Professional Documents
Culture Documents
suatu
unit
volume
tertentu.
(Rohmah, 2012).
Densitas air adalah sekitar 1000 kg/m 3. Berat jenis suatu zat adalah
perbandingan rapat zat itu dengan rapat sesuatu zat baku. Zat baku ini untuk
cairan biasanya adalah air pada suhu 40 C dan untuk gas biasanya adalah udara.
Karena berat jenis adalah perbandingan yang tidak berdimensi, maka dalam
sistem satuan manapun nilainya adalah sama (Bueche, 1989).
Bulk density atau densitas kamba merupakan perbandingan antara
berat bahan dengan volume ruang yang ditempatinya dan dinyatakan
dalam satuan g/ml (Agustina, 2008). Menurut
Wirakartakusumah,
dkk,
komposisi
ukuran
partikel),
konsentrasi
partikel
dalam
mengamati
bahwa
kepadatan
gumpalan
meningkat
dengan
peningkatan kadar air sampai maksimum tertentu, dan berikutnya mulai jatuh
ke bawah, sementara bulk density tidur menurun dengan meningkatkan kadar
air beberapa minimum dan kemudian mulai tumbuh (Gluba, 2004).
Definisi densitas suatu zat adalah nisbah massa m zat itu terhadap volume
V. Densitas suatu padatan hanya berubah sedikit dengan perubahan-perubahan
dalam suhu dan tekanan. Sedangkan densitas suatu gas adalah sangat kuat
terhadap suhu dan tekanan. Densitas air pada 4oC adalah 1,000 g/cm3
(Cromer,1994).
C. Metodologi
1. Alat
a. Timbangan analitik
b. Gelas ukur 1000 ml
c. Gelaz ukur 100 ml
d. Hidrometer
e. Kuboid besar
f. Kuboid kecil
g. Beaker glass 250 ml
h. Petridish
i. Termometer
j. Jangka sorong
k. Pengaduk
2. Bahan
a. Susu (susu UHT, susu pasteurisasi, sari kedelai dan kacang hijau).
Densitas (
Kel.
Bahan
9 dan 10
11 dan 12
13 dan 14
15 dan 16
Susu UHT
Susu Pasteurisasi
Sari kedelai
Sari Kacang Hijau
) kg/m
Suhu
(0C)
Bobot Jenis
(BJ)
1030
1020
1020
1060
330C
290C
340C
320C
1,036
1,025
1,025
1,065
Bahan
Jenis
Wadah
Sampel+
Wa-
Berat (g)
Sam- Wapel
dah
Volume
Wadah
(L)
Bulk
Density
(g/L)
dah
9&
13
Tepung
Terigu
Kuboid
Panjang
Kuboid
Persegi
Petridish
10
&
14
Tepung
Beras
Kuboid
Panjang
Kuboid
Persegi
Petridish
12
&1
6
Tepung
Maizen
a
Kuboid
Panjang
Kuboid
Persegi
Petridish
12
&
16
Tepung
Panir
Kuboid
Panjang
Kuboid
Persegi
61,894 47,989
30,525 22,382
106,20
53,033
4
69,370 55,555
32,953 25,086
106,75
53,623
7
74,293
35,496 27,398
101,90
59,661
7
62,542 48,524
28,110
20,32
13,9
05
8,14
3
53,2
07
13,8
15
7,86
7
53,7
37
13,6
96
8,09
8
42,2
46
14,0
18
7,79
0
44,8
90
65
49
37,5
0.119
403,268
38
38
42
0,060
373,033
87
19
0,112
437,508
83,7
36,8
42
0,053
5
468,897
36,2
36,2
40,9
0,129
430,658
88,45
20
0,123
431,081
63,5
37,7
55,9
0,175
346,268
38,1
38,1
50,9
0,073
375,315
96,1
29,2
0,211
282,753
82,05
36,05
40
0,118
32
36,1
36,1
39,1
0,051
89,9
13,05
0,082
7
410,1081
8
398,4313
7
341,9226
1
398,43137 gr/L, dan tepung beras 430,658 gr/L. Besarnya bulk density
pada petridish secara berurutan dari yang terkecil sampai yang terbesar
adalah tepung maizena 282,753 gr/L, tepung panir 341,92261 gr/L, tepung
beras 431,081 gr/L, dan tepung terigu 437,508 gr/L.
Menurut lalel (2009) densitas kamba tepung lebih kecil dari densitas
kamba beras. Hal ini berarti keterpdatan rongga antar butiran tepung
masih lebih besar dari butiran beras sehingga jumlah padatan yang mengisi
ruang per volume menjadi lebih kecil. Sehingga pada praktikum ini semua
sampel menggunakan produk tepung-tepungan dan didapat hasil bulk
density tertinggi adalah tepung terigu dan terendah adalah tepung maizena.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tepung terigu merupakan bahan yang
mempunyai keterpadatan lebih baik dari sampel yang lain. Faktor-faktor
yang mempengaruhi pengukuran volume wadah adalah keakuratan alat
pengukuran (penggaris, jangka sorong, dan lain-lain), keakuratan praktikan
membaca skala yang tertera, dan keakuratan perhitungan volume. Menurut
lalel (2009) densitas kamba tepung ini memiliki arti penting untuk aspek
penangan. Semakin besar densitas kamba tepung akan semakin
memperkecil volume yang dibutuhkan untuk wadah (packaging) dan
tempat penyimpanan (storage).
Faktor yang mempengaruhi bulk density dan berat jenis tepungtepungan adalah massa bahan dan volume wadah. Dari hasil percobaan,
bulk density tiap tepung berbeda-beda karena ukuran dari butiran tiap
tepung juga berbeda, sehingga menghasilkan bulk density yang berbeda
pula. Besar kecilnya nilai berat jenis dipengaruhi oleh massa bahan dan
volume wadah yang ditempati oleh bahan. Semakin besar massa suatu
bahan, maka nilai massa jenis juga akan besar. Karena massa jenis
berbanding lurus dengan massa bahan dan berbanding terbalik dengan
volume.
Pengukuran bulk density dan berat jenis pada bahan pangan tepungtepungan berguna dalam mensortir biji-bijian sesuai dengan kualitasnya,
menentukan umur simpannya, dan agar saat sampai di pasaran tetap
Jenis Bahan
Tomat mentah
Tomat
setengah
matang
Tomat matang
10
Pisang mentah
&14
Pisang
setengah
matang
Pisang matang
Tomat mentah
11 & Tomat
setengah
15
matang
Tomat matang
Pisang mentah
12
Pisang
setengah
&16
matang
Pisang matang
Sumber: Laporan Sementara
Massa
(gr)
Volume
(L)
Air
BJ Bahan
21,426
52,868
20 x 10-3
50 x 10-3
35
35
994,02
994,02
1071,3
1057,36
1,078
1,064
68,576
34,249
32,392
70 x 10-3
30 x 10-3
40 x 10-3
35
35
35
994,02
994,02
994,02
979,686
1141,63
809,8
0,986
1,148
0,814
34,268
18,038
48,194
35 x 10-3
20 x 10-3
50 x 10-3
35
35
35
994,02
994,02
994,02
979,085
901,8
963,88
0,984
0,907
0,969
77,185
29,340
34,483
25 x 10-3
30 x 10-3
40 x 10-3
35
35
35
994,02
994,02
994,02
3087,4
978
862,075
3,105
0,984
0,867
35,565
40 x 10-3
35
994,02
1185,5
1,193
Suhu
(oC)
(gr/L)
kematangan
lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa semakin masak tomat maka semakin
tinggi nilai total padatan terlarutnya. Hal ini diduga karena selama proses
pematangan kandungan gula di dalam tomat terus meningkat yang
disebabkan karena terjadinya degradasi pati (karbohidrat) menjadi gula
sederhana (glukosa dan fruktosa) sehingga kandungan gulanya meningkat.
Dengan demikian semakin masak buah, berat jenisnya semakin meningkat.
Dalam industri pangan kematngan buah digunakan untuk menentukan alat
penyimpanan, dan untuk keuntungan karena buah yang matang bobot jenis
lebih tinggi dari buah yang mentah.
Bulk density atau densitas kamba merupakan perbandingan
antara berat bahan dengan volume ruang yang ditempatinya dan
dinyatakan dalam satuan g/ml (Agustina, 2008). Jadi, faktor yang
mempengaruhi densitas dan berat jenis berdasarkan kematangan bahan
adalah volume dan massanya. Jika dilihat dari volumenya, semakin
matang buah tersebut, maka semakin ringan atau sedikit volume yang
terkandung dalam buah tersebut. Sedangkan massanya berbanding lurus
dengan berat jenis. Semakin matang suatu bahan, massa dari bahan
tersebut akan semakin besar. Semakin besar massa suatu bahan, semakin
besar pula nilai berat jenis dari bahan tersebut.
Kematangan buah selain terlihat dari warnanya, juga dapat
ditentukan dari densitasnya. Cara tradisional untuk memisahkan buah
berdasarkan densitasnya adalah dengan memasukkan buah tersebut ke
dalam bak berisi air. Buah yang matang akan terapung, sedangkan yang
mentah akan tenggelam (Anonim5, 2008). Oleh karena itu, seharusnya
semakin matang buah, semakin kecil densitasnya. Kematangan buah dan
densitas seharusnya menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik.
Menurut Syarief dan Anies (1988), pada buah-buahan klimakterik seperti
pisang dan tomat, proses respirasi saat pematangan buah menunjukkan
peningkatan produksi CO2 mendadak saat puncak klimakterik. Penelitian
yang dilakukan pada pisang, menunjukkan bahwa semakin matang buah
E. Kesimpulan
Dari hasil praktikum acara II, Densitas dan Bobot Jenis dapat
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Densitas adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda.
2. Bulk density atau densitas kamba adalah perbandingan bobot bahan
dengan volume yang ditempatinya, termasuk ruang kosong di antara
3.
butiran bahan.
Faktor yg mempengaruhi bulk density dan berat jenis tepung-tepungan
adalah massa bahan dan volume wadah.
4.
Semakin besar massa suatu bahan, maka nilai massa jenis juga akan
besar. Karena massa jenis berbanding lurus dengan massa bahan dan
berbanding terbalik dengan volume.
5.
6.
DAFTAR PUSTAKA
Adebbowale, 2011. Effect of Fermentation Period on the Chemical
Composition and Functional Properties of Pigeon Pea (Cajanus cajan)
Seed Flour. International Food Research Journal 18(4): 1329-1333 (2011).
Bueche, Frederick J. 1989. Teori dan Soal-soal Fisika Edisi Kedelapan. Erlangga.
Jakarta.
Cromer, Alan H. 1994. Fisika untuk Ilmu-ilmu Hayati Edisi Kedua. UGM Press.
Yogyakarta.
Gluba, Tadeuzt, Andrzej O., Estera G. 2004. The Effect of Granulation Conditions
on Bulk Density of a Product. Physicochemical Problems of Mineral
Processing, 38 (2004) 177-186. Fizykochemiczne Problemy Mineralurgii, 38
(2004) 177-186.
Olson, Reuben M. 1990. Dasar-Dasar Mekanika Fluida Teknik Edisi Kelima.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Pramesta, Ladas Dianti,, Dian Rahmawanti., Kawiji., Baskara Katri Anandito.
2012. Karakterisasi Bubur Bayi Instan Berbahan Dasar Tepung Millet
(Panicum sp) dan Tepung Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L.) Dengan