Professional Documents
Culture Documents
A. Background
Globalisasi perekonomian dunia menyebabkan peningkatan perkembangan dunia usaha
di Indonesia. Dapat dilihat dari rata-rata laba yang diperoleh setiap tahunnya semakin
meningkat, misalnya laba tahun 2008 pada bank umum sebesar Rp. 29.891 dan laba tahun
2009 sebesar Rp. 39.869 dan dapat dilihat dari nilai kapitalisasi pasar hingga akhir Juli 2012
meningkat sekitar 5,22 persen dibandingkan nilai kapitalisasi pasar pada Juli 2011 sebesar
Rp3.772 triliun, ini menandakan peningkatan perkembangan yang dialami pada perusahaan
perbankan.
Selain itu, globalisasi juga menuntut adanya peningkatan transparansi informasi dunia
usaha kepada pihak-pihak yang berkepentingan seperti stakehorder dan publik. Untuk
mengantisipasi hal tersebut, pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan
Internasional Akuntansi Standar (IAS) yang mutakhir dan sesuai dengan perkembangan
Agensi Theori
Masalah agensi telah menarik perhatian yang sangat besar dari para peneliti di bidang
akuntansi keuangan (Fuad, 2005). Masalah agensi timbul karena adanya konflik kepentingan
antara shareholder dan manajer, karena tidak bertemunya utilitas yang maksimal antara
mereka. Sebagai agent, manajer secara moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan
keuntungan para pemilik (principal), namun disisi yang lain manajer juga mempunyai
kepentingan memaksimumkan kesejahteraan mereka. Sehingga ada kemungkinan besar
agent tidak selalu bertindak demi kepentingan terbaik principal (Jensen dan Meckling, 1976).
Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal
dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham).
Oleh karena itu sebagai pengelola, manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai
kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui
pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Akan tetapi informasi yang
disampaikan terkadang diterima tidak sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya. Kondisi
ini dikenal sebagai informasi yang tidak simetris atau asimetri informas i (information
asymetric). Asimetri informasi terjadi karena manajer lebih superior dalam menguasai
informasi dibanding pihak lain (pemilik atau pemegang saham). Asimetri antara manajemen
(agent) dengan pemilik (principal) memberikan kesempatan kepada manajer untuk bertindak
oportunis, yaitu memperoleh keuntungan pribadi.
As i me tri I nfo rmas i
Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan
prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham).
Oleh karena itu sebagai pengelola, manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai
kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui
pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Situasi ini akan memicu
munculnya suatu kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi (information asymmetry).
Yaitu suatu kondisi di mana ada ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak
manajemen sebagai penyedia informasi (prepaper) dengan pihak pemegang saham dan
stakeholder pada umumnya sebagai pengguna informasi (user).
Menurut Scott (2000), terdapat dua macam asimetri informasi yaitu:
1. Adverse selection, yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam lainnya biasanya
mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan dibandingkan investor
pihak luar. Dan fakta yang mungkin dapat mempengaruhi keputusan yang akan diambil
oleh pemegang saham tersebut tidak disampaikan informasinya kepada pemegang saham.
2. Moral hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer tidak
seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi pinjaman. Sehingga
manajer dapat melakukan tindakan diluar pengetahuan pemegang saham yang melanggar
kontrak dan sebenarnya secara etika atau norma mungkin tidak layak dilakukan.
Adanya asimetri informasi memungkinkan adanya konflik yang terjadi antara principal dan
agent untuk saling mencoba memanfatkan pihak lain untuk kepentingan sendiri.
Teori Bid-Ask Spread
Pengukuran tingkat asimetri informasi dapat dilakukan dengan menggunakan proksi bid-ask
spreads. Istilah ask diasosiasikan dengan selling limit order, sedangkan bid diasosiasikan
dengan buying limit order. Istilah bid-ask spreads diartikan dengan selisih harga beli tertinggi
dari investor dengan harga jual yang diajukan oleh emiten atau penjual saham. Bid-ask
spread merupakan selisih harga beli tertinggi dengan harga jual terendah saham trader. Stoll
(1989) dalam Mardiyah (2001) menyatakan bahwa bid ask spread merupakan fungsi dari tiga
komponen biaya yang berasal dari: 1) pemilikan saham (inventory holding); 2) pemrosesan
No.
Nama Perusahaan
1
Bank Bumi Putera Indonesia Tbk
2
Bank Central Asia Tbk
3
Bank Danamon Indonesia Tbk
4
Bank Eksekutif Internasional Tbk
5
Bank Internasional Indonesia Tbk
6
Bank Kesawan Tbk
7
Bank Mandiri (Persero) Tbk
8
Bank Mega Tbk
9
Bank Negara Indonesia Tbk
10
Bank Niaga Tbk
11
Bank NISP Tbk
12
Bank Pan Indonesia Tbk
13
Bank Pertama Tbk
14
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
15
Bank Victoria Internasional Tbk
Sumber : JSX, diolah
Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang digunakan adalah variabel asimetri informasi yang diukur dengan
bid-ask spread sebelum penerapan IFRS (International Financial Reporting Standard) dan
setelah IFRS. Periode sebelum IFRS adalah periode tahun 2003 2006, sedangkan periode
setelah IFRS adalah 2007 2010. Data yang digunakan untuk menghitung spread adalah data
bid ask saham dari 2003 2010. Untuk menghitung spread, digunakan rumus sebagai
berikut :
No
Nama Bank
TAHUN
2003
2004
2005
2006
2003
2004
2005
2006
2003
2004
2005
2006
2003
2004
2005
2006
2003
2004
2005
2006
2003
2004
2005
2006
2003
2004
2005
2006
2003
2004
2005
2006
2003
2004
ASK
160
195
200
120
4000
4075
3900
5550
2075
4450
5900
6800
115
190
180
80
150
200
220
255
800
245
400
460
1050
2000
2050
2950
1150
1950
2500
2475
1400
1775
BID
110
130
100
35
2075
1750
2725
3350
235
2025
3325
3875
60
75
45
45
40
100
125
145
170
170
175
295
700
975
1100
1500
900
1075
1150
2000
85
1000
SPREAD
0.3704
0.4000
0.6667
1.0968
0.6337
0.7983
0.3547
0.4944
1.5931
0.7490
0.5583
0.5480
0.6286
0.8679
1.2000
0.5600
1.1579
0.6667
0.5507
0.5500
1.2990
0.3614
0.7826
0.4371
0.4000
0.6891
0.6032
0.6517
0.2439
0.5785
0.7397
0.2123
1.7710
0.5586
10
11
12
13
14
15
2005
2006
2003
2004
2005
2006
2003
2004
2005
2006
2003
2004
2005
2006
2003
2004
2005
2006
2003
2004
2005
2006
2003
2004
2005
2006
1900
2550
50
510
570
1050
450
850
1050
950
355
430
630
590
55
1300
840
920
1325
2950
3400
5750
70
95
120
110
1150
1070
25
25
305
390
175
360
730
650
155
240
330
370
15
30
475
620
950
1225
2050
3000
25
45
60
75
0.4918
0.8177
0.6667
1.8131
0.6057
0.9167
0.8800
0.8099
0.3596
0.3750
0.7843
0.5672
0.6250
0.4583
1.1429
1.9098
0.5551
0.3896
0.3297
0.8263
0.4954
0.6286
0.9474
0.7143
0.6667
0.3784
Tabel 4.2
Bid-Ask Spread setelah IFRS perusahaan perbankan
Tahun 2007-2010 Per Tahun
No
Nama Bank
TAHUN
2007
2008
2009
2010
2007
2008
2009
2010
2007
ASK
150
151
120
156
7600
7300
5500
7200
9150
BID
62
50
50
83
4600
2000
2275
4425
5200
SPREAD
0.8302
1.0050
0.8235
0.6109
0.4918
1.1398
0.8296
0.4774
0.5505
10
11
12
13
14
2008
2009
2010
2007
2008
2009
2010
2007
2008
2009
2010
2007
2008
2009
2010
2007
2008
2009
2010
2007
2008
2009
2010
2007
2008
2009
2010
2007
2008
2009
2010
2007
2008
2009
2010
2007
2008
2009
2010
2007
2008
2009
2010
2007
2008
8000
5100
7100
91
130
108
250
320
520
490
1010
520
690
770
1040
4050
3550
5300
7250
4200
3600
3650
3500
2900
1980
2150
5100
1010
990
820
2650
1000
950
1000
2425
810
1040
880
1280
1000
940
1020
2025
8700
7800
1780
2075
4275
53
50
50
162
146
260
275
245
425
480
570
700
2150
1140
1680
4150
2000
2400
2000
2000
1640
395
640
1730
670
360
380
700
800
700
650
790
500
420
415
760
890
450
400
740
4400
2400
1.2720
0.8432
0.4967
0.5278
0.8889
0.7342
0.4272
0.7468
0.6667
0.5621
1.2191
0.2011
0.3590
0.2985
0.3908
0.6129
1.0277
1.0372
0.5439
0.7097
0.4000
0.5841
0.5455
0.5551
1.3347
1.0824
0.9868
0.4048
0.9333
0.7333
1.1642
0.2222
0.3030
0.4242
1.0171
0.4733
0.8493
0.7181
0.5098
0.1164
0.7050
0.8732
0.9295
0.6565
1.0588
15
2009
2010
2007
2008
2009
2010
8700
12800
194
151
230
195
3550
6950
80
61
84
120
0.8408
0.5924
0.8321
0.8491
0.9299
0.4762
Minimum Maximum
SEBELUM
60
.2123
IFRS
SETELAH IFRS
60
.1164
Valid N
60
(listwise)
Sumber : Data Diolah spss 17
Mean
Std.
Deviation
1.9098 .715469
.3694122
1.3347 .707089
.2819760
Perbandingan rata-rata antara spread sebelum dan setelah penerapan IFRS terlihat cukup
jelas, yaitu dari 0.7154 menjadi 0.7071. Adanya penurunan spread ini mengindikasikan
bahwa terjadi penurunan informasi asimetri setelah penerapan IFRS. Hal ini sesuai dengan
penelitian marjan Petreski (2005), Mary Bart (2007) yang mengatakan bahwa dengan adopsi
standar internasional, laporan keuangan yang dihasilkan memiliki tingkat kredibilitas yang
tinggi, dan manajemen laba semakin kecil. Dengan adanya standard auntansi internasional
yang lebih transparan, maka asimetri informasi yang ada menjadi lebih kecil.
Pengujian Hipotesis Bid-Ask Spread Sebelum dan Setelah Penerapan IFRS
Uji paired t-Test adalah uji t dimana sample saling berhubungan antara satu sample
dengan sample yang lain. Tujuan dari pengujian ini adlah untuk menguji perbedaan rata-rata
antara sample-sample yang berpasangan. Dimana jika nilai signifikan lebih dari 0,05 maka
Ho diterima dan jika nilai signifikan kurang dari 0,05 maka Ha ditolak.
Pengujian
ini
untuk mengetahui Bid-Ask Spread sebelum dan sesudah penerapan IFRS. Apakah memiliki
perbedaan sebelum dan setelah diadakannya penerapan IFRS ( Internasional Financial
Reporting Standard ) yang dilakukan oleh pemerintah. Hasil pengujian bisa dilihat di bawah
ini :
Tabel 4.4
Uji T Bid-Ask Spread
Paired Samples Test
Paired Differences
Mean
Std.
Std.
Deviati Error
on
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower
Upper
.893
Dari hasil analisis t-test menggunakan paired sample T-test, hipotesis yang digunakan
dalam penelitian adalah :
H0 : Tidak terdapat perbedaan Bid-Ask Spread sebelum penerapan IFRS dan setelah
penerapan IFRS pada emiten dan investor
Ha : Terdapat perbedaan Bid-Ask Spread sebelum penerapan IFRS dan setelah
penerapan IFRS pada emiten dan investor
Berdasarkan table 4.4 nilai signifikansi rata-rata bid-ask spread sebelum dan setelah
penerapan IFRS sebesar 0.893. Hal ini menunjukkan bahwa nilai signifansi lebih besar dari
0.05 yang berarti Ho diterima dan Ha ditolak, atau dengan kata lain tidak terdapat perbedaan
yang signifikan terhadap bid-ask spread sebelum penerapan IFRS dan setelah penerapa n
IFRS. Hasil di atas sesuai dengan penelitian Christian Leuz (2003, 472), yang menemukan
bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal asimetri informasi untuk perusahaan
yang menggunakan IAS dan US GAAP di Pasar modal jerman. Untuk pasar modal Indo nesia,
meskipun tidak signifikan, tetapi secara rata-rata, terdapat penurunan asimetri informasi di
Bursa Efek Indonesia. Hal ini disebabkan adanya fluktuasi data yang tinggi pada tahun 2008,
yang diakibatkan oleh adanya krisis moneter dan krisis bursa dunia.
D.
Kesimpulan yang bisa diambil adalah, untuk bursa Efek Indonesia, tidak terdapat perbedaan
informasi asimetrik yang diproksikan oleh bid-ask sebelum dan sesudah penerapan ifrs yang
signifikan pada emiten dan investor di Indonesia.
Suggestion
Agar generalisasi lebih bagus, sebaiknya dipergunakan data semua sector perusahaan yang
listing di Bursa, sehingga bisa dilihat pengaruh penerapan IFRS terhadap masing- masing
sector industry di bursa Efek.
Daftar Pustaka
Arief Ujiyantho. . Asimetri Informasi dan Manajemen Laba: Suatu Tinjauan Dalam
Hubungan Keagenan. http//www.google.co.id
Clarke, Jonathan, Shastri, Kuldeep, 2001, On Information Asymmetry Metrics, Working
Paper, the 2001 Eastern Finance Association Conference
Halim, J, Meiden, C dan Tobing. 2005. Pengaruh Manajemen Laba pada Tingkat
Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Termasuk
dalam Indeks LQ 45. Simposium Nasional Akuntansi VIII.
Haniati dan Fitriany. 2010. Pengaruh Konservatisme terhadap Asimetri Informasi dengan
Menggunakan Beberapa Model Pengukuran Konservatisme. Simposium Nasional
Akuntansi XIII.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2008, Sejarah Standar Akuntansi Keuangan, available at
http://www.iaiglobal.or.id, diunduh tanggal 20 November 2011.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2011. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Irfan, Ali. 2002. Pelaporan Keuangan dan Asimetri Informasi dalam Hubungan Agensi.
Lintasan Ekonomi Vol. XIX. No.2. Juli 2002.
Kusuma, Hadri. 2005. Efek Informasi Asimetri terhadap Kebijakan Dividen.
Leuz, Christian. 2003. "IAS Versus U.S. GAAP : Information Asymmetry - Based Evidence
from Germany's New market". Journal of Accounting Research Vol 41 No 3 June
2003. 445-472.
Nasution, Marihot., dan Setiawan, Doddy. 2007. Pengaruh Corporate Governance Terhadap
Manajemen Laba Di Industri Perbankan Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi
X.
Rahmawati., Suparno, Yacob., dan Qomariyah, Nurul. 2006. Pengaruh Asimetri Informasi
Terhadap Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan Publik yang
Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi IX.
Prihadi, Toto. 2012. Laporan Keuangan sesuai IFRS & PSAK. Jakarta: Ppm Manajemen.
Priyatno, Dwi. 2008. Mandiri Belajar SPSS. Jakarta: Mediakom.
Raja. 2012. Akuntansi Keuangan versi IFRS. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Richardson, V. J. 1998. Information Asymmetry and Earnings Management : Some Evidence.
http /www.ssrn.com.
Rini., Wahiddatul. 2010. Pengaruh Kualitas Pelaporan Keuangan Terhadap Informasi
Asimetri. Simposium Nasional Akuntansi XIII.
Unyanto, Stanislaus S. 2009. Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Veronica, Sylvia dan Bachtiar, Yanivi S. 2004. Good Corporate Governance, Information
Asymmetry, and Earnings Management. Simposium Nasional Akuntansi VII: 60-72.