You are on page 1of 6

NAMA

NIM

KELAS

: 3-H

MATA KULIAH : HUKUM ACARA MK

PROSES BERACARA PENGUJIAN UNDANG-UNDANG TERHADAP


UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN
1945 (PENGUJIAN UU TERHADAP UUD 1945)
1. UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH
KONSTITUSI (UU MK)
Pengajuan Permohonan
Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia oleh

Pemohon atau kuasanya kepada Mahkamah Konstitusi (MK).


Pemohon:
pihak
yang
menganggap
hak
dan/atau
kewenangan konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya

UU.
Substansi permohonan sekurang-kurangnya memuat nama
dan

alamat

pemohon,

uraian

yang

menjadi

dasar

permohonan, dan hal apa yang dimohonkan.


Legal standing pemohon:
Perorangan warga negara Indonesia,
Kesatuan masyarakat hukum adat (sesuai dengan

ketentuan undang-undang),
Badan hukum publik/privat,
Lembaga negara.
Pendaftaran Permohonan
Permohonan yang belum lengkap: wajib dilengkapi dalam
jangka waktu 7 (tujuh) hari sejak pemberitahuan terkait

kekuranglengkapan.
Permohonan yang sudah lengkap: dicatat di dalam Buku
Registrasi Perkara Konstitusi.

Disampaikan kepada DPR, Presiden, dan Mahkamah Agung


paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak pencatatan dalam

Buku Registrasi Perkara Konstitusi.


Penjadwalan Sidang
Ditetapkan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah

dicatat dalam Buku Registrasi perkara Konstitusi


Diberitahukan kepada para pihak dan masyarakat

(pemberitahuan ditempel di papan pengumuman di MK).


Pemeriksaan Pendahuluan
Dilakukan sebelum masuk ke pokok perkara.
Hal yang diperiksa: kejelasan dan kelengkapan

isi

permohonan.
Jangka waktu untuk memperbaiki permohonan yang belum
lengkap

dan/atau

jelas:

14

(empat

belas)

hari

sejak

diberitahukan.
Pemeriksaan Persidangan
Hal yang diperiksa: permohonan beserta alat bukti yang

diajukan.
Untuk kepentingan pemeriksaan, jika dibutuhkan wajib
memanggil

lembaga

negara

yang

terkait

dengan

permohonan.
Saksi dan ahli yang dipanggil wajib memberikan keterangan.
Pemohon dapat diwakilkan keberadaannya oleh Kuasa

Pemohon melalui surat kuasa.


MK dapat meminta keterangan dan/atau risalah rapat
kepada MPR, DPR, DPD, dan/atau Presiden terkait dengan

permohonan.
Pengucapan Putusan
Sebelum
pembacaan

putusan

diadakan

rapat

permusyawaratan hakim agar tercapai kesepakatan antara

hakim MK terkait isi putusan yang akan dibacakan.


Rapat permusyawaratan mencapai mufakat: putusan dapat
diucapkan pada hari itu juga/ hari lain (harus diberitahukan
kepada para pihak).

Putusan memperoleh kekuatan hukum tetap sejak selesai

diucapkan.
Isi putusan:
Kepala

Putusan

DEMI

KEADILAN

BERDASARKAN

KETUHANAN YANG MAHA ESA,


Identitas pihak,
Ringkasan permohonan,
Pertimbangan terkait fakta persidangan,
Pertimbangan hukum yang menjadi dasar putusan,
Amar putusan,
Hari, tanggal putusan, nama hakim MK, dan panitera.
Putusan yang mengabulkan permohonan wajib dimuat
dalam Berita Negara paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja
sejak pengucapan putusan.

2. PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 06/PMK/2005 TENTANG


PEDOMAN BERACARA DALAM PERKARA PENGUJIAN UNDANG-UNDANG
Pengajuan Permohonan
Legal standing Pemohon:
Perorangan warga negara Indonesia atau kelompok

orang yang mempunyai kepentingan yang sama,


Kesatuan masyarakat adat berdasarkan undang-

undang,
Badan hukum publik/privat,
Lembaga negara.
Permohonan diajukan melalui kepaniteraan.
Berkas permohonan belum lengkap: diberitahukan kepada
Pemohon

dan

harus

selambat-lambatnya
pemberitahuan

dilengkapi
7

(tujuh)

(penerimaan

dalam
hari
Akta

jangka

waktu

kerja

sejak

Pemberitahuan

Kekuranglengkapan Berkas oleh Pemohon).


Berkas permohonan sudah lengkap: diberitahukan kepada
Pemohon dengan memberikan Akta Penerimaan Berkas

Perkara.
Registrasi Perkara

Permohonan dicatat di dalam Buku Registrasi Perkara

Konstitusi dan diberi nomor perkara.


MK memberitahu DPR, Presiden, dan Mahkamah Agung
terkait adanya permohonan dalam jangka waktu paling
lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak pencatatan dalam Buku

Registrasi Perkara Konstitusi.


Pemberitahuan kepada Mahkamah Agung: agar dihentikan
pengujian peraturan di bawah undang-undang yang sedang

diujikan terkait permohonan.


Penjadwalan Sidang
Penetapan hari sidang pertama paling lambat 14 (empat
belas) hari sejak pencatatan di dalam Buku Registrasi

Perkara Konstitusi.
Penetapan tersebut diberitahukan kepada Pemohon dan
masyarakat (ditempel di papan pengumuman yang terdapat

di MK dan situs mahkamahkonstitusi.go.id).


Panggilan Sidang
Pemberitahuan pemanggilan kepada Pemohon paling lambat

3 (tiga) hari kerja sebelum hari sidang pertama.


Pemberitahuan disampaikan kepada Pemohon langsung oleh
Juru panggil atau melalui telepon, faksimili, dan/atau surat

elektronik.
Pemeriksaan Pendahuluan
Dapat dilakukan dalam sidang yang dipimpin Panel Hakim
[sedikitnya terdiri dari 3 (tiga) orang hakim MK] atau Pleno

[sedikitnya terdiri dari 7 (tujuh) orang hakim MK].


Hal yang diperiksa adalah kelengkapan dan kejelasan

permohonan, terdiri dari:


Kewenangan mahkamah,
Legal standing pemohon,
Pokok permohonan.
Permohonan setelah penyampaian

nasihat

diberikan

dilengkapi

oleh

hakim

MK

wajib

yang

wajib

dan/atau

diperbaiki paling lambat 14 (empat belas) hari sejak

penyampaian nasihat.
Permohonan sudah lengkap dan jelas: penyampaian salinan

permohonan kepada DPR, Presiden, dan Mahkamah Agung.


Pemeriksaan Persidangan
Pokok persidangan:
Pemeriksaan pokok permohonan,
Pemeriksaan alat-alat bukti tertulis,
Mendengarkan keterangan Presiden/Pemerintah,
Mendengarkan keterangan DPR dan/atau DPD,
Mendengarkan keterangan saksi,
Mendengarkan keterangan ahli,
Mendengarkan keterangan dari pihak terkait,
Pemeriksaan rangkaian data, keterangan, perbuatan,
keadaan dan/atau peristiwa yang bersesuaian dengan

alat-alat bukti lain yang dapat dijadikan petunjuk.


Pemeriksaan alat-alat bukti lain yang berupa informasi
yang diucapkan, dikirimkan, diterima, atau disimpan
secara elektronik dengan alat optic atau yang serupa

dengan itu.
Pemeriksaan persidangan juga dapat dilakukan melalui

telekonferensi.
Pembuktian
dalam

Pemohon.
Pembuktian

juga

persidangan
dapat

dibebankan
dibebankan

kepada
kepada

Presiden/Pemerintah dan DPR, dan/atau pihak terkait.


Alat-alat bukti yang diperiksa:
Surat/tulisan,
Keterangan saksi,
Keterangan ahli,
Keterangan Pemohon, DPR, Presiden/Pemerintah,

dan/atau DPD, serta pihak yang terkait langsung.


Petunjuk,
Alat bukti lain (elektronik).
Rapat Permusyawaratan Hakim (RPH)

Dilakukan secara tertutup dan rahasia, dipimpin oleh Ketua

MK.
Susunan kuorum RPH terdirii dari sedikitnya 7 (tujuh) orang
hakim

MK,

dibantu

panitera,

dan

petugas

lain

yang

disumpah.
Hal-hal yang dimusyawarahkan dalam RPH akan menjadi

dasar bagi hakim MK dalam membuat putusan.


Pengucapan Putusan
Putusan diucapkan setelah adanya RPH yang dihadiri

sedikitnya 7 (tujuh) orang hakim MK.


Putusan dibacakan dalam sebuah sidang Pleno terbuka
untuk umum yang dihadiri sedikitnya 7 (tujuh) orang hakim

MK.
Isi putusan yang diucapkan:
Kepala putusan DEMI

KEADILAN

BERDASARKAN

KETUHANAN YANG MAHA ESA,


Identitas Pemohon,
Ringkasan permohonan yang telah diperbaiki,
Pertimbangan terhadap fakta yang terungkap dalam

persidangan,
Pertimbangan hukum sebagai dasar putusan,
Amar putusan,
Pendapat berbeda antara hakim MK,
Hari dan tanggal putusan, nama dan tanda tangan

Hakim Konsitusi, serta Panitera.


Putusan memperoleh kekuatan hukum tetap sejak selesai

diucapkan.
Salinan putusan dikirimkan kepada Pemohon paling lambat 7

(tujuh) hari kerja sejak pengucapan putusan.


Salinan
putusan
disampaikan
kepada
Presiden/Pemerintah, dan Mahkamah Agung.

DPR,

DPD,

You might also like