You are on page 1of 10

LAPORAN PRAKTIKUM

EKOLOGI TANAMAN
ACARA 3
PERSAINGAN TANAMAN INTERSPESIES

Oleh:
Nama
Nim
Rombongan
PJ Asisten

: Kustiyatun
: A1L013008
: Satu
: M. Kholidin

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2015

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Akhir-akhir ini, upaya yang dilakukan untuk memaksimalkan hasil tanaman


budidaya telah banyak dilakaukan. Upaya-upaya tersebut dapat berupa
penggunaan bibit unggul atau mengatur jarak tanam. Pengaturan populasi
tanaman pada hakekatnya adalah pengaturan jarak tanam yang nantinya akan
berpengaruh pada persaingan dalam penyerapan zat hara, air, dan cahaya
matahari. Jika hal tersebut tidak diatur dengan baik , hasil tanaman akan ikut
terpengaruh. Jarak tanam rapat akan mengakibatkan terjadinya suatu kompetisi,
baik inter maupun intraspesies. Beberapa penelitian tentang jarak tanam
menunjukkan bahwa semakin rapat jarak tanam maka semakin tinggi tanaman
tersebut dan secara nyata akan berpengaruh terhadap jumlah cabang, luas
permukaan daun dan pertumbuhan tanaman.
Sarana pertumbuhan yang sering menjadi pembatas dan menyebabkan
terjadinya persaingan diantaranya air, nutrisi, cahaya, karbon dioksida, dan ruang.
Persaingan terhadap air dan nutrisi umumnya lebih berat karena terjadi pada
waktu yang lebih awal. Akar suatu tumbuhan dapat lebih kuat dari yang laindalam
pengambilan unsur pada ruang atau tempat tumbuh yang sama. Persaingan
tumbuh ini merupakan suatu cara bagaimana tumbuhan tersbut berjuang untuk
memperoleh kebutuhannya untuk kelangsungan hidupnya dan untuk bertahan
hidup. Apabila pertumbuhan salah satu tumbuhan tersebut baik maka tumbuhan

tersebut memenangkan persaingan tersebut. Faktor utama yang mempengaruh


persaingan antar jenis tanaman yang sama diantaranya kerapatan. Pengaruh
persaingan dapat terlihat pada laju pertumbuhan (misalnya tinggi tanaman dan
diameter batang), warna daun atau kandungan klorofil, serta komponen dan daya
hasil.

B. Tujuan
Utuk mengetahui pertumbuhan tanaman akibat cekaman biotik berupa
persaingan antar tanaman pada spesies yang berbeda.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Kompetisi interspesifik adalah setiap interaksi-interaksi yang mempunyai


pengaruh kurang baik terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup populasi
lain. Kecenderungan berkompetisi akan membawa ke pemisahan ekologi dari
suatu jenis yang serupa atau spesies yang berhubungan erat dan dikenal sebagai
asas larangan kompetisi. Secara serempak, kompetisi menghasilkan banyak
seleksi adaptasi yang meningkatkan kehidupan bersama dari suatu organisme
yang beraneka ragam yang berada di wilayah tertentu (Odum, 1993).
Kompetisi interspesifik antara kedua spesies dapat mengakibatkan
kepunahan salah satu atau dua kompetitor dihabitat mereka, atau keduanya saling
berkosistensi di habitatnya. Pada keadaan terjadinya kepunahan (bisa akibat
migrasi atau mati) satu spesies, salah satu spesies kompetitor itu unggul dan
mendesak spesies yang lemah. Bila spesies yang lemah tidak mengubah nichenya
sehingga tingkat keberhimpitan nichenya berkurang maka akan terjadilah
kepunahan populasi di habitat tersebut. Seandainya spesies yang lemah dapat
mnyesuaikan diri dengan spesies unggul maka keduanya dapat berkosistensi di
habitat tersebut (Nurdin Muhammad Suin, 2003).
Menurut (Leksono, 2007), faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
persaingan intraspesifik dan interspesifik pada tumbuhan, yaitu :
1. Jenis tanaman

Faktor ini meliputi sifat biologi tumbuhan, sistem perakaran,


bentuk pertumbuhan secara fisiologis. Misalnya adalah pada tanaman
ilalang yang memiliki system perakaran yang menyebar luas sehingga
menyebabkan persaingan dalam memperebutkan unsure hara. Bentuk daun
yang lebar pada daun talas menyebabkan laju transpirasi yang tinggi
sehingga menimbulkan persaingan dalam memperebutkan air.
2. Kepadatan tumbuhan
Jarak yang sempit antar tanaman pada suatu lahan dapat
menyebabkan persaingan terhadap zat-zat makanan hal ini karena zat hara
yang tersedia tidak mencukupi bagi pertumbuhan tanaman.
3. Penyebaran tanaman
Untuk menyebarkan tanaman dapat dilakukan dengan penyebaran
biji atau melalui rimpang (akar tunas). Tanaman yang penyebarannya
dengan biji mempunyai kemampuan bersaing yang lebih tinggi daripada
tanaman yang menyebar dengan rimpang. Namun persaingan yang terjadi
karena faktor penyebaran tanaman sangat dipengaruhi faktor-faktor
lingkungan lain seperti suhu, cahaya, oksigen, dan air.
4. Waktu
Dalam hal ini waktu adalah lamanya tanaman sejenis hidup
bersama. Periode 25-30% pertama dari daur tanaman merupakan periode
yang paling peka terhadap kerugian yang disebabkan oleh persaingan.
Dalam persaingan itu, spesies-spesies yang terlibat akan mengalami
beberapa perlakuan. Paling sedikit ada dua spesies yang bersaing dalam satu

populasi dimana keduanya bersaing dalam hal apapun. Terkadang dua spesies itu
hanya dalam satu populasi saja, tetapi juga dalam satu ekosistem, misalnya dalam
satu ekosistem di hutan, harimau bersaing dengan singa dalam rantai makanan,
dalam suatu ekosistem di kolam ikan air tawar, ikan mujair bersaing dengan ikan
trombo dalam hal tempat dan makanan, dan masih banyak contoh lainnya
(Rahardi, dan Dwirahayu, 2007).
Pada penerapan pola tanam sistem tumpang sari akan terjadi konsekuensi
persaingan (kompetisi) dalam memperebutkan cahaya, air dan unsur hara, antar
individu tanaman dan antar jenis tanaman yang diusahakan. Kompetisi ini lebih
diperparah manakala salah satu jenis tanaman mengeluarkan zat beracun untuk
jenis yang lain (alelopati) atau menjadi inang dari hama penyakit jenis yang lain.
Guna menghindari dampak negatif yang mungkin ditimbulakan, perlu adanya
pertimbangan yang mendalam mengenai jenis-jenis tanaman yang akan
diusahakan dalam tumpang sari (Tim Penulis, 2008).

III. METODE PRAKTIKUM

A. Bahan dan Alat


Bahan yang dibutuhkan dalam acara praktikum ini adalah benih jagung, dan
lahan budidaya. Alat yang diperlukan dalam acara praktikum ini adalah tugal,
mistar, timbangan elektronik, dan alat tulis.

B. Prosedur Kerja
1. Disiapkan lahan budidaya yang ditumbuhi rumput/gulma sebagai tempat
tumbuh tanaman.
2. Disiapkan benih jagung dengan memilih benih yang ukuran dan bentuknya
seragam. Sebelum ditanam, benih direndam terlebih dahulu dalam air sumur
selama satu malam.
3. Dibuat lubang tanam dengan teknik minimum tillage, dengan perlakuan variasi
diameter sebagai berikut:
a. Diameter 0 cm yaitu lubang tanam yang rumputnya tidak dibersihkan lebih
dahulu (zero tillage).
b. Diameter 10 cm, yaitu dengan membersihkan rumput di sekeliling lubang
tanam dengan diameter 10 cm.
c. Diameter 20 cm, yaitu dengan membersihkan rumput di sekeliling lubang
tanam dengan diameter 20 cm.

d. Diameter 30 cm, yaitu dengan membersihkan rumput di sekeliling lubang


tanam dengan diameter 30 cm.
4. Ditanam benih jagung ke lubang tanam yang telah disiapkan sebanyak 2
butir/lubang tanam.
5. Apabila kelembaban tanah sangat rendah atau kering, disiram dengan air
sumur secukupnya. Dijaga agar setiap tanaman jagung tetap tumbuh selama 2
minggu.
6. Pada hari ke-15 HST (Hari Setelah Tanam), dicabut semua tanaman dalam
dengan hati-hati agar perakaran tidak terputus atau rusak. Dibersihkan setiap
individu tanaman jagung dengan menggunakan air dan dikering anginkan.
7. Dilakukan pengamatan terhadap variabel: jumlah tanaman yang mati, panjang
bagian atas tanaman, panjang akar terpanjang, jumlah akar per tanaman, dan
bobot basah keseluruhan tanaman.

V. KSEIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kompetisi interspesifik adalah setiap interaksi-interaksi yang mempunyai
pengaruh kurang baik terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup populasi
lain. Hasil praktikum yang telah dilakukan pada perlakuan dengan diameter 0 cm,
rata-rata tinggi tanamannnya 30,5 cm, bobot basah tanaman 1,8 g, panjang akar 4
cm, dan jumlah akar 6 buah; pada perlakuan dengan diameter 10 cm rata-rata
tinggi tanamannnya 13 cm, bobot basah tanaman 0,85 g, panjang akar 4,25 cm,
dan jumlah akar 4-5 buah; pada perlakuan dengan diameter 20 cm rata-rata tinggi
tanamannnya 11,96 cm, bobot basah tanaman 1,1 g, panjang akar 5,3 cm, dan
jumlah akar 8 buah. pada perlakuan dengan diameter 30 cm rata-rata tinggi
tanamannnya 14,7 cm, bobot basah tanaman 0,96 g, panjang akar 5,16 cm, dan
jumlah akar 7 buah.

B. Saran
Praktikum yang dilakukan sudah cukup baik, alangkah baiknya pada lahan
yang digunakan untuk menanam jagung itu diberi tanda atau tulisan bahwa kebun
tersebut sedang digunakan untuk praktikum, jadi penggembala ternak kambingnya
atau semua orang itu akan mengetahui kalau lahan tersebut sedang digunakan

untuk praktikum, sehingga tidak terjadi tanaman yang digunakan untuk praktikum
dimakan kambing, yang mana dapat menjadi masalah dalam pengamatan tinggi
tanaman. Selain itu, hendaknya lahan yang digunakan untuk praktikum jangan
terlalu jauh supaya pengamatan tinggi tanamannya lebih mudah.
DAFTAR PUSTAKA

Asish Kumar Parida dan Anath Bandhu Das. 2005. Salt Tolerance and Salinity
Effects on Plants: a review. Ecotoxicology and Environmental Safety. Vol.
60(3).
A. T. Soejono, (2004). Komunitas Ilmu Gulma [Online]. Available:
www.elisa.ugm.ac.id.
Leksono, A.S. 2007. Ekologi Pendekatan Deskriptif dan Kuantitatif. Bayumedia.
Malang.
Odum. 1993. Dasar-dasar Ekologi. UGM Press: Yogyakarta.
Pranasari, R. A. Tutik, N. Dan Kristanti, I. P. 2012. Persaingan Tanaman Jagung
(Zea mays) dan Rumput Teki (Cyperus rotundus) Pada Pengaruh Cekaman
Garam (NaCl). Jurnal Sains Dan Seni ITS Vol. 1(1).
Rahardi, R., dan G. Dwirahayu. 2007. Model kompetisi dua spesies. Jurnal
Algoritma Vol. 2 No. 2.
Rice, E.L. 1994. Allelopathy. Academic Press. London.
Tim Penulis. 2008. Panduan Lengkap Kakao Manajemen Agribisnis dari Hulu
hingga Hilir. Penebar Swadaya, Jakarta.
Y. Sukman dan Yakup. 1999. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Rajawali Press.
Palembang.

You might also like