You are on page 1of 15

BAB I

PENDAHULUAN

Mata merupakan salah satu indera yang penting bagi manusia, melalui
mata manusia menyerap informasi visual yang dibutuhkan dalam melakukan
kegiatan sehari-hari. Namun gangguan terhadap penglihatan banyak terjadi, mulai
dari gangguan ringan hingga gangguan yang berat yang dapat mengakibatkan
kebutaan. Sekitar 80% kebutaan di dunia dapat dicegah dengan dua penyebab
terbanyak adalah Katarak dan Glaukoma. Pengobatan katarak dengan
medikamentosa hanya dapat mencegah progresifitas penyakit, untuk dapat
menyembuhkan katarak yaitu dengan dilakukan operasi dengan angka
keberhasilan baik. Oleh karena itu, WHO menetapkan indikator kemajuan
kesehatan mata yang salah satunya adalah cataract surgical rate. Begitu juga
dengan glaukoma, salah satu terapi pilihannya yaitu dengan dilakukan operasi.1
Selain katarak dan glaukoma, gangguan pada mata yang paling sering
ditemukan sehari-hari yaitu trauma okular. Terdapat sekitar 3 juta kasus trauma
okular dan orbital terjadi di Amerika Serikat setiap tahun. Diperkirakan 20.000
hingga 68.000 dari angka tersebut merupakan kasus yang mengganggu visus dan
sekitar 40.000 mengalami kehilangan visus yang signifikan. Frekuensi trauma
mata di Amerika Serikat adalah: trauma superfisial mata dan adneksa (41.6 %),
benda asing pada mata bagian luar (25.4 %).2 Penyebab tersering adalah karena
kecelakaan saat bekerja, bermain dan berolahraga.3
Pada tatalaksana trauma okular diperlukan pemahaman mengenai
penyembuhan luka contohnya pada kasus ulkus kornea yang salah satu
komplikasinya adalah terbentuk sikatrik yang dapat mengganggu penglihatan.
Begitu juga dalam melakukan operasi, seorang dokter tidak hanya mampu
menguasai teknik operasi namun juga harus memiliki ilmu mengenai
penyembuhan luka untuk menghindari komplikasi pasca operasi. Penyembuhan
luka adalah suatu proses yang kompleks dan dinamis, dengan perubahan

sekeliling luka yang bergantung pada status kesehatan individu. Pengetahuan


fisiologis mengenai proses penyembuhan luka yang melalui fase hemostasis,
inflamasi, granulasi, dan maturasi merupakan suatu pemahaman tentang prinsip
dasar dari penyembuhan luka.4 Pemahaman ini dapat membantu tenaga kesehatan
dalam kemampuan merawat luka dan mencegah terhambatnya penyembuhan luka.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Penyembuhan luka, meskipun merupakan suatu proses fisiologis yang


umum, membutuhkan rangkaian jaringan yang kompleks. Tujuan penyembuhan
luka yaitu mengembalikan integritas anatomi dan fungsi organ atau jaringan
secepat dan sesempurna mungkin. Perbaikan mungkin memerlukan waktu satu
tahun dan terbentuknya skar merupakan hasil dari beberapa rangkaian
penyembuhan luka (Gambar 2.1). Rangkaian reaksi yang ditimbulkan luka,
meliputi suatu fase inflamasi akut, regenerasi, dan kontraksi :
-

Fase inflamasi akut memerlukan beberapa menit sampai beberapa jam.


Pembekuan darah dengan cepat menuju pembuluh darah dalam merespon
pengakitvasian

jaringan.

Netrofil

dan

cairan

memasuki

rongga

ekstraselular . Makrofag membuang debris dari jaringan yang rusak,


pembuluh darah baru terbentuk, dan fibroblas mulai memproduksi
-

kolagen.
Regenerasi adalah penempatan sel yang hilanh; proses ini terjadi hanya
pada jaringan yang terdapat sel labil (seperti epetelium), yang mengalami
mitosis selama hidup. Perbaikan adalah pembentukan struktur jaringan

kembali oleh jaringan granulasi yang nantinya menjadi skar fibrotic,


Akhirnya, terjadi kontraksi yang menyebabkan perbaikan jaringan secara
perlahan-lahann sehingga skar menjadi lebih kecil dari pada jaringan
sekitar luka.5

Gambar.2.1 Rangkaian penyembuhan luka umum pada permukaan epitel. 1. Terbentuk


luka. Pembekuan darah di pembuluh darah; netrofil bermigrasi ke luka; tepi luka mulai
dihancurkan. 2. Tepi luka diperbaiki dengan bermacam jaringan diletakkan berjajar.
Epitel yang rusak mulai bermigrasi. Fibroblas subkutan membesar dan diaktifkan.
Fibronektin berada di tepi luka. 3. Epitel menutup permukaan. Fibroblas dan pembuluh
darah memasuki luka dan membentuk kolagen baru. Debris dibuang oleh makrofag. 4.
Ketika skar matur, produksi fibroblas berkurang. Pembuluh darah baru terbentuk.
Kolagen baru menguatkan luka yang sedang berkontraksi. Lihat pada bagian bawah sel
otot striata digantikan oleh skar.5

2.1 Penyembuhan Luka Kornea


Kornea (Latin cornum=seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian
selaput mata yang tembus cahaya. Kornea merupakan lapisan jaringan yang
menutupi bola mata sebelah depan dan terdiri atas 5 lapis (Gambar 2.2), yaitu:

Gambar 2.2. Lapisan kornea6

a. Epitel
Epitel berasal dari permukaan ektoderm dan memiliki ketebalan 50 m,
terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih; satu
lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng. Pada sel basal sering terlihat
mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke depan menjadi lapis sel sayap
dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat
berikatan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel poligonal di depannya
melalui desmosom dan makula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air,
eliktrolit, dan glukosa yang merupakan barrier. Sel basal menghasilkan membran
basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan akan mengakibatkan
erosi rekuren. Dalam proses normal wear and tear, terdapat turnover yang
konstan pada permukaan epitel kornea dengan pergantian lengkap setiap tujuh
hari.6
Luka lecet pada kornea yang terbatas pada permukaan epitel kornea dapat
melakukan penyembuhan luka dengan cepat, meskipun membran bowman dan
bagian superficial stroma terlibat. Penyembuhan luka epitelial memiliki 3 fase
yaitu fase laten, migrasi dan adhesi sel, dan proliferasi sel. Pada fase laten terjadi
pergerakan sel epitel basal pada batas luka kornea yang terjadi dalam waktu 4-6
jam. Selama fase ini, leukosit PMN yang berasal dari tear film sering
dihubungkan dengan batas luka dan pembersihan sel nekrotik. Pembersihan debris
dan sel nekrotik ini biasanya menyebabkan pembesaran mikroskopis defek epitel.
Namun, sel PMN biasanya menghilang setelah selapis sel epitel menutupi area
luka. Perlekatan hemidesmosomal antara membran dasar dan sel basal
menghilang secara lengkap sampai kira-kira 70m dari batas defek epitel ke
perifer kornea dan terus berkurang sampai 200m pada defek epitel yang
diameternya >4-5 mm. Rangkaian akhir dari fase laten ditandai dengan produksi
dari proses seluler di tepi basal sel yang membatasi luka yaitu finger-like filodopia
atau lamelipodia yang lebih lebar (gambar 2.3). Adanya produksi tersebut
menandai awal pergerakan sel pada fase kedua.7
Fase kedua melibatkan migrasi dan adhesi sel epitel yang terjadi dalam 2436 jam. Pada fase ini terjadi pembentukan intraseluler filament aktin yang terdiri
atas protein fodrin, vinkulin, dan ankirin. Filament aktin inilah yang memberikan

bantuan sitoskeletal yang dibutuhkan selama fase kinetik dan berguna dalam
migrasi sel untuk membentuk filodopi dan lamelipodia lebih lanjut. Sel epitel
bermigrasi ke permukaan luka dengan proses siklis yang melibatkan filodopia dan
lamelipodia. Selain itu, muncul juga protein matriks ekstraseluler seperti
fibronekrin, fibrinogen, laminin dan tenascin di permukaan luka satu jam setelah
luka dan berperan dalam menyediakan matriks subepitel sehingga sel epitel yang
bermigrasi dapat berlekatan selama proses siklis. Kemudian terjadi migrasi
sentripetal dari limbus ke sentral kornea, lalu terbentuk garis hubungan Y-X dan
menyelesaikan pembentukan selapis epitel yang menutup area luka. Selanjutnya
fibronektin menghilang dan mulai terjadi sintesis hemidesmosom baru dan
pembentukan basal lamina.7
Fase proliferasi dapat terjadi selama 36 jam sampai beberapa bulan sampai
ketebalan epitel normal kembali. Pada fase ini terjadi aktivasi sel stem limbal
yang memproduksi transcient amplifying cells (TACs) dan berdiferensiasi
menjadi post mitotic cells (PMCs). Lalu, PMCs berdiferensiasi menjadi
terminally differentiated cells (TDCs) dan kemudian terbentuk hemidesmosom
lebih lanjut sehingga pembentukan luka sempurna.7
b. Membran Bowman
Membran bowman terletak dibawah membran basal epitel kornea yang
merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari
bagian depan stroma. Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi. Oleh karena
itu luka pada membran ini akan menyebabkan terbentuknya skar kornea.8
c. Stroma
Terdiri atas lamela yang merupakan susunan kolagen yang sejajar
satu dengan lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedangkan
dibagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat
kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan.
Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblas terletak di
antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan
serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.6
6

Pada luka yang mencapai stroma, penyembuhannya yaitu avaskular. Tidak


seperti jaringan lain, penyembuhan pada stromal kornea terjadi dengan fibrosis
bukan proliferasi fibrovaskular. Aspek avaskular pada penyembuhan luka kornea
sangat penting dalam keberhasilan penetrating keratoplasty termasuk juga
photorefractive keratectomy (PRK), laser in situ keratomileusis (LASIK), laser
epithelial keratomileusis (LASEK), dan prosedur operasi refraksi corneal lainnya.5
Pada luka kornea sentral, netrofil dibawa dari bagian tear film, dan tepi
luka membengkak (Gambar 2.2) . Tidak ada faktor penyembuhan luka yang
biasanya berasal dari pembuluh darah. Matriks glikosaminoglikan, yang mana di
kornea adalah keratin sulftat dan khondroitin sulfat, hancur pada tepi luka.
Fibroblas pada stroma menjadi teraktivasi, lalu akhirnya bermigrasi ke luka dan
meletakkan kolagen dan fibronektin. Arah fibroblas dan kolagen tidak sejajar pada
lamella stromal. Oleh sebab itu, sel ditujukan ke anterior dan posterior luka yang
selalu tampak di mikroskop sebagai suatu ketidakteraturan pada stroma dan secara
klinik sebagai suatu yang tidak tembus cahaya. Jika tepi luka dipisahkan, celah
tidak dipenuhi sempurna oleh fibroblas yang berproliferasi dan sebagian dipenuhi
lubang.5

Gambar.2.4 Luka kornea. 1, Tear film membawa netrofil dengan lisozim ke luka dalam
satu jam 2, dengan penutupan insisi, tepi luka menunjukkan kerusakan dan edema.
Glikosaminoglikan pada tepi dihancurkan. Fibroblas disekitar luka teraktivasi. 3, Epitel
dan endotel yang bermigrasi menutup sebagian luka; fibroblas mulai bermigrasi dan

menyuplai kolagen. 4, Aktivitas fibroblas dan deposisi kolagen dan matriks berlanjut.
Endotel melengketkan luka bagian dalam, dan meletakkan membran descemet baru. 5,
Regenerasi epitel selesai. Fibroblas mengisi luka dengan kolagen tipe I dan perbaikan
melambat. 6, Tahap akhir, luka berkontraksi. Serabut kolagen tidak paralel dengan lamela
di sekitar. Jumlah fibroblas berkurang.5

Baik epitel dan endotel sangat penting untuk perbaikan luka sentral. Jika
epitel tidak menutupi luka selama beberapa hari, penyembuhan stromal yang
lebih rendah akan terbatas dan luka melemah. Faktor pertumbuhan dari epitel
menstimulasi dan menyokong penyembuhan. Sel endotel yang lebih rendah dari
luka menuju belakang kornea; sedikit sel digantikan melalu aktivitas motisis.
Endotel meletakkan lapisan tipis baru pada membran descemet. Jika batas internal
dari luka tidak ditutupi oleh membran descemet, fibroblas stromal akan
melanjutkan proliferasinya ke bilik anterior, atau belakang luka tetap terbuka
permanen. Kolagen fibrilar pada awal penyembuhan digantian oleh kolagen yang
lebih kuat pada akhir penyembuhan. Membran bowman tidak bergenerasi ketika
diinsisi atau rusak. Pada suatu ulkus, permukaan ditutupi oleh epitel, namun
sedikit dari stroma yang rusak digantikan oleh jaringan fibrosa. Modifikasi dari
proses penyembuhan dengan menggunakan antimetabolit topical seperti 5fluorouracil dan mitomisin C, mungkin cocok pada beberapa situasi klinis.5
d. Membran descemet
Membran descemet merupakan membran aselular dan merupakan batas
belakang stroma kornea yang dihasilkan sel endotel. Membran ini bersifat sangat
elastis dan berkembang terus seumur hidup dan mempunyai ketebalan 40m.6
e. Endotel
Berasal dari mesotelium, berlapis sapu, bentuk heksagonal, besar 20-40
m. Endotel melekat pada membran descemet melalui hemidesmosom dan zonula
okluden dan bertanggungjawab atas kejernihan kornea.5 Endotel tidak dapat
beregenerasi, defek pada bagian ini ditutup dengan pembesaran dan migrasi sel.7
2.2 Penyembuhan Luka Limbus

Limbus adalah bagian kompleks jaringan kornea, sklera, dan episklera.


Luka pada limbus menyebabkan pembengkakan kornea dan menyusutkan sklera.
Penyembuhan melibatkan pertumbuhan epislera ke dalam dan migrasi fibroblas
kornea yang jernih. Kanal kolektor di sklera tidak berkontribusi dalam
penyembuhan. Perubahan pada tehnik operasi antara kornea jernih dan insisi
limbal mungkin menghasilkan respon penyembuhan berbeda. 5
2.3 Penyembuhan Luka Sklera
Bagian putih bola mata yang bersama-sama dengan kornea merupakan
pembungkus dan pelindung isi bola mata. Sklera berjalan dari papil saraf optik
sampai kornea. Sklera anterior ditutupi oleh 3 lapis jaringan ikat vascular.6
Berbeda dengan kornea yang serabut kolagennya terletak secara berurutan di
lamela, serabut kolagen sklera terdistribusi secara acak dan glikosaminoglikannya
adalah sulfat dermatan. Sklera relatif avaskular dan hiposelular. Ketika
terstimulasi luka, episklera bermigrasi ke luka sklera, menyuplai fibroblas dan
makrofag yang teraktivasi. Tahap akhir luka berkontraksi, membentuk gambaran
pinched-in. Jika luka sampai ke uvea, jaringan fibrovaskular uvea memasuki
luka sklera, menghasilkan suatu skar dengan ikatan tebal antara uvea dan sklera.
Fibrosis episklera yang lambat menghasilkan lapisan yang tebal di sekitar benda
asing ekstrasklera seperti sklera mengelilingi suatu elemen atau alat drainase
glaukoma.5
2.4 Penyembuhan Luka Uvea
Lapis vaskular di dalam bola mata yang terdiri atas iris, badan siliar dan
koroid. Pendarahan uvea dibedakan antara bagian anterior yang diperdarahi oleh 2
buah arteri siliar posterior longus yang masuk menembus sklera di temporal dan
nasal dekat tempat masuk saraf optik dan 7 buah arteri siliar anterior, yang
terdapat 2 pada setiap otot superior, medial inferior, satu pada otot rektus lateral.
Arteri siliar anterior dan posterior ini bergabung menjadi satu membentuk arteri
sirkularis mayor pada badan siliar. Uvea posterior mendapat perdarahan dari 15-

20 buah arteri siliar posterior brevis yang menembus sklera di sekitar tempat
masuk saraf optik.6
Dalam keadaan normal, luka pada iris tidak menstimulasi suatu respon
penyembuhan baik dari stroma atau epitel. Walaupun kaya akan pembuluh darah
dan fibroblas, stroma iridik tidak memproduksi jaringan granulasi untuk menutup
defek. Epitel terpigmentasi distimulasi untuk bermigrasi ke beberapa keadaan
seperti inflamasi berlebihan, namun migrasi biasanya terbatas pada permukaan
bawah kapsul lensa, dimana perlekatan sel epitel terjadi. Biasanya jaringan
fibrovaskular juga membentuk permukaan anterior iris sebagai suatu membran
yang tidak normal dan berlebih (seperti rubeosis iridis) yang mungkin melewati
daerah iridektomi atau pupil. Jaringan fibrovaskular mungkin berasal dari iris,
sudut bilik, atau kornea. Stroma, melanosit badan silier dan koroid tidak
beregenerasi setelah cedera. Debris dibuang, dan skar fibrosa tipis berkembang
dan tampak putih dan atrofi secara klinis.5
2.5 Penyembuhan Luka Lensa
Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di
dalam bola mata dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak di
belakang iris dan terdiri dari zat tembus cahaya (transparan) berbentuk
seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadinya akomodasi.
Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di dalam bilik
mata belakang. Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat
lensa di dalam kapsul lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa terusmenerus sehingga mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa
sehingga membentuk nukleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan serat lensa
yang paling dahulu dibentuk atau serat lensa yang tertua di dalam kapsul lensa. Di
dalam lensa dapat dibedakan nukleus embrional, fetal dan dewasa. Di bagian
luar nukleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut sebagai
korteks lensa. Korteks yang terletak di sebelah depan nukleus lensa disebut
sebagai korteks anterior, sedangkan dibelakangnya korteks posterior. Nukleus

10

lensa mempunyai konsistensi lebih keras dibanding korteks lensa yang lebih
muda. Di bagian perifer kapsul

lensa

terdapat

zonula

Zinn

yang

menggantungkan lensa di seluruh ekuatornya pada badan siliar. Secara fisiologis


lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu :
-

Kenyal atau lentur karena memegang peranan penting dalam akomodasi

untuk menjadi cembung


Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan
Terletak ditempatnya, yaitu berada antara posterior chamber dan badan
vitreous dan berada di sumbu mata.6
Luka kecil di kapsul lensa direkatkan oleh sel epitel lentikular di sekitar.

Ketika sinekia posterior menyebabkan epitel lentikular anoksia atau hipoksia,


respon metaplastik terjadi, memproduksi plak fibrosa yang bercampur dengan
membran dasar.5
2.6 Penyembuhan Luka Retina
Retina atau selaput jala, merupakan bagian mata yang mengandung
reseptor yang menerima rangsangan cahaya. Retina berbatas dengan koroid
dengan sel pigmen epitel retina, dan terdiri atas lapisan :
-

Lapis fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang yang

mempunyai bentuk ramping, dan sel kerucut.


Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi
Lapis nukleus luar, merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut dan batang.

Ketiga lapis diatas avaskular dan mendapat metabolisme dari kapiler koroid.
Lapis pleksiform luar, merupaka lapis aselular dan merupakan tempat sinapsis

sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal.


Lapis nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel

muller lapis ini mendapat metabolisme dari arteri retina sentral.


Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aselular merupakan tempat sinaps

sel bipolar, sel amakrin dengan sel ganglion


Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua.

11

Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju ke arah saraf
optik. Di dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah

retina.
Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara retina dan badan
kaca.6
Retina dibentuk oleh sel yang berdiferensiasi akhir dan tidak bergenerasi

ketika mengalami cedera. Sel glial (sel muller dan strosit fibrosa) berproliferasi
dalam merespon trauma retina. Skar retina diproduksi oleh glia. Setelah sel
inflamasi membersihkan debris, jaringan dirusak oleh tindakan terapi yang
membuat area atrofi tetap tipis di bagian sentral skar. Peningkatan jumlah sisa sel
fungsional yang mengelilingi zona destruksi paling besar. Perlekatan antara sisa
saraf sensori retina dan membran bruch berkembang berdasarkan ukuran luka asli
dan tipe cedera. Membran limitan interna dan membran bruch menyediakan
cadangan untuk pembentukan skar glial. Perlekatan dari membran limitan interna
ke membran bruch mungkin menggabungkan sisa sel glial residu, dan jumlah sel
retina bervariasi dan RPE mungkin terdapat antara membran. Jika luka sampai
membran

bruch,

fibroblas

koroid

dan

pembuluh

berpartisipasi

dalam

pembentukan akhir skar. Hasil akhir adalah plak kolagen metaplastik di sub saraf
sensori retina dan area sub-RPE. RPE biasanya berproliferasi berlebih pada skar
sehingga terbentuk gumpalan hitam padat yang tampak secara klinis pada fundus
skar.5
2.7 Penyembuhan Luka Vitreous
Badan vitreous menempati daerah mata di belakang lensa. Struktur ini
merupakan gel transparan yang terdiri atas air (lebih kurang 99%), sedikit
kolagen, dan molekul asam hialuronat yang sangat terhidrasi. Badan vitreous
mengandung sangat

sedikit

sel

yang

menyintesis

kolagen

dan

asam

hialuronat . Peranannya mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke


retina. Kebeningan badan vitreous disebabkan tidak terdapatnya pembuluh darah
dan sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya kekeruhan badan vitreous akan
memudahkan melihat bagian retina pada pemeriksaan oftalmoskopi.6
12

Vitreous memiliki beberapa sel dan tidak memiliki pembuluh darah.


Meskipun begitu, pada kondisi yang menyebabkan inflamasi vitreal, mediator
menstimulasi pembentukan membran yang berisi pembuluh baru dan proliferasi
jaringan glia dan fibrosa. Dengan kontraksi membran, retina menjadi berbeda
bentuk dan lepas.5
2.8 Penyembuhan Luka Jaringan Palpebra, Orbita dan Lakrimal
Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta
mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk tear film di depan kornea.
Palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata
terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan bola mata. Kelopak mempunyai
lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedang di bagian belakang ditutupi
selaput lendir.6
Kulit palpebra yang kaya akan pembuluh darah mendukung cepatnya
proses penyembuhan luka. Pada hari ketiga setelah cedera kulit, miofibroblas
yang berasal dari perisit vaskular bermigrasi ke sekitar luka dan secara aktif
berkontraksi, menyebabkan pengecilan ukuran luka. Palpebra dan orbita
dipisahkan oleh jalinan membran fasial yang menutup jaringan otot, tendon,
lemak, lakrimal, dan ocular yang rusak karena luka. Kontraksi berlebihan
mendistorsi aksi otot, yang menyebabkan disfungsi skar. Otot striata pada
orbikularis okuli dan ekstraokular berasal dari sel berdiferensiasi akhir yang tidak
beregenerasi namun sel dapat mengalami hipertrofi.5

13

BAB III
KESIMPULAN

Penyembuhan luka adalah proses alami baik secara selular maupun


biokimia, yang dilakukan oleh tubuh untuk regenerasi jaringan sebagai respon
atas suatu jejas atau injuri. Pada penyembuhan luka okular terdapat perbedaan
proses antara jaringan avaskular seperti kornea dan lensa dan jaringan vascular
seperti limbus, uvea, dan kelopak mata.
Proses regenerasi sel pada kornea berasal dari sel stem limbal. Pada luka
yang terbatas pada lapisan epitel kornea, proses migrasi sel dimulai selama 4-6
jam setelah trauma dan memilik 3 fase yaitu fase laten, fase migrasi, dan fase
proliferasi yang mencapai penyembuhan sempurna (ketebalan epitel normal)
hingga beberapa bulan. Membran bowman tidak mempunyai daya regenerasi
sehingga luka pada bagian ini biasanya menimbulkan skar. Pada luka yang
mencapai stroma, penyembuhannya yaitu avaskular. Tidak seperti jaringan lain,
penyembuhan pada stromal kornea terjadi dengan fibrosis bukan proliferasi
fibrovaskular. Sedangkan luka pada endotel ditutup dengan pembesaran dan
migrasi sel karena tidak dapat bergenerasi.
Pada proses penyembuhan luka limbus melibatkan pertumbuhan episclera
ke dalam dan migrasi fibroblas kornea yang jernih. Sedangkan pada sclera ketika
terstimulasi luka, episklera bermigrasi ke luka sklera, menyuplai fibroblas dan
makrofag yang teraktivasi. Tahap akhir luka berkontraksi, membentuk gambaran
pinched-in. Sedangkan pada proses penyembuhan palpebra yang kaya akan
pembuluh darah mendukung cepatnya proses penyembuhan luka. Pada hari ketiga
setelah cedera kulit, miofibroblas yang berasal dari perisit vaskular bermigrasi ke
sekitar luka dan secara aktif berkontraksi, menyebabkan pengecilan ukuran luka.

14

DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian kesehatan RI. 2014. Pusat Data dan Informasi Kementerian


Kesehatan RI : Situasi Gangguan Penglihatan dan Kebutaan. Jakarta
Selatan
2. Webmaster.Traumatic

Cataract

Available

at:

http://img.medscape.com/pi/emed/ckb/ophthalmology. February 18, 2011.


3. Indiana
University.
Traumatic
Cataract.
Available
at:
http://www.opt.indiana.edu/NewHorizons/Graphics/Tray2/Slide07.
February 13, 2011.
4. Orsted, Heather L dkk. 2011. Basic Principles of Wound Healing. Wound
Care Canada. 2011;9(2): 1
5. American Academy of Ophthalmology. 2011. Wound Repair. In Ophthalmic
Pathology and Intraocular Tumors Section 4. San Fransisco. Page 13-17
6. Ilyas, S., Yulianti, S.R. 2011. Anatomi Mata. Ilmu Penyakit Mata. Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Hal 2-9

7. Steele, Chris. 1999. Corneal Wound Healing : a review. Optometry Today.


1999:28-31
8. Lang, Gerhard K. 2000. Cornea. In Ophtalmology A Short Textbook. New

York. Page 117-118

15

You might also like