You are on page 1of 21

Suprobo

515120002

Maharuli

515120012

Arvin Gozali

515120003

Kevin

515120017

Agustinus

515120007

Dimas

515120019

GENERATOR SINKRON
1. Tujuan Percobaan
Mempelajari fisik generator sinkron, karakteristik kerja generator sinkron serta
cara pengendalian operasinya baik pada kerja sendiri maupun pada kerja
paralel.
2. Peralatan Percobaan
1. Generator sinkron dan unit pengeraknya.
2. Peralatan ukur listrik dan deteksi untuk operasi dengan PLN.
3. Catu daya bantu arus searah.
4. Beban-beban listrik resistif / induktif.
5. Peralatan bantu laboratorium lainnya.
3. Teori Percobaan
3.1. Konstruksi generator sinkron
Untuk operasinya, generator sinkron memerlukan arus penguatan pada
belitan medannya (field winding). Ditinjau dari segi penguatannya ada 2
macam generator yaitu:
- Generator sinkron penguatan terpisah, daya penguatan berasal dari
sumber tersendiri diluar generator.
- Generator sinkron penguatan sendiri, daya penguatan diambil dari
keluaran generator itu sendiri. Jenis generator ini merupakan mayoritas
dari generator sinkron yang ada di industri dewasa ini (self exicted
synchronous generator). Jenis generator ini tidak memerlukan catu daya
khusus untuk penguatannya.
Selanjutnya ditinjau dari tempat belitan penguat pada mesin, terdapat 2
macam generator :
-

Generator sinkron penguatan di rotor.

Generator sinkron penguatan di stator.

Sedangkan dari jenis belitan penguatan di rotor, terdapat dua jenis kutub
generator:

Suprobo

515120002

Maharuli

515120012

Arvin Gozali

515120003

Kevin

515120017

Agustinus
515120007
Dimas
- Jenis kutub generator rata (non salient pole).

515120019

Jenis kutub generator menonjol (salient pole).

Jenis kutub yang pertama dijumpai pada genertor putaran tinggi seperti pada
PLTG, PLTU.
Jenis kutub kedua, lazim dipakai pada generator putaran rendah, misal pada
PLTA, PLTD.
3.2. Anatomi generator sinkron
Gambar 1. menunjukkan irisan penampang generator sinkron penguatan di
rotor, tipe kutub menonjol. Bagian-bagian generator sinkron ini :
1. Stator, terdiri rangka mesin, unit stator dengan belitan jangkar yang
terlihat pada alur - slot stator. Pada bagian luar terdapat terminal box
generator dan papan nama (name plate).
2. Rotor, berupa kutub generator kutub menonjol (4-kutub). Inti rotor
berupa susunan laminasi plat-plat tipis yang diberi penguat dengan
eksistansi arus searah.
3. Belitan medan (excitation winding), yaitu belitan dengan arus
penguatan yang menghasilkan fluksi utama, dimana pemotongan fluksi
utama pada belitan stator akan mangahasilkan ggl pada belitan jangkar
generator sinkron.
4. Slip ring dan sikat, keduanya merupakan media penghubung rangkaian
luar dengan belitan kutub generator yang berputar. Terdapat 2 pasang
slip ring - sikat pada generator ini yaitu, untuk terminal positif dan
negatif.

Gambar 1. Penampang irisan generator sinkron

Suprobo

515120002

Maharuli

515120012

Arvin Gozali

515120003

Kevin

515120017

Dimas

515120019

Agustinus
515120007
3.3. Cara kerja generator sinkron

Dengan mengalirkan arus penguatan (excitation current) pada belitan


penguat (field winding - excitation winding) maka pada generator yang
sedang berputar tersebut timbul fluksi elektromagnetis. Lintasan fluksi
tersebut itu adalah dari kutub Utara (N) - menyeberang ke stator melalui
gabungan - udara - melintasi inti stator, memotong belitan jangkar
generator - kembali ke rotor ke kutub Selatan (S) dan melintasi ini rotor
kembali ke kutub Utara (N). Kumparan jangkar ( N lilitan), memotong
fluksi elektromagnet dengan kecepatan putaran N s rpm,
g.g.l

e N

d
dt

pers

(5.1)

Terlihat bahwa tegangan g.g.l generator fungsi dari N - putaran generator


sedang fluksi yang dihasilkan oleh kutub generator, yang sebanding
dengan arus penguatan.

kI f

pers (5.2)

Pada posisi belitan jangkar tegak lurus bidang kutub maka terlingkup
adalah maksimum. Sedangkan pada posisi belitan jangkar rata dengan
bidang kutub maka terlingkup = 0

lingkup cos

pers (5.3)

t atau dt

dan

e 2 s N sin t

pers (5.4)

Gambar 2. Posisi belitan jangkar

Suprobo

515120002

Maharuli

515120012

Arvin Gozali

515120003

Kevin

515120017

Agustinus

515120007

Dimas
515120019
N

Jadi tegangan generator tergantung pada s dan serta posisi jangkar saat
itu. Bentuk tegangan yang terimbas adalah sinusoidal.
Untuk generator sinkron 3-fasa, antara fasa terpisah 120 o listrik sehingga
tegangan keluarannya pun berbentuk 3 buah tegangan sinusoidal dengan
antara masing masing 120o listrik. Selanjutnya frekuensi tegangan bolak
balik tersebut ditentukan oleh hubungan :
f

p . s
120

Dengan p

s
f

pers (5.5)
: jumlah kutub generator .
:

putaran generator

: frekuensi tegangan keluaran

Untuk menghasilkan frekuensi 50 Hz, putaran generator adalah :


s
P

3000
2

1500
4

1000
6

750
8

3.4. Jenis-jenis Generator


a. Generator Tanpa Beban
Apabila sebuah mesin sinkron difungsikan sebagai generator dengan
diputar pada kecepatan sinkron dan rotor diberi arus medan (If), maka
pada kumparan jangkar stator akan diinduksikan tegangan tanpa beban
(E0). Dalam keadaan tanpa beban arus jangkar tidak mengalir stator
sehingga tidak terdapat pengaruh reaksi jangkar. Fluks hanya dihasilkan
oleh arus medan (If). Bila besar arus medan dinaikkan, maka tegangan
keluaran juga akan naik sampai titik saturasi (jenuh), seperti pada
Gambar 3. Kondisi generator tanpa beban bisa digambarkan rangkaian
ekuivalennya seperti diperlihatkan pada Gambar 3b.

Suprobo

515120002

Maharuli

515120012

Arvin Gozali

515120003

Kevin

515120017

Agustinus

515120007

Dimas

515120019

Gambar
3(a) dan 3(b). Kurva dan rangkaian ekuivalen generator tanpa beban
b. Generator Berbeban
Bila generator diberi beban yang berubah-ubah maka besarnya tegangan
terminal V akan berubah-ubah pula. Hal ini disebabkan adanya
kerugian tegangan pada:
a. Resistansi Jangkar Ra
Resistansi jangkar / fasa Ra menyebabkan terjadinya kerugian
tegang / fasa (tegangan jatuh / fasa) dan I.Ra yang sefasa dengan
arus jangkar.
b. Reaktansi Bocor Jangkar Xl
Saat arus mengalir melalui penghantar jangkar, sebagian fluks yang
terjadi tidak mengimbas pada jalur yang telah ditentukan. Hal ini
disebut fluks bocor.
c. Reaksi jangkar Xa
Adanya arus yang mengalir pada kumparan jangkar saat generator
dibebani akan menimbulkan fluksi jangkar (A) yang berintegrasi
dengan fluksi yang dihasilkan pada kumparan medan rotor (F).
Interaksi antara kedua fulksi ini disebut sebagai reaksi jangkar,
seperti diperlihatkan pada Gambar 4 yang mengilustrasikan kondisi
reaksi jangkar untuk jenis beban yang berbeda-beda.

Suprobo

515120002

Maharuli

515120012

Arvin Gozali

515120003

Kevin

515120017

Agustinus

515120007
Dimas
Gambar 4. (a), (b), (c), dan (d) Kondisi reaksi jangkar

515120019

Gambar 4(a). Memperlihatkan kondisi reaksi jangkar saat generator dibebani


tahanan (resistif) sehingga arus jangkar Ia sefasa dengan GGL Eb
dan A akan tegak lurus terhadap F.
Gambar 4(b). Memperlihatkan kondisi reaksi jangkar saat generator dibebani
kapasitif, sehingga arus jangkar Ia mendahului GGL Eb sebesar
dan A terbelakang terhadap F dengan sudut (90 ).
Gambar 4(c). Memperlihatkan kondisi reaksi jangkar saat dibebani kapasitif
murni yang mengakibatkan arus jangkar Ia mendahului GGL Eb
sebesar 90o dan A akan memperkuat F yang berpengaruh
terhadap pemagnetan.
Gambar 4(d). Memperlihatkan kondisi reaksi jangkar saat dibebani induktif murni
sehingga mengakibatkan arus jangkar Ia terbelakang dari GGL Eb
sebesar 90o dan A akan memperlemah F yang berpengaruh
terhadap pemagnetan.
3.5. Karakteristik generator sinkron bekerja sendiri
a. Karakteristik beban nol
yaitu karakteristik yang menggambarkan hubungan antara tegangan
keluaran generator dan arus penguatannya pada putaran generator
konstan = n s

: ns

ER

: tegangan remanensi

: daerah inti jenuh

: daerah inti linier

Gambar 5. Karakteristik beban nol generator sinkron

Suprobo

515120002

Maharuli

515120012

Arvin Gozali

515120003

Kevin

515120017

Agustinus

515120007

Dimas
515120019
n

n
s , kemudian diamati tegangan
Mula-mula generator diputar hingga
keluaran mulai

If 0

hingga

E generator Vno min al generator

b. Karakteristik pembebanan
Tegangan keluar generator akan menurun bila generator mulai dibebani,
hal ini terjadi akibat adanya tegangan jatuh dalam belitan generator.

Gambar 5.4 Rangkaian ekivalen generator sinkron


Gambar 6. Rangkaian ekuivalen generator sinkron
V gen E I a Z s

pers (5.6)

Z s Ra2 X s2
Tegangan jatuh pada generator adalah fungsi dari parameter mesin ( Z s ) dan
arus serta cos beban generator.
If

tetap

ns tetap

Gambar 7. Karakteristik beban generator sinkron

Suprobo

515120002

Maharuli

515120012

Arvin Gozali

515120003

Kevin

515120017

Agustinus
515120007
Dimas
515120019
V
Karakteristik ini dapat diperoleh dengan pengamatan atas
generator,
mulai I a 0 (tanpa beban) hingga I a I n - nominal, sementara putaran
generator dengan arus penguatnya dijaga konstan.
3.6. Generator sinkron bekerja paralel jala-jala
Pada instalasi pembangkit PLN misalnya, generator-generator PLN
dioperasikan secara paralel melayani beban-beban di pulau Jawa. Secara
bersama-sama kesemua generator tersebut menanggung beban yang
berupa beban nyata kW maupun kVAR.
Sebelum menanggung beban, diperlukaan proses pem-parelelan
generator ke jala-jala, yaitu saat dimana tegangan generator disatukan
dengan

tegangan

jala-jala

(switch

paralel

di-on

kan).

Syarat

diperkenankannya switch paralel di-on kan adalah :


Tegangan keluaran generator dan jala-jala sama
Frekuensi keluaran generatro dan jala-jala sama
Beda sudut fasa antara tegangan generator jala-jala = 0
Pada kondisi itu tercapai, saklar paralel dapat di-on kan tanpa ada
aliran arus atau daya antara generator dan jala-jala. Operasi pem paralelan
berlangsung halus.
Bila terjadi perbedaan atas salah satu syarat sama diatas maka akan
timbul arus atau daya penyesuaian yang mengalir antara generator jalajala. Dalam praktikum, hal ini tidak boleh terjadi karena dapat
menimbulkan kerusakan atas peralatan ukur. Lihat gambar 5.6 urutan fasa
yang sama dapat dites dengan frekuensi meter atau suatu deteksi dengan
sistem lampu terang (L1 gelap, L2 dan L3 terang maksimum). Pada urutan
fasa yang sudah sama, terang lampu berjalan teratur L 1, L3, L2, L1, L3 dan
seterusnya. Bila terang lampu berputar ke kanan, tanda frekuensi generator
terlalu tinggi dan sebaliknya, keadaan yang benar tercapai bila terang
lampu telah stabil yaitu L1 padam, L2 dan L3 menyala terang. Bila tidak,
urutan penyalaan lampu tidak teratur terang lampu tidak berputar.Syarat
tegangan sama dites dengan voltmeter. Syarat posisi tepat untuk paralel
(switch paralel ON) dilakukan dengan voltmeter nol. Jadi setelah urutan

Suprobo

515120002

Maharuli

515120012

Arvin Gozali

515120003

Kevin

515120017

Agustinus
515120007
Dimas
515120019
fasa sesuai, tegangan dan frekuensi sama, beda sudut fasa = 0 dapat
ditandai dengan penunjukan zero voltmeter = 0 (atau terang lampu yang
stabil pada L1 padam, L2 dan L3 menyala sama terang). Setelah paralel,
pengiriman daya listrik nyata (kW) dari generator ke jaringan (jala-jala)
dapat dilakukan dengan menaikkan energi mekanis input generator yang
dilaksanakan dengan mengurangi arus penguat motor arus searah. Hal ini
dilakukan secara hati-hati (maksimum 5 A). Jangan sampai terbalik karena
berbahaya (daya akan masuk ke generator). Pengiriman daya kVAR
dilakukan dengan menaikkan arus penguat generator sinkron.

Suprobo

515120002

Maharuli

515120012

Arvin Gozali

515120003

Kevin

515120017

Agustinus

515120007

Dimas

515120019

Gambar 8. Rangkaian deteksi kondisi sinkron


Misal arus generator 3 A, pada tegangan jala-jala 220 V dan cos =
0,8
maka daya yang dikirim ke jala-jala :
kVA terkirim = 3 x
kW terkirim
kVAR terkirim =

3 x 220 x 10-3
= 3 x

3 x 220 x 0,8 x 10-3

kVA 2 kW 2 = 3 3 x 220 x sin Q

4. Percobaan
1.

Buat rangkaian percobaan sesuai gambar sebagai berikut.

10

Suprobo

515120002

Maharuli

515120012

Arvin Gozali

515120003

Kevin

515120017

Agustinus

515120007

Dimas

515120019

E
2. Jalankan motor arus searah hingga n n s lalu ukur generator . Naikkan
If

generator dan catat nilai E hingga nominal, pada n n s untuk

memperoleh data karakteristik beban nol.


3. Pada E V nominal generator, berikan pembebanan mulai dengan
beban rendah. Catat nilai

If

generator (tetap),

V generator I generator
,
, untuk

memperoleh data karakteristik pembebanan operasi sendiri.


4. Lakukan prosedur 2 lalu persiapkan langkah paralel dengan jala-jala.
Periksa V , F , sudut fasa generator, CB by pass tahanan off. Bila telah
memenuhi syarat paralel, ON-kan CB paralel lalu segera ON-kan pula
CB by pass tahanan. (Amankan alat ukur W atau cos meter dengan
mem-by pass-kan dulu kumparan arusnya sebelum CB paralel ON !).
5. Lakukan pengiriman daya dari generator ke jala-jala, secara hati-hati.
(daya tidak boleh mengalir dari jala-jala ke generator dan pengaman
alat ukur-lihat no 4-hanya boleh dibuka pada saat mengukur saja !)

5. Pertanyaan

11

Suprobo

515120002

Maharuli

515120012

Arvin Gozali

515120003

Kevin

515120017

Agustinus
515120007
Dimas
1.
Gambarkan karakteristik beban nol generator

515120019

2.

Gambarkan karakteristik beban, operasi sendiri


3. Pelajari makna pengiriman daya dari generator ke jala-jala kemukakan
hasil pengukuran saudara.

6. Data Hasil Percobaan

12

Suprobo

515120002

Maharuli

515120012

Arvin Gozali

515120003

Kevin

515120017

Agustinus
515120007
Tanggal percobaan
:

Dimas

515120019

Kelompok

: VI

Tabel 1. Kondisi tanpa beban

N
1500
1200
900
600
300

(rpm)

V Vf

I Ia

1500
1200
900
600
300

(V)
230
195
145
95
50

(A)
0
0
0
0
0

E0

Vf
3

(A)
132,8
112,58
83,72
54,85
28,87

(kW)
0
0
0
0
0

Vf

If

75
(A)
3,07
2,6
1,93
1,27
0,67

Tabel 2. Keadaan dengan beban 450 watt

Object 13

(rpm)

V Vf

I Ia

(V)
(A)
1500
1250
185
1,2
1200
1075
150
1,0
900
720
105
0,8
600
450
70
0,5
300
240
35
0,3
Keadaan dengan beban 750 watt

(rpm)

V Vf

I Ia

E0

Vf
3

(V)
106,81
86,60
60,62
40,41
20,21

E0

If

Vf
3

Vf
75

(kW)
20
15
8
3
1

(A)
2,47
2
1,40
0,93
0,47

If

Tabel
3.

Vf
75

(V)
(A)
(V)
(kW)
(A)
1500
1150
170
2,0
98,15
30
2,27
1200
940
135
1,8
77,94
21
1,80
900
620
95
1,3
54,85
10
1,27
600
420
60
0,8
34,64
4
0,80
300
210
30
0,5
17,32
1
0,40
Tabel 4. Pengukuran saat tegangan jatuh (sesaat setelah switch beban di-ON-kan)
Keterangan : dengan N dan If konstan
dari data beban I (450 watt)
dari data beban II (750 watt)
7. Contoh Perhitungan
Data diambil pada saat putaran N 1500 rpm

13

Suprobo

515120002

Maharuli

515120012

Arvin Gozali

515120003

Kevin

515120017

Agustinus
515120007
Keadaan tanpa beban

Dimas

515120019

Diketahui :

Vf 230

V; I a 0 A ; P 0 kW

Contoh perhitungan :

E0
If

Vf
3

Vf
75

230
132,80
3
V

230
3, 07
75
A

Tabel 1. Keadaan tanpa beban

(rpm)

V Vf

I Ia

1500
1200
900
600
300

1500
1200
900
600
300

(V)
230
195
145
95
50

(A)
0
0
0
0
0

E0

Vf
3

(V)
132,80
112,58
83,72
54,85
28,57

(kW)
0
0
0
0
0

If

Vf

75
(A)
3,07
2,60
1,93
1,27
0,67

Keadaan beban I (450 watt)


Diketahui :

Vf 185

V; I a 1, 2 A ; P 20 kW

Contoh perhitungan :

E0
If

Vf
3

185
106,81
3
V

Vf
185

2, 47
75 75
A

Tabel 2. Kondisi dengan beban 450 watt

1500
1200
900
600
300

(rpm)

V Vf

I Ia

1250
1075
720
450
240

(V)
185
150
105
70
35

(A)
0,2
1,0
0,8
0,5
0,3

E0

Vf
3

(V)
106,81
86,60
60,62
40,41
20,21

(kW)
20
15
8
3
1

If

Vf

75
(A)
2,47
2
1,40
0,93
0,47

14

Suprobo

515120002

Maharuli

515120012

Arvin Gozali

515120003

Kevin

515120017

Agustinus

515120007

Dimas

515120019

Keadaan beban II (750 watt)


Diketahui :

Vf 170

V; I a 2, 0 A ; P 30 kW

Contoh perhitungan :

E0
If

Vf
3

170
98,15
3
V

Vf
170

2, 27
75 75
A

Tabel 3. Keadaan dengan beban 750 watt

1500
1200
900
600
300

(rpm)

V Vf

I Ia

1150
940
620
420
210

(V)
170
135
95
60
30

(A)
2
1,8
1,2
0,8
0,5

E0

Vf
3

(V)
98,15
77,94
54,85
34,64
17,32

If

Vf

75
(A)
2,27
1,8
1,27
0,8
0,4

(kW)
30
21
10
4
1

Keadaan tegangan jatuh


Tabel 4. Pengukuran saat tegangan jatuh (sesaat setelah switch beban di-ON-kan)

X1 E0 E1 132,8 106,81 25, 99


X2 E0 E2 132,8 98,15 34, 65
N
(rpm)

E0

Ei

(volt)

1500

132,8

(volt)
106,81
98,15

1200

112,58

900

83,72

86,60
77,94
60,62
54,85

Rx1

X1 25, 99

21, 65
Ia
1, 2

Rx2

X2 34, 65

17, 32
Ia
2

X i E 0 Ei

25,99
34,65
25,98
34,64
23,1
28,87

Ia

(ampere)
1,2
2
1
1,8
0,8
1,2

Rx i

Xi
Ia

21,65
17,32
25,98
19,24
28,88
24,06

15

Suprobo

515120002

Maharuli

515120012

Arvin Gozali

515120003

Kevin

515120017

Agustinus

515120007
40,41
600
54,85
34,64
300
28,87
20,21
17,32
8. Grafik

Dimas
14,44
20,21
8,66
11,55

0,5
0,8
0,3
0,5

515120019
28,88
25,26
28,87
23,1

Untuk keadaan tanpa beban


Tanpa Beban
140
120
100
Eo (Volt)

80
60
40
20
0

Grafik 1. E0 vs I a
Berdasarkan grafik, pada keadaan tampa beban nila Ia = 0

16

Suprobo

515120002

Maharuli

515120012

Arvin Gozali

515120003

Kevin

515120017

Agustinus

515120007

Dimas

515120019

Tanpa Beban
140
120
100
80
Eo (Volt) 60
40
20
0
0

0.5

1.5

2.5

3.5

If (Ampere)

Grafik 2.

E0 vs I f

Berdasarkan grafik, nilai E0 berbanding lurus terhadap nilai If, semakin


tinggi nilai E0 maka semakin tinggi nilai If.

Untuk keadaan beban I (450 Watt)

17

Suprobo

515120002

Maharuli

515120012

Arvin Gozali

515120003

Kevin

515120017

Agustinus

515120007

Dimas

515120019

Beban I (450 Watt)


120
100
80
Eo (Volt)

60
40
20
0
0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

Ia (Ampere)

Grafik 3. E0 vs I a
Berdasarkan grafik, nilai If berbanding lurus terhadap nilai E0, semakin besar
nilai E0 maka nila If juga akan semakin besar. Semakin besar nilai E0 maka nilai Ia
juga akan semakin besar.
Beban I (450 Watt)

18

Suprobo

515120002

Maharuli

515120012

Arvin Gozali

515120003

Kevin

515120017

Agustinus

515120007

Dimas

515120019

Grafik 4.

E0 vs I f

Berdasarkan grafik, nilai If berbanding lurus terhadap nilai E0, semakin besar
nilai E0 maka nila If juga akan semakin besar.

Beban II (750 Watt)

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

0.9

Ia (Ampere)

Unt
uk keadaan beban II (750 Watt)

19

Suprobo

515120002

Maharuli

515120012

Arvin Gozali

515120003

Kevin

515120017

Agustinus

515120007

Dimas

515120019

Grafik 5. E0 vs I a
Berdasarkan grafik, nilai Ia berbanding lurus terhadap nilai E0, semakin
besar nilai E0 maka nilai Ia juga akan semakin besar.
Beban II (750 Watt)
120
100
80
Eo (Volt)

60
40
20
0
0

0.5

1.5

2.5

If (Ampere)

Grafik 6.

E0 vs I f

Berdasarkan grafik, nilai If berbanding lurus terhadap nilai E0, semakin


besar nilai E0 maka nilai If juga akan semakin besar

9. Analisa Percobaan
1.

Motor akan semakin melambat jika diberi beban.


2. Ketika diberi beban, maka kuat arus penguatan If akan makin kecil.
3. Semakin tinggi besar daya, maka beban yang diberikan semakin tinggi.
4. Ketika tidak diberi beban, maka besar daya adalah nol.

20

Suprobo

515120002

Maharuli

515120012

Arvin Gozali

515120003

Kevin

515120017

Agustinus

515120007

Dimas
515120019
X
5. Saat tegangan jatuh, nilai i terkecil terjadi ketika nilai putaran motornya
terkecil, demikian pula sebaliknya.
10. Kesimpulan
1. Beban mempengaruhi putaran motor yaitu jika diberi beban maka
putaran motor yang awalnya cepat akan melambat dengan sendirinya.
2. Pada kondisi beban, daya yang dihasilkan akan turun secara konstan jika
putaran motor di perkecil.
3. Untuk setiap percobaan dengan beban, nilai Ia berbanding lurus terhadap
nilai E0 yaitu semakin besar nilai E0 maka nilai Ia juga akan besar.
4. Untuk setiap percobaan dengan beban, nilai If berbanding lurus terhadap
nilai E0, semakin besar nilai E0 maka nilai If juga akan besar.
5. Nilai E0 pada saat tegangan jatuh sama dengan nilai E0 tanpa beban pada
setiap putaran (N)
11. Daftar Pustaka
Hage. Prinsip Kerja Generator Sinkron. Tersedia di http://dunialistrik.blogspot.com/2009/04/prinsip-kerja-generator-sinkron.html (15
November 2011).

21

You might also like