Professional Documents
Culture Documents
ACARA III
NATA
Kelompok 6
1.
Adhitya Tri
Pratama
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Aisah Pratiwi
Aulia Alfi
Dara Audina Meriza
Diky Gusnanto Wibowo
Enggar Sabtadi
Fajar Dwi Anggara
(H3112001)
(H3112005)
(H3112016)
(H3112022)
(H3112026)
(H3112031)
(H3112034)
A. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum Mikrobiologi Industri Acara III Nata adalah :
Kalori
Lemak
Karbohidrat
Kalsium
Fosfor
Fe (Zat Besi)
146 kal
0,2 %
36,1 mg
12 mg
2 mg
0.5 mg
Sumber : Puslitbang Biologi LIPI Bogor (Warisno, 2004).
Sumber nitrogen yang diberikan dalam pembuatan nata bertujuan
untuk merangsang pertumbuhan, perkembangan, dan aktivitas bakteri
Acetobacter xylinum. Peningkatan konsentrasi nitrogen dalam substrat dapat
meningkatkan jumlah polisakarida nata yang terbentuk. Sumber nitrogen
yang umum digunakan adalah pupuk urea, ZA, NPK, ammonium sulfat
[(NH4)2SO4], dan ammonium phosphat [(NH4)2H2PO4]. Ammonium sulfat
adalah sumber nitrogen yang mudah diperoleh dan harganya relatif murah
dibanding sumber nitrogen lainnya. Selain itu penggunaan (NH4)2SO4 akan
memberikan tekstur yang lembut pada nata dan juga efektif digunakan
dalam pembuatan nata (Rossi dkk, 2008).
Nata adalah komponen selulosa yang terbuat dari fermentasi air
kelapa atau limbah tahu menggunakan mikroba yang dikenal sebagai
Acetobacter xylinum. Nata merupakan produk pangan basah, kelemahan dari
produk ini adalah ketika disimpan dalam kondisi yang basah tidak memiliki
umur simpan yang panjang karena kandungan air yang tinggi, tidak mudah
dalam penyusunan dan penyimpanan, dan tidak mudah dibawa ke semua
tempat, sehingga menyebabkan nilai ekonomi nata menjadi rendah.
Penambahan gula sebagai sumber nutrisi Acetobacter xylinum. Asam asetat
untuk mengasamkan pH (Santosa et al, 2012).
Acetobacter xylinum diklaim menjadi bakteri selulosa yang
memproduksi efektif dan banyak digunakan. Acetobacter xylinum mampu
memproduksi selulosa dalam jumlah yang bervariasi dan tumbuh di
berbagai substrat yaitu glukosa, sukrosa, fruktosa, gula invert, etanol dan
gliserol, Acetobacter xylinum telah terbukti jelas asam ditoleransi mampu
tumbuh pada pH serendah 3,5 dan dilaporkan pH 4,0 dan 5,0 menjadi ideal
untuk pengembangan selulosa. Komponen penting dari media tumbuh
selulosa bakteri adalah karbon dan nitrogen yang akan memberikan nutrisi
pada pertumbuhan Acetobacter xylinum. Bila dibandingkan antara
penggunaan glukosa dan sukrosa, penggunaan glukosa menghasilkan
bakteri tebal selulosa (Afreen and Lokeshappa, 2014).
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan nata meliputi
bahan baku dan beberapa bahan pembantu (tambahan). Bahan baku
pembuatan nata adalah dapat berupa air kelapa atau limbah cair (whey) tahu.
Bahan pembantu diperlukan untuk mempercepat pertumbuhan bakteri dan
mengatur kondisi media agar sesuai bagi pertumbuhan bakteri. Bahan-bahan
tersebut adalah gula, sebagai sumber energi/karbohidrat atau karbon. Asam
asetat/cuka untuk membantu mengatur keasaman (pH). (NH4)2SO4 atau
pupuk urea sebagai sumber nitrogen (Sutarminingsih, 2004).
2. Tinjauan Teori
Nata adalah biomassa yang sebagian besar terdiri dari selulosa,
berbentuk agar dan berwarna putih. Massa ini berasal dari pertumbuhan
Acetobacter xylinum pada permukaan media cair yang mengandung gula.
Komponen utama nata adalah selulosa yang mampu mengikat air sebesar
95% dalam bentuk gel nata sehingga bersifat empuk. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pembentukan nata adalah kandungan gula, protein, lemak,
karbohidrat, dan vitamin di dalam larutan. Selain faktor tersebut, proses
produksi nata sangat dipengaruhi oleh umur starter, lama fermentasi, tingkat
keasaman medium, dan ruangan produksi. Nata dapat dibuat dari bahan
baku limbah cair pengolahan tahu atau bahan baku air kelapa. Jumlah
nitrogen yang melebihi kebutuhan akan mengganggu aktivitas Acetobacter
xylinum dalam mensintesa selulosa. Proses metabolismenya, selaput
selulosa ini terbentuk oleh aktivitas Acetobacter xylinum terhadap glukosa.
Karbohidrat pada medium dipecah menjadi glukosa yang kemudian
berikatan dengan asam lemak membentuk prekursor penciri selulossa oleh
dan terkesan kotor. Media yang terlalu sering kontak dengan tangan akan
mengalami perubahan sifat yaitu menjadi asam atau basi sebelum diproses.
Timbulnya asam, karena air kelapa tercemar oleh bakteri asam asetat
Acetobacter aceti dari tangan yang berfungsi sebagai perantara.
Penambahan gula pasir dan urea dapat dilakukan pada saat media
dipanaskan, sambil diaduk hingga larut merata. Homogenitas larutan ini
juga sangat menentukan kualitas nata yang dihasilkan, jika tidak merata
akan terbentuk permukaan yang bergelombang dengan ketebalan yang tidak
merata. Perebusan dilakukan untuk meyakinkan bahwa mikroba kontaminan
telah mati dan juga menyempurnakan pelarutan gula pasir dan urea. Tujuan
penambahan asam asetat/cuka adalah untuk menurunkan pH media dari
sekitar 6,5 sampai mencapai pH 4,3. Kondisi pH 4,3 merupakan kondisi
yang optimal bagi pertumbuhan Acetobacter xylinum (Pambayun, 2002).
C. Metodologi
1. Alat
a. Panci
b. Spatula kayu
c. Nampan
d. Kertas koran
e. Karet
f. Lakban
g. Saringan plastik
h. Kompor gas
i. Gelas ukur 1 liter
j. Gelas ukur 100 ml
k. Gelas ukur 10 ml
l. Timbangan analitik
2. Bahan
a. Limbah tahu 1 liter
b. Air kelapa 1 liter
c. Gula pasir 30 gram
d. Urea 4 gram
e. Ammonium sulfat [(NH4)2SO4] 4 gram
f. Cuka 10 ml
g. Starter Acetobacter xylinum 100 ml
3. Cara Kerja
Parameter
Tebal
Berat (gram)
+++
200
++
130
+
90
++
150
+
100
-
Pada praktikum kali ini digunakan 2 jenis bahan baku pembuatan nata
yaitu air kelapa dan juga limbah cair tahu (whey). Selain digunakan 2 jenis
bahan baku, digunakan pula 2 jenis bahan tambahan yang berbeda yaitu urea
dan ammonium sulfat [(NH4)2SO4]. Pembuatan nata pada praktikum kali ini
dilakukan fermentasi selama 2 minggu dimana hasil nata yang dihasilkan
kelompok 1 dan 2 dengan sampel air kelapa dan urea menghasilkan nata yang
tebal dengan berat 200 gram, sedangkan pada kelompok 3 dan 4 dengan
sampel air kelapa dan (NH4)2SO4 tidak terbentuk nata. Pada kelompok 5 dan 6
dengan sampel limbah cair tahu dan urea menghasilkan nata yang cukup tebal
dengan berat 130 gram. Pada kelompok 7 dengan sampel limbah cair tahu dan
(NH4)2SO4 dihasilkan nata yang tipis dengan berat 90 gram. Kelompok 8 dan 9
dengan sampel air kelapa dan urea menghasilkan nata yang cukup tebal dengan
berat 150 gram. Pada kelompok 10 dan 11 dengan sampel air kelapa dan
(NH4)2SO4 terbentuk nata dengan ketebalan yang tipis serta beratnya 100 gram.
Pada kelompok 12 dan 13 dengan sampel limbah cair tahu dan urea maupun 14
dengan sampel limbah cair tahu dan (NH4)2SO4 sama-sama tidak terbentuk
adanya nata.
Menurut Tari dkk (2010) nata adalah biomassa yang sebagian besar
terdiri dari selulosa, berbentuk agar dan berwarna putih. Massa ini berasal dari
pertumbuhan Acetobacter xylinum pada permukaan media cair yang
mengandung gula. Nata dapat dibuat dari bahan baku limbah cair pengolahan
tahu atau bahan baku air kelapa. Selain dari air kelapa dan limbah tahu, nata
juga dapat dibuat dari limbah industri nanas dan lidah buaya. Nata yang dibuat
dengan bahan baku yang berbeda-beda mempunyai sebutan yang berbeda pula.
Nata de coco adalah nata yang dibuat dengan bahan baku air kelapa, nata de
soya adalah nata yang dibuat dengan bahan baku limbah cair tahu, nata de pina
adalah nata yang dibuat dari bahan baku limbah nanas, dan nata de aloe adalah
nata yang dibuat dari bahan baku lidah buaya (Suryani dkk, 2005).
Pada pembuatan nata dengan bahan baku air kelapa hasil nata yang
terbentuk dikenal dengan nama nata de coco. Menurut Putriana dan Siti (2013)
ketebalan nata de coco pada umumnya adalah antara 1-1,5 cm dengan warna
nata de coco adalah putih susu. Sedangkan pada pembuatan nata dengan bahan
baku limbah cair tahu nata yang terbentuk dikenal dengan nama nata de soya.
Menurut Sarwono dan Yan (2003) setelah kertas koran penutup loyang dibuka,
di atas air tahu yang difermentasikan akan terbentuk lapisan putih yang keruh
dengan tebal sekitar 1-1,5 cm. Pada dasarnya ketebalan nata dipengaruhi oleh
jumlah intensitas cahaya. Nata yang tebal, intensitas cahaya yang masuk dan
diserap semakin banyak sehingga semakin gelap (keruh), sebaliknya pada nata
yang tipis, intensitas cahaya yang masuk dan diserap semakin sedikit sehingga
warna semakin terang (putih). Pada hubungannya dengan berat nata semakin
lama waktu fermentasi maka nata yang terbentuk semakin berat. Lama
fermentasi yang berbeda dihasilkan kadar selulosa yang berbeda, semakin
tinggi kadar selulosa nata, nata semakin berat. Berat nata dipengaruhi oleh
variasi substrat, komposisi bahan, kondisi lingkungan, dan kemampuan
Accetobacter xylinum dalam menghasilkan selulosa (Putriana dan Siti, 2013).
Pada pembuatan nata yang berperan dalam fermentasi air kelapa dan
ampas tahu yang digunakan pada praktikum kali ini adalah mikroba
Acetobacter xylinum. Proses pembentukan selulosa Acetobacter xylinum
dipengaruhi oleh ketersediaan oksigen dan glukosa. Pembentukannya juga
dipengaruhi pH medium, lama fermentasi, dan sumber nitrogen. Jumlah
nitrogen yang melebihi kebutuhan akan mengganggu aktivitas Acetobacter
xylinum dalam mensintesa selulosa (Tari dkk, 2010). Oksigen dapat
selulosa yang terbentuk dalam layer memberikan hasil yang lebih besar.
Jumlah nitrogen memberikan kontribusi terhadap jumlah selulosa dalam layer
nata yang dihasilkan. Nata yang dihasilkan lebih kompak dengan selulosa
sehingga air yang ada dalam matrik nata lebih sedikit. Pada hasil praktikum
kali ini sudah sesuai dengan teori yang ada karena pada bahan baku air kelapa
dengan penambahan urea menghasilkan nata yang lebih tebal dan juga lebih
berat dibandingkan dengan air kelapa yang ditamabahkan ammonium sulfat.
Pada bahan baku limbah cair tahu yang ditambahkan urea juga menghasilkan
nata yang lebih tebal dan lebih berat dibandingkan dengan limbah cair tahu
yang ditambahkan ammonium sulfat.
E. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum Mikrobiologi Industri Acara III Nata
adalah :
1. Tahapan proses pembuatan nata adalah pemanasan bahan baku sampai
mendidih sambil ditambahkan sumber karbon, pendinginan, penambahan
sumber nitrogen, penyaringan dan pemasukan dalam loyang, penambahan
asam cuka dan starter Acetobacter xylinum, fermentasi, dan pemanenan
2. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembuatan nata adalah
kandungan gula, protein, lemak, karbohidrat, vitamin dalam bahan baku,
umur starter, lama fermentasi, tingkat keasaman medium, dan ruangan
produksi
3. Kondisi optimal pertumbuhan Acetobacter xylinum adalah pada pH 4-4,5;
suhu 28-320C; dan ketersediaan oksigen yang cukup
4. Faktor yang memengaruhi pertumbuhan Acetobacter xylinum adalah
ketersediaan oksigen,sumber karbon, pH medium, lama fermentasi,
sumber nitrogen, umur starter
5. Gula digunakan sebagai sumber energi/karbohidrat atau karbon dan
sumber karbon yang lain untuk pertumbuhan Acetobacter xylinum adalah
glukosa, sukrosa, fruktosa, gula invert, etanol dan gliserol
6. Ammonium sulfat [(NH4)2SO4] maupun pupuk urea digunakan sebagai
sumber nitrogen dan sumber nitrogen yang lain adalah ZA, NPK, dan
ammonium phosphat [(NH4)2H2PO4]
DAFTAR PUSTAKA
Afreen, S. S. and Lokeshappa B. 2014. Production of Bacterial Cellulose from
Acetobacter xylinum Using Fruits Wastes as Substrate. The International
Journal of Science and Technoledge vol. 2 (8)
Darmajana, Doddy A. 2004. Pengaruh Ketinggian Media dan Waktu Inkubasi
Terhadap Beberapa Karakteristik Nata De Soya. Jurnal Rekayasa Kimia
dan Proses vol. 1 (1)
Hamad, Alwani dan Kristiono. 2013. Pengaruh Penambahan Sumber Nitrogen
Terhadap Hasil Fermentasi Nata de Coco. Jurnal Momentum vol. 9 (1).
Pambayun, Rindit. 2002. Teknologi Pengolahan Nata De Coco. Kanisius.
Yogyakarta
Putriana, Indah dan Siti Aminah. 2013. Mutu Fisik, Kadar Serat dan Sifat
Organoleptik Nata de Cassava Berdasarkan Lama Fermentasi. Jurnal
Pangan dan Gizi vol. 4 (7)
Rossi, Evy, Usman Pato, dan S. R. Darmanik. 2008. Optimalisasi Pemberian
Ammonium Sulfat Terhadap Produksi Nata De Banana Skin. Jurnal
SAGU vol. 7 (2)
Santosa, Budi, Ahmadi, and Domingus Taeque. 2012. Dextrin Concentration and
Carboxy Methyl Cellulosa (CMC) in Making of Fiber-Rich Instant
Baverage from Nata De Coco. IEESE International Journal of Science
and Technology vol. 1 (1)
Sarwono, B. dan Yan Pieter Saragih. 2003. Membuat Aneka Tahu. Penebar
Swadaya. Jakarta
Suryani, Ani, Erliza Hambali, dan Prayoga Suryadarma. 2005. Membuat Aneka
Nata. Penebar Swadaya. Jakarta
Sutarminingsih, Lilies. 2004. Peluang Usaha Nata De Coco. Kanisius.
Yogyakarta
Tari, A. Intan Niken, Catur Budi Handayani, dan Sri Hartati. 2010. Pembuatan
Nata De Coco : Tinjauan Sumber Nitrogen Terhadap Sifat FisikoKimianya. Jurnal WIDYATAMA vol. 19 (2)
Warisno. 2004. Mudah dan Praktis Membuat Nata De Coco. Agromedia. Jakarta
LAMPIRAN GAMBAR
Gambar 3.1
Gambar 3.2
Gambar 3.3
Gambar 3.4
Gambar 3.5
Gambar 3.6