Professional Documents
Culture Documents
1.
Pendahuluan
concrete topping
support beam
Gambar 2. Penampang balok komposit yang merupakan bagian dari sistem lantai
pracetak
2.
Selama ini pembuatan sistem pelat lantai tanpa perancah dengan balok
sekaligus berfungsi sebagai penyangga (support beam) saat pelaksanaan dan nantinya
akan menyatu dengan pelat beton cor di tempat sudah banyak digunakan, antara lain
dengan sistem komposit baja-beton. Selain digunakan balok baja bisa juga digunakan
kayu, seperti yang diterapkan pada Holz-Verbund-Systeme (http://www.hbv-system.de).
Namun pemakaian baja dan kayu di beberapa tempat harganya masih relatif mahal.
Selain kedua bahan tersebut, saat ini banyak digunakan sistem lantai dari komposit
keramik-beton (Wiryanto, 2005), dengan segala kelebihan dan kekurangannya
dibandingkan dengan bahan lain. Aplikasi sistem lantai dengan komponen pracetak
ukuran kecil berbentuk U pernah laporkan oleh Pongburanakit dan Aramraks (2006).
Komponen pracetak dirangkai terlebih dahulu untuk membentuk balok utuh, kemudian
balok tersebut, yang berfungsi sebagai support beam, digabungkan dengan pelat lantai
cor di tempat.
Penelitian tentang pelat precast pernah dilakukan oleh Triwiyono dkk. (2006),
yang menguji secara eksperimetal pelat beton pracetak, yang terbuat dari pelat pracetak
disatukan dengan beton cor di tempat dengan terlebih dahulu dilakukan beberapa
perlakuan permukaan beton precast, yaitu dengan pengasaran permukaan beton
precast, pemberian lapisan bonding agent dibandingkan dengan tanpa perlakuan
apapun. Pembebanan lentur dikenakan pada pelat secara statik dan siklik. Hasilnya
antara lain didapatkan bahwa akibat beban statik, perlakuan permukaan tidak terlalu
berpengaruh terhadap kekakuan maupun kekuatan masing-masing benda uji dengan
berbeda perlakuan permukaan. Beban hidup yang bekerja pada bangunan gedung dan
rumah tinggal cenderung mendekati beban statik, karena beban hidup riil lebih kecil
dibandingkan beban mati.
Penentuan kapasitas balok dalam memikul beban didasarkan antara lain oleh
batasan lendutan jangka panjang. Lendutan jangka panjang suatu balok di atas tumpuan
sederhana diperlihatkan pada Gambar 3, dimana lendutan inisial (seketika) i ini dari
waktu ke waktu akan bertambah besar akibat susut dan rangkak menjadi . Lendutan
jangka panjang dipengaruhi antara lain oleh besarnya lendutan inisial (seketika), rasio
tulangan tekan dan durasi pembebanan. Untuk keperluan praktis lendutan jangka
panjang besarnya sekitar dua kali lendutan seketika, atau
i (SNI 03-2847-2002).
q
i seketika
jangka panjang
Jika lendutan ijin jangka panjang ijin balok terjadi dalam dua tahap, yaitu tahap
pelaksanaan e dan tahap pelayanan s, dimana masing-masing tahap mempunyai sifat
penampang berbeda, maka perhitungan lendutan harus didasarkan pada kedua tahap
tersebut, atau:
ijin
(1)
Lendutan ijin ditetapkan sebesar L/360. Karena lendutan jangka panjang besarnya dua
kali dari lendutan jangka pendek, dan hasil dalam penelitian ini masih terbatas pada
lendutan jangka pendek (seketika), maka lendutan ijin dibatasi menjadi setengahnya
yaitu L/720. Ketentuan ini akan digunakan untuk penetapan kapasitas beban pada
sistem lantai pracetak yang ditulis dalam makalah ini. Analisis hasil dalam makalah ini
didasarakan pada hasil pengujian yang telah ditulis dalam laporan LKFT (2010) yang
sebagian juga ditulis dalam bentuk tugas akhir oleh Ndaru (2010), Ilham (2010) dan
Tatyana (2010). Hasil yang akan disajikan ini sekaligus sebagai perbaikan dari beberapa
analisis hasil yang telah ditulis dalam acuan tersebut.
3.
Metode Penelitian
Keterangan gambar:
1. Loading Frame
2. Hydraulick Jack
3. Datalogger
4. Hydraulic pump
5. Batang penerus beban
4.
a.
Curved tile
Dari pengujian lima belas benda uji dengan variasi jenis perletakan tidak
memberikan perbedaan kekakuan dan kekuatan yang berarti. Pada beban tertentu,
ujung curve tile bersentuhan dengan begel pada support beam sehingga terjadi
kerusakan/pecah sehingga perletakan tidak bisa berperilaku sebagai sendi atau rol
sempurna, tetapi mirip sendi. Beban maksimum berkisar antara 0,98 1,77 kN. Jika
beban maksimum diambil nilai terendah dari hasil uji tersebut, maka beban yang
diijinkan adalah sekitar 1 kN atau sekitar 100 kg. Nilai ini diperkirakan masih lebih besar
dibandingkan dengan berat pekerja. Pada Gambar 7 diperlihatkan contoh hasil
pengujian berupa kurva hubungan beban-lendutan. Dari kurva-kurva ini dapat dilihat
bahwa semua curved tile runtuh secara getas.
(a)
(b)
B eban q, kN/m 2
30
25
20
15
S B .1.1
10
S B .1.2
5
S B .1.3
0
0
10
15
20
25
30
35
L e nduta n, m m
ijin
= 4,03 1 = 3,03 mm
Dengan batasan lendutan ini, balok komposit sistem ini mampu mendukung
beban sekitar 10 kN/m2. Bila dikurangi beban mati sekitar 3,5 kN/m2 (beban mati berupa
support beam, curved tile, slab, keramik, plafon), maka sistem lantai mampu mendukung
beban 6,5 kN/m2. Sehingga bisa disimpulkan bahwa sistem lantai ini cukup aman
digunakan untuk rumah tinggal atau bangunan lain dengan beban hidup 2,5 kN/m2,
dengan angka aman sekitar 2,2. Selain itu dengan beban hidup ini balok dalam kondisi
elastik dan belum mengalami retak.
45
40
35
B eban q, kN/m 2
30
25
20
firs t c rac k
S lab 1
15
S lab 2
S lab 3
10
S lab 4
5
S lab 5
S lab 6
0
0
20
40
60
80
100
120
L e nduta n (m m )
beban ijin sekitar 10 kN/m2 (beban mati dan hidup). Karena nilai ini sama dengan
kemampuannya dalam memikul momen positif, maka balok mampu digunakan untuk
beban hidup sebesar 2,5 kN/m2.
25
B eban q, kN/m 2
20
15
10
firs t c rac k
S lab 1
S lab 2
S lab 3
20s
40
60
80
100
120
140
160
180
L e nduta n (m m )
5.
Kesimpulan
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. beban maksimum satu buah curved tile adalah sekitar 1 kN atau 100 kg. Untuk
menghindari kecelakan kerja, curved tile tidak dibebani langsung oleh pekerja,
tetapi di atasnya dipasang tulangan terlebih dahulu atau diberi perata beban.
b. Jarak perancah pendukung support beam maksimum 1 m, untuk lendutan
tambahan pada balok balok, perancah harus diberi alas agar tidak terjadi
penurunan.
c. Sistem lantai pracetak yang terbuat dari support beam, curved yile dan beton cor
ditempat mampu digunakan untuk beban hidup 2,5 kN/m2.
Ilham, P., 2010, Aplikasi balok Precast pada Sistem Lantai Bangunan Rumah tinggal (Tinjauan
Momen Negatif) Tugas Akhir di Jurusan teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik UGM
Lembaga Kerjasama Fakultas Teknik (LKFT), Fakultas UGM, 2010, Laporan Akhir Pengujian
Laboratorium dan Sertifikasi Sistem Bangunan Solusi Rumah, Kerjasama antara LKFT
dengan PT. Holcim Indonesia Tbk., tidak dipublikasikan.
Ndaru, A., 2010, Aplikasi balok Precast pada Sistem Lantai Bangunan Rumah tinggal (Tinjauan
Momen Positif) Tugas Akhir di Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik UGM.
PT. Holcim Indonesia Tbk., 2009, Solusi Rumah Holcim, http://solusirumah.blogspot.com, 22
Oktober 2009.
Park, R. dan Paulay, T., 1975, Reinforced Concrete Structure, A Wiley-Interscience Publication,
New York-London-Sydney-Tonronto.
Pongburanakit, C., dan Aramraks, T., 2006, Calculation of The Flexural Strength Of Interlocking
Block Beams, Sysposium on Infrastructure Development and the Environmental
(SEAMEO-INNOTECH.), Philippines.
Tatyana, A., 2010, Aplikasi balok Precast pada Sistem Lantai Bangunan Rumah tinggal (Tinjauan
Momen Positif dengan Mutu Beton Sesuai Lapangan) Tugas Akhir di Jurusan Teknik Sipil
dan Lingkungan Fakultas Teknik UGM.
Triwiyono, A., Satyarno, I., Saputra, A. dan Himawan, L., 2004, Perilaku Pelat Gabungan Antara
Beton Lama Dengan Baru Akibat Beban Statik dan Siklik, Laporan Penelitian Hibah
Bersaing Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian Universitas Gadjah Mada.
Wiryanto J, D., 2005, Perilaku Lentur Pelat Lantai Komposit Keramik Beton (Keraton) Ditinjau dari
Momen Negatif Dengan Variasi Keramik Ceilling Brick dan Diameter Tulangan, , Jurusan
Teknik Sipil Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.