Professional Documents
Culture Documents
SHORT CASE
I.
II.
IDENTIFIKASI
Nama
: Tn.M
Umur
: 39 Tahun
Alamat
Pekerjaan
: Buruh
Agama
: Islam
Status
: Menikah
Suku Bangsa
: Indonesia
Tanggal Pemeriksaan
: 17 Desember 2015
ANAMNESIS
Keluhan Utama
yang lalu.
Keluhan Tambahan
bagian hitam
Riwayat Perjalanan Penyakit:
2 minggu yang lalu, mata kanan pasien kemasukan pasir saat pasien
sedang bekerja. Kemudian pasien menggosok-gosok mata kanannya dengan
menggunakan jari tangan dan pasien merasa mata kanannya merah, perih,
dan berair. Keesokan harinya, mata kanan pasien terasa nyeri (+), mata
merah (+), silau (+) saat terkena cahaya, mata berair-air (+), rasa
mengganjal (+), kotoran mata (-), dan penglihatan kabur (-). Pasien belum
berobat.
7 hari yang lalu, pasien mengaku timbul bintik putih di bagian hitam
pada mata sebelah kanan. Pasien juga mengaku jika matanya bertambah
merah, bertambah nyeri, dan pasien juga merasakan jika pandangan pada
mata kanannya mulai kabur. Pasien juga mengaku banyak terdapat kotoran
mata (+), kental (+), warna kuning (+), mata berair-air (+),bengkak pada
kelopak mata (+). Pasien lalu berobat ke RSKMM dan disarankan rawat
inap namun pasien belum mengurus surat jaminan sehingga pasien
memutuskan pulang dan diberikan obat tetes namun lupa namanya.
Riwayat Penyakit Dahulu:
- Riwayat keluhan yang sama sebelumnya disangkal.
- Riwayat operasi mata sebelumnya disangkal.
- Riwayat darah tinggi disangkal.
- Riwayat kencing manis disangkal.
- Riwayat memakai kacamata disangkal.
- Riwayat alergi makanan dan obat-obatan disangkal.
Riwayat Penyakit dalam Keluarga:
Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama dalam keluarga disangkal.
III.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalikus
Keadaan umum
Kesadaran
: Kompos mentis
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 88 x/menit
Pernapasan
: 20 x/menit
Suhu
: 36,8 C
Status Gizi
: Normoweight
Status Oftalmologikus
Visus
TIO
Okuli Dekstra
1/300 ph (-)
Tidak dilakukan
Okuli Sinistra
6/7,5 ph 6//6
15,6 mmHg
2
KBM
GBM
Ortoforia
0
0
0
Segmen Anterior
Palpebra
Konjungtiva
Edema (+)
Hiperemis, mix injeksi (+),
Tenang
Tenang
Kornea
sekret (+)
Tampak defek bergaung di
Jernih
normal
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sedang
Gambaran baik
Bulat, sentral, RC (+), 3mm
Jernih
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
RFOS (+)
Bulat, tegas, warna merah,
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
IV.
Pemeriksaan Penunjang
- Tes kultur dan resistensi
- Pemeriksaan laboratorium darah rutin
- Pewarnaan gram
- Pemeriksaan KOH
- USG okuli dekstra
V.
Diagnosis Banding
-
VI.
Diagnosis Kerja
Ulkus kornea sentral okuli dekstra e.c susp. Bakteri
VII.
Penatalaksanaan
Non Medikamentosa
Informed Consent:
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang penyakit yang
dideritanya.
- Menjelaskan kepada pasien tentang rencana pengobatan yang akan
dilakukan.
- Menjelaskan kepada pasien tentang cara pemakaian obat.
- Hindari memegang dan menggosok-gosok mata yang sakit.
- Menjaga kebersihan diri terutama selalu mencuci tangan sebelum
dan sesudah menyentuh mata.
- Menggunakan tisu sekali buang yang bersih dan tidak bergantian
dari satu mata ke mata yang lain.
Medikamentosa
- Spooling RL Povidone iodine OD 3 x 1 per hari
: Bonam
Quo ad functionam
: Dubia ad malam
VIII. Lampiran
dirasakan pasien dikarenakan kornea terdiri dari banyak serabut saraf sensori
sehingga baik lesi superfisial maupun profunda akan menyebabkan rasa nyeri.
7 hari yang lalu, pasien mengaku timbul bintik putih di bagian hitam pada
mata sebelah kanan. Bintik putih tersebut merupakan infiltrat yang terdapat di
epitel dan stroma. Pada saat mikroorganisme melakukan perlekatan pada epitel,
MO mulai berproliferasi lalu menginvasi lebih kedalam (membran bowman
stroma). Inflamasi kornea dimulai dengan produksi lokal sitokin dan kemokin
yang memungkinkan terjadinya diapedesis dan migrasi netrofil dari limbus ke
kornea perifer. Beberapa MO memproduksi protease yang merusak matriks
ekstraseluler
yang
menyebabkan
nekrosis
jaringan.
PMN
dan
netrofil
diagnosa panoftalmitis juga dapat disingkirkan karena pada pasien ini tidak
ditemukan gejala-gejala panoftalmitis seperti nyeri pada pergerakan bola mata,
bola mata yang menonjol, dan keluhan lain seperti menggigil, demam ataupun
sakit kepala berat. Selain itu, sama dengan endoftalmitis penengakan diagnosis
pasti panedoftalmitis belum dapat dilakukan mengingat segmen posterior belum
dapat dinilai. Kemungkinan diagnosa utama uveitis anterior juga dapat
disingkirkan karena pada pasien ini ditemukan adanya infiltrat dan gambaran
defek bergaung di kornea yang menunjukkan bahwa ini bukan murni uveitis
anterior. Kelainan pada kornea seperti ini menunjukkan adanya suatu inflamasi
dan infeksi pada kornea. Kemungkinan diagnosa utama keratitis juga dapat
disingkirkan dari hasil pemeriksaan fisik yang menunjukkan bukan hanya terjadi
peradangan pada mata dengan infiltrasi sel radanag pada kornea yang ditandai
dengan kekeruhan kornea namun terdapat pula gambaran defek bergaung pada
kornea.
Diagnosa ulkus kornea ini dapat ditegakkan karena ditemukan adanya nyeri
pada mata sebelah kanan, penurunan visus mendadak disertai dengan mata merah,
silau, berair dan adanya sekret. Adanya riwayat trauma yaitu kemasukan pasir
adalah salah satu faktor predisposisi yang paling sering menyebabkan ulkus
kornea. Pada pemeriksaan oftalmologis ditemukan adanya tanda-tanda inflamasi
yaitu mix-injeksi disertai sekret pada konjungtiva dan pada kornea didapatkan
defek bergaung diameter 8 mm kedalaman 2/3 stroma dengan hasil tes fluoresen
pada tepi defek (+).
Untuk menentukan kemungkinan penyebab ulkus kornea pada pasien ini
dapat dibedakan berdasarkan :
Penyebab
Faktor
pencetus
Onset
Bentuk
Bakteri
Pseudomonas
Streptokokus
Tidak khas
Tidak khas
Virus
Tidak khas
7 hari
5 hari
Menjalar dari Sentral
tepi ke arah
Jamur
Bakteri
Stafilokokus
Trauma
atau Tidak khas
kontak kornea
dengan
tumbuhtumbuhan
10-14 hari
7 hari
Sentral
Marginal,
Sentral
8
Warna
Hipopion
Dasar
hipopion
Sensibilitas
Perforasi
Tepi
Lain-lain
tengah kornea
(serpinginous)
Kuning/ eksudat Hijau/ kuning Abses
Mukopurulen
infiltrat
+
+
+/Nanah
Nanah
tenang
N/ >
mudah
Tidak
tegas
dengan
permukaan yang
tidak rata/ kasar
Nekrosis stroma
terjadi
dengan
cepat dan dapat
flak
inflamasi
pada endotel
Penyebab
N/ >
Mudah
Batas epitel
tegas dengan
dasar
yang
padat
dikelilingi
stroma
Menurun
jarang
Indolen
dengan
tepi yang
melipat
Anamnesis
Faktor
Trauma atau kontak kornea yaitu kemasukan pasir
pencetus
saat bekerja
Onset
7 hari
Kotoran mata
Putih kekuning-kuningan
Pemeriksaan Oftalmologis
Bentuk
Sentral
Tepi Ulkus
Tepi ireguler
Warna
Putih kekuningan infiltrat
Hipopion
(-)
Sensibilitas
Normal
Seperti yang diuraikan pada tabel diatas, kemungkinan penyebab ulkus
kornea pada pasien ini adalah bakteri stafilokokus. Namun hal ini harus
dibuktikan terlebih dahulu dengan pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan
mikroskopik dari kerokan kornea dengan pewarnaan gram, pemeriksaan KOH dan
kultur serta uji resistensi. USG dilakukan untuk mengetahui keadaan badan
vitreous karena funduskopi tidak dapat dilakukan akibat kekeruhan pada kornea.
9
Tatalaksana yang dapat diberikan pada pasien yaitu dengan irigasi dengan
RL dan Povidon Iodine 0,5% dengan tujuan untuk membersihkan mata dari sekret
dan benda asing yang mungkin masih menempel. Selama menunggu hasil
laboratorium dapat diberikan antibakteri spektrum luas yaitu levofloksasin
eyedrop 1 tetes//jam untuk mengatasi infeksinya. Levofloksasin adalah antibiotik
golongan kuinolon dan florokuinolon yang mempunyai daya antibiotik yang kuat
untuk kuman baik gram negatif, gram positif, dan kuman atipik. Pemberian sulfas
atrofin 1% ED 3 x 1 tetes per hari OD karena memiliki efek kerja : midriatikum
dan sikloplegikum untuk mengurangi nyeri karena imbobilisasi iris dan mencegah
sinekia anterior (perlengketan iris dan kornea). Pemberian artificial tears ED 1
tetes per 4 jam OD ditujukan untuk melarutkan kuman + toksin dan juga
mempermudah penyerapan obat tetes lainnya. Pemberian vitamin C 4x500
mg/hari ditujukan untuk membantu proses kolagenisasi pada stroma dan
reepitelisasi kornea. Selanjutnya pasien dirujuk ke spesialis mata dan pro rawat
inap karena telah memiliki indikasi yaitu ulkus sentral dan kedalaman ulkus >1/3
stroma.
Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat
lambatnya mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada
tidaknya komplikasi yang timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu
penyembuhan yang lama, karena jaringan kornea bersifat avaskular. Semakin
tinggi tingkat keparahan dan lambatnya mendapat pertolongan serta timbulnya
komplikasi, maka prognosisnya menjadi lebih buruk. Pada pasien ini tingkat
keparahan ulkus cukup berat dilihat dari diameter ulkus 8mm dengan kedalaman
2/3 stroma sehingga dapat disimpulkan prognosis pasien dubia ad malam.
10