You are on page 1of 85

BAB 3

Hubungan antara G dengan T dan P untuk sistem


tertutup:
d(nG) = (nV) dP (nS) dT

(2.14)

Untuk fluida fasa tunggal dalam sistem tertutup tanpa


reaksi kimia:
nG
P
nG
T

nV
T ,n

nS
P,n

Untuk sistem terbuka fasa tunggal:


nG = g(P, T, n1, n2, . . . , ni, . . . )
Diferensial total:
nG
d nG
P

nG
dP

T ,n

nG
dT

n
i

P,n
i

dni
T ,P,nj i

Potensial kimia didefinisikan sebagai:


nG
i

T ,P,nj i

(3.1)

Sehingga pers. di atas menjadi


d nG nV dP nS dT i dni
i

(3.2)

Untuk sistem yang terdiri dari 1 mol, n = 1 dan n i = xi


dG V dP SdT i dxi
i

(3.3)

Pers. (3.3) ini menyatakan hubungan antara energi


Gibbs molar dengan variabel canonical-nya, yaitu T,
P, dan {xi}:
G = G(T, P, x1, x2, . . . , xi, . . . )

Dari pers. (3.3):


G
S

T
G
V

P,x

T ,x

gas

cair

d nG

Ditinjau satu sistem tertutup


yang terdiri dari dua fasa yang
berada dalam keadaan
keseimbangan.
Setiap fasa berlaku sebagai
satu sistem terbuka.

nV dP nS dT i dni

d nG nV dP nS dT i dni

d(nG) = (nV) dP (nS) dT


Perubahan total energi Gibbs untuk sistem
merupakan jumlah perubahan dari masing-masing
fasa
d nG nV dP nS dT i dni i dni
i

Secara keseluruhan, sistem merupakan sistem


tertutup, sehingga persamaan (2.14) juga berlaku:

i dni i dni 0
i

dni dandni

ada akibat transfer massa antar fasa.

Menurut hukum kekekalan massa:


dni dni
dn dn

i i dni 0
i

dn

dn
i i i i 0
i

i dni i dni 0
i

i dni i dni 0
i

Karena dni independen dan sembarang, maka satusatunya cara agar ruas kiri pers. di atas = 0 nol
adalah bahwa setiap term di dalam tanda
kurung =

i i 0
0:
i i
(i = 1, 2, . . . , N)
Jadi pada keadaan keseimbangan, potensial kimia
setiap spesies adalah sama di setiap fasa.

Penurunan dengan cara yang sama menunjukkan


bahwa pada keadaan keseimbangan, T dan P kedua
fasa adalah sama.
Untuk sistem yang terdiri dari lebih dari 2 fasa:

i i . . . i

(i = 1, 2, . . . , N)

(3.6)

Definisi dari partial molar property:


nM
Mi

(3.7)
T ,P,nj

Mi mewakili Ui , Hi , Si , Gi , dll.
Partial molar property merupakan suatu response
function, yang menyatakan perubahan total property
nM akibat penambahan sejumlah diferensial spesies
i ke dalam sejumlah tertentu larutan pada T dan P
konstan.
Pembandingan antara pers. (3.1) dan (3.7):

i Gi

(3.8)

When one mole of water is added to a large


volume of water at 25 C, the volume increases
by 18 cm3.
The molar volume of pure water would thus be
reported as 18 cm3 mol-1.
However, addition of one mole of water to a
large volume of pure ethanol results in an
increase in volume of only 14 cm3. The reason
that the increase is different is that the volume
occupied by a given number of water molecules
depends upon the identity of the surrounding
molecules.
The value 14 cm3 is said to be the partial molar

HUBUNGAN ANTARA MOLAR PROPERTY DAN


PARTIAL MOLAR PROPERTY
nM = M(T, P, n1, n2, . . . , ni, . . . )
Diferensial total:
nM

d nM
P

nM

dP

T ,n

nM
dT

n
i
P,n

dni
T ,P,nj

Derivatif parsial pada suku pertama dan kedua ruas


kanan dievaluasi pada n konstan, sehingga:
M

d nM n

dP n

T
T ,x

nM
dT

n
i
P,x

dni
T ,P,nj

Derivatif parsial pada suku ketiga ruas kanan


didefinisikan oleh pers. (3.7), sehingga:
M

d nM n

dP n

T
T ,x

P,x

dT Mi dni
i

(3.9)
Karena ni = xi n, maka
dni = xi dn + n dxi
Sedangkan d(nM) dapat diganti dengan:
d(nM) = n dM + M dn

Sehingga pers. (3.9) menjadi:


M

ndM M dn n

dP n

T
T ,x

dT
P,x

Mi xi dn ndxi
i

Suku-suku yang mengandung n dikumpulkan,


demikian juga suku-suku yang mengandung dn:

dM P

dP

T
T ,x

dT Mi dxi n
i
P,x

M xi Mi dn 0

n dan dn masing-masing independen dan sembarang,


sehingga satu-satunya cara untuk membuat ruas
kanan sama dengan nol adalah dengan membuat
term yang berada dalam kurung sama dengan nol.
M

dM

dP

T
T ,x

dM

dP

T
T ,x

P,x

dT Mi dxi 0

P,x

dT Mi dxi
i

(3.10)

Pers. (3.10) ini sama dengan (3.9), jika n = 1.

M xi Mi 0
i

M xi Mi

(3.11)

Jika pers. (3.11) dikalikan dengan n, maka


nM ni Mi

(3.12)

Diferensiasi terhadap pers. (3.11) menghasilkan:


dM xi dMi Mi dxi
i

Jika dimasukkan ke pers. (3.10) maka akan menjadi:

xi dMi Mi dxi
i

dP

T
T ,x

P,x

dT Mi dxi
i

Selanjutnya akan diperoleh persamaan GIBBS/DUHEM:


M

dP

T
T ,x

P,x

dT xi dMi 0

(3.13)

Untuk proses yang berlangsung pada T dan P konstan:

xi dMi 0
i

(3.14)

Jika n mol gas ideal memenuhi ruangan dengan


volume Vt pada temperatur T, maka tekanannya
adalah:
nRT
(A)
P
Vt
Jika ni mol spesies i dalam campuran ini memenuhi
ruangan yang sama, maka tekanannya:
ni RT
pi
Vt

(B)

Jika pers. (B) dibagi dengan pers. (A), maka


pi ni

xi
P n
pi = y i P

(i = 1, 2, . . . , N)

Partial molar volume untuk gas ideal:


ig

nV
ig
Vi

T ,P,nj

nRT P

i
RT n

P ni

nj

T ,P,nj

RT

Jadi untuk gas ideal:


Viig Viig
Gas ideal merupakan
gas model yang terdiri
dari molekul-molekul
imajiner yang tidak
memiliki volume dan
tidak saling
berinteraksi

(3.15)

Property setiap
spesies tidak
dipengaruhi oleh
keberadaan spesies
lainnya

Dasar dari Teori


Gibbs

TEORI GIBBS:
Partial molar property (selain volume) dari suatu
spesies dalam campuran gas ideal sama dengan
molar property tersebut untuk spesies dalam
keadaan murni pada temperatur campuran tapi
tekanannya sama dengan tekanan partial
spesies tersebut dalam campuran.
Pernyataan matematis untuk teori Gibbs:
Miig T , P Miig T , pi

untuk Miig Viig

(3.16)

Karena enthalpy tidak tergantung pada P, maka


Hiig T , pi Hiig T , P
Sehingga:
Hiig T , P Hiig T , P
Hiig Hiig

(3.17)

Dengan memasukkan pers. (3.11):


Hig yi Hiig
i

(3.18)

Persamaan yang sejenis juga berlaku untuk U ig dan


property lain yang tidak tergantung pada tekanan.
Pers. (3.18) dapat ditulis ulang dalam bentuk:
Hig yi Hiig 0
i

Untuk gas ideal, perubahan enthalpy pencampuran = 0

Untuk gas ideal:


RT
V
P
V ig
R


T P P

ig

PV RT

ig

Jika dimasukkan ke pers. (2.25):

ig

V
ig
ig
ig
dP
dH CP dT V T
T P

dH C dT V T dP
P P

ig

ig
P

dHig CPig dT

(2.25)

ig

(3.19)

Jika dimasukkan ke pers. (2.26):


ig

dT

V
ig
ig
dP
dS CP

T T P

dT
dP
dS C
R
T
P
ig

(2.26)
(3.20)

ig
P

Untuk proses pada T konstan:


dSig Rd lnP
P

ig

dS R d lnP

pi

(T konstan)
(T konstan)

pi

P
P
S T , P S T , pi R ln R ln
R ln yi
pi
yi P
ig
i

ig
i

Siig T , pi Siig T , P R ln yi

Menurut per. (3.16):


Siig T , P Siig T , pi
Sehingga:
Siig T , P Siig T , P R ln yi
Siig Siig R ln yi

(3.21)

Menurut summability relation, pers. (3.12):


Sig yi Siig yi Siig Rlnyi
i

Sehingga pers. (3.21) dapat ditulis sebagai:


Sig yi Siig R yi ln yi
i

(3.22)

Perubahan entropy yang menyertai pencampuran


gas ideal dapat diperoleh dengan menyusun ulang
pers. (3.22) menjadi:
Sig yi Siig R yi ln yi
i

Atau:
1
S yi S R yi ln
yi
i
i
ig

ig
i

Karena 1/yi >1, maka ruas sebelah kanan selalu


positif, sesuai dengan hukum kedua Termodinamika.
Jadi proses pencampuran adalah proses ireversibel.

Energi bebas Gibbs untuk campuran gas ideal:


Gig = Hig T Sig
Untuk partial property:
Giig Hiig T Siig

Substitusi pers. (3.17) dan (3.21) ke persamaan di atas:


Giig Hiig T Siig RT lnyi
Atau:

iig Giig Giig RT lnyi

(3.23)

Cara lain untuk menyatakan potensial kimia adalah


dengan menggunakan pers. (2.14)
dGiig Siig dT Viig dP

(2.14)

Pada temperatur konstan:


RT
dP
dG V dP
dP RT
P
P
ig
i

ig
i

(T konstan)

Hasil integrasi:
Giig i T RT ln P

(3.24)

Jika digabung dengan pers. (3.23):

iig i T RT ln yi P

(3.25)

Energi Gibbs untuk campuran gas ideal:


Gig yi i T RT yi ln yi P
i

Karena Giig yiGiig yi iig


i

yi i T RT ln yi P
i

(3.26)

Persamaan
yang analog
untuk fluida
nyata:

Pers. (3.24) hanya


berlaku untuk zat murni
i dalam keadaan gas
ideal.

Gi i T RT lnfi

(3.27)

Dengan fi adalah fugasitas zat murni i.

Pengurangan pers. (3.24) dengan (3.27) menghasilkan:


fi
Gi G RT ln
P
ig
i

Menurut pers. (2.39):

fi
Gi G RT ln
P
ig
i

Gi Giig GR
Sedangkan rasio fi/P merupakan property baru yang
disebut KOEFISIEN FUGASITAS dengan simbol i.
G RT lni
R
i

dengan

fi
i
P

GRi
lni
RT

(3.28)

(3.29)

Definisi dari fugasitas dilengkapi dengan


pernyataan bahwa fugasitas zat i murni dalam
keadaan gas ideal adalah sama dengan
tekanannya:
fiig P

(3.30)

Sehingga untuk gas ideal GR = 0 dan i = 1.


Menurut pers. (2.46):
GiR P
dP
Zi 1
RT 0
P

(T konstan)

Persamaan (3.28) dan (2.46) dapat disusun ulang menja


P

dP

lni Zi 1
0

(T konstan)

(3.31)

Persamaan (3.31) dapat langsung digunakan


untuk meng-hitung koefisien fugasitas zat murni i
dengan menggunakan persamaan keadaan dalam
bentuk volume explicit.
Contoh persamaan keadaan dalam bentuk volume
explicit adalah pers. Virial 2 suku:

Bi P
Zi 1
RT

Bi P
Zi 1
RT

dP P Bi
lni Zi 1

dP
P 0 RT
0

(T konstan)

Karena Bi hanya tergantung pada temperatur, maka


Bi P
lni
dP

RT 0
Bi P
lni
RT

(T konstan)

(3.32)

Bagaimana untuk persamaan keadaan kubik yang


merupakan persamaan yang berbentuk P
eksplisit?
Gunakan pers. (2.55)
GRi

dVi
Zi 1 lnZi Zi 1

RT

Vi
Vi

dVi
lni Zi 1 lnZi Zi 1

Vi
Vi

(2.55)

(3.33)

Atau:
1 Vi
RT
lni Zi 1 lnZi
P
dVi

RT
Vi

(3.34)

KOEFISIEN FUGASITAS SENYAWA MURNI


DARI BEBERAPA PERSAMAAN KEADAAN:
1. Van der Waals
RT a
P
2
V b V
a
b

ln Z 1
ln Z 1
RTV
V

(3.34)

2. Virial
B C
Z 1 2
V V

P C B P
D 3BC 2B P

ln B

...(3.35)
2 RT
3
RT
RT
2

3. Redlich-Kwong
RT
a
P

V b V V b

a
b
bRTln 1 V

(3.36)

a
b
bRTln 1 V

(3.37)

b

ln Z 1 ln Z 1
V

4. Soave-Redlich-Kwong
RT
a
P

V b V V b
b

ln Z 1 ln Z 1
V

5. Peng-Robinson
RT
a
P
2
V b V 2bV b2
b

ln Z 1 ln Z 1
V

a
b
V 2,414

2 2bRTln V 0,414
b

(3.38)

KESEIMBANGAN FASA UAP-CAIR


UNTUK ZAT MURNI
Pers. (3.27) untuk zat murni i dalam keadaan uap jenuh
GiV i T RT lnfiV

(3.27a)

Untuk cair jenuh:


GiL i T RT lnfiL
Jika keduanya dikurangkan:
V
f
GiV GiL RT ln iL
fi

(3.27b)

Proses perubahan fasa dari uap menjadi cair atau


sebaliknya terjadi pada T dan P konstan (P isat).
Pada kondisi ini:
GiV GLi 0
Sehingga:
fiV fiL fisat

(3.38)

Untuk zat murni, fasa cair dan uap ada


bersama-sama jika keduanya memiliki
temperatur, tekanan dan fugasitas yang
sama

Cara lain:

Sehingga:

sat
f
isat isat
Pi

(3.39)

iV Li isat

(3.40)

Untuk zat murni, fasa cair dan uap ada


bersama-sama jika keduanya memiliki
temperatur, tekanan dan koefisien
fugasitas yang sama
Persamaan (3.40) lebih banyak digunakan
sebagai kriteria keseimbangan, karena
koefisien fugasitas dapat dihitung/ diturunkan
dari persamaan keadaan (persamaan 3.34

Dalam perhitungan keseimbangan fasa uap dan


cair untuk zat murni, sebenarnya kita harus
menyelesaikan serangkaian persamaan:
VV f T,P

...........................

VL f T,P

...........................

V f T,P,VV

...........................

L f T,P,VL

...........................

V L

...........................

Dalam hal ini kita memiliki 5 persamaan dengan


6 buah variabel (T, P, VV, VL, V, dan L).
Agar persamaan tersebut dapat diselesaikan
maka jumlah persamaan harus sama dengan
jumlah variabel, atau derajat kebebasan harus
sama dengan nol.
derajat kebebasan = jml variabel bebas
jml persamaan
Dalam hal ini:
derajat kebebasan = 6 5 = 1
Hal ini berarti bahwa kelima persamaan
tersebut dapat diselesaikan hanya bila salah

Dalam hal keseimbangan fasa-uap cair zat


murni, variabel bebas yang dipilih adalah T atau
P.
Jika yang ditentukan adalah T, maka
serangkaian persamaan tersebut dapat
digunakan untuk menghitung tekanan jenuh
atau tekanan uap jenuh.
Sistem
persamaan
tersebut pada dasarnya
V
L

dapat direduksi
menjadi satu persamaan:
atau

V
f P L 1 0 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Jadi intinya adalah kita akan menyelesaikan


satu persamaan (pers. f) dengan satu variabel,
yaitu P.
Yang menjadi masalah adalah bahwa
persamaan tersebut bukan merupakan
persamaan linier.
Cara yang paling mudah untuk menyelesaikan
persamaan tersebut adalah dengan cara
NUMERIK.

Algoritma:
1. Tebak nilai P
2. Hitung ZV dan ZL dengan metoda analitis
3. Hitung VV
4. Hitung VL
5. Hitung V dengan pers. (C)
6. Hitung L dengan pers. (D)
7. Hitung Rasio = V/ L

8. Jika Rasio 1, tebak nilai P yang baru HOW?


9. Ulangi langkah 2-8

Ada banyak metoda numerik yang dapat


digunakan, tetapi dalam persoalan perhitungan
keseimbangan fasa ini cara yang paling mudah
adalah BISECTION METHOD.

fL
fM
xL

xM

xR
fR

ALGORITMA:
1. Tebak nilai xL dan xR (= xL + x)
2. Hitung fL = f(xL) dan fR = f(xR)
3. Hitung fL fR
4. i = 0
5. Jika (fL fR) > 0 maka :
a. Jika fL < fR maka:

xR = x L

xL = xR x

Kembali ke langkah 2
b. Jika fL > fR maka:

xL = x R

xR = xL + x

6. Jika (fL fR) < 0 maka :


7. i = i + 1

xL xR
8. Hitung xM:xM
2
9. Hitung fM = f(xM)
10.Jika fM 1 10-6 maka x = xM, selesai
11.Hitung fL fM
12.Jika (fL fM) > 0 maka :
a. xL = xM
b. xR = xR
c. Hitung fL dan fR
b. Kembali ke langkah 7

9. Jika (fL fM) < 0 maka :


a. xL = xL
b. xR = xM
c. Hitung fL dan fR
b. Kembali ke langkah 7

CONTOH SOAL
Data eksperimental untuk tekanan uap nheksana pada 100C adalah 5,86 atm.
Prediksikan tekanan uap tersebut dengan
menggunakan persamaan RK dan SRK
PENYELESAIAN:

RT
a
P

V b V V b
Tc = 469,7 K
Pc = 33,25 atm
R = 0,082057 L3 atm K-1 mol-1

R2 Tc2
a 0,42748 19,098
Pc
RTc
b 0,08662 0,1004
Pc

1 2
r

1,1219
0,7944
1 2

Pada tekanan uap jenuh, fugasitas fasa cair = fasa


V
i

L
i

iV
1
L
i

VV dan VL dihitung sebagai akar terbesar dan


terkecil dari persamaan kubik.
Selesaikan persamaan kubik dengan metoda

V untuk persamaan RK:

b
a
b

ln Z 1 ln Z 1 V
ln 1 V
V bRT
V

V

(A)

L untuk persamaan RK:

b
a
b

ln Z 1 ln Z 1 L
ln 1 L
V bRT
V

L

(B)

FUGASITAS CAIRAN MURNI


Fugasitas cairan murni i dihitung melalui 2 tahap:
1. Menghitung koefisien fugasitas uap jenuh dengan
pers. (3.31) atau (3.34)
ln

sat
i

ln

Psat

dP
Zi 1
P
0

sat
i

sat
i

(3.31)

1
RT

P
dVi

RT V0
Vi

sat
i

1 lnZ

Visat

(3.34)

Selanjutnya fugasitas uap jenuh dihitung dengan


menggunakan pers. (3.36)
fisat isat Pisat
Fugasitas ini juga merupakan fugasitas cair jenuh
2. Menghitung perubahan fugasitas akibat
perubahan tekanan dari Pisat sampai P, yang
mengubah keadaan cairan jenuh menjadi cairan
lewat jenuh.
Menurut persamaan (2.14) untuk T konstan:
dGi Vi dP

Gi

Gisat

Pisat

dGi Vi dP

Gi Gisat Vi dP

(3.38)

Pisat

Vi adalah molar volume dari cairan.


Sedangkan menurut pers. (3.27):
Gi i T RT lnfi
Gisat i T RT lnfisat

sat
i

Gi G

fi
RT ln sat
fi

(3.39)

Pers. (3.38) = (3.39):


fi
1 P
ln sat
Vi dP

RT Pisat
fi
Molar volume cairan (Vi) hanya sedikit dipengaruhi
oleh P pada T << Tc, sehingga pada persamaan di
atas Vi dapat dianggap konstan.
fi
Vi P Pisat
ln sat
RT
fi

Vi P Pisat
fi
PF exp
sat

RT
fi

(3.40)

Poynting factor
Dengan mengingat bahwa:
fisat isatPisat
maka
sat

V
P

P
sat sat
i
i
fi i Pi exp

RT

(3.41)

Definisi dari koefisien fugasitas suatu komponen


dalam campuran/larutan sama dengan definisi
ig
fugasitas zatmurni
(pers. 3.25)
i i T RT ln yi P

i i T RT lnfi

(3.42)

fi Adalah fugasitas spesies i dalam larutan bukan


merupakan partial molar property
Kriteria keseimbangan larutan:
fi fi ... fi

(i = 1, 2, . . . , N)

(3.43)

Untuk keseimbangan uap-cair multikomponen:


(i = 1, 2, . . . , N)

fiV fiL

(3.44)

Definisi dari residual property:


MR M Mig
Jika dikalikan dengan n:
nMR nM nMig
Diferensiasi terhadap ni pada T, P dan nj konstan:
nMR
n

T ,P,nj

nM

T ,P,nj

nMig

T ,P,nj

MiR Mi Miig

(3.45)

Untuk energi bebas Gibbs:


GiR Gi Giig

(3.46)

i i T RT lnfi
iig i T RT ln yi P
i

ig
i

fi
RT ln
yi P

(3.42)

(3.25)

i Gi , maka:
Dengan mengingat bahwa
GiR RT lni

(3.47)

Dengan definisi:
fi
i
yi P

(3.48)

FUNDAMENTAL RESIDUAL-PROPERTY RELATION


Besaran yang berhubungan dengan nG yang banyak
digunakan adalah (nG/RT).
Jika dideferensialkan:
1
nG
nG
d
d nG
dT

2
RT
RT
RT

(3.49)

d(nG) pada persamaan di atas diganti dengan pers. (3.2


d nG nV dP nS dT i dni
i

(3.2)

Sehingga diperoleh:
nV
nS
i
nG
nG
d
dP
dT
dni
dT

2
RT
RT
RT
i RT
RT
nV
n
Gi
nG
TS G dT dni
d
dP

2
RT
RT
i RT
RT
Dengan mengingat bahwa G = H TS, maka:
nV
nH
Gi
nG
d
dP
dT
dni

2
RT
RT
i RT
RT

(3.50)

Untuk gas ideal:


nGig
nVig
nHig
Giig

d
dP
dT
dni
2
RT
RT
i RT
RT

Jika pers. (3.50) dikurangi dengan pers. untuk gas ideal:


nGR
nVR
nHR
GiR

d
dP
dT
dni
2
RT
RT
i RT
RT

(3.51)

Jika Pers. (3.47) dimasukkan ke pers. (3.51), maka:


nGR
nVR
nHR

d
dP
dT lni dni
2
RT
RT
i
RT

(3.52)

V R nGR RT

RT
P

(3.53)
T ,x

nGR RT
HR
T

RT

nG
RT

lni

P,x

(3.54)

(3.55)
T , P,nj

KOEFISIEN FUGASITAS DARI VOLUMEEXPLICIT EOS


Hubungan antara Residual Gibbs free energy dengan
persamaan keadaan:
GR P
dP
Z 1
RT 0
P
Untuk campuran dengan n mol:
nGR P
dP
nZ n
RT 0
P

(2.44)

Diferensiasi terhadap ni pada T, P dan nj konstan:


nGR RT

nZ n

n
0

i
P

T ,P,nj

nZ n

lni

n
0

i
P

T ,P,nj

dP

dP

lni Zi 1
P
0
dengan

nZ
Zi

T ,P,nj

dP
P

nZ n

n
0

i
P

T ,P,nj

(3.56)

T ,P,nj

dP
P

Untuk persamaan virial 2 suku:


BP
Z 1
RT
nBP
nZ n
RT
nZ
Zi

T ,P,nj

P nB
1
RT ni

Jika disubstitusikan ke pers. (3.55):

T ,nj

P nB

lni 1
RT ni
0

1 P nB

RT 0 ni

T ,nj

dP
1
P

dP
T ,nj

P nB

lni
RT ni

(3.57)
T ,nj

Koefisien virial kedua (B) dalam pers. di atas adalah


koefisien untuk campuran:
B yi yj Bij
i

(3.57)

Untuk campuran 2 komponen:

B yi yj Bij
i

B y12 B11 2 y1 y2 B12 y22 B22


2
n1 2

n1 n2
n2

nB n
B12
B11 2
B22
2
n
n
n

1 2
nB n1 B11 2 n1 n2 B12 n22 B22
n

nB
n

T ,n2

1 2
2 n1 B11 2 n1 n2 B12 n22 B22
n
1
2 n1B11 2 n2B12
n

nB
n

y12 B11 2 y1 y2 B12 y22 B22

nB
n

T ,n2

2 y1B11 2 y2B12

B 2 yj Bij
T ,nj

(3.58)

CONTOH SOAL
Hitung koefisien fugasitas N2 (1) dan CH4 (2) yang
berada dalam campuran dengan komposisi y 1 = 0,4
pada 200 K dan 30 bar. Data eksperimental untuk
koefisien virial kedua:
B11 = 35,2 cm3 mol1
B22 = 105 cm3 mol1
B12 = 59,8 cm3 mol1
PENYELESAIAN
P nB

lni
RT ni
B yi yj Bij
i

T ,nj

nB
n

B 2 yj Bij
T ,nj

B y12 B11 2 y1 y2 B12 y22 B22


= (0,4)2(35,2) + 2(0,4)(0,6)(59,8)
+ (0,6)2(105)
= 72,136 cm3 mol1
P nB

ln1
RT n1
nB
n

T ,n2

B 2 y1B11 y2B12
T ,n2

72,14 2 0,4 35,2 0,6 59,8 27,78

ln1

30
27,78 0,0501
83,14 200

1 0,9511
P nB

ln2
RT n2
nB
n

2
ln2

T ,n1

B 2 y1B12 y2B22 101,70


T ,n1

30
101,70 0,1835
83,14 200

2 0,8324

KOEFISIEN FUGASITAS DARI CUBIC EOS


Definisi fugasitas parsial menurut pers. (3.42):
Gi i i T RT lnfi
Jika dideferensialkan:
dGi RT dlnfi
Sedangkan pada T konstan juga berlaku hubungan:
dGi VidP

Jika kedua persamaan terakhir digabung akan dihasilkan


nV

RT d lnfi Vi dP
dP

ni

(3.59)

dP dapat dieliminasi dengan bantuan aturan berantai


untuk diferensial parsial:
nV ni P
n P nV 1

i
nV
P
n dP n d nV

i
i

(3.60)

Sehingga:
P

RT d lnfi
d nV
ni

(3.61)

Jika kedua sisi pers. (3.61) ditambah dengan


RT d ln (V/RT) maka:
fi V
P
V
RT d ln

d nV RT d ln
RT
RT
ni

P
RT

d nV

nV
ni
Mengingat bahwa:
fi V
fi
lim ln
limln lnyi
V
RT P0 P

Maka:
fi V V P
RT
RT d ln

d nV

RT ni
nV
lnyi
lnfi

fi V

P
RT

ln
lnyi
d nV

RT
nV
V ni

RT

P
RT
V

RT lnfi lnyi
d nV RT ln

nV
RT
V ni

fi
P
RT
V

RT ln

d nV RT ln

nV
RT
V ni
yi

Kedua sisi dikurangi dengan RT ln P

fi
P
RT
PV

RT ln

d nV RT ln

nV
RT
V ni
yi P

P
RT
RT lni
d nV RT lnZ

nV
V ni

(3.62)


1 nbm
V bm

lni
ln

lnZ
V

V bm ni

a m

nbm
V

bmRT V bm V bm ni

a m 1 1 n2 a m 1 nbm V bm

ln

bmRT a m n ni bm ni V bm

2
1

n
a m 2 y a
dengan:
j
ij
n
ni
j

nbm
bi
ni

Van der Waals:


bi
V bm
ambi

ln
lni
lnZ
V
bmRTV

V bm
Redlich-Kwong:

a m
bi
bi
V bm

ln
lni
lnZ
V b
b
RT
V

b
V

m
m

a m 2j yj a ij bi V

ln

a m
bmRT
bm V bm

Soave-Redlich-Kwong:

bi
a m
bi
V bm

ln
lni
lnZ

b
RT

b
V

m
m

m
2 yj a ij

a m j
bi
V

ln

a m
bmRT
bm V bm

Peng-Robinson:

a mbi V
bi
V bm

ln
lni
lnZ
2
2

b
RT
V

2
bV

b
V

b
V

a m

2 yj a ij

2,828
bmRT

a m

bi V 2,414
bm

ln
bm V 0,414
bm

You might also like