotoran dan debu akan menghasilkan nata yang keruh dengan
penampakan yang kurang menarik dan terkesan kotor. Media yang terlalu
sering kontak dengan tangan akan mengalami perubahan sifat yaitu menjadi
asam atau basi sebelum diproses. Timbulnya asam, karena air kelapa tercemar
oleh bakteri asam asetat Acetobacter aceti dari tangan yang berfungsi sebagai
perantara. Homogenitas larutan ini juga sangat menentukan kualitas nata yang
dihasilkan, jika tidak merata akan terbentuk permukaan yang bergelombang
dengan ketebalan yang tidak merata. Selain itu menurut Warisno (2004) jika air
kelapa bercampur dengan air, kualitas nata yang dihasilkan akan rendah. Jika
bercampur dengan garam, tidak akan terbentuk nata karena bakteri Acetobacter
xylinum tidak bisa tumbuh dalam media yang asin.
Pada praktikum ini diberi perlakuan yang berbeda yaitu dengan
menggunakan sumber nitrogen urea dan ammonium sulfat [(NH4)2SO4].
Komposisi nitrogen di dalam urea paling besar (Hamad dan Kristiono, 2013).
Ammonium sulfat adalah sumber nitrogen yang mudah diperoleh dan harganya
relatif murah dibanding sumber nitrogen lainnya. Selain itu penggunaan
(NH4)2SO4 akan memberikan tekstur yang lembut pada nata dan juga efektif
digunakan dalam pembuatan nata (Rossi dkk, 2008). Perlakuan yang paling
baik dalam pembuatan nata kali ini adalah dengan menggunakan urea karena
menurut Hamad dan Kristiono (2013) jumlah nitrogen yang lebih besar,

selulosa yang terbentuk dalam layer memberikan hasil yang lebih besar.
Jumlah nitrogen memberikan kontribusi terhadap jumlah selulosa dalam layer
nata yang dihasilkan. Nata yang dihasilkan lebih kompak dengan selulosa
sehingga air yang ada dalam matrik nata lebih sedikit. Pada hasil praktikum
kali ini sudah sesuai dengan teori yang ada karena pada bahan baku air kelapa
dengan penambahan urea menghasilkan nata yang lebih tebal dan juga lebih
berat dibandingkan dengan air kelapa yang ditamabahkan ammonium sulfat.
Pada bahan baku limbah cair tahu yang ditambahkan urea juga menghasilkan
nata yang lebih tebal dan lebih berat dibandingkan dengan limbah cair tahu
yang ditambahkan ammonium sulfat.
E. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum Mikrobiologi Industri Acara III Nata
adalah :
1. Tahapan proses pembuatan nata adalah pemanasan bahan baku sampai
mendidih sambil ditambahkan sumber karbon, pendinginan, penambahan
sumber nitrogen, penyaringan dan pemasukan dalam loyang, penambahan
asam cuka dan starter Acetobacter xylinum, fermentasi, dan pemanenan
2. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembuatan nata adalah
kandungan gula, protein, lemak, karbohidrat, vitamin dalam bahan baku,
umur starter, lama fermentasi, tingkat keasaman medium, dan ruangan
produksi
3. Kondisi optimal pertumbuhan Acetobacter xylinum adalah pada pH 4-4,5;
suhu 28-320C; dan ketersediaan oksigen yang cukup
4. Faktor yang memengaruhi pertumbuhan Acetobacter xylinum adalah
ketersediaan oksigen,sumber karbon, pH medium, lama fermentasi,
sumber nitrogen, umur starter
5. Gula digunakan sebagai sumber energi/karbohidrat atau karbon dan
sumber karbon yang lain untuk pertumbuhan Acetobacter xylinum adalah
glukosa, sukrosa, fruktosa, gula invert, etanol dan gliserol
6. Ammonium sulfat [(NH4)2SO4] maupun pupuk urea digunakan sebagai
sumber nitrogen dan sumber nitrogen yang lain adalah ZA, NPK, dan
ammonium phosphat [(NH4)2H2PO4]

7. Kegunaan penambahan asam cuka adalah mengatur atau menurunkan


derajat keasaman (pH) hingga larutan mempunyai pH 4-4,5 sehingga
pertumbuhan Acetobacter xylinum optimal.
8. Perlakuan yang terbaik pada pembuatan nata adalah dengan menambahkan
sumber nitrogen urea pada bahan baku pembuatan nata
9. Jumlah nitrogen yang lebih besar, selulosa yang terbentuk dalam layer
lebih besar, jumlah selulosa lebih banyak, dan nata lebih kompak dengan
selulosa
10. Kualitas nata yang dihasilkan dipengaruhi oleh media yang mengandung
banyak kotoran, media yang sering kontak dengan tangan, dan
homogenitas larutan.
11.

DAFTAR PUSTAKA
Afreen, S. S. and Lokeshappa B. 2014. Production of Bacterial Cellulose from
Acetobacter xylinum Using Fruits Wastes as Substrate. The International
Journal of Science and Technoledge vol. 2 (8)
Darmajana, Doddy A. 2004. Pengaruh Ketinggian Media dan Waktu Inkubasi
Terhadap Beberapa Karakteristik Nata De Soya. Jurnal Rekayasa Kimia
dan Proses vol. 1 (1)
Hamad, Alwani dan Kristiono. 2013. Pengaruh Penambahan Sumber Nitrogen
Terhadap Hasil Fermentasi Nata de Coco. Jurnal Momentum vol. 9 (1).
Pambayun, Rindit. 2002. Teknologi Pengolahan Nata De Coco. Kanisius.
Yogyakarta
Putriana, Indah dan Siti Aminah. 2013. Mutu Fisik, Kadar Serat dan Sifat
Organoleptik Nata de Cassava Berdasarkan Lama Fermentasi. Jurnal
Pangan dan Gizi vol. 4 (7)
Rossi, Evy, Usman Pato, dan S. R. Darmanik. 2008. Optimalisasi Pemberian
Ammonium Sulfat Terhadap Produksi Nata De Banana Skin. Jurnal
SAGU vol. 7 (2)
Santosa, Budi, Ahmadi, and Domingus Taeque. 2012. Dextrin Concentration and
Carboxy Methyl Cellulosa (CMC) in Making of Fiber-Rich Instant
Baverage from Nata De Coco. IEESE International Journal of Science
and Technology vol. 1 (1)
Sarwono, B. dan Yan Pieter Saragih. 2003. Membuat Aneka Tahu. Penebar
Swadaya. Jakarta
Suryani, Ani, Erliza Hambali, dan Prayoga Suryadarma. 2005. Membuat Aneka
Nata. Penebar Swadaya. Jakarta
Sutarminingsih, Lilies. 2004. Peluang Usaha Nata De Coco. Kanisius.
Yogyakarta
Tari, A. Intan Niken, Catur Budi Handayani, dan Sri Hartati. 2010. Pembuatan
Nata De Coco : Tinjauan Sumber Nitrogen Terhadap Sifat FisikoKimianya. Jurnal WIDYATAMA vol. 19 (2)
Warisno. 2004. Mudah dan Praktis Membuat Nata De Coco. Agromedia. Jakarta

LAMPIRAN GAMBAR

Gambar 3.1

Gambar 3.2

Pemanasan limbah cair


tahu kelompok 6

Pendinginan limbah cair


tahu kelompok 6 setelah
dipanaskan

Gambar 3.3

Gambar 3.4

Pengadukan limbah cair


tahu setelah ditambahkan
starter dan cuka kelompok 6

Proses inkubasi dan


fermentasi pembuatan Nata

Gambar 3.5

Gambar 3.6

Nata de coco hasil


praktikum kelompok 1 dan 2

Nata de soya hasil


praktikum kelompok 5 dan 6

You might also like