Professional Documents
Culture Documents
515120002
Maharuli
515120012
Arvin Gozali
515120003
Kevin
515120017
Agustinus
515120007
Dimas
515120019
GENERATOR SINKRON
1. Tujuan Percobaan
Mempelajari fisik generator sinkron, karakteristik kerja generator sinkron serta
cara pengendalian operasinya baik pada kerja sendiri maupun pada kerja
paralel.
2. Peralatan Percobaan
1. Generator sinkron dan unit pengeraknya.
2. Peralatan ukur listrik dan deteksi untuk operasi dengan PLN.
3. Catu daya bantu arus searah.
4. Beban-beban listrik resistif / induktif.
5. Peralatan bantu laboratorium lainnya.
3. Teori Percobaan
3.1. Konstruksi generator sinkron
Untuk operasinya, generator sinkron memerlukan arus penguatan pada
belitan medannya (field winding). Ditinjau dari segi penguatannya ada 2
macam generator yaitu:
- Generator sinkron penguatan terpisah, daya penguatan berasal dari
sumber tersendiri diluar generator.
- Generator sinkron penguatan sendiri, daya penguatan diambil dari
keluaran generator itu sendiri. Jenis generator ini merupakan mayoritas
dari generator sinkron yang ada di industri dewasa ini (self exicted
synchronous generator). Jenis generator ini tidak memerlukan catu daya
khusus untuk penguatannya.
Selanjutnya ditinjau dari tempat belitan penguat pada mesin, terdapat 2
macam generator :
-
Sedangkan dari jenis belitan penguatan di rotor, terdapat dua jenis kutub
generator:
Suprobo
515120002
Maharuli
515120012
Arvin Gozali
515120003
Kevin
515120017
Agustinus
515120007
Dimas
- Jenis kutub generator rata (non salient pole).
515120019
Jenis kutub yang pertama dijumpai pada genertor putaran tinggi seperti pada
PLTG, PLTU.
Jenis kutub kedua, lazim dipakai pada generator putaran rendah, misal pada
PLTA, PLTD.
3.2. Anatomi generator sinkron
Gambar 1. menunjukkan irisan penampang generator sinkron penguatan di
rotor, tipe kutub menonjol. Bagian-bagian generator sinkron ini :
1. Stator, terdiri rangka mesin, unit stator dengan belitan jangkar yang
terlihat pada alur - slot stator. Pada bagian luar terdapat terminal box
generator dan papan nama (name plate).
2. Rotor, berupa kutub generator kutub menonjol (4-kutub). Inti rotor
berupa susunan laminasi plat-plat tipis yang diberi penguat dengan
eksistansi arus searah.
3. Belitan medan (excitation winding), yaitu belitan dengan arus
penguatan yang menghasilkan fluksi utama, dimana pemotongan fluksi
utama pada belitan stator akan mangahasilkan ggl pada belitan jangkar
generator sinkron.
4. Slip ring dan sikat, keduanya merupakan media penghubung rangkaian
luar dengan belitan kutub generator yang berputar. Terdapat 2 pasang
slip ring - sikat pada generator ini yaitu, untuk terminal positif dan
negatif.
Suprobo
515120002
Maharuli
515120012
Arvin Gozali
515120003
Kevin
515120017
Dimas
515120019
Agustinus
515120007
3.3. Cara kerja generator sinkron
e N
d
dt
pers
(5.1)
kI f
pers (5.2)
Pada posisi belitan jangkar tegak lurus bidang kutub maka terlingkup
adalah maksimum. Sedangkan pada posisi belitan jangkar rata dengan
bidang kutub maka terlingkup = 0
lingkup cos
pers (5.3)
t atau dt
dan
e 2 s N sin t
pers (5.4)
Suprobo
515120002
Maharuli
515120012
Arvin Gozali
515120003
Kevin
515120017
Agustinus
515120007
Dimas
515120019
N
Jadi tegangan generator tergantung pada s dan serta posisi jangkar saat
itu. Bentuk tegangan yang terimbas adalah sinusoidal.
Untuk generator sinkron 3-fasa, antara fasa terpisah 120 o listrik sehingga
tegangan keluarannya pun berbentuk 3 buah tegangan sinusoidal dengan
antara masing masing 120o listrik. Selanjutnya frekuensi tegangan bolak
balik tersebut ditentukan oleh hubungan :
f
p . s
120
Dengan p
s
f
pers (5.5)
: jumlah kutub generator .
:
putaran generator
3000
2
1500
4
1000
6
750
8
Suprobo
515120002
Maharuli
515120012
Arvin Gozali
515120003
Kevin
515120017
Agustinus
515120007
Dimas
515120019
Gambar
3(a) dan 3(b). Kurva dan rangkaian ekuivalen generator tanpa beban
b. Generator Berbeban
Bila generator diberi beban yang berubah-ubah maka besarnya tegangan
terminal V akan berubah-ubah pula. Hal ini disebabkan adanya
kerugian tegangan pada:
a. Resistansi Jangkar Ra
Resistansi jangkar / fasa Ra menyebabkan terjadinya kerugian
tegang / fasa (tegangan jatuh / fasa) dan I.Ra yang sefasa dengan
arus jangkar.
b. Reaktansi Bocor Jangkar Xl
Saat arus mengalir melalui penghantar jangkar, sebagian fluks yang
terjadi tidak mengimbas pada jalur yang telah ditentukan. Hal ini
disebut fluks bocor.
c. Reaksi jangkar Xa
Adanya arus yang mengalir pada kumparan jangkar saat generator
dibebani akan menimbulkan fluksi jangkar (A) yang berintegrasi
dengan fluksi yang dihasilkan pada kumparan medan rotor (F).
Interaksi antara kedua fulksi ini disebut sebagai reaksi jangkar,
seperti diperlihatkan pada Gambar 4 yang mengilustrasikan kondisi
reaksi jangkar untuk jenis beban yang berbeda-beda.
Suprobo
515120002
Maharuli
515120012
Arvin Gozali
515120003
Kevin
515120017
Agustinus
515120007
Dimas
Gambar 4. (a), (b), (c), dan (d) Kondisi reaksi jangkar
515120019
: ns
ER
: tegangan remanensi
Suprobo
515120002
Maharuli
515120012
Arvin Gozali
515120003
Kevin
515120017
Agustinus
515120007
Dimas
515120019
n
n
s , kemudian diamati tegangan
Mula-mula generator diputar hingga
keluaran mulai
If 0
hingga
b. Karakteristik pembebanan
Tegangan keluar generator akan menurun bila generator mulai dibebani,
hal ini terjadi akibat adanya tegangan jatuh dalam belitan generator.
pers (5.6)
Z s Ra2 X s2
Tegangan jatuh pada generator adalah fungsi dari parameter mesin ( Z s ) dan
arus serta cos beban generator.
If
tetap
ns tetap
Suprobo
515120002
Maharuli
515120012
Arvin Gozali
515120003
Kevin
515120017
Agustinus
515120007
Dimas
515120019
V
Karakteristik ini dapat diperoleh dengan pengamatan atas
generator,
mulai I a 0 (tanpa beban) hingga I a I n - nominal, sementara putaran
generator dengan arus penguatnya dijaga konstan.
3.6. Generator sinkron bekerja paralel jala-jala
Pada instalasi pembangkit PLN misalnya, generator-generator PLN
dioperasikan secara paralel melayani beban-beban di pulau Jawa. Secara
bersama-sama kesemua generator tersebut menanggung beban yang
berupa beban nyata kW maupun kVAR.
Sebelum menanggung beban, diperlukaan proses pem-parelelan
generator ke jala-jala, yaitu saat dimana tegangan generator disatukan
dengan
tegangan
jala-jala
(switch
paralel
di-on
kan).
Syarat
Suprobo
515120002
Maharuli
515120012
Arvin Gozali
515120003
Kevin
515120017
Agustinus
515120007
Dimas
515120019
fasa sesuai, tegangan dan frekuensi sama, beda sudut fasa = 0 dapat
ditandai dengan penunjukan zero voltmeter = 0 (atau terang lampu yang
stabil pada L1 padam, L2 dan L3 menyala sama terang). Setelah paralel,
pengiriman daya listrik nyata (kW) dari generator ke jaringan (jala-jala)
dapat dilakukan dengan menaikkan energi mekanis input generator yang
dilaksanakan dengan mengurangi arus penguat motor arus searah. Hal ini
dilakukan secara hati-hati (maksimum 5 A). Jangan sampai terbalik karena
berbahaya (daya akan masuk ke generator). Pengiriman daya kVAR
dilakukan dengan menaikkan arus penguat generator sinkron.
Suprobo
515120002
Maharuli
515120012
Arvin Gozali
515120003
Kevin
515120017
Agustinus
515120007
Dimas
515120019
3 x 220 x 10-3
= 3 x
4. Percobaan
1.
10
Suprobo
515120002
Maharuli
515120012
Arvin Gozali
515120003
Kevin
515120017
Agustinus
515120007
Dimas
515120019
E
2. Jalankan motor arus searah hingga n n s lalu ukur generator . Naikkan
If
If
generator (tetap),
V generator I generator
,
, untuk
5. Pertanyaan
11
Suprobo
515120002
Maharuli
515120012
Arvin Gozali
515120003
Kevin
515120017
Agustinus
515120007
Dimas
1.
Gambarkan karakteristik beban nol generator
515120019
2.
12
Suprobo
515120002
Maharuli
515120012
Arvin Gozali
515120003
Kevin
515120017
Agustinus
515120007
Tanggal percobaan
:
Dimas
515120019
Kelompok
: VI
N
1500
1200
900
600
300
(rpm)
V Vf
I Ia
1500
1200
900
600
300
(V)
230
195
145
95
50
(A)
0
0
0
0
0
E0
Vf
3
(A)
132,8
112,58
83,72
54,85
28,87
(kW)
0
0
0
0
0
Vf
If
75
(A)
3,07
2,6
1,93
1,27
0,67
Object 13
(rpm)
V Vf
I Ia
(V)
(A)
1500
1250
185
1,2
1200
1075
150
1,0
900
720
105
0,8
600
450
70
0,5
300
240
35
0,3
Keadaan dengan beban 750 watt
(rpm)
V Vf
I Ia
E0
Vf
3
(V)
106,81
86,60
60,62
40,41
20,21
E0
If
Vf
3
Vf
75
(kW)
20
15
8
3
1
(A)
2,47
2
1,40
0,93
0,47
If
Tabel
3.
Vf
75
(V)
(A)
(V)
(kW)
(A)
1500
1150
170
2,0
98,15
30
2,27
1200
940
135
1,8
77,94
21
1,80
900
620
95
1,3
54,85
10
1,27
600
420
60
0,8
34,64
4
0,80
300
210
30
0,5
17,32
1
0,40
Tabel 4. Pengukuran saat tegangan jatuh (sesaat setelah switch beban di-ON-kan)
Keterangan : dengan N dan If konstan
dari data beban I (450 watt)
dari data beban II (750 watt)
7. Contoh Perhitungan
Data diambil pada saat putaran N 1500 rpm
13
Suprobo
515120002
Maharuli
515120012
Arvin Gozali
515120003
Kevin
515120017
Agustinus
515120007
Keadaan tanpa beban
Dimas
515120019
Diketahui :
Vf 230
V; I a 0 A ; P 0 kW
Contoh perhitungan :
E0
If
Vf
3
Vf
75
230
132,80
3
V
230
3, 07
75
A
(rpm)
V Vf
I Ia
1500
1200
900
600
300
1500
1200
900
600
300
(V)
230
195
145
95
50
(A)
0
0
0
0
0
E0
Vf
3
(V)
132,80
112,58
83,72
54,85
28,57
(kW)
0
0
0
0
0
If
Vf
75
(A)
3,07
2,60
1,93
1,27
0,67
Vf 185
V; I a 1, 2 A ; P 20 kW
Contoh perhitungan :
E0
If
Vf
3
185
106,81
3
V
Vf
185
2, 47
75 75
A
1500
1200
900
600
300
(rpm)
V Vf
I Ia
1250
1075
720
450
240
(V)
185
150
105
70
35
(A)
0,2
1,0
0,8
0,5
0,3
E0
Vf
3
(V)
106,81
86,60
60,62
40,41
20,21
(kW)
20
15
8
3
1
If
Vf
75
(A)
2,47
2
1,40
0,93
0,47
14
Suprobo
515120002
Maharuli
515120012
Arvin Gozali
515120003
Kevin
515120017
Agustinus
515120007
Dimas
515120019
Vf 170
V; I a 2, 0 A ; P 30 kW
Contoh perhitungan :
E0
If
Vf
3
170
98,15
3
V
Vf
170
2, 27
75 75
A
1500
1200
900
600
300
(rpm)
V Vf
I Ia
1150
940
620
420
210
(V)
170
135
95
60
30
(A)
2
1,8
1,2
0,8
0,5
E0
Vf
3
(V)
98,15
77,94
54,85
34,64
17,32
If
Vf
75
(A)
2,27
1,8
1,27
0,8
0,4
(kW)
30
21
10
4
1
E0
Ei
(volt)
1500
132,8
(volt)
106,81
98,15
1200
112,58
900
83,72
86,60
77,94
60,62
54,85
Rx1
X1 25, 99
21, 65
Ia
1, 2
Rx2
X2 34, 65
17, 32
Ia
2
X i E 0 Ei
25,99
34,65
25,98
34,64
23,1
28,87
Ia
(ampere)
1,2
2
1
1,8
0,8
1,2
Rx i
Xi
Ia
21,65
17,32
25,98
19,24
28,88
24,06
15
Suprobo
515120002
Maharuli
515120012
Arvin Gozali
515120003
Kevin
515120017
Agustinus
515120007
40,41
600
54,85
34,64
300
28,87
20,21
17,32
8. Grafik
Dimas
14,44
20,21
8,66
11,55
0,5
0,8
0,3
0,5
515120019
28,88
25,26
28,87
23,1
80
60
40
20
0
Grafik 1. E0 vs I a
Berdasarkan grafik, pada keadaan tampa beban nila Ia = 0
16
Suprobo
515120002
Maharuli
515120012
Arvin Gozali
515120003
Kevin
515120017
Agustinus
515120007
Dimas
515120019
Tanpa Beban
140
120
100
80
Eo (Volt) 60
40
20
0
0
0.5
1.5
2.5
3.5
If (Ampere)
Grafik 2.
E0 vs I f
17
Suprobo
515120002
Maharuli
515120012
Arvin Gozali
515120003
Kevin
515120017
Agustinus
515120007
Dimas
515120019
60
40
20
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
Ia (Ampere)
Grafik 3. E0 vs I a
Berdasarkan grafik, nilai If berbanding lurus terhadap nilai E0, semakin besar
nilai E0 maka nila If juga akan semakin besar. Semakin besar nilai E0 maka nilai Ia
juga akan semakin besar.
Beban I (450 Watt)
18
Suprobo
515120002
Maharuli
515120012
Arvin Gozali
515120003
Kevin
515120017
Agustinus
515120007
Dimas
515120019
Grafik 4.
E0 vs I f
Berdasarkan grafik, nilai If berbanding lurus terhadap nilai E0, semakin besar
nilai E0 maka nila If juga akan semakin besar.
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
Ia (Ampere)
Unt
uk keadaan beban II (750 Watt)
19
Suprobo
515120002
Maharuli
515120012
Arvin Gozali
515120003
Kevin
515120017
Agustinus
515120007
Dimas
515120019
Grafik 5. E0 vs I a
Berdasarkan grafik, nilai Ia berbanding lurus terhadap nilai E0, semakin
besar nilai E0 maka nilai Ia juga akan semakin besar.
Beban II (750 Watt)
120
100
80
Eo (Volt)
60
40
20
0
0
0.5
1.5
2.5
If (Ampere)
Grafik 6.
E0 vs I f
9. Analisa Percobaan
1.
20
Suprobo
515120002
Maharuli
515120012
Arvin Gozali
515120003
Kevin
515120017
Agustinus
515120007
Dimas
515120019
X
5. Saat tegangan jatuh, nilai i terkecil terjadi ketika nilai putaran motornya
terkecil, demikian pula sebaliknya.
10. Kesimpulan
1. Beban mempengaruhi putaran motor yaitu jika diberi beban maka
putaran motor yang awalnya cepat akan melambat dengan sendirinya.
2. Pada kondisi beban, daya yang dihasilkan akan turun secara konstan jika
putaran motor di perkecil.
3. Untuk setiap percobaan dengan beban, nilai Ia berbanding lurus terhadap
nilai E0 yaitu semakin besar nilai E0 maka nilai Ia juga akan besar.
4. Untuk setiap percobaan dengan beban, nilai If berbanding lurus terhadap
nilai E0, semakin besar nilai E0 maka nilai If juga akan besar.
5. Nilai E0 pada saat tegangan jatuh sama dengan nilai E0 tanpa beban pada
setiap putaran (N)
11. Daftar Pustaka
Hage. Prinsip Kerja Generator Sinkron. Tersedia di http://dunialistrik.blogspot.com/2009/04/prinsip-kerja-generator-sinkron.html (15
November 2011).
21