Professional Documents
Culture Documents
MIKROBIOLOGI INDUSTRI
Oleh :
Kelompok 3
Nama Anggota Kelompok:
1. Imas Nitisari
H3113051
H3113058
H3113062
H3113072
H3113080
H3113089
H3113092
ACARA IV
FERMENTASI ALKOHOL
A. Tujuan
Tujuan praktikum acara IV Fermentasi Alkohol ini adalah :
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan wine.
2. Mahasiswa dapat mengetahui mikroba yang berperan dalam pembuatan
wine.
3. Mahasiswa dapat mengetahui kadar alkohol yang terdapat pada wine yang
berasal dari beberapa bahan yang berbeda.
4. Mahasiswa dapat mengetahui berat jenis yang terdapat pada wine yang
berasal dari beberapa bahan yang berbeda.
B. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Bahan
Sari buah adalah cairan yang dihasilkan dari penghancuran buah segar
yang matang. Pada prinsipnya dikenal dua macam sari buah, yaitu sari buah
encer, yang diperoleh dari pengepresan daging buah, dilanjutkan dengan
penambahan air, penambahan atau tanpa penambahan gula, dan sari buah
pekat yaitu cairan yang dihasilkan dari pengepresan daging buah dan
dilanjutkan dengan proses pemekatan. Pembuatan sari buah pisang selama
ini, dilakukan secara mekanis dengan penambahan air, menghasilkan sari
buah pisang yang tidak jernih (cloudy juice) dan masih beraroma langu.
Pada usaha percobaan pembuatan sari buah pisang cara enzimatik dengan
bantuan ragi, diharapkan dapat menghasilkan sari buah pisang yang jernih
(clear juice), dapat tanpa penambahan air, dan beraroma normal pisang
(Triyono, 2010).
Tetes merupakan sisa dari proses pengkristalan gula pasir yang masih
mengandung gula dan asam-asam organik sehingga merupakan bahan baku
yang baik untuk pembuatan etanol. Dibandingkan bahan baku lain, tetes
mempunyai keunggulan yaitu selain harganya murah juga mengandung 50%
gula sederhana yang dapat difermentasi langsung oleh yeast menjadi etanol
tanpa pretreatment. Saccharomyces cerevisiae pembentuk flok merupakan
yeast yang mampu membentuk flok atau gumpalan sel yang mengendap
secara cepat dalam medium pertumbuhannya, yang berperan penting dalam
produksi
bioetanol
karena
mempermudah
proses
purifikasi
yaitu
untuk
mengandung gula
sederhana, pati, maupun bahan berserat melalui proses fermentasi. Masingmasing bahan berbeda cara pengolahannya untuk bisa dijadikan bioetanol.
Produksi bioetanol dengan menggunakan bahan berpati harus diawali
dengan proses pemecahan pati menjadi gula sederhana atau glukosa melalui
metode hidrolisis asam atau enzimatis (Azizah, 2012).
Menurut Gumbira (1987) dalam Yusrin (2010), fermentasi adalah
proses perubahan senyawa-senyawa kompleks dari suatu bahan yang
mengandung karbohidrat menjadi senyawa sederhana dengan disertai bau
yang spesifik atau khusus, oleh aktivitas mikroba halofilik. Sedangkan
pengertian lain dari fermentasi adalah proses penguraian gula menjadi
alkohol dan karbondioksida yang disebabkan oleh aktivitas sel-sel khamir
yang tumbuh dan berkanbang baik dengan cairan. Fermentasi dapat terjadi
karena adanya aktivitas mikroba penyebab fermentasi pada subtrat yang
sesuai. Terjadinya fermentasi ini dapat menyebabkan perubahan bahan
pangan, misalnya aroma alkohol dan asam pada peuyeum (tape).
stabil
keasaman
dan
nilai-nilai
amina
biogenik.
Semua
Akhirnya,
ini
asetaldehida
dikonversi
menjadi
etanol.
sumber
sumber
pertumbuhannya.
Pada
karbon,
Saccharomyces
cereviseae
nitrogen,
vitamin
mineral
umumnya
sebagian
dan
besar
juga
dalam
Saccharomyces
Menurut
Sudarmadji
K.,
(1989),
fermentasi
bioethanol
dapat
C2H5OH + 2CO2
etanol
karbondioksida
Reaksi yang terjadi pada proses produksi etanol secara sederhana dibagi
menjadi dua tahap yaitu (1) pemecahan komponen polisakarida menjadi
komponen monosakarida(pemecahan sempurna) dan komponen oligosakarida
yang dapat dilakukan secara enzimatis maupun secara kimiawi. Proses
pemecahan tahap pertama ditunjukkan pada persamaan reaksi 1.
H2O + (C6H10O5)n
penyimpangan
dari
Saccharomyces
jalur
metabolik
c. Kapas
d. Kertas label
e. Lakban
f. Pengaduk kaca
g. Piknometer
h. Refraktometer
i. Selang plastik
j. Timbangan analitik
2. Bahan
a. Air
b. Air Kelapa
c. Fermipan
d. Sari Buah Anggur
e. Sari Buah Naga
f. Sari Buah Pisang
g. Sari Nira (tetes tebu)
h. Sari Tebu
(+) 1 liter
air
Buah naga/pisang/anggur
Penyortasian
Pencucian
Penghancuran
Ambil sari buah 500 ml
3. Cara Kerja
Pemanasan selama 15 menit dengan suhu 90oC
Pendinginan pada suhu kamar
Pemasukan ke dalam botol sambil disaring
Penambahan kultur
Wine
Kadar Alkohol
(%)
Sangat sedikit
Sangat sedikit
Sangat sedikit
10
Sangat sedikit
Sangat sedikit
Kadar Alkohol
(%)
Sangat sedikit
Sangat sedikit
Sangat sedikit
11
6
0,5
dan
sampel/substrat.
refraktometri.
Substrat
adalah
Langkah
pertama
media
pertumbuhan
yaitu
persiapan
Saccharomyces
sumber
sumber
pertumbuhannya.
Pada
karbon,
Saccharomyces
cereviseae
nitrogen,
vitamin
mineral
umumnya
sebagian
dan
besar
juga
dalam
Saccharomyces
menghasilkan kadar alkohol sangat sedikit dan berat jenisnya 1,015 g/ml. Pada
substrat menggunakan sari buah pisang dengan jumlah substrat 500 ml
ditambahkan fermipan 2,5 gr menghasilkan kadar alkohol sangat sedikit dan
berat jenisnya 0,998 g/ml. Pada substrat menggunakan sari buah anggur
dengan jumlah substrat 500 ml ditambahkan fermipan 2,5 gr menghasilkan
kadar alkohol sangat sedikit dan berat jenisnya 1,02 g/ml. Pada substrat
menggunakan sari tebu dengan jumlah substrat 500 ml ditambahkan fermipan
2,5 gr menghasilkan kadar alkohol 10 % dan berat jenisnya 1,03 g/ml. Pada
substrat menggunakan sari nira (tetes tebu) dengan jumlah substrat 500 ml
ditambahkan fermipan 2,5 gr menghasilkan kadar alkohol sangat sedikit dan
berat jenisnya 1,433 g/ml. Pada substrat menggunakan air kelapa dengan
jumlah substrat 500 ml ditambahkan fermipan 2,5 gr menghasilkan kadar
alkohol sangat sedikit dan berat jenisnya 1,024 g/ml. Urutan kadar alkohol
tertinggi ke terendah adalah sari tebu kadar alkoholnya 10%, dan sari buah
naga, sari buah pisang, sari anggur, sari nira (tetes tebu), air kelapa kadar
alkoholnya sangat sedikit.
Berdasarkan Tabel 4.2 hasil pengamatan fermentasi alkohol pada shift
2 didapat hasil kadar alkohol yang berbeda beda. Pada substrat menggunakan
sari buah naga dengan jumlah substrat 500 ml ditambahkan fermipan 2,5 gr
menghasilkan kadar alkohol sangat sedikit dan berat jenisnya 0,903 g/ml. Pada
substrat menggunakan sari buah pisang dengan jumlah substrat 500 ml
ditambahkan fermipan 2,5 gr menghasilkan kadar alkohol sangat sedikit dan
berat jenisnya 1,019 g/ml. Pada substrat menggunakan sari buah anggur
dengan jumlah substrat 500 ml ditambahkan fermipan 2,5 gr menghasilkan
kadar alkohol sangat sedikit dan berat jenisnya 1,019 g/ml. Pada substrat
menggunakan sari tebu dengan jumlah substrat 500 ml ditambahkan fermipan
2,5 gr menghasilkan kadar alkohol 11% dan berat jenisnya 1,029 g/ml. Pada
substrat menggunakan sari nira (tetes tebu) dengan jumlah substrat 500 ml
ditambahkan fermipan 2,5 gr menghasilkan kadar alkohol 6% dan berat
jenisnya 1,026 g/ml. Pada substrat menggunakan air kelapa dengan jumlah
substrat 500 ml ditambahkan fermipan 2,5 gr menghasilkan kadar alkohol
0,5% dan berat jenisnya 1,015 g/ml. Pada shift 2 urutan kadar alkohol dari
yang tertinggi ke terrendah adalah 11%, 6%, 0,5%, sangat sedikit dengan
menggunakan substrat sari tebu, sari nira (tetes tebu), air kelapa, sari buah
anggur, sari buah pisang, sari buah naga.
Faktor yang mempengaruhi hasil kadar alkohol saat praktikum adalah
jenis substrat, lama waktu fermentasi, suhu, prosedur praktikum. Pada
umumnya bahan dasar yang mengandung senyawa organik terutama glukosa
dan pati dapat digunakan sebagai substrat dalam proses fermentasi bioetanol.
Substrat yang digunakan dalam praktikum adalah sari buah, air kelapa, sari
nira, sari tebu. Sari buah mengandung gula yaitu fruktosa sedangkan air
kelapa, sari tebu dan tetes tebu mengandung glukosa. Fermentasi dilakukan
selama 7 hari menghasilkan kadar alkohol yang sedikit. Suhu fermentasi
alkohol yaitu suhu ruang. Azizah (2012) menyatakan prosedur fermentasi
bioetanol adalah mulai dari penyiapan substrat dengan ditambah gula,
penyiapan starter yang dihomogenkan kemudian di sterilisasi setelah dingin di
inkubasi pada suhu 30oC selama 8 jam. Setelah itu inokulasi starter, kemudian
proses fermentasi selama 60 jam. Prosedur praktikum tidak sesuai dengan
teori Azizah (2012). Prosedur yang tidak sesuai akan menghasilkan wine yang
tidak sesuai teori.
Pada praktikum fermentasi alkohol ditambahkan starter berupa
fermipan. Ragi roti merupakan khamir Sacharomyces cereviceae. Menurut
Muldjiono dkk., (1978) dalam Santi (2008), organisme yang disebut khamir
adalah termasuk subdivisi thallopyta dan digolongkan dalam tiga famili yaitu
Sacharomyces cereviceae, Sporabolomy cereviceae, Cryptocceae. Ciri khas
organisme ini adalah reproduksinya yang vegetatif disebut Budding atau
penyembulan. Sifat-sifat umum yang dimiliki Sacharomyces cereviceae
adalah bersel satu bentuk coccus atau rod, khamir mesofilik yaitu yang tahan
terhadap suhu 30-35oC, anaerobik, tidak berspolurasi, tidak berflagella, tahan
terhadap asam pada pH 4-5. Azizah (2012), menyatakan Saccharomyces
cerevisiae memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan mikroorganisme
lain yang dapat memproduksi bioetanol. Kelebihan tersebut antara lain lebih
Sudarmadji
K.,
(1989),
fermentasi
bioethanol
dapat
C2H5OH + 2CO2
etanol
karbondioksida
Reaksi yang terjadi pada proses produksi etanol secara sederhana dibagi
menjadi dua tahap yaitu (1) pemecahan komponen polisakarida menjadi
komponen monosakarida(pemecahan sempurna) dan komponen oligosakarida
yang dapat dilakukan secara enzimatis maupun secara kimiawi. Proses
pemecahan tahap pertama ditunjukkan pada persamaan reaksi 1.
H2O + (C6H10O5)n
Gambar 4.2 Proses konversi glukosa menjadi etanol (Voet et al, 2006).
Gambar 4.3 Desain sistem fermentasi etanol secara anaerobik (Najafpour &
Lim, 2002).
Botol berisi air dihubungkan oleh selang plastik bening ke sampel
berfungsi sebagai indikator proses fermentasi berjalan atau tidak dengan
terbentuknya gelembung-gelembung CO2 di botol berisi air. Maka dapat
kosentrasi gala terlalu tinggi hal ini dapat menurunkan pertumbuhan ragi,
sehingga waktu fermentasi akan lebih lama dan ada kemungkinan adanya gula
tidak ekonomis. Kosentrasi gula yang sering kali dipergunakan adalah 12%
atau sedikit lebih tinggi. (Prescott and Dunn, 1959). Perbedaan kadar gula
selain disebabkan lama fermentasi juga dapat disebabkan oleh substrat yang
tersedia selama proses fermentasi sehingga aktivitas mikroorganisme untuk
menguraikan pati menjadi gula akan berbeda. Jika gula yang tersedia dalam
substrat merupakan gula disakarida maka enzim invertase akan bekerja
menghidrolisis disakarida menjadi monosakarida tersebut menjadi alkohol dan
CO2. Semakin banyak kadar gula awal maka kadar alkohol yang dihasilkan
selama fermentasi semakin banyak. Urutan kadar alkohol dari tertinggi ke
terendah yaitu sari tebu 11%, sari nira (tetes tebu) 6%, air kelapa 0,5%, sari
buah anggur, sari buah pisang, sari buah naga sangat sedikit kadar alkoholnya.
Berdasarkan teori kadar gula awal paling banyak adalah tetes tebu memiliki
50% gula sederhana, akan tetapi hasil praktikum menunjukkan hasil kadar
alkohol tertinggi adalah sari tebu. Hasil tersebut tidak sesuai teori.
Pada shift 1 pada sampel dengan perlakuan menggunakan bahan baku
sari buah naga nilai berat jenisnya sebesar 1,015, pada sampel sari buah pisang
nilai berat jenisnya 0,998. Pada sampel sari buah anggur nilai berat jenisnya
1,02 sedangkan nilai berat jenis sari tebu 1,03. Pada sampel sari nira (tetes
tebu) nilai berat jenisnya 1,433 sedangkan nilai berat jenis air kelapa 1,024.
Pada shift 2 pada sampel dengan perlakuan menggunakan bahan baku sari
buah naga nilai berat jenisnya sebesar 0,903, pada sampel sari buah pisang
nilai berat jenisnya 1,019. Pada sampel sari buah anggur nilai berat jenisnya
1,019 sedangkan nilai berat jenis sari tebu 1,029. Pada sampel sari nira (tetes
tebu) nilai berat jenisnya 1,026 sedangkan nilai berat jenis air kelapa 1,015.
Menurut Kartika (1992), alkohol mempunyai densitas 0,78508 g/ml pada suhu
25oC, sedangkan hasil praktikum menunjukkan lebih dari 0,785 g/ml hasil
tersebut tidak sesuai dengan teori. Berat jenis larutan etanol dapat diukur
dengan piknometer. Berat jenis larutan etanol semakin kecil, maka kadar
etanol di dalam larutan tersebut semakin besar. Hal ini dikarenakan etanol
mempunyai berat jenis lebih kecil daripada air sehingga semakin kecil berat
jenis larutan berarti jumlah/ kadar etanol semakin banyak (Martin, 1983).
Berdasarkan tabel 4.1 dan tabel 4.2 hasil berat jenis wine terendah adalah
substrat sari buah naga yaitu 0,903 g/ml menghasilkan kadar alkohol yang
sangat sedikit sedangkan substrat sari tebu berat jenisnya 1,029 g/ml
menghasilkan kadar alkohol 11%. Hasil tersebut tidak sesuai teori, semakin
kecil berat jenis bahan maka kadar etanol yang dihasilkan semakin besar.
Hasil yang didapatkan pada saat praktikum kebanyakan menghasilkan
kadar alkohol yang sangat sedikit dikarenakan lamanya fermentasi yang
kurang, prosedur yang kurang tepat yaitu pada saat penyiapan substrat tidak
ditambahkan gula dan pada saat penyiapan starter tidak dihomogenkan dengan
alat magnetic stirrer. Menurut Elevitri dan Putra (2006), substrat pertumbuhan
ditambahkan 100 gr gula pasir yang disiapkan didalam gelas beaker. Setelah
semua bahan dimasukkan, kemudian dihomogenkan terlebih dahulu dengan
magnetic stirrer kemudian disterilisasi dengan menggunakan autoclave pada
suhu 121oC selama 15 menit. Substrat ditunggu hingga dingin. Setelah dingin,
sampai kira-kira mencapai suhu 30-33oC, 50 gram fermipan dimasukkan ke
dalam substrat, selanjutnya diinkubasi pada suhu 30oC selama 8 jam.
Menurut Kartika (1992), alkohol mempunyai densitas 0,78508 g/ml
pada suhu 25oC, sedangkan hasil praktikum menunjukkan lebih dari 0,785
g/ml hasil tersebut tidak sesuai dengan teori. Hal tersebut dikarenakan
prosedur pengukuran berat jenis hasil fermentasi tidak sesuai teori. Putri dan
Sukandar (2008) dalam Azizah (2012) menyatakan prosedur pengujian kadar
alkohol dilakukan dengan metode piknometer pertama-tama sampel sebanyak
100 ml dimasukkan ke dalam labu destilasi Kjeldahl kemudian ditambahkan
dengan aquades sebanyak 100ml. Selanjutnya didestilasi pada suhu 80 oC.
Destilat ditampung di dalam erlenmeyer hingga volume 50ml. Destilat
tersebut kemudian dimasukkan ke dalam piknometer yang telah ditimbang
sebelumnya. Destilat dimasukkan hingga memenuhi piknometer. Kelebihan
destilat pada puncak pipa kapiler dibersihkan. Piknometer yang berisi destilat
ditimbang dan beratnya dicatat. Prosedur yang sama dilakukan pada aquades
DAFTAR PUSTAKA
Agbogbo, F.K., Kelly, G.C., Smith, M.T., Wenger, K. dan Jeffries, T.W. (2007).
The effect of initial cell concentration on xylose fermentation by Pichia
stipitis. Journal of Applied Biochemistry and Biotechnology 41: 2331-2336.
Santi, Sintha Soraya. 2008. Pembuatan Alkohol dengan Proses Fermentasi Buah
Jambu Mete Oleh Khamir Sacharomices cerevesiae. Jurnal Penelitian Ilmu
Teknik 8 (2) : 104-111
Siler, C. E., and J.R. Morris. 1996. High Alcohol Fermentation of Grape Juice
Concentrate VI-98. Proceedings 4th Symp Cool Clim Vitic & Enol, page 9799.
Sudarmadji, S. dan Rahayu, K. 1989. Mikrobiologi Pangan. Yogyakarta: PAU
Pangan dan Gizi UGM. Yogyakarta.
Triyono, agus. 2010. Pengaruh Konsentrasi Ragi terhadap Karakteristik Sari
Buah dari Beberapa Varietas Pisang (Musa paradisiaca L.). Prosiding
seminar Nasional Teknik Kimia. Pengembangan Teknologi Kimia untuk
Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia. ISSN 1693-4393. Yogyakarta.
Wardani, Agustin K., Fenty N. E. Pertiwi. 2013. Produksi Etanol dari Tetes Tebu
Oleh Saccharomyces cerevisiae Pembentuk Flok (Nrrl Y 265). Jurnal
Agritech 33 (2) : 131-136.
Wignyanto, Suharjono, dan Novita. 2001. Pengaruh Konsentrasi Gula Reduksi
Sari Hati Nanas dan Inokulum Saccharomyces Cerevisiae pada Fermentasi
Etanol. Jurnal Teknologi Pertanian, Vol. 2, No. 1.
Wirahadikusumah M. 1985. Biokimia. Metabolisme Energi, Karbohidrat dan
Lipid. Bandung: Penerbit ITB Bandung.
Yohan, Handoyo. 2007. Rahasia Wine. Gramedia. Jakarta
Yusman, Taufik, Hervelly, dan Karyudi. 2012. Kajian Pengambilan Sari Buah
Strawberry (Fragaria spp), Blackberry (Rubus fruticosus), Anggur Merah
(Vitis vinifera) dengan Metode Pengepresan dan Penghancuran terhadap
Karakteristik Sari Buah. Fakultas Teknik Universitas Pasundan Bandung
Zinnai, Angela, Francesca Venturi, Chiara Sanmartin and Gianpaolo. 2013.
Andrich The Kinetics of Alcoholic Fermentation by Two Yeast Strains in
High Sugar Concentration Media. Journal Bioproces Biotechniq, 3 (3).
LAMPIRAN PERHITUNGAN
Diketahui= massa pikno kosong: 17,251 gr
gr/mL
LAMPIRAN DOKUMENTASI