You are on page 1of 3

Goiter endemik

Struma non toksik disebabkan oleh kekurangan yodium yang kronik.


Struma ini disebut sebagai simple goiter, struma endemik, atau goiter koloid
yang sering ditemukan di daerah yang air minumya kurang sekali
mengandung yodium dan goitrogen yang menghambat sintesa hormon oleh
zat kimia. Struma non toksik disebut juga dengan gondok endemik, berat
ringannya endemisitas dinilai dari prevalensi dan ekskresi yodium urin.
Dalam keadaan seimbang maka yodium yang masuk ke dalam tubuh hampir
sama dengan yang diekskresi lewat urin. Kriteria daerah endemis gondok
yang dipakai Depkes RI adalah endemis ringan prevalensi gondok di atas 10
%-< 20 %, endemik sedang 20 % - 29 % dan endemik berat di atas 30 %.
Pathogenesis
Struma terjadi akibat kekurangan yodium yang dapat menghambat
pembentukan hormon tiroid oleh kelenjar tiroid sehingga terjadi pula
penghambatan dalam pembentukan TSH oleh hipofisis anterior. Hal tersebut
memungkinkan hipofisis mensekresikan TSH dalam jumlah yang berlebihan.
TSH kemudian menyebabkan sel-sel tiroid mensekresikan tiroglobulin dalam
jumlah yang besar (kolid) ke dalam folikel, dan kelenjar tumbuh makin lama
makin bertambah besar. Akibat kekurangan yodium maka tidak terjadi
peningkatan pembentukan T4 dan T3, ukuran folikel menjadi lebih besar dan
kelenjar tiroid dapat bertambah berat sekitar 300-500 gram.
Berat ringannya endemi gondok dapat dibagi menjadi,

Grade I (endemi ringan) : endemi dengan nilai median ekskresi iodium urin lebih
dari 50g l/g kreatinin, atau median urin 5,0-9,9 g/dl. Kebutuhan hormon tiroid
untuk pertumbuhan fisik dan mental masih terpenuhi. Prevalensi gondok pada

anak sekolah 5-20%.


Grade II (endemi sedang) : nilai median ekskresi iodium urin 25-50 g l/g
kreatini atau median 2,0-4,9 g/dl. Prevalensi gondok pada anak sekolah sampai

30%.
Grade III (endemi berat) : nilai median ekskresi iodium urin <25 g l/g kreatinin
atau median <2 mg/dl. Terjadi resiko sangat tinggi untuk lahirnya kretin endemik
dengan segala akibatnya. Prevalensi gondok anak sekolah >30%, prevalensi kretin
endemik dapat mencapai 110%.

Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) atau Iodine Deficiency


Disorder (IDD) adalah suatu spektrum gangguan yang luas sebagai akibat
defisiensi iodium dalam makanan yang berakibat atas menurunnya kapasitas
intelektual dan fisik pada mereka yang kekurangan iodium. Manifestasinya
dapat dibagi berdasarkan usia saat terkena. Pada fetus, manifestasinya
berupa abortus, lahir mati, anomali kongenital, kretin endemik tipe
neurologik (retardasi mental, bisu tuli, diplegia spastik, mata juling), kretin
miksudematosa (cebol, defisit mental, hipotiroidisme). Pada neonatus sering
ditemukan defek psikomotor, gondok neonatal dan hipotiroidisme neonatal.
Gondok, hipotiroidisme juvenil, retardasi mental,gangguang perkembangan
fisik dan iodine induced hiperthyroidism dapat dijumpai pada anak dan
remaja. Gondok dengan segala akibatnya, hipotiroidisme, gangguan fungsi

mental dan kepekaan terhadap radiasi nuklir yang meningkat sering ditemui
pada orang dewasa.
Pada struma gondok endemik, Perez membagi klasifikasi menjadi:

Derajat 0: tidak teraba pada pemeriksaan


Derajat I: teraba pada pemeriksaan, terlihat hanya kalau kepala

ditegakkan
Derajat II: mudah terlihat pada posisi kepala normal
Derajat III: terlihat pada jarak jauh

Tatalaksana
Untuk mencegah gondok akibat defisiensi iodium, WHO, Unicef, dan
ICCIDD menganjurkan kebutuhan iodium sehari sebagai berikut:

90 mg untuk anak prasekolah (0-59 bulan)


120 mg untuk anak sekolah dasar (6-12 tahun)
150 mg untuk dewasa (diatas 12 tahun) dan;
200 mg unutk wanita hamil dan menyusui

Pembedahan dengan indikasi medis apabila goiter menyebabkan


timbulnya keluhan seperti sesak napas atau suara yang serak, dan indikasi
kosmetik bila pasien merasa terganggu penampilannya oleh karena goiter
tersebut.

You might also like