Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Lutfita Diaz A
NIM A1H013046
A. Latar Belakang
Buah dan sayuran merupakan komoditi pertanian yang sangat mudah
mengalami kerusakan (perishable commodities), setelah proses panen dilakukan. Hal
ini disebakan karena komoditi tersebut masih melakukan proses kehidupan
sebagaimana lazimnya makhluk hidup lainnya, meskipun telah dipisahkan dari pohon
induknya. Buah dan sayuran tersebut masih melakukan aktivitas pernapasan
(respirasi) untuk kelangsungan kehidupannya dengan mengandalkan sumber energi
yang tersedia didalam produk itu sendiri, dengan tidak ada lagi suplai dari luar seperti
saat masih pada pohon induknya. Lambat laun sumber energi yang tersedia akan
habis, selanjutnya buah dan sayuran tersebut pun akan sangat cepat mengalami
penuaan, rusak dan tidak dapat dikonsumsi lagi.
Teknik pengemasan yang ramah lingkungan, penggunaan teknologi prapendinginan sehingga produk lebih alami dan tanpa menggunakan bahan pengawet,
merupakan prose penanganan pasca panen. Teknologi-teknologi pasca panen lainnya
seperti aplikasi atmosfir termodifikasi, pelilinan, penyimpanan sistem hipobarik,
penyimpanan suhu rendah serta banyak lagi teknologi penyimpanan lainnya dalam
proses penanganan pasca panen pada buah dan sayuran segar, digunakan untuk
memperlambat proses metabolisma pada
(Julianti, Elisa dan Mimi Nurminah. 2007)
Salah satu metode yang paling sukses digunakan untuk memperlambat respirasi
dan
aktifasi
biokimia
selama
penyimpanan,
termodifikasi
(modified
atmosphere
adalah
pengemasan
atmosfer
packaging/MAP).
Pengemasan
atmosfir
2. Menerapkan teknologi tepat guna dalam pendinginan yang dapat menekan laju
respirasi, transpirasi, mempertahankan kesegaran, serta mempertahankan umur
simpan produk pertanian khususnya buah-buahan.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
packaging/MAP)
meliputi
penggunaan
film
polimer
dengan
menggunakan pembatas fisik untuk memisahkan udara tepat di sekeliling buah dari
udara di luamya.
Ide penggunaan kemasan aktif bukanlah hal yang baru, tetapi keuntungan dari
segi mutu dan nilai ekonomi dari teknik ini merupakan perkembangan terbaru dalam
industri kemasan bahan pangan. Keuntungan dari teknik kemasan aktif adalah tidak
mahal (relatif terhadap harga produk yang dikemas), ramah lingkungan, mempunyai
nilai estetika yang dapat diterima dan sesuai untuk sistem distribusi. Definisi dari
kemasan aktif adalah teknik kemasan yang mempunyai sebuah indicator eksternal
atau internal untuk menunjukkan secara aktif perubahan produk serta menentukan
mutunya. Kemasan akif disebut sebagai kemasan interaktif karena adanya interaksi
aktif dari bahan kemasan dengan bahan pangan yang dikemas. Tujuan dari kemasan
aktif atau interaktif adalah untuk mempertahankan mutu produk dan memperpanjang
masa simpannya (Mustaufik dkk. 2003).
Setiap produk, dengan komposisi yang rumit sekalipun mensyaratkan suatu
komposisi atmosfir yang ideal. Dalam hal ini adalah okisgen, nitrogen, bahkan
karbondioksida, dan biasanya sudah tercampur secara cermat dengan komposisi yang
tepat. Adapun kegunaan dari gas:
a. CO2 untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur
b. Gas nitrogen digunakan untuk menghilangkan kandungan udara bebas,
khususnya gas oksigen. Hal ini untuk mencegah rusaknya kemasan karena kadar
air yang tinggi maupun lemak yang terkandung pada makanan.
c. Gas oksigen bermanfaat untuk menjaga kesegaran dan warna alami (pada produk
daging sapi), mempertahankan kemampuan respirasi (pada buah-buahan dan
sayur-sayuran), dan mencegah pertumbuhan bakteri organik anaerobik
(khususnya untuk produk ikan-ikanan dan beberapa sayur-sayuran)
MAP pada prinsipnya menawarkan banyak keuntungan, termasuk:
a.
b.
c.
d.
e.
III.
METODOLOGI
1. Pisau.
2. Alas potong.
3. Neraca digital.
4. Cawan.
5. Sealer.
6. Oven.
7. Refrigerator.
8. Termometer.
9. Plastik PVC.
10. Styrofoam.
11. Selotip.
12. Gas O2 (2,5 %), CO (5 %), dan N2 (92,5 %).
13. Bahan pangan (belimbing, pir, semangka, salak, melon, strawberry).
14. Strech film (FS).
B. Prosedur Kerja
1. Metode MAP Aktif
a. Mengupas bahan pangan dan membersihkanya dari kulit ari kemudian
menimbang dan memilih 1 buah untuk satu pengemasan.
b. Mengamati warna, aroma, dan tekstur.
c. Meletakkan bahan pangan ke dalam styrofoam dan menyegel dengan strech
film, mengusahakan agar tidak terlalu banyak udara yang masuk pada saat
menyegel.
d. Kemasan divakumkan dengan alat pompa vakum.
e. Memasukkan campuran gas yang diinginkan dengan menusukkan jarum ke
styrofoam. Setelah selesai menutup lubang akibat jarum dengan meletakkan
selotip.
f. Setelah selesai, menimbangnya kemudian memasukkan ke dalam
refrigerator pada suhu 1-2oC.
g. Melakukan pengamatan perubahan warna, tekstur, dan berat dari hari ke-0
sampai hari ke-7.
2. Metode MAP pasif
a. Mengupas bahan pangan dan membersihkannya dari kulit ari kemidian
menimbang dan memilih 1 buah untuk pengemasan.
b. Mengamati warna, aroma, dan tekstur.
A. Hasil
(Terlampir).
B. Pembahasan
Pengemasan
dengan
atmosfer
termodifikasi
(Modified
Packaging/MAP) ada dua jenis yaitu MAP aktif dan MAP pasif.
1. Pengemasan Atmosfer Aktif (MAP Aktif)
Atmosphere
komoditi.
Pemilihan
film
polimerik
terbaik
untuk
setiap
dingin
untuk
produk
buah
dan
sayur
olahan
mikroorganisme.
Teknologi oleh minimal (minimal processing)
Teknologi oleh minimal (minimal processing) didefinisikan sebagai seluruh
kegiatan
pengolahan
yang
mencakup
pencucian,
sortasi,
pembersihan,
pengupasan, pemotongan, dan lain sebagainya yang tidak mempengaruhi sifatsifat mutu bahan segarnya, khususnya kandungan gizinya . Produk ini secara
biologis dan fisiologis tetap aktif, dan biasanya produk yang dihasilkan memiliki
umur simpan lebih pendek dibandingkan bahan bakunya. Fenomena ini bertolak
belakang dengan tujuan proses pengolahan konvensional di mana produk yang
dihasilkan akan menjadi lebih stabil dan mempunyai masa simpan lebih lama.
Kendala utama yang dihadapi dalam teknologi olah minimal adalah
terjadinya perubahan-perubahan fisiologis yang tidak diinginkan. Teknologi olah
minimal menyebabkan kerusakan-kerusakan pada jaringan sel dan membran sel.
Pada dasarnya kerusakan yang timbul pada teknologi olah minimal disebabkan
oleh beberapa faktor di antaranya aktivitas enzim, pembentukan senyawa
metabolit sekunder, peningkatan produksi etilena, peningkatan laju respirasi dan
perubahan flora mikroba pada produk.
Beberapa upaya untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam
teknologi olah minimal telah dilakukan oleh para peneliti. Perlakuan yang
diberikan bertujuan untuk memperpanjang umur simpan produk teknologi olah
minimal. Beberapa perlakuan yang cukup berpotensi untuk diterapkan dalam
teknologi olah minimal antara lain : penyimpanan pada suhu rendah, perlakuan
khusus dalam persiapan sampel, penggunaan bahan tambahan makanan,
penyimpanan dengan atmosfer terkontrol/termodifikasi dan penggunaan pelapis
edible (Wong, et al., 1994). Perlakuan-perlakuan yang diberikan tidak hanya
dilakukan secara mandiri tetapi sering kali merupakan kombinasi antara beberapa
perlakuan.
buah melon pada masing-masing styrofoam dan melapisinya dengan strecth film
kemudian dimasukkan ke dalam refrigerator. Pelapisan strecth film bertujuan untuk
melindungi produk dan mengurangi laju difusi udara didalamnya.
Mekanisme penggunaan MAP dalam industri skala besar tahapannya sama
seperti pembuatan MAP seperti biasa. Namun penggunaan alat-alatnya lebih besar
dan modern sehingga komposisi pengaturan gas pada produk cenderung lebih tepat.
Praktikum dilaksanakan dengan mengamati perubahan-perubahan yang terjadi
pada bahan pangan (melon) apabila dilakukan perlakuan modifikasi atmosfer aktif
dan pasif yang disimpan pada suhu ruang dan suhu refrigerator selama 7 hari dan
diamati setiap 1 hari sekali. Perubahan-perubahan yang terjadi ini seperti perubahan
warna buah, tekstur, pengurangan berat/massa buah dan susut bobot.
Perlakuan dengan MAP aktif yaitu menggunakan buah melon dengan kondisi
awal berwarna hijau muda, bertekstur tegar segar dan berisi serta bobot awal buah
pada suhu ruang sebesar 44,73 gram dan pada suhu rendah 42,37 gram. Hari ke 1
setelah penyimpanan pada suhu refrigerator buah melon berwarna hijau muda pada
suhu rendah dan hijau pada suhu ruang dengan tekstur tegar segar pada suhu rendah
dan tegar segar pada suhu ruang serta bobot melon mengalami penurunan menjadi
41,26 gram pada suhu rendah dan 42,81 pada suhu ruang, untuk susut bobotnya
sebesar 2,6 gram untuk suhu rendah dan 4,2 gram untuk suhu ruang. Hari ke 2 setelah
penyimpanan pada suhu refrigerator buah melon berwarna hijau pada suhu rendah
dan hijau kecoklatan pada suhu ruang dengan tekstur agak lunak pada suhu rendah
dan lunak pada suhu ruang serta bobot melon mengalami penurunan menjadi 45,33
gram pada suhu rendah dan 46,72 gram pada suhu ruang, untuk susut bobotnya
sebesar 6,9 gram untuk suhu rendah dan 4,4 gram untuk suhu ruang. Hari ke 3 setelah
penyimpanan pada suhu refrigerator buah melon berwarna hijau pada suhu rendah
dan hijau kecoklatan pada suhu ruang dengan tekstur lunak pada suhu rendah dan
lunak pada suhu ruang serta bobot melon mengalami penurunan menjadi 43,71 gram
pada suhu rendah dan 44,26 gram pada suhu ruang, untuk susut bobotnya sebesar 3,1
gram untuk suhu rendah dan 1,0 gram untuk suhu ruang. Hari ke 4 setelah
penyimpanan pada suhu refrigerator buah melon berwarna hijau kecoklatan pada
suhu rendah dan hijau kecoklatan pada suhu ruang dengan tekstur lunak pada suhu
rendah dan lunak pada suhu ruang serta bobot melon mengalami penurunan menjadi
40,65 gram pada suhu rendah dan 41,21 pada suhu ruang, untuk susut bobotnya
sebesar 4,0 gram untuk suhu rendah dan 8,0 gram untuk suhu ruang. Hari ke 5 setelah
penyimpanan pada suhu refrigerator buah melon berwarna hijau kecoklatan pada
suhu rendah dan hijau kecoklatan pada suhu ruang dengan tekstur lunak pada suhu
rendah dan lunak pada suhu ruang serta bobot melon mengalami penurunan menjadi
36,43 gram pada suhu rendah dan 36,98 gram pada suhu ruang, untuk susut bobotnya
sebesar 14,02 gram untuk suhu rendah dan 17,52 gram untuk suhu ruang. Hari ke 6
setelah penyimpanan pada suhu refrigerator buah melon berwarna coklat pada suhu
rendah dan coklat pada suhu ruang dengan tekstur sangat lunak pada suhu rendah dan
sangat lunak pada suhu ruang serta bobot melon mengalami penurunan menjadi 43,10
gram pada suhu rendah dan 40,27 pada suhu ruang, untuk susut bobotnya sebesar
17,22 gram untuk suhu rendah dan 9,9 gram untuk suhu ruang. Hari ke 7 setelah
penyimpanan pada suhu refrigerator buah melon berwarna coklat pada suhu rendah
dan coklat pada suhu ruang dengan tekstur sangat lunak pada suhu rendah dan sangat
lunak pada suhu ruang serta bobot melon mengalami penurunan menjadi 43,30 gram
pada suhu rendah dan 41,11 pada suhu ruang, untuk susut bobotnya sebesar 2,1 gram
untuk suhu rendah dan 8,0 gram untuk suhu ruang.
dengan tekstur sangat lunak pada suhu rendah dan sangat lunak pada suhu ruang serta
bobot melon mengalami penurunan menjadi 19,76 gram pada suhu rendah dan 15,59
gram pada suhu ruang, untuk susut bobotnya sebesar 51,27 gram untuk suhu rendah
dan 57,00 gram untuk suhu ruang. Hari ke 6 setelah penyimpanan pada suhu
refrigerator buah melon berwarna coklat pada suhu rendah dan coklat pada suhu
ruang dengan tekstur sangat lunak pada suhu rendah dan sangat lunak pada suhu
ruang serta bobot melon mengalami penurunan menjadi 15,09 gram pada suhu rendah
dan 13,09 gram pada suhu ruang, untuk susut bobotnya sebesar 62,78 gram untuk
suhu rendah dan 63,89 gram untuk suhu ruang. Hari ke 7 setelah penyimpanan pada
suhu refrigerator buah melon berwarna coklat pada suhu rendah dan coklat pada suhu
ruang dengan tekstur sangat lunak pada suhu rendah dan sangat lunak pada suhu
ruang serta bobot melon mengalami penurunan menjadi 14,07 gram pada suhu rendah
dan 14,80 gram pada suhu ruang, untuk susut bobotnya sebesar 65,30 gram untuk
suhu rendah dan 59,18 gram untuk suhu ruang.
Pada kondisi MAP pasif, keadaan dan komposisi atmosfer dalam kemasan tidak
dapat diketahui sehingga untuk melakukan penyimpanan pada kondisi yang optimum
yang sesuai dengan kebutuhan dari masing masing produk akan sulit dilakukan.
Akibatnya laju penurunan mutu akan semakin cepat karena metabolisme yang terjadi
pada bahan pada saat pengemasan lebih cepat jika dibandingkan dengan pengemasan
menggunakan MAP aktif.
Hasil pengamatan yang dilakukan pada buah melon maka dapat disimpulkan
bahwa kemasan yang cocok untuk buah melon yaitu kemasan dengan MAP aktif
karena komposisi udara dalam kemasan dapat disesuaikan dengan kebutuhan dari
produk yang akan dikemas sehingga kondisi pada bahan dalam keadaan yang
optimum.
Pemberian sejumlah gas O2 yang cukup untuk terjadinya proses respirasi
dibawah konsentrasi normal di udara dapat memperlambat terjadinya pembusukkan
dan kehilangan air pada buah dan sayuran. Batas peningkatan CO2 dan penurunan O2.
Tabel 1. Batas peningkatan CO2 dan penurunan O2 dari beberapa jenis buah-buahan
(%)(Sumber: Hasbullah, 1996)
Buah/Sayuran
CO2
O2
Melon
2
2
Pisang
5-8
3-5
Aprikot
2,5-3
2-3
Alpukat
6-10
3-5
Jambu biji
8-10
3-5
Rambutan
12-15
3-5
Belimbing
5-7
3-10
Nanas
10
5
Melon
10-15
3-5
Praktikum kali ini menggunakan MAP aktif buah melon dengan komposisi O2
sebanyak 2,5 %, CO2 sebanyak 5% dan N2 sebanyak 92,5%. Apabila dibandingkan
dengan referensi maka jumlah CO2 pada praktikum sudah sesuai dengan literatur,
namun jumlah O2 yang diisikan ke dalam plastik PVC saat praktikum terlalu sedikit
atau kurang dari komposisi O2 pada referensi yaitu 3-10%.
Konsentrasi O2 rendah dan CO2 tinggi dalam penyimpanan atmosfir
termodifikasi akan menekan laju respirasi hingga memperlambat proses pematangan,
memperlambat pembusukkan, serta menekan berbagai perubahan yang berhubungan
dengan pematangan. Namun, konsentrasi O2 yang rendah dapat mengubah pola
respirasi dari aerobik menjadi anaerobik yang akan menimbulkan berbagai kerusakan.
Setiap produk memiliki batas minimum penurunan O 2 dan batas maksimum
peningkatan CO2 agar produk tidak mengalami kerusakan fisik.
Penyimpanan
pada
atmosfer
termodifikasi
biasa
dipadukan
dengan
penyimpanan pada suhu rendah. Penyimpanan pada suhu rendah merupakan salah
satu cara untuk mempertahankan mutu karena mengurangi kelayuan akibat
kekurangan air, penurunan laju reaksi kimia (termasuk respirasi), penurunan laju
pertumbuhan mikroba, mengurangi laju produksi etilen dan reaksi jaringan terhadap
etilen sehingga dapat memperlambat proses pemasakan.
Suhu rendah
Suhu ruang
5
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Lama penyimpanan (hari)
Gambar 1. Grafik hubungan antara lama penyimpanan dengan susut bobot pada berat
buah dengan pengemasan MAP aktif.
Dari hasil pengamatan pada saat praktikum di dapatkan hasil data yang
menunjukan laju susut bobot pada bahan tersebut. Pada penyimpanan MAP aktif
dengan kondisi suhu rendah susut bobot yang terjadi pada bahan cenderung fluktuatif.
Suhu rendah
Suhu ruang
Gambar 2. Grafik hubungan antara lama penyimpanan dengan susut bobot pada berat
buah dengan pengemasan MAP pasif.
Hasil pengamatan pada saat praktikum di dapatkan hasil data yang
menunjukan laju susut bobot pada bahan tersebut. Pada penyimpanan MAP pasif
dengan kondisi suhu rendah susut bobot yang terjadi pada bahan cenderung
meningkat atau naik dan terbentuk grafik yang fluktuatif.
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini antara lain :
1. Tabung N2, O2 dan CO2
A. Kesimpulan
1. Pengemasan yang dilakukan pada masing-masing buah yaitu menggunakan MAP
Aktif dan Pasif.
2. Dalam pengemasan atmosfir termodifikasi cara pasif, kesetimbangan antara CO 2
dan O2 didapat melalui pertukaran udara dalam kemasan. Untuk mendapatkan dan
mempertahankan komposisi udara yang sesuai dalam kemasan, permeabilitas film
yang dipilih harus diupayakan sehingga permeabilitasnya memungkinkan O 2
melewati film dengan laju yang seimbang dengan konsumsi O 2. Demikian pula
CO2 dikeluarkan dari film kemasan untuk mengimbangi produksi CO 2 oleh
produk. Sedangkan pada cara aktif, udara dalam kemasan kemudian diisi udara
kembali dengan konsentrasi O2 dan CO2 yang diatur komposisinya dengan
menggunakan alat, sehingga kesetimbangan langsung tercapai.
B. Saran
Saran yang diberikan adalah semoga alat-alat yang digunakan dalam
praktikum ditambah lagi, misal neraca digital dll untuk mempercepat jalannya
praktikum dan pengamatan. Pertahankan kinerja asisten.
DAFTAR PUSTAKA
Julianti, Elisa dan Mimi Nurminah. 2007 Teknologi Pengemasan. Fakultas pertanian
Universitas sumatera Utara.
Kushandayani, Ratih,2009. Bab 16 Pengemasan Holtikultural. (On-line).
http://www.che.itb.ac.id/kuliah/tk3207/16-produk_holtikultura ppt.256.1,TK
3207 BAB 16 PENGEMASAN PRODUK HOLTIKULTURAL.diakses 1
Desember 2015 pada pukul 21.00 WIB.
Mustaufik dkk. 2003. Petunjuk Praktikum Fisiologi dan Teknologi Pascapanen.
Fakultas Pertanian UNSOED. Purwokerto.
Panrastico, ER.B. 1999. Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan
Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Tim Penulis PS. 1992. Pascapanen Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta.
.