Professional Documents
Culture Documents
DASAR-DASAR EKOLOGI
ACARA I
SALINITAS SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS ABIOTIK
Disusun Oleh :
Nama
NIM
: 13/347898/PN/13187
Gol / Kel
: B-4 / 3
Asisten
: 1. Reni Afiat
2. Fahmi Eka Putra
3. Yohana Cahyantika
ACARA I
TUJUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Kata ekologi pada awalnya diciptakan oleh ahli zoologi Ernst Haekel Jerman
pada 1860-an. Hal ini berasal dari bahasa Yunani untuk "oikos" yang
diterjemahkan sebagai "rumah". Jadi, secara harfiah, ekologi adalah studi ilmiah
dari rumah kami. Dalam prakteknya, ekologi didefinisikan sebagai studi ilmiah
dari interaksi antara organisme dengan satu sama lain dan dengan lingkungan
abiotik dan biotik mereka (Markus, 2007).
Unsur gizi tanaman mineral dipengaruhi oleh salinitas. Salinitas berubah
penyerapan selektif ion oleh akar dan translokasi ion ini menurun. Kondisi
salinitas menyebabkan ketidakseimbangan gizi pada elemen yang tersedia dan
penyerapan kompetitif dan translokasi unsur atau distribusi. Hal ini dapat
menghentikan aktivitas fisiologis atau meningkatkan kebutuhan tanaman internal
elemen (Khorshidi, 2009).
Tanah yang mengandung tingkat salinitas tinggi di daerah perakaran atau padi
yang digenangi terus-menerus hanya menimbulkan masalah didaerah tertentu, hal
ini disebabkan oleh beberapa faktor (Tinning, 2007):
1.Macam tanah.
2.Hujan terus-menerus sejak tsunami terjadi.
3.Lamanya waktu suatu tanah digenangi oleh air laut.
4.Penggenangan yang disebabkan oleh pasang naik dan pasang surut.
Salinitas alami adalah sebuah fenomena yang tersebar luas di bumi dan
evolusi dari kehidupan organisme dihasilkan pada sejumlah spesies yang
menunjukkan mekanisme adaptasi spesial untuk tumbuh pada lingkungan
III.
METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Praktikum Dasar-Dasar Ekologi acara I yang berjudul Salinitas sebagai
Faktor Pembatas Abiotik untuk golongan B4, dilaksanakan pada tanggal 24 April
2014 pukul 13.30 16.30. Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Ekologi
Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta dan di rumah kaca fakultas Pertanian, Universitas Gadjah
Mada. Bahan-bahan yang digunakan meliputi benih dari 3 macam tanaman yaitu
kacang hijau (Vigna radiata), padi (Oryza sativa), dan mentimun (Cucumis
sativus), polybag, tanah, pupuk kandang, dan kertas label. Alat yang digunakan
antara lain timbangan analitik, gelas ukur, erlenmeyer, alat pengaduk, peralatan
tanam,dan penggaris.
Cara kerjanya adalah pertama-tama polybag diisi dengan tanah, disiapkan
sebanyak kurang lebh 3 Kg. Bila ada kerikil, sisa-sisa akar tanaman lain dan
kotoran harus dihilangkan supaya tidak mengganggu pertumbuhan tanaman.
Selanjutnya dipilih biji yang sehat dari jenis tanaman yang akan diperlakukan,
selanjutnya ditanam lima biji ke dalam masing-masing polybag. Penyiraman
dilakukan setiap hari dengan air biasa.Setelah berumur 1 minggu, bibit
dijarangkan menjadi 2 tanaman/polybag, dipilih bibit yang sehat.Kemudian
larutan NaCl dengan konsentrasi 0 ppm,2500 ppm dan 5000 ppm dibuat.Sebagai
pembanding digunakan air aquadest.Masing-masing perlakuan diulang enam kali
(sesuai dengan jumlah kelompok dan satu golongan).Masing-masing konsentrasi
larutan garam dituangkan pada tiap-tiap polybag sebagai perlakuan.Sampai
kapasitas lapang. Volume masing-masing larutan untuk tiap-tiap polybag harus
sama. Tiap polybag harus diberi label sesuai perlakuan dan ulangannya. Label
harus mudah dibaca, agar dapat dicegah tertukarnya dengan pelakuan lain saat
pengamatan. Pemberian larutan garam dilakukan setiap dua hari sekali sampai 7
kali pemberian. Selang hari diantaranya tetap dilakukan penyiraman dengan air
biasa dengan volume yang sama. Percobaan dilaksanakan sampai tanaman
berumur 21 hari, kemudian dilakukan pemanenan.Usahakan akar jangan sampai
rusak atau terpotong. Pengamatan yang dilakukan meliputi tinggi tanaman setiap
2 hari sekali (cm), berat segar tanaman pada akhir pengamatan (gram), panjang
akar utama pada akhir pengamatan (cm) dan abnormalitas tanaman (klorosis pada
daun, dsb) serta dioven dan ditimbang berat kering tanaman tersebut.Pada akhir
percobaan, dari seluruh data yang terkumpul diambil (dihitung) rerata tiga
ulangan pada tiap perlakuan.Lalu dibuat grafik tinggi tanaman pada masingmasing konsentrasi garam vs hari pengamatan untuk masing-masing tanaman,
grafik panjang akar pada masing-masing konsentrasi garam vs hari pengamatan
untuk masing-masing tanaman.Lalu dibuat histogram berat basah, berat kering
dan panjang akar.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENGAMATAN
Tabel 1.1.1Tinggi Tanaman Padi pada Berbagai Perlakuan
Tanaman
Perlakuan
Padi
0 ppm
2500 ppm
5000 ppm
Tanaman
Perlakuan
Padi
0 ppm
1
7,09
7,68
8,57
7
20,73
19,77
22,10
2
2,00
3
2,17
4
2,42
5
2,58
6
3,00
7
3,17
2500 ppm
1,50
1,83
2,08
2,50
5000 ppm
1,67
1,83
2,25
2,83
Tabel 1.1.2 Jumlah Daun pada Berbagai Perlakuan
2,83
2,83
2,83
3,00
3,00
2,92
Tabel 1.1.3 Tabel Bobot Segar (BS), Bobot Kering (BK), dan Panjang Akar
Tanaman
Perlakuan
BS(g)
BK(g)
Padi
0 ppm
2500 ppm
5000 ppm
0,14
0,18
0,14
0,04
0,03
0,04
Panjang Akar(cm)
6,23
7,75
8,84
B. PEMBAHASAN
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dampak salinitas terhadap
pertumbuhan tanaman dan mengetahui tanggapan beberapa macam tanaman
terhadap tingkat salinitas berbeda. Maka dalam praktikum ini dilakukan
pengecambahan tiga macam biji dengan tingkat salinitas berbeda untuk
membuktikan kebenaran hukum Shelford tentang batasan tertentu tiap spesies
terhadap salinitas yang sesuai kebutuhannya. Tiga jenis tanaman tersebut yakni
padi (Oryza sativa), kacang hijau (Vigna radiata), dan mentimun (Cucumis
sativus). Tiap tanaman akan mendapatkan 3 perlakuan salinitas 0 ppm, 2500 ppm,
dan 5000 ppm. Pada percobaan, kadar garam tersebut telah mengurangi potensial
air yang ada pada jaringan karena penambahan potensial konsentrasi tinggi dari
ion Na dan Cl yang diakumulasikan pada biji di kertas filter.
Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadargaram terlarut dalam air. Salinitas
juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah.Pengaruh kondisi salin
terhadap tanaman sangatlah besar.Ada tanaman tertentu yang tahan dan dapat
tumbuh pada lingkungan kondisi salin.Pada konsentrasi tertentu, unsure garam
sangat diperlukan oleh tanaman seperti pada awal kehidupan atau saat
perkecambahan.Namun, ketika konsentrasi garam yang terdapat di tanah menjadi
berlebih, maka dapat berakibat negatif pada tanaman berupa menurunnya tekanan
osmosis tanah daerah perakaran, tanah menjadi terdispersi dan penyerapan akar
manjadi terganggu. Tanaman akan kekeringan secara fisiologis karena air yang
dibutuhkan justru terosmosis keluar ketika salinitas menjadi tinggi.
Tanaman yang toleran dapat berhasil mengatasi cekaman salinitas antara lain
dengan cara meningkatkan kadar zat yang bersifat melindungi tanaman seperti
dekstrosa atau gula total dan menekan kadar zat-zat yang bersifat meracuni.seperti
leusin, isoleusin, NH3, tirosin, metionin, fenil, alanin. Dinyatakan pula bahwa
pertumbuhan tanaman di lingkungan bergaram berhubungan langsung dengan
ketahanan tanaman terhadap tekanan osmotik dan keracunan oleh ion-ion spesifik,
misalnya Na+ dan Cl-. Tanaman yang tumbuh pada daerah-daerah berkadar garam
tinggi akan banyak menyerap ion Na+, Cl-, dan SO42-. Ion-ion tersebut bergerak
menuju perakaran tanaman melalui aliran massa. Sebelum mencapai ambang
kritis, akumulasi ion masih dapat ditolerir tanaman sehingga tidak terjadi efek
toksik/kematian.
Faktor faktor yang mempengaruhi salinitas:
1. Penguapan, makin besar tingkat penguapan air laut di suatu wilayah, maka
salinitasnya tinggi dan sebaliknya pada daerah yang rendah tingkat penguapan
air lautnya, maka daerah itu rendah kadar garamnya. Penguapan bisa
disebabkan oleh panas dari sinar matahari atau oleh pergerakan angin.
2. Curah hujan, makin besar/banyak curah hujan di suatu wilayah laut maka
salinitas air laut itu akan rendah dan sebaliknya makin sedikit/kecil curah hujan
yang turun salinitas akan tinggi.
3. Banyak sedikitnya sungai yang bermuara di laut tersebut, makin banyak sungai
yang bermuara ke laut tersebut maka salinitas laut tersebut akan rendah, dan
sebaliknya makin sedikit sungai yang bermuara ke laut tersebut maka
salinitasnya akan tinggi.
20.00
2500 ppm
15.00
Tinggi Tanaman (cm) 10.00
5000 ppm
5.00
0.00
1234567
Hari
5000 ppm
2500 ppm
0 ppm
1
Hari
Panjang Akar
BS(g)
BK(g)
Perlakuan
V. KESIMPULAN
1.
2.
tanaman
yang
toleran
terhadap
salinitas
yang
tinggi
DAFTAR PUSTAKA
Khorshidi, M.B. 2009.Salinity effect on nutrients accumulation in alfalfa shoots in
hydroponic condition.Journal of Food, Agriculture and Environment 7
: 787-790.
Markus,Christie.2007.Whatisecology?.<http://salamandercandy.wordpress.com/2
007/02/09/what-is-ecology/>.Diakses pada tanggal 9 maret 2013.
Santoso, B. 2006.Tanah Salin, Tanah Sodik, dan Cara Meraklamasinya. Yayasan
Pembina Fakultas Universitas Brawijaya Malang, Malang.
Shamin, A. H and T. Akae. 2009. Desanization of saline soils aimed
atenvironmentally sustainable agriculture: A new thought. Journal of
American Sciene 5: 197-198.
Staples, R. C and G. H. Toeniesen . 2006. Salinity Tolerance in Plants Stategnes
For Crop for crops inprovmen. A whiley-interscience publication.
Jhon Wiley and Sons, New York.
Tinning, G . 2010. The basic of Salinity and Sodicity Effects of Soils Physical
Properties. Journal of Australia 6:378-341.