Professional Documents
Culture Documents
A. Tujuan
Tujuan dari praktikum acara II Efesiensi Energi Panas pada Proses
Pengolahan yaitu :
1. Menentukan kebutuhan energi panas untuk pengolahan bahan.
2. Menentukan panas yang diberikan oleh kompor listrik untuk pengolahan
bahan.
3. Menentukan efesiensi pemanasan dan panas yang hilang.
B. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Bahan
Kopi telah dikonsumsi selama lebih dari 1.000 tahun dan minuman
paling banyak dikonsumsi di dunia (lebih dari 400 miliar cangkir
pertahun). Saudi merupakan negara yang penyebarkan budaya kopi.
Kebanyakan naskah kuno menyebutkan budaya kopi sejak dari 575 di
Yaman, tetapi hanya di abad XVI di Persia, biji kopi panggang pertama
berubah menjadi minuman yang kita kenal sekarang. Kopi mulai dinikmati
di Eropa pada tahun 1615, yang dibawa oleh wisatawan Jerman, Perancis,
dan Italia yang mencari cara untuk mengembangkan perkebunan kopi di
koloni mereka. Negara Belanda adalah negara yang pertama kali
mendapatkan bibit dan mereka budidayakan di taman botani Amsterdam
(Mussatto et al, 2011).
Kopi (Coffea sp) merupakan tanaman yang dapat menghasilkan
sejenis minuman. Minuman tersebut diperoleh dari seduhan kopi dalam
bentuk bubuk. Kopi bubuk adalah biji kopi yang telah disangrai, digiling
atau ditumbuk sehingga menyerupai serbuk halus. Sebelum kopi
dipergunakan sebagai bahan minuman, terlebih dahulu dilakukan proses
roasting. Flavor kopi yang dihasilkan selama proses roasting tergantung
pada jenis kopi hijau yang dipergunakan, cara pengolahan biji kopi,
penyangraian, penggilingan, penyimpanan dan metode penyeduhannya.
Cita rasa kopi akan ditentukan akhirnya oleh cara pengolahan di pabrikpabrik. Penyangraian biji kopi akan mengubah secara kimiawi kandungankandungan dalam biji kopi, disertai susut bobotnya, bertambah besarnya
ukuran biji kopi dan perubahan warna bijinya. Kopi biji setelah disangrai
akan mengalami perubahan kimia yang merupakan unsur cita rasa yang
lezat (Hayati, 2012).
Saat ini, peningkatan produksi kopi di Indonesia masih terhambat
oleh rendahnya mutu biji kopi yang dihasilkan sehingga mempengaruhi
pengembangan produksi akhir kopi. Hal ini disebabkan, karena
penanganan pasca panen yang tidak tepat antara lain proses fermentasi,
pencucian, sortasi, pengeringan, dan penyangraian. Selain itu spesifikasi
alat/mesin yang digunakan juga dapat mempengaruhi setiap tahapan
pengolahan biji kopi. Dalam proses penyangraian pengaruh suhu dan lama
penyangraian terhadap tingkat kadar air biji kopi adalah adar air biji kopi
setelah penyangraian cenderung menurun dengan meningkatnya suhu dan
lama penyangraian. Hal ini menandakan bahwa semakin besar perbedaan
suhu antara medium pemanas dengan bahan pangan semakin cepat pindah
panas ke bahan pangan dan semakin cepat pula penguapan air dari bahan
pangan (Kristiyanto dkk, 2013).
2. Tinjauan Teori
Kalor didefinisikan sebagai perpindahan energi yang melintasi batas
sistem berdasarkan perubahan suhu antara sistem dengan lingkungannya.
Energi sebagai kalor mengalir dari benda yang lebih panas (suhu lebih
tinggi) ke benda yang lebih dingin (suhu lebih rendah). Molekul-molekul
dari bagian yang lebih panas kehilangan energi kinetiknya dan berpindah
ke bagian yang lebih dingin ketika kedua bagian tersebut bersentuhan.
Sedangkan menurut Bueche (1994) yang dimaksud dengan kalor (heat)
adalah suatu bentuk energi, dengan satuannya joule. Satuan satuan yang
digunakan untuk panas adalah kalori (1kal = 4,184 J) dan British Thermal
Unit (1BTU = 1054J). kalor yang digunakan oleh ahligizi disebut kalori
besar dan sebenarnya adalah satu kilo kalor (Serway dan Jewett, 2004).
Nilai kalor bahan bakar adalah jumlah panas yang dihasilkan atau
ditimbulkan oleh suatu gram bahan bakar tersebut dengan meningkatkan
temperatur 1 gr air dari 3,50 C 4,50 C, dengan satuan kalori. Dengan
kata lain nilai kalor adalah besarnya panas yang diperoleh dari pembakaran
suatu jumlah tertentu bahan bakar. Nilai kalor tergantung pada sifat bahan
yang mempegaruhi massa jenisnya. Sehingga semakin tinggi berat jenis
bahan bakar, maka semakin tinggi nilai kalor yang diperolehnya. Nilai
kalor juga akan berpengaruh pada laju pembakaran pada proses
pembakaran. Semakin tinggi nalai kalor bakar maka semakin lambat laju
pembakran pada proses pembakaran ( Tirono dan Sabit, 2011).
Panas spesifik atau kapasitas panas adalah kalor yang diperlukan
untuk menaikkan suhu satu satuan massa zat tersebut sebanyak satu
derajat. Kalau kalor sebanyak Q diperlukan untuk menaikkan suhu zat
dengan m sebanyak T , maka kapasitas kalor spesifik zat itu c =
Q
m T
atau
J/kg. K yang sama dengan J/kg juga digunakan secara luas adalah
satuan J/kg , dimana 1 J/kg
Hal ini digunakan untuk menyimpan energi, entropi dan untuk menghitung
perubahan dalam reaksi entalpi dengan suhu. Variasi kapasitas panas
berfungsi sebagai indikator yang sensitif dari fase transisi dan merupakan
alat penting untuk perubahan pemahaman dalam struktur larutan cair
seperti minyak goring (Samimi dan Khodaeei, 2013).
Daya adalah energi yang dikeluarkan untuk melakukan usaha. Dalam
sistem tenaga listrik, daya merupakan jumlah energi yang digunakan untuk
melakukan kerja atau usaha. Daya listrik biasanya dinyatakan dalam
satuan Watt atau Horsepower (HP), Horsepower merupakan satuan daya
listrik dimana 1 HP setara 746 Watt atau lbft/second. Sedangkan Watt
merupakan unit daya listrik dimana 1 Watt memiliki daya setara dengan
daya yang dihasilkan oleh perkalian arus 1 Ampere dan tegangan 1 Volt.
Daya dinyatakan dalam P, Tegangan dinyatakan dalam V dan Arus
dinyatakan dalam I, sehingga besarnya daya dinyatakan :
P=VxI
P = Volt x Ampere x Cos
P = Watt
(Suryanto dan Samiyono, 2011).
Efesiensi panas didefinisikan sebagai perbandingan kerja yang
dilakukan oleh mesin dengan pans yang diserap selama siklus. Dapat
diartikan bahwa Efisiensi adalah perbandingan atau rasio dari keluaran
(output) dengan masukan (input). Efisiensi mengacu pada bagaimana
baiknya sumber daya digunkan untuk menghasilkan output. Efisiensi dapat
dikatakan sebagai penghematan penggunaan sumber daya dalam kegiatan
organisasi, dimana efisiensi pada daya guna. Dengan efisiensi
dimaksudkan pemakaian sumber daya yang lebih sedikit untuk mencapai
hasil yang sama. Efisiensi merupakan ukuran yang membandingkan
rencana penggunaan masukan (input) dengan realisasi penggunaannya.
Efisiensi 100% sangat sulit dicapai, tetapi efisiensi yang mendekati 100%
sangat diharapkan dan konsep ini lebih berorientasi pada input daripada
output (Surya, 2004).
Pengetahuan tentang sifat termal dari makanan diperlukan untuk
melakukan berbagai perpindahan panas perhitungan yang terlibat dalam
3. Cra Kerja
Bahan
Mas
sa
(gr)
T1
(oC)
T2
(oC)
P
(Wat
t)
t
(jam)
Q1
(J)
Q2
(J)
Kopi
25
32
80
300
0,04
3680
43200
,246
Kopi
25
31
80
300
0,037
5
3756
40500
,918
Kopi
25
31
80
300
0,039
1
3680
42228
,24
Kopi
25
31
80
600
0,025
3756
54000
,918
Kopi
25
32
80
600
0,025
3680
54000
,246
Kopi
25
31
80
600
0,022
3
3756
48168
,918
Q EFF
%
3951
9,75
4
3674
3,08
2
3854
7,76
0
5024
3,08
2
5031
9,75
4
4441
1,08
2
8,51
9
9,27
6
8,71
5
6,95
7
6,81
5
7,79
9
Panas spesifik atau kapasitas panas adalah kalor yang diperlukan untuk
menaikkan suhu satu satuan massa zat tersebut sebanyak satu derajat. Kalau
kalor sebanyak Q diperlukan untuk menaikkan suhu zat dengan m
Q
m T
atau
jenis sendiri, yang berubah ubah sedikit dengan temperature (Bueche, 1994).
Tipler (1991) mengatakan bahwa daya tidak dapat disamaartikan dengan
usaha atau energi. Dalam satuan S1 untuk daya, satu joule per sekon,
dinamakan satu watt (W) 1 J/s = 1 W. Apabila membayar rekening listrik
artinya kita membayar untuk energi, bukan daya. Biasanya tagihan ini berupa
sejumlah kilowatt-jam (kWh). Satu kilowatt jam energy adalah
1 kWh = (103 W) x (3600 s)
= 3,6 x 106 W.s = 3,6 MJ
Dalam sistem satuan sehari hari yang berlaku di AS, satuan energy adalah footpound dan satuan daya adalah food-pound per sekon.
Menurut Suryanto dan Samiyono (2011) daya adalah energi yang
dikeluarkan untuk melakukan usaha. Dalam sistem tenaga listrik, daya
merupakan jumlah energi yang digunakan untuk melakukan kerja atau usaha.
Daya listrik biasanya dinyatakan dalam satuan Watt atau Horsepower (HP),
Horsepower merupakan satuan daya listrik dimana 1 HP setara 746 Watt atau
lbft/second. Sedangkan Watt merupakan unit daya listrik dimana 1 Watt
memiliki daya setara dengan daya yang dihasilkan oleh perkalian arus 1
Ampere dan tegangan 1 Volt. Daya dinyatakan dalam P, Tegangan dinyatakan
dalam V dan Arus dinyatakan dalam I, sehingga besarnya daya dinyatakan :
P=VxI
P = Volt x Ampere x Cos
P = Watt
Q1
x 100
Q2
yang dibutuhkan bahan untuk mencapai suhu 80oC berbeda beda. Perbedaan ini
disebabkan kurang ketelitian praktikan dalam menghitung waktu yang
diperlukan sampel untuk mencapai suhu yang telah ditentukan seperti sampel
sudah dipanaskan diatas kompor sedangkan praktikan belum siap menghitung
waktunya. Selain itu perbedaan glass beker yang digunakan ada yang tebal dan
ada juga yang kurang tebal, hal ini akan mempegaruhi hasil dalam proses
pemanasan. Besar kecilnya efisiensi dipengaruhi oleh faktor faktor massa
bahan, besarnya kalor spesifik bahan dan besarnya perubahan suhu yang
terjadi.
E. Kesimpulan
Dari hasil percobaan acara II Efisiensi Energi Panas pada Proses
Pengolahan dapat diambil kesimpulan antara lain :
1. Efesiensi panas didefinisikan sebagai perbandingan kerja yang dilakukan
oleh mesin dengan panas yang diserap selama siklus. Dapat diartikan
bahwa Efisiensi adalah perbandingan atau rasio dari keluaran (output)
dengan masukan (input).
2. Faktor-faktor yang mempegaruhi besar kecilnya efisiensi panas yaitu
meliputi waktu pemanasan, suhu pemanasan, panas spesifik, dan massa
bahan
3. Kalor didefinisikan sebagai perpindahan energi yang melintasi batas
sistem berdasarkan perubahan suhu antara sistem dengan lingkungannya.
4. Daya adalah energi yang dikeluarkan untuk melakukan usaha. Dalam
sistem tenaga listrik, daya merupakan jumlah energi yang digunakan untuk
melakukan kerja atau usaha.
5. Besarnya panas yang diperlukan bahan yaitu 3680,246 J ; 3756,918J ;
3680,24 J ; 3756,918 J ; 3680,246 J ; 3756,918J.
6. Panas yang diberikan kompor listrik untuk mengolah bahan dalam
percobaan sampel kopi yaitu 43200 J, 40500 J, 42228 J, 54000 J, 54000 J,
48168J.
7. Efesiensi pemanasan yang dihasilkan pada percobaan sampel kopi adalah
8,519% ; 9,276% ; 8,715% ; 6,957% ; 6,815% ; 7,906%
8. Besarnya panas yang hilang pada percobaan sampel kopi yaitu 39519,754 ;
36743,082 ; 38547,760 ; 50243,082 ; 50319,754 ; 44411,082
9. Semakin besar nilai efisiensi maka banyak energi yang diserap oleh bahan,
semakin kecil efisiensi panas maka semakin banyak energi yang
menghilang
DAFTAR PUSTAKA
Blond, Emilie. et al. 2011. A New Indirect Calorimeter Is Accurate And
Relieble For Measuring Basal Energy Expenditure, Theric Effect
Of Food And Substrate Oxidation In Obese And Healthy Subject.
The European e-Journal Of Clinical Nutrition And Metabolism Vol
6 (1) Hal: e7-e15.
Bueche, Frederick. 1994. Teori dan Soal Soal Fisika Edisi Kedelapan.
Erlangga. Jakarta.
Daniyanto, Fathurrahman, dan Arief Budiman. 2013. Penurunan
Konsumsi Steam Di PG Modjo-Sragen dengan Konsep HeatProcess Integration Menggunakan Energy Utilization Diagram.
Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Kejuangan ISSN 1693
4393 Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber
Daya Alam Indonesia Yogyakarta, 18 Maret 2015.
Fricke, Brian, dan Becker Bryan. 2001. Evaluation of Thermophysical
Property Models for Foods. Journal HVAC and Research, Vol. 7,
No. 4.
Hayati, Rita, Marliah Ainun, dan Rosita Farnia. 2012. Sifat Kimia dan
Evaluasi Sensori Bubuk Kopi Arabika. Jurnal Floratek, Vol. 7, No.
6.
Jassin, Ernawati. 2010. Kajian Eksperimental Nilai Konduktivitas Termal
dan Panas Spesifik beberapa Jenis Ikan. Makassar. Jurnal
Perikanan, Vol. 1, No. 2.
Kristiyanto, Danang, Pranoto Broto Dhegdo Haris, dan Abdullah. 2013.
Penurunan Kadar Kafein Kopi Arabika Dengan Proses Fermentasi
Menggunakan Nopkor MZ-15. Jurnal Teknologi Kimia dan
Industri, Vol. 2, No. 4.
Mussatto, Solange I, Ercilia, and Machado. 2011. Production,
Composition, and Applic and Its Industrial Residues. Journal of
Food Bioprocess Technol, Vol. 4, No. 6.
Napitupulu, Farel H. 2006. Pengaruh Nilai Kalor (Heating Value) Suatu
Bahan Bakar Terhadap Perencanaan Volume Ruang Bakar Ketel
Uap Berdasarkan Metode Penentuan Nilai Kalor Bahan Bakar
Yang Dipergunakan. Jurnal Teknik Industri, Vol. 7. No. 1.
Pesaran, Ahmad A. et all. 1860. A Unique Calorimeter-Cycler for
Evaluating High-Power Battery Modules. Brigham Young
University , Provo.
Samimi, Hadi, dan Khodaei Jalal. 2013. Investigation of Specific Heat and
Thermal Conductivity of Rasa Grape (Vitis vinifera L.) As a
Function of Moisture Conte. World Applied Sciences Journal 22 (7): 939947, 2013. ISSN 1818-4952.
Serway, Raymond A, dan Jewett John. 2004. Fisika untuk Sains dan
Teknik. Salemba Teknika. Jakarta.
Surya, Yohanes. 2004. Suhu dan Termodinamika. Grafindo. Jakarta.
Suryanto, Agus, dan Samiyono. 2011. Implementasi Model Analisis
Perbaikan Faktor Daya Listrik Rumah Tangga dengan Simulasi
Perangkat Lunak. Jurnal Kompetensi Tehnik, Vol. 3, No. 1.
Tipler, Paul A. 1991. Fisika untuk Sains dan Teknik. Erlangga. Jakarta.
Tirono, M, dan Sabit ali. 2011. Efek Suhu Pada Proses Pengarangan
Terhadap Nilai Kalor Arang Tempurung. Junal Neutrino, Vol. 3,
No. 2.
Widyotomo, Sukrisno, Hadi K purwadaria A M, Syarief, dan Sri mulanto.
2010. Karakteristik Suhu dan Energi Proses Pengukuran Biji Kopi
Dalam Reaktaor Kolom Tunggal. Prlita Perkebunan, Vol. 26, No. 3.
LAMPIRAN PERHITUNGAN
= m . Cp . ( T )
= 25 . 0,733 . (80-32)
= 25 . 0,733 . 48
= 879, 6 kal
= 879, 6 x 4,184
= 3680, 246 J
b. Panas yang diberikan kompor listrik
Q2
= P.t
= 300 Watt . 0,0391 jam
= 11, 73 Watt-jam
= 11, 73 Watt- jam x 3600
= 42228 J
c. Panas yang hilang
Q = Q2 Q1
42228 3680,24
38547,760
d. Efesiensi pemanasan
Q1
x 100
Efesiensi = Q 2
=
3680, 246
x 100
42228
= 0,087 x 100%
= 8,71 %