You are on page 1of 34

DRAFT LAPORAN PRAKTIKUM ILMU PENGETAHUAN BAHAN

ACARA II
DENSITAS DAN BOBOT JENIS

Nama Kelompok 9 :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Imas Nitisari
Lintang Sawitri
Nurfi Ikhsani
Palguna Dio
Rika Nanda DJ
Sidiq Dwi A

( H3113051 )
( H3113059 )
( H3113070 )
( H3113074 )
( H3113079 )
( H3113086 )

PROGRAM STUDI D3 TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
ACARA II
DENSITAS DAN BOBOT JENIS

A. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum acara II Densitas dan Bobot Jenis adalah :
1. Menentukan densitas dan bobot jenis bahan pangan berbentuk cairan.
2. Menentukan bulk densirty dan obot jenis biji-bijian dan tepung-tepungan.
3. Mengetahui pengaruh tingkat kematangan terhadap densitas dan bobot jenis
bahan pangan
B. Tinjauan Pustaka
Kerapatan adalah massa per satuan volume, yaitu bobot zat per satuan
volume.jika kerapatan dinyatakan dalam satuan bobot dan volume, maka bobot
jenis merupakan bilangan abstrak. Bobot jenis menggambarkan hubungan antara
bobot suatu zat terhadap bobot suatu zat baku. Bobot jenis adalah rasio rasio
suatu zat terhadap obot zat baku yang volumenya sama pada suhu yang sama dan
dinyatakan dalam desimal (Prince, 2006).
Karakteristik kepadatan dipengaruhi oleh metode dan laju pengeringan,
dimana lambat hasil pengeringan produk sepenuhnya konsolidasi dan hasil
pengeringan dipercepat dalam padat terdiri dari celah dan lubang dengan
kepadatan rendah. Pada tahap awal pengeringan kepadatan meningkat kadar air
menurun dan setelah mencapai maksimum, menurun dengan penurunan lebih
lanjut dalam kadar air. Kepadatan pada kadar air tertentu, juga ditemukan
menurun dengan meningkatnya suhu pengeringan. Mengusulkan gelar hubungan
polinomial keempat untuk memprediksi kepadatan partikel pati jagung sebagai
fungsi kadar air. Sebuah hubungan kuasa hukum juga didirikan untuk menandai
data bulk density pati jagung (Al Muhtaseb et al, 2004).
Definisi rapat suatu zat adalah nisbah massa m zat itu terhadap volume

V. Rumus densitas adalah

m
v

Rapat adalah sifat khas suatu zat, takgayut

pada volume atau massanya. Rapat sering diberikan dlam gram per sentimeter
kubik yang merupakan satuan cgs. Satuan untuk rapat adalah kilogram per meter

kubik. Adalah mudah untuk mengubah dari satu satuan ke satuan yang lain
karena 1 kg= 103 g dan 1m=102 cm (Cromer, 1994).
Sifat fisik yang diukur meliputi dimensi buah, massa, volume, luas
permukaan, kepadatan benar, bulk density, porositas dan kebulatan. Sifat fisik
bahan makanan mempengaruhi penanganan atau penyampaian karakteristik dan
memperkirakan pendinginan dan beban pemanasan. Selanjutnya atribut fisik
seperti ukuran, bentuk, densitas dan porositas massal pertimbangan utama dalam
merancang hopper, pengeringan dan sistem aerasi, karena sifat ini mempengaruhi
ketahanan terhadap aliran udara massa disimpan. (Keshvadi et al, 2011).
Kerapatan (density) suatu zat adalah ukuran untuk konsentrasi zat
tersebut dan dapat dinyatakan dalam massa per satuan volume; sifat ini
ditentukan dengan cara menghitung nisbah (ratio) massa zat yang terkandung
dalam suatu bagian tertentu terhadap volumebagian tersebut. Bagian ini tidak
boleh terlalu kecil tetapi juga tidak boleh terlalu besar sehingga moncong sebuah
rudal kecepatan tinggi, misalnya, konsentrasi zat di suatu bagian yang terpisah
kurang dari 1 cm dengan bagian di sebelahnya mungkin berbeda sampai sepuluh
kali lipat. Oleh sebab itulah bagian atau daerah yang kerapatannya hendak diukur
tidak boleh terlalu besar. Namun kalau terlalu kecil, jumlah molekul di daerah
sama dalam waktu yang berbeda mungkin tidak sama (Oslon, 1993).
Pengetahuan tentang rata-rata ukuran partikel dan distribusi memfasilitasi
pemilihan diinginkan proses densifikasi. Tergantung pada keberadaan jumlah
ukuran partikel yang berbeda densifikasi sabut empulur dapat dilakukan seperti
tanpa pengurangan ukuran lebih lanjut untuk membentuk briket stabil. Analisis
saringan adalah metode yang paling umum digunakan untuk menganalisis ukuran
partikel dalam kisaran 0,075 sampai 3.00 mm kira-kira. Karena ukuran partikel
sabut empulur terletak dalam kisaran ini analisis saringan diferensial, asumsi
yang dibuat bahwa semua partikel dalam fraksi tunggal sama dalam ukuran dan
bahwa ukuran adalah mean aritmatika dari dimensi mesh dua layar yang
menentukan fraksi. Sebuah jenis getaran mekanik saringan shaker digunakan

untuk menentukan coir empulur ukuran partikel. Jumlah sabut empulur tertentu
ditempatkan di atas saringan dan dikocok selama 20 menit. Pada saat itu empulur
sabut pada saringan terkecil mencapai kesetimbangan. Fraksi ditahan pada semua
saringan ditimbang (Manickam, 2011).
Proses pembuatan tepung ubi kayu dapat dilakukan dengan beberapa cara,
salah satunya yaitu melalui proses pengupasan, perendaman, pemarutan,
pengepresan, kemudian dikeringkan sehingga menjadi tepung ubi kayu. Proses
pembuatan tepung ubi kayu secara tradisional diawali dengan pengupasan dan
pencucian sampai penggilingan, pengeringan dan pengayakan. Pengolahan ubi
kayu dengan cara tradisional dalam proses pembuatan tepung, lebih praktis dan
hemat biaya untuk penyajian tepung ubi kayu. Dengan cara baru, proses
pembuatan tepung ubi kayu dilakukan melalui tahap pengeringan dengan alat
pengering (kabinet), proses pengeringan lebih cepat dan mengurangi tingkat
kerusakan pada tepung yang dihasilkan. Proses fermentasi yang dilanjutkan
dengan proses pengeringan dapat membantu dalam penurunan atau penghapusan
senyawa-senyawa beracun (Rasulu dkk, 2012).
Densitas secara teoritis merupakan massa per satuan volume, ini berarti
pada spesimen dengan massa yang sama tetapi mempunyai volume yang lebih
kecil akan menghasilkan densitas yang lebih besar. Faktor yang mempengaruhi
sifat fisik dan mekanik suatu material, maka diperlukan penelitian tentang
pengaruh suhu. Pencampuran serbuk bertujuan untuk menghasilkan distribusi
komposisi material dan ukuran serbuk yang seragam. Hal ini dikarenakan pada
saat penyimpanan atau proses transportasi serbuk bisa mengalami getaran yang
memungkinkan terjadinya segregasi. Segregasi dapat terjadi karena perbedaan
bentuk, densitas dan ukuran partikel serbuk (Sukanto, 2009).

C. Metodologi

1. Alat
a. Gelas beker 250 ml
b. Gelas ukur 1000 ml dan 100 ml
c. Jangka sorong
d. Kuboid besar dan kecil
e. Laktodensitometer
f. Hidrometer
g. Petridish
h. Termometer
i. Timbangan Analitik
j. Pengaduk
2. Bahan
a. Pisang matang
b. Pisang mentah
c. Pisang setengah matang
d. Sari kacang hijau
e. Sari kedelai
f. Susu pasteurisasi
g. Susu UHT
h. Tepung beras
i. Tepung maizena
j. Tepung panir
k. Tepung terigu
l. Tomat matang
m. Tomat mentah
n. Tomat setengah matang
3. Cara Kerja
a. Menentukan densitas dan bobot jenis bahan pangan berbentuk cairan
dengan sampel susu berbagai konsentrasi.

b. Menentukan bulk density dan BJ biji-bijian dan tepung-tepungan.

c. Mengetahui pengaruh tingkat kematangan terhadap densitas dan bobot


jenis bahan pangan.

D. Hasil dan Pembahasan


Tabel 2.1 Hasil pengamatan densitas dan bobot jenis bahan pangan bentuk cairan

No
1
2
3
4

Kel.
9,10
11,12
13,14
15,16

Bahan
Susu UHT
Susu Pasteurisasi
Sari Kedelai
Kacang Hijau

Densitas (
)
kg/m3
1030
1020
1020
1060

Suhu
(0C)

Bobot
Jenis (BJ)

33
29
34
32

1,036
1,024
1,024
1,065

Sumber: Laporan Sementara

Massa jenis atau densitas adalah besaran yang menunjukkan perbandingan


antara massa dengan volume suatu benda, sebagaimana yang dikemukakan
bahwa massa jenis suatu benda adalah massa benda itu dibagi dengan volumenya
(Nurlaili dan Haiyum, 2011). Densitas merupakan suatu perbandingan antar
daerah massa suatu zat yang berisi partikel-partikel dengan suatu daerah volume
tertentu dari zat tertentu. Pada zat yang berbeda jenisnya pasti memiliki massa
jenis yang berbeda pula.
Massa jenis zat tidak dipengaruhi oleh bentuk dan volume. Jadi, asalkan
dibuat dari bahan yang sama, suatu benda akan memiliki massa jenis yang sama.
Massa jenis zat dapat diukur. Secara matematis, massa jenis zat dinyatakan
dengan rumus = m/V. Berdasarkan persamaan matematis tersebut. Besar massa
jenis tidak selalu dinyatakan dalam satuan kg/m3 , tetapi ada kalanya dinyatakan
dalam g/cm3 . Satuan kg/m3 dan g/cm3 biasa digunakan untuk menyatakan massa
jenis zat padat. Sementara itu, massa jenis zat cair sering dinyatakan dalam kg/L
(kilogram per liter) atau g/mL (gram per mililiter).
Berat jenis susu biasanya ditentukan dengan menggunakan laktodensimeter
atau laktometer. Laktodensimeter adalah hidrometer dimana skalanya sudah
disesuaikan dengan berat jenis susu (Muchtadi dkk, 2010). Manfaat dari
laktodensimeter yaitu dengan menggunakan alat tersebut kita dapat mengukur
massa jenis benda cair yang belum diketahui berat jenisnya, terutama untuk
benda cair susu, seperti susu sapi segar, susu UHT, dan sari kedelai.
Berat jenis suatu bahan adalah perbandingan antara berat bahan tersebut
dengan berat air pada volume dan suhu yang sama. Berdasarkan batasan ini,

maka berat jenis tidak bersatuan. Berat jenis susu rata-rata 1.032. Berat jenis susu
dipengaruhi oleh kadar padatan total dan padatan tanpa lemak. Kadar padatan
total susu diketahui jika diketahui berat jenis dan kadar lemaknya (Muchtadi dkk,
2010). Sedangkan pengertian bobot jenis, dalam Farmakope Indonesia Edisi III
disebutkan bahwa bobot jenis suatu zat didefinisikan sebagai perbandingan bobot
zat terhadap air dengan volum yang sama ditimbang di udara pada suhu yang
sama.
Bilangan bobot jenis atau biasa disebut sebagai densiti merupakan
perbandingan antara bobot jenis zat dengan bobot jenis air. Dari definisi tersebut
dapat disimpulkan bahwa densiti merupakan ukuran yang tidak mempunyai
satuan. Dapat dikatakan bahwa densiti merupakan n kali kerapatan air yang
artinya zat tersebut mempunyai n kali kerapatan air.
Sebagai bahan pangan, susu dapat digunakan baik dalam bentuk aslinya
sebagai satu kesatuan, maupun dari bagian-bagiannya. Banyak sekali masalahmasalah yang dihadapi dalam pengolahan, penyimpanan, dan penggunaan air
susu. Masalah-maslah tersebut dapat dipecahkan terutama ika kita mengetahui
susunan kimia dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perubahannya
(Muchtadi dkk, 2010), salah satunya adalah dengan mengetahui densitas dan
bobot jenis susu tersebut.
Pada tabel 2.1 akan dihitung densitas dan bobot jenis bahan pangan yang
berbentuk cair yaitu susu. Pada penentuan densitas dan bobot jenis susu ini,
digunakan susu UHT, susu pasteurisasi, sari kedelai, dan sari kacang hijau.
Dengan menggunakan laktodensimeter, maka dapat diukur densitas dari bahanbahan tersebut. Susu UHT kelompok 9 dan 10 memiliki densitas 1030 gr/cm3,
susu Pasteurisasi kelompok 11 dan 12 memiliki densitas 1020 gr/cm3, susu
kedelai kelompok 13 dan 14 memiliki densitas 1020 gr/cm3, dan sari kacang
hijau kelompok 15 dan 16 memiliki densitas 1060 gr/cm3.
Selanjutnya dilakukan pengukuran suhu pada bahan, susu UHT kelompok 9
dan 10 memiliki suhu 330C, susu pasteurisasi kelompok 11 dan 12 memiliki suhu

290C, sari kedelai kelompok 13 dan 14 memiliki suhu 340C, dan sari kacang hijau
kelompok 15 dan 16 memiliki suhu 320C. Setelah diketahui suhu dan densitas
dari bahan-bahan tersebut, maka dapat dihitung bobot jenisnya. Berat jenis susu
didapat dengan memperbandingkan densitas susu dan densitas air. Dengan
menggunakan interpolasi pada suhu 400C dan 200C, sehingga didapat densitas air
pada masing-masing suhu bahan.
Susu UHT kelompok 9 dan 10 memiliki bobot jenis 1,036; susu Pasteurisasi
kelompok 11 dan 12 memiliki bobot jenis 1,025; susu kedelai kelompok 13 dan
14 memiliki bobot jenis 1,025; dan sari kacang hijau kelompok 15 dan 16
memiliki bobot jenis 1,065. Dari hasil yang diperoleh hampir sama dengan teori
karena berat jenis susu rata-rata 1.032. Berat jenis susu dipengaruhi oleh kadar
padatan total dan padatan tanpa lemak (Muchtadi dkk, 2010). Jadi hasil
praktikum dapat dikatakan sesuai dengan teori karena perolehan hasil tidak
terlalu jauh.
Pada hasil praktikum densitas dan bobot jenis tersebut didapat densitas
bahan yang terkecil adalah susu pasteurisasi dan sari kedelai yaitu 1020 gr/cm3,
dan bobot jenis terkecil adalah susu pasteurisasi dan sari kedelai yaitu 1,024.
Sedangkan densitas terbesar adalah sari kacang hijau yaitu 1060 gr/cm3.
Sedangkan dengan bobot jenis terbesar adalah sari kacang hijau yaitu 1,094.
Massa jenis atau densitas adalah besaran yang menunjukkan perbandingan
antara massa dengan volume suatu benda (Nurlaili dan haiyum, 2011), sehingga
faktor-faktor yang mempengaruhi densitas adalah massa dan volume bahan.
Pengukuran massa dan volume yang tidak teliti akan menyebabkan bias. Selain
itu juga perbedaan bahan akan mempengaruhi perbedaan dari massa jenis suatu
benda. Sedangkan faktor yang mempengaruhi berat jenis atau bobot jenis adalah
suhu, karena dimana semakin naik suhu maka molekul-molekul zat akan
bergerak, mengembang dan akan menguap, sehingga densiti akan berkurang.
Namun apabila suhu turun, jarak antar molekulnya semakin rapat, sehingga zat
akan mengkerut yang menyebabkan densiti akan bertambah atau semakin kental.

Banyak sekali manfaat dari menghitung densitas dan berat jenis benda cair,
seperti dalam bidang pertambangan dan bidang pangan. Dalam bidang
pertambangan yaitu untuk mengetahui densitas dari bahan bakar cair seperti
minyak tungku. Pengetahuan mengenai densitas ini berguna untuk penghitungan
kuantitatif dan pengkajian kualitas penyalaan. Satuan densitas adalah kg/m 3.
Sedangkan dalam bidang pangan seperti contoh pembuatan susu rekombinasi,
adalah produk susu cair yang diperoleh dari campuran komponen susu (susu
skim, krim) dan air atau susu, atau keduanya yang dipasteurisasi atau disterilisasi
atau diproses secara UHT.
Pada praktikum densitas dan bobot jenis bahan pangan berbentuk cairan,
kelompok menggunakan bahan susu UHT, susu asteurisasi, sari kedelai dan sari
kacang hijau. Hasil yang diperoleh yaitu berat jenis sebesar 1,036; 1,025; 1,025;
1,065. Sedangkan berdasarkan teori menurut Muchtadi dkk (2010) berat jenis
susu rata-rata 1,032, sehingga berat jenis semua sampel diasumsikan tidak jauh
beda dengan densitas susu tersebut. Maka jika dibandingkan berat jenis antara
teori dan hasil berat jenis sari kacang hijau, maka sudah sesuai atau ekivalen.

Tabel 2.2 Hasil Pengamatan Bulk Bensity dan Bobot Jenis Tepung-Tepungan dan Kacang-Kacangan
Berat (gr)
Ukuran wadah (dm)
Sampel+wada
Kel.
Bahan
Jenis Wadah
sampel Wadah
p/d
l
t
h
Kuboit besar
61,894
47,989 13,905
65
49
37,5
Tepung
9,13
Kuboit kecil
30,525
22,382
8,143
38
38
42
Terigu
Petri disk
106,240
53,033 53,207
87
19
Kuboit besar
74,293
13,696
63,5
37,7
55,9
Tepung
11,15
Kuboit kecil
35,496
27,398
8,098
38,1
38,1
50,9
Maizena
Petri disk
101,907
59,661 42,246
96,1
29,2
Kuboit besar
69,370
55,555 13,815
83,7
36,8
42
Tepung
10,14
Kuboit kecil
32,953
25,086
7,867
36,28
36,2
40,9
Beras
Petri disk
106,757
53,623 53,737
8,45
20
Kuboit besar
62,542
48,524 14,018 82,05 36,05
40,0
Tepung
12,16
Kuboit kecil
28,110
20,32
7,790
36,1
36,1
39,1
Panir
Petri disk
79,167
28,277 44,890
89,9
13,05
Sumber: Laporan Sementara

Volume
wadah
(L)
0,119
0,060
0,112
0,175
0,073
0,211
0,053
0,129
0,123
0,118
0,051
0,082

BD
(gr/L)
403,268
373,033
473,508
346,268
375,315
282,753
468,897
430,658
431,081
410,108
398,413
341,926

Densitas merupakan suatu perbandingan antar daerah massa suatu zat


yang berisi partikel-partikel dengan suatu daerah volume tertentu dari zat
tertentu. Densitas secara teoritis merupakan massa per satuan volume, ini berarti
pada spesimen dengan massa yang sama tetapi mempunyai volume yang lebih
kecil akan menghasilkan densitas yang lebih besar. Massa jenis adalah besaran
yang menunjukkan perbandingan antara massa dengan volume suatu benda,
sebagaimana yang dikemukakan bahwa massa jenis suatu benda adalah massa
benda itu dibagi dengan volumenya (Nurlaili dan haiyum, 2011).
Cara mengukur densitas bahan padatan yaitu dengan mencari
perbandingan antara masa dengan volume wadah. Pada praktikum wadah yang
digunakan adalah kuboid kecil, kuboid besar, dan petridish. Kuboid kecil dan
kuboid besar berbentuk balok, wadah diasumsikan seperti balok karena memiliki
panjang yang berbeda-beda, sehingga memiliki volume p (panjang) x l (lebar) x t
(tinggi). Setelah itu mencari massa bahan dengan menimbangnya. Maka
diperolehlah densitas dan bobot jenis bahan padatan.
Urutan hasil penghitungan volume pada wadah dari yang terkecil hingga
terbesar yaitu volume wadah kuboid kecil tepung panir 0,051 L, kuboit besar
tepung beras 0,053 L, kuboit kecil tepung terigu 0,060 L, kuboit kecil tepung
maizena 0,073 L, petridisk tepung panir 0,082 L, petridisk tepung terigu 0,112 L,
kuboit besar tepung panir 0,118 L, kuboit besar tepung terigu 0,119 L, petridisk
tepung beras 0,123 L, kuboit kecil tepung beras 0,129 L, kuoit besar tepung
maizena 0,175 L, dan yang paling besar yaitu petridisk tepung maizena 0,211 L.
Sedangkan urutan bulk density dari yang terkecil hingga yang terbesar yaitu
bulk density petridisk tepung maizena 282,753, petridisk tepung panir 341,926,
kuboid besar tepung maizena 346,268, kuboit kecil tepung terigu 373,033, kuboit
kecil tepung maizena 375,315, kuboit kecil tepung panir 398,413, kuboit besar
tepung maizena 403,268, kuboit besar tepung panir 410,108, kuboit kecil tepung
beras 430,658, petridisk tepung beras 431,081, kuboit besar tepung beras
468,897, dan pertidisk tepung terigu 473,508.

Pada hasil perhitungan volume wadah dan bulk density tersebut, volume
wadah yang terkecil adalah volume wadah kuboit kecil tepung panir yaitu 0,051
L, dan volume wadah terbesar adalah volume petridisk tepung maizena yaitu
0,211 L. Hal tersebut sudah sesuai dengan teori menurut Pujiati dan Sigit (2009),
bahwa volume wadah semakin besar jika sisi-sisi wadah semakin besar pula,
karena panjang sisi-sisi wadah berbanding lurus dengan volume wadah. Untuk
hasil bulk density nilai yang terkecil adalah bulk density pada tepung maizena
yang berada pada wadah petridish yaitu 282,753 gr/L. Dan nilai yang terbesar
adalah bulk density pada tepung terigu yang berada pada wadah petridish yaitu
473,508 gr/L. Menurut Agustina (2008), bahwa bulk density merupakan
perbandingan antara berat bahan dengan volume ruang yang ditempatinya, hasil
praktikum tersebut sudah sesuai.
Sebagaimana pengertian bulk density yaitu perbandingan antara berat bahan
dengan volume ruang yang ditempatinya (Agustina, 2008), maka faktor-faktor
yang mempengaruhi bulk density tepung tersebut adalah pengukuran berat bahan
dan volume wadah. Manfaat dari penghitungan bulk density salah satunya dalam
bidang pangan yaitu untuk memisahkan tepung. Tepung yang memiliki bulk
density lebih besar akan lebih baik kualitasnya.

Tabel 2.3 Hasil pengamatan pengaruh tingkat kematangan terhadap densitas dan bobot jenis
Air
Massa
Volume
Kel.
Jenis Bahan
(gram)
(liter)
Suhu (C)

-3
Tomat mentah
21,426
20 x 10
35
994,02
9,13 Tomat setengah matang
52,868
50 x 10-3
35
994,02
-3
Tomat matang
68,578
70 x 10
35
994,02
-3
Pisang mentah
34,249
30 x 10
35
994,02
10,1
Pisang setengah matang
32,392
40 x 10-3
35
994,02
4
Pisang matang
34,268
35 x 10-3
35
994,02
-3
Tomat mentah
18,36
20 x 10
35
994,02
11,15 Tomat setengah matang
48,194
50 x 10-3
35
994,02
-3
Tomat matang
77,185
25 x 10
35
994,02
Pisang mentah
29,340
30 x 10-3
35
994,02
12,1
-3
Pisang setengah matang
34,483
40 x 10
35
994,02
6
Pisang matang
35,565
40 x 10-3
35
994,02
Sumber: Laporan Sementara

Bahan
( gr/l )
1071,3
1057,36
979,686
1141,633
809,80
979,85
901,8
963,88
3087,4
978
862,075
1185,5

BJ Bahan
( gr/l )
1,078
1,64
0,986
1,148
0,814
0,984
0,907
0,969
3,105
0,984
0,867
1,193

Pengukuran bobot jenis yaitu dengan perbandingan antara berat bahan


tersebut dengan berat air pada volume dan suhu yang sama (Muchtadi dkk,
2010). Urutan hasil dari percobaan bobot jenis dari yang terkecil hingga yang
terbesar yaitu bobot pisang setengah matang kelompok 10 dan 14 adalah 0,814
gr/l,pisang setengah matang kelompok 12 dan 16 adalah 0,867 gr/l, tomat mentah
kelompok 11 dan 15 adalah 0,907 gr/l, tomat setengah matang kelompok 11 dan
15 adalah 0,969 gr/l, pisang mentah kelompok 12 dan 16 adalah 0,984 gr/l,
pisang matang kelompok 10 dan 14 adalah 0,984 gr/l, tomat matang kelompok 9
dan 13 adalah 0,986 gr/l, tomat mentah kelompok 9 dan 13 adalah 1,078 gr/l,
pisang mentah kelompok 10 dan 14 adalah 1,148 gr/l, pisang matang kelompok
12 dan 16 adalah 1,193 gr/l, tomat setengah matang kelompok 9 dan 13 adalah
1,640 gr/l, tomat matang kelompok 11 dan 15 adalah 3,105 gr/l.
Pada hasil praktikum 2.3 tersebut didapat bobot jenis terkecil adalah pisang
setengah matang kelompok 10 dan 14 yaitu 0,969 gr/l, dan bobot jenis terbesar
adalah pada tomat matang kelompok 11 dan 15 yaitu 3,105 gr/l. Pada percobaan
tersebut terjadi penyimpangan pada bobot jenis kelompok 9 dan 13 serta
kelompok 10 dan 14. Menurut Giovani et al, (2004), bahwa pada buah yang
semakin matang maka zat padatan terlarut pada buah semakin tinggi sehingga
menyebabkan massa juga semakin tinggi yang mengakibatkan densitas dan bobot
jenis semakin tinggi pula. Penyimpangan tersebut dapat disebabkan oleh
ketidakseragaman besar dan ukuran sehingga dapat mempengaruhi berat dari
sampel. Selain itu juga dapat disebabkan oleh pengukuran volume pisang yang
kurang teliti sehingga mendapatkan hasil yang bias.
Faktor-faktor yang mempengaruhi densitas dan bobot jenis berdasarkan
tingkat pematangan ini adalah tingkat kematangan buah itu sendiri. Semakin
matang bahan maka semakin besar pula bobot jenisnya. Sebaliknya semakin
mentah bahan makan akan semakin kecil bobot jenisnya. Karena pada proses
pematangan buah melibatkan perubahan dramatis secara fisik maupun kimawi

yaitu meliputi warna, tekstur, rasa, aroma, pH, zat padatan terlarut buah dewasa
(Barry et al., 2005).
Manfaat dari perhitungan densitas dan berat jenis berdasarkan tingkat
kematangan bahan yaitu contohnya digunakan untuk menentukan tingkat
kematangan pada buah pisang. Apabila buah pisang yang matang dicelupkan ke
air mengapung itu tandanya buah masih mentah karena memiliki densitas yang
lebih kecil dari air. Begitu pula sebaliknya, buah yang matang maka saat
dicelupkan ke dalam air akan tenggelam, karena memiliki densitas yang lebih
besar dari pada air.
E. Kesimpulan
Berdasarkan data dan analisis yang telah dilakukan maka dapat diambil
kesimpulan bahwa:
1. Massa jenis atau densitas adalah besaran yang menunjukkan perbandingan antara
massa dengan volume suatu benda.

2. Berat jenis suatu bahan adalah perbandingan antara berat bahan tersebut
dengan berat air pada volume dan suhu yang sama.
3. Faktor yang mempengaruhi densitas dan bobot jenis diantaranya massa dan
volume bahan, khusus untuk bobot jenis dipengaruhi juga oleh suhu air.
4. Faktor yang mempengaruhi volume wadah yaitu pengukuran panjang sisi-sisi
dari wadah tersebut
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi bulk density adalah pengukuran berat
bahan dan volume wadah.
6. Bulk density nilai yang terkecil adalah bulk density pada tepung maizena yang
berada pada wadah petridish yaitu 282,753 gr/L. Dan nilai yang terbesar
adalah bulk density pada tepung terigu yang berada pada wadah petridish
yaitu 473,508 gr/L.
7. Bobot jenis terkecil adalah pisang setengah matang kelompok 10 dan 14
yaitu 0,969 gr/l, dan bobot jenis terbesar adalah pada tomat matang kelompok
11 dan 15 yaitu 3,105 gr/l.

8. Faktor-faktor yang mempengaruhi densitas dan berat jenis berdasarkan


tingkat kematangan adalah proses pematangan buah itu sensdiri dan khusus
untuk bobot jenis dipengaruhi oleh suhu juga.

DAFTAR PUSTAKA

Al Muhtaseb, A H.; McMinn, W A M.; Magee, T R A.. 2004. Shrinkage, Density and
Porosity Variations During the Convective Drying of Potato Starch Gel. Vol. C,
Pg. 1604-1611.
Cromer, Alan H. 1994. Fisika untuk Ilmu-Ilmu Hayati Edisi Kedua. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Keshvadi, Afshin; Endan, Johari Bin; Harun, Haniff; Ahmad, Desa; Saleena, Farah.
2011. The Relationship between Palm Oil Quality Index Development and
Physical Properties of Fresh Fruit Bunches in the Ripening Process. Journal of
Food Science and Tecnology. Vol. 3, No. 1, Pg. 50-68.
Manickam, Neethi. 2011. Effect of Moisture Content and Particle Size on Bulk
Density, Coefficient of Friction of Coir Pith. ISSN : 0975-5462. Vol. 3, No. 4.
Nurlaili; Haiyum, Muh.. 2011. Mengukur Massa Jenis Air dan Minyak Tanah dengan
Menggunakan Hukum Archimedes. No. 331-336.
Oslon, Reuben M dan Steven J. Wright. 1993. Dasar- Dasar Mekanika Fluida Teknik
Edisi Kelima. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Prince, Shelly J; Howard C Ansel. 2006. Kalkulasi Farmasetik. Penerbit Buku
Kedokteran, Jakarta.
Rasulu, Hamidin; Yuwono, Sudarminto S.; Kusnadi, Joni. 2012. Karakteristik Tepung
Ubi Kayu Terfermentasi sebagai Bahan Pembuatan Sagukasbi. Jurnal Teknilogi
Pertanian. Vol. 13, No. 1.
Sukanto, Heru. 2009. Pengaruh Suhu Sintering terhadap Densitas dan Kekuatan
Komposit Plasti Karet. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin. Vol. 3, No. 1.

LAMPIRAN

Perhtungan tabel 2.1 hasil pengamatan densitas dan bobot jenis bahan pangan
bentuk cairan
Perhitungan kelompok 9 dan 10

Interpolasi
y y 1 x x1
=
y 2 y 1 x 2x 1
3331
x998,2
=
3431 992,2998,2
2 x998,2
=
3
6
3x 2994,6 = - 12
3x = 2982,6
x = 994,2
air = 994,2

Bobot Jenis
Bobot jenis =

bahan
air
1030

= 994,2
= 1,036
Perhitungan kelompok 11 dan 12

Interpolasi
y y 1 x x1
=
y 2 y 1 x 2x 1
2928
x 998,2
=
3028 992,2998,2

2 x998,2
=
3
6
2x 1996,4 = - 6
2x = 1990,4
x = 995,2
air = 995,2

Bobot Jenis
Bobot jenis =

bahan
air
1020

= 995,2
= 1,024
Perhitungan kelompok 13 dan 14

Interpolasi
y y 1 x x1
=
y 2 y 1 x 2x 1
3433
x998,2
=
3533 992,2998,2
1 x998,2
=
2
6
2x 1990,4 = - 6
2x = 2982,6
x = 995,2
air = 995,2

Bobot Jenis
Bobot jenis =

bahan
air

1020
995,2

= 1,024

Perhitungan kelompok 15 dan 16

Interpolasi
y y 1 x x1
=
y 2 y 1 x 2x 1
3332
x998,2
=
3432 992,2998,2
1 x998,2
=
2
6
2x 1996,4 = - 6
2x = 1990,4
x = 995,2
air = 995,2

Bobot Jenis
Bobot jenis =

bahan
air
1060

= 995,2
= 1,065

Perhtungan tabel 2.2 hasil pengamatan bulk density dan bobot jenis tepungtepungan dan kacang-kacangan
1. Perhitungan kelompok 9 dan 13
Volume

Volume kuboit besar


V =pxlxt
V

= 65 x 49 x

37,5
1000000

V = 0,119 L
Volume kuboit kecil
V

=pxlxt

= 38 x 38 x

= 0,060 L

42
1000000

Volume Petridisk
V

= r2 t

= 3,14 x (43,5)2 x

= 0,112 L

19
1000000

Bulk Density

Bulk density kuboit besar

BD =

m
v

BD =

47,589
=403,268 g/l
0,119

Bulk density kuboit kecil


BD =

m
v

BD =

22,382
=373,033 g/l
0,060

Bulk density petridisk


BD =

m
v

BD =

53,033
=473,508 g /l
0,112

2. Perhitungan kelompok 11 dan 15


Volume

Volume kuboit besar


V =pxlxt
V

= 63,5 x 37,7 x

55,9
1000000

V = 0,175 L
Volume kuboit kecil
V

=pxlxt

= 38,1 x 38,1 x

= 0,073 L

50,9
1000000

Volume Petridisk
V

= r2 t

= 3,14 x (48,05)2 x

= 0,211 L

29,2
1000000

Bulk Density

Bulk density kuboit besar


BD =

m
v

BD =

60,597
=346,268 g /l
0,175

Bulk density kuboit kecil


BD =

m
v

BD =

27,398
=375,315 g /l
0,073

Bulk density petridisk


BD =

m
v

BD =

59,661
=282,753 g/l
0,211

3. Perhitungan kelompok 10 dan 14


Volume

Volume kuboit besar


V =pxlxt
V

= 83,7 x 36,8 x

42
1000000

V = 0,053 L
Volume kuboit kecil
V

=pxlxt

= 36,2 x 36,2 x

= 0,129 L

40,9
1000000

Volume Petridisk
V

= r2 t
2

= 3,14 x (44,225) x

= 0,123 L

20
1000000

Bulk Density

Bulk density kuboit besar


BD =

m
v

BD =

55,555
=468,897 g/l
0,053

Bulk density kuboit kecil

BD =

m
v

BD =

25,086
=430,658 g/l
0,129

Bulk density petridisk


BD =

m
v

BD =

53,623
=431,081 g /l
0,123

4. Perhitungan kelompok 12 dan 16


Volume

Volume kuboit besar


V =pxlxt
V

= 82,05 x 36,05 x

40
1000000

V = 0,118 L
Volume kuboit kecil
V

=pxlxt

= 36,1 x 36,1 x

= 0,051 L

Volume Petridisk
V

= r2 t

39,1
1000000

= 3,14 x (44,95) x

= 0,082 L

13,05
1000000

Bulk Density

Bulk density kuboit besar


BD =

m
v

BD =

48,524
=410,108 g /l
0,118

Bulk density kuboit kecil


BD =

m
v

BD =

20,32
=398,431 g/l
0,051

Bulk density petridisk


BD =

m
v

BD =

28,277
=341,922 g /l
0,082

Perhtungan tabel 2.3 hasil pengamatan pengaruh tingkat kematangan terhadap


densitas dan bobot jenis
1. Perhitungan kelompok 9 dan 13

Densitas

Tomat Mentah
BD =

m
v

BD =

21,426
=1071,3 g /l
20 x 103

Tomat Setengah Matang


BD =

m
v

BD =

52,868
=1057,36 g /l
50 x 103

Tomat Matang
BD =

m
v

BD =

68,578
=978,686 g /l
3
70 x 10

Berat Jenis

Tomat Mentah
BJ

bahan
air

1071,3
994,2

= 1,078

Tomat Setengah Matang

BJ

bahan
air

1057,36
994,2

= 1,064

Tomat Matang
BJ

bahan
air

979,686
994,2

= 0,986

2. Perhitungan kelompok 10 dan 14


Densitas

Tomat Mentah
BD =

m
v

BD =

34,249
=1141,633 g /l
30 x 103

Tomat Setengah Matang


BD =

m
v

BD =

32,392
=809,80 g/l
40 x 103

Tomat Matang
BD =

m
v

BD =

34,268
=979,185 g /l
35 x 103

Berat Jenis

Tomat Mentah
BJ

bahan
air

1141,633
994,2

= 1,148

Tomat Setengah Matang


BJ

bahan
air

809,80
994,2

= 0,814

Tomat Matang
BJ

bahan
air

979,185
994,2

= 0,984

3. Perhitungan kelompok 11 dan 15


Densitas

Tomat Mentah
BD =

m
v

BD =

18,036
=901,8 g /l
20 x 103

Tomat Setengah Matang


BD =

m
v

BD =

48,184
=963,88 g /l
50 x 103

Tomat Matang
BD =

m
v

BD =

77,185
=3087,4 g /l
3
25 x 10

Berat Jenis

Tomat Mentah
BJ

bahan
air
901,8

= 994,2 = 0,907

Tomat Setengah Matang


BJ

bahan
air

48,184
994,2

Tomat Matang

= 0,969

BJ

bahan
air

3087,4
994,2

= 3,105

4. Perhitungan kelompok 12 dan 16


Densitas

Tomat Mentah
BD =

m
v

BD =

29,340
=978 g / l
30 x 103

Tomat Setengah Matang


BD =

m
v

BD =

34,483
=862,075 g/l
40 x 103

Tomat Matang
BD =

m
v

BD =

35,565
=1185,5 g /l
70 x 103

Berat Jenis

Tomat Mentah

BJ

bahan
air
978

= 994,2 = 0,984

Tomat Setengah Matang


BJ

bahan
air

862,075
994,2

= 0,867

Tomat Matang
BJ

bahan
air

1185,5
994,2

= 1,193

You might also like