Professional Documents
Culture Documents
MENIERE DISEASE
Oleh
Astary Utami
Pradina Enggalia
Pembimbing
dr. Sri Handayani, Sp.S
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Embriologi Telinga
Telinga luar dan tengah berasal dari alat brankial, sedangkan telinga dalam berasal
dari plakoda otika.1
Telinga
Luar
Pinna (aurikula) berasal dari pinggir-pinggir celah brankial pertama dan arkus
brankialis pertama dan kedua. Liang telinga berasal dari brankial pertama
ektoderm. Membrana timpani mewakili membran penutup celah tersebut. Selama
satu stadium perkembangannya, liang telinga akhirnya tertutup sama sekali oleh
suatu sumbatan jaringan telinga tapi kemudian terbuka kembali.1
Telinga
Tengah
Rongga telinga tengah berasal dari celah brankial pertama endoderm. Rongga
berisi udara ini meluas ke dalam resesus tubotimpanikus yang selanjutnya meluas
di sekitar tulang-tulang dan saraf dari telinga tengah dan meluas kurang lebih ke
daerah mastoid. Osikula berasal dari rawan arkus brankialis. Otot-otot telinga
tengah berasal dari otot-otot arkus brankialis. Otot tensor timpani yang melekat
pada maleus, berasal dari arkus pertama dan dipersarafi oleh saraf trigeminus
cabang mandibularis. Otot stapedius berasal dari arkus kedua dipersarafi oleh
suatu cabang nervus fasialis.1
Telinga
Dalam
Plakoda otika ektoderm terletak pada permukaan lateral dari kepala embrio.
Plakoda ini kemudian tenggelam dan membentuk suatu lekukan otika dan
akhirnya terkubur di bawah permukaan sebagai vesikel otika. Vesikel auditorius
membentuk suatu divertikulum yang terletak dekat terhadap tabung saraf yang
sedang berkembang dan kelak akan menjadi duktus endolimfatikus. Vesikel otika
kemudian berkerut membentuk suatu utrikulus superior dan sakulus inferior. Dari
utrikulus kemudian timbul tiga benjolan mirip gelang yang akan menjadi kanalis
semisirkularis. Sakulus kemudian membentuk duktus koklearis berbentuk spiral.
Secara filogenetik, organ-organ akhir khusus berasal dari neuromast yang tidak
terlapisi yang berkembang dalam kanalis semisirkularis untuk membentuk krista,
dalam utrikulus dan sakulus membentuk makula, dan dalam koklea untuk
membentuk organ korti. Organ-organ akhir ini kemudian berhubungan dengan
neuron-neuron ganglion akustikofasialis. 1
2.2 ANATOMI TELINGA
Telinga dibagi menjadi telinga luar, telinga tengah , dan telinga dalam.
TELINGA LUAR
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani.
Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk
huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua
pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2 - 3
cm. Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar
serumen (modifikasi kelenjar keringat) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat
pada seluruh kulit liang telinga. Pada duapertiga bagian dalam hanya sedikit
ditemukan kelenjar serumen. Kulit pada bagian ini sangat erat melekat ke tulang
dengan lapisan subkutan yang padat membentuk perios.2,3
TELINGA TENGAH
Telinga tengah berbentuk kubus dengan batas-batas :
- Luar : membran timpani
- Depan : tuba eustachius
- Bawah : vena jugularis (bulbus jugularis)
- Belakang : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis
- Atas : tegmen timpani (meningen/otak)
- Dalam :berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semisirkularis horizontal,
kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round window)
dan promontorium.2
Membrana timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang
telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars
flaksida (membran Shrapnell), sedangkan bagian bawah pars tensa (membran
propria). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel
kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel
mukosa saluran napas. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi di tengah, yaitu
lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan
secara radier di bagian luar dan sirkuler di bagian dalam. Membran timpani dibagi
dalam 4 kuadran, dengan menarik garis searah dengan prosesus longus maleus
dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo, sehingga didapatkan bagian
atas-depan, atas-belakang, bawah-depan serta bawah-belakang. Tulang
pendengaran di dalam telinga tengah saling berhubungan. Prosesus longus maleus
melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus, dan inkus melekat
pada stapes. Stapes melekat pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan
koklea. Hubungan antar tulang merupakan persendian. Pada pars flaksida terdapat
daerah yang disebut atik. Di tempat ini terdapat aditus ad antrum, yaitu lubang
yang menghubungkan telinga tengah dan antrum mastoid. Tuba eustachius
termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan daerah nasofaring dengan
telinga tengah.2
TELINGA
DALAM
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah
lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semi sirkularis.
Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli sebelah atas, skala timpani di
sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis) di antaranya. Skala vestibuli
dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa. Ion
dan garam yang terdapat di perilimfa berbeda dengan endolimfa. Dasar skala
vestibuli disebut sebagai membran vestibuli (membran Reissner) sedangkan dasar
skala media adalah membran basalis. Pada membran ini terletak membran corti.
Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran
tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut
dalam, sel rambut luar dan kanalis corti, yang membentuk organ corti. Ujung atau
puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani
dengan
skala
vestibuli.
Bagian vestibulum telinga dalam dibentuk oleh sakulus, utrikulus, dan kanalis
semisirkularis. Utrikulus berhubungan dengan sakulus melalui suatu duktus
sempit yang juga merupakan saluran menuju sakus endolimfatikus. Utrikulus dan
sakulus mengandung makula yang diliputi oleh sel-sel rambut. Menutupi sel
rambut ini adalah suatu lapisan gelatinosa yang ditembus silia, yang disebut
kupula, dan pada lapisan ini terdapat pula otolit yang berat jenisnya lebih berat
daripada endolimfe. Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak
lengkap dan membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Masing-masing kanalis
mempunyai suatu ujung yang melebar membentuk ampula dan mengandung selsel
rambut
krista.2,3
2.3 FISIOLOGI PENDENGARAN
Getaran suara pertama kali ditangkap oleh daun telinga dan dihantarkan melalui
liang telinga dan diteruskan ke membrana timpani dan diteruskan ke telinga
tengah melalui rangkaian tulang-tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi
getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas
membrana timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini
akan diteruskan ke stapes yang menggerakan tingkap lonjong sehingga perilimfa
pada pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui membran Reissner
Penyakit Meniere pertama kali dijelaskan oleh seorang ahli dari Perancis bernama
Prospere Meniere dalam sebuah artikel yang diterbitkannya pada tahun 1861.
Definisi penyakit Meniere adalah suatu penyakit pada telinga dalam yang bisa
mempengaruhi pendengaran dan keseimbangan. Penyakit ini ditandai dengan
keluhan berulang berupa vertigo, tinnitus, dan pendengaran yang berkurang
ssecara progresif, biasanya pada satu telinga. Penyakit ini disebabkan oleh
peningkatan volume dan tekanan dari endolimfe pada telinga dalam.5
2.6 EPIDEMIOLOGI
Dari penelitian yang dilakukan didapat data sekitar 200 kasus dari 100.000 orang
di dunia menderita penyakit Meniere. Kebanyakan penderita adalah yang berumur
40 tahun keatas dan tidak ada perbedaan yang berarti antara antara jumlah
penderita pria dan wanita. Prevalensi penyakit Meniere di beberapa negara
berbeda-beda, di Amerika terdapat 218 penderita dari 100.000 penduduk, di
Jepang terdapat 36 penderita dari 100.000 penduduk, dan 8 penderita dari 100.000
penduduk terdapat di Italia.6
2.7 ETIOLOGI
Penyebab pasti dari penyakit Meniere sampai sekarang belum diketahui secara
pasti, banyak ahli mempunyai pendapat yang berbeda. Sampai saat ini dianggap
penyebab dari penyakit ini disebabkan karena adanya gangguan dalam fisiologi
sistem endolimfe yang dikenal dengan hidrops endolimfe, yaitu suatu keadaan
dimana jumlah cairan endolimfe mendadak meningkat sehingga mengakibakan
dilatasi dari skala media, sakulus, dan utrikulus. Tetapi, penyebab hidrops
endolimfe sampai saat ini belum dapat dipastikan.2 Ada beberapa anggapan
mengenai penyebab terjadinya hidrops, antara lain :
1. Meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri 2
2. Berkurangnya tekanan osmotik di dalam kapiler2
3. Meningkatnya tekanan osmotik ruang ekstrakapiler2
4. Jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat, sehingga terjadi penimbunan
endolimfa2
5. Infeksi telinga tengah7
6. Infeksi traktus respiratorius bagian atas7
7. Trauma kepala7
8. Konsumsi kafein dan makanan yang mengandung garam tinggi7
9. Konsumsi aspirin, alkohol, dan rokok yang berkepanjangan7
10. Infeksi virus golongan herpesviridae7
11. Herediter7
Berikut akan dijelaskan mengenai penyebab yang dianggap dapat mencetuskan
penyakit Meniere
Virus Herpes (HSV).
Herpes virus banyak ditemukan pada pasien Meniere. Pernah ada laporan bahwa
12 dari 16 pasien Meniere terdapat DNA virus herpes simpleks pada sakus
endolimfatikusnya. Selain itu pernah dilaporkan juga pada pasien Meniere yang
diberi terapi antivirus terdapat perbaikan. Tetapi anggapan ini belum dapat
dibuktikan seluruhnya karena masih perlu penelitian yang lebih lanjut.8
Herediter.
Pada penelitian didapatkan 1 dari 3 orang pasien mempunyai orang tua yang
menderita penyakit Meniere juga. Predisposisi herediter dianggap mempunyai
hubungan dengan kelainan anatomis saluran endolimfatikus atau kelainan dalam
sistem imunnya.8
Alergi.
Pada pasien Meniere didapatkan bahwa 30% diantaranya mempunyai alergi
terhadap makanan. Hubungan antara alergi dengan panyakit Meniere adalah
sebagai berikut :8
1. Sakus endolimfatikus mungkin menjadi organ target dari mediator yang
dilepaskan pada saat tubuh mengadakan reaksi terhadap makanan tertentu.
2. Kompleks antigen-antibodi mungkin menggangu dari kemampuan filtrasi dari
sakus endolimfatikus
3. Ada hubungan antara alergi dan infeksi virus yang menyebabkan hidrops dari
sakus endolimfatikus.
Trauma kepala.
Jaringan parut akibat trauma pada telinga dalam dianggap dapat menggangu aliran
hidrodinamik dari endolimfatikus. Anggapan ini diperkuat dengan adanya pasien
Meniere
yang
mempunyai
riwayat
fraktur
tulang
temporal. 8
Autoimun.
Ada pula anggapan dari ahli yang menyatakan bahwa hidrops endolimfe bukan
merupakan penyebab dari penyakit Meniere. Ini dikatakan oleh Honrubia pada
tahun 1999 dan Rauch pada tahun 2001 bahwa pada penelitian otopsi ditemukan
hidrops endolimfe pada 6% dari orang yang tidak menderita penyakit Meniere.
Penelitian yang banyak dilakukan sekarang difokuskan pada fungsi imunologik
pada sakus endolimfatikus. Beberapa ahli berpendapat penyakit Meniere
diakibatkan oleh gangguan autoimun. Brenner yang melakukan penelitian pada
tahun 2004 mengatakan bahwa pada sekitar 25 % penderita penyakit Meniere
didapatkan juga penyakit autoimun terhadap tiroid. Selain itu Ruckenstein pada
tahun 2002 juga mendapatkan pada sekitar 40 % pasien penderita penyakit
Meniere didapatkan hasil yang positif pada pemeriksaan autoimun darah seperti
Rheumatoid factor, Antibodi antiphospholipid dan Anti Sjoegren.9
2.8 PATOFISIOLOGI
Pada pemeriksaan histopatologi tulang temporal didapatkan pelebaran dan
perubahan pada morfologi pada membran Meissner. Terdapat penonjolan ke
dalam skala vestibuli, terutama di daerah apeks koklea, helikotrema. Sakulus juga
fase akut seperti sebelumnya yang timbul dalam beberapa bulan. Sementara pola
aktif dan remisi berjalan, gejala pada periode akut melemah oleh karena hilangnya
secra bertahap kemampuan organ akhir dalam memberikan respon akibat
degenerasi elemen-elemen sensorik.
Variasi dalam simtomatologi telah di uraikan dan kadang-kadang dapat
ditemukan. Sindrom Lermoyes merupakan satu contoh dimana gangguan
pendengaran terjadi berbulan-bulan atau bertahun-tahun sebelum timbulnya
serangan vertigo pertama.3
2.10 PEMERIKSAAN PENYAKIT MENIERE
Tidak ada tes definitive untuk memeriksa penyakit meniere. Ada beberapa
penyakit dan kondisi yang memiliki gejala yang sama dengan penyakit meniere.
Penyakit meniere tidak dapat didiagnosa hanya dari gejala yang ada. Berbagai
kemungkinan harus dapat dibedakan dengan penyakit lain. Ketika dokter
mengeliminasi penyakit lain dari gejala yang ada, maka dari situ baru penyakit
2
meniere
ditegakkan.
Tes yang mendukung untuk pemeriksaan penyakit meniere yaitu : 4
1. Tes pendengaran ( tes penala )
Pada tes penala didapatkan kesan tuli sensorineural pada penyakit meniere
2. Tes gliserin
Pasien diberikan minum gliserin 1,2 ml/kgBB setelah diperiksa tes kalori dan
audiogram. Setelah 2 jam diperiksa kembali dan dibandingkan. Perbedaan
bermakna menunjukkan adanya hydrops endolimfe.
3. Audiogram
Hasil audiogram pada penyakit meniere didapatkan tuli sensorineural, terutama
nada rendah dan selanjutnya dapat ditemukan rekrutmen.
4. Tes kalori
Tes ini dilakukan untuk menilai fungsi keseimbangan, Setiap telinga dites secara
terpisah, Pada telinga masing masing disemprotkan secara bergantian air dingin
dan air hangat. Setelah beberapa saat akan timbul nistagmus yang arahnya
berlawanan dengan arah semprotan. 6
Tes ini cukup berarti dengan kepekaan 60% (black-1980). Tes ini berguna untuk
menentukan labirin yang hipoaktif dengan gambaran grafik adanya parese dari
kanal. 7
5. Electronystamography
Tes ini untuk menilai fungsi keseimbangan
6. Pemeriksaan radiologi
Secara rutin harus dilakukan pemeriksaan tulang temporal dan kalau bisa dengan
poli tomografi. Pada pemeriksaan ini bisa dijumpai meatus akustikus yang
menyempit, tetapi kadang kadang melebar dan dijumpai otosklerotis dari optic
kapsul. 8
2.11 DASAR DIAGNOSIS PENYAKIT MENIERE
Diagnosis penyakit meniere ditegakkan berdasarkan kombinasi dari gejala yang
ada, tes pendengaran dimana terdapat gangguan pendengaran setelah serangan
yang berangsur-angsur membaik lagi, serta setelah pengeliminasian dari penyakit
lain. 3
Diagnosis dipermudah dengan dibakukan kriteria diagnosis yaitu :
1. Vertigo hilang timbul
2. Fluktuasi gangguan pendengaran berupa tuli saraf
3. Menyingkirkan kemungkinan penyebab dari sentral
Bila gejala khas dari penyakit meniere pada anamnesis ditemukan maka diagnosis
penyakit meniere dapat ditegakkan. 1
Pemeriksaan fisik hanya diperlukan untuk menguatkan diagnosis penyakit ini.
Bila dalam anamnesis terdapat riwayat fluktuasi pendengaran, sedangkan pada
pemeriksaan terdapat tuli saraf, maka kita sudah dapat mendiagnosa penyakit
meniere. Sebab tidak ada penyakit lain yang bisa menyebabkan perbaikan dalam
tuli saraf, kecuali pada penyakit meniere. Dalam hal yang meragukan kita dapat
membuktikan adanya hydrops dengan tes gliserin. Selain itu tes gliserin ini
berguna untuk menentukan prognosis tindakan operatif pada pembuatan shunt .
Bila terdapat hydrops, maka operasi diduga akan berhasil dengan baik. 1
2.12 DIAGNOSIS BANDING
1. Tumor nervus akustikus
Vertigo sebagai gejala dini dari meningioma, schwannoma dan lain lain.
Schwannoma atau neurinoma akustikus mula timbul dengan tuli perspektif
unilateral yang progresif. Pada tahap dini terdapat vertigo. Kalau tumor itu
menjalar dan merusak meatus akustikus interna, maka hemihipestesia fasialis
dengan reflek kornea yang menurun atau lenyap dapat detemukan bersama adanya
hemiparesis fasialis ringan akibat terlibatnya nervus trigeminus / ganglkion
gasseri dan nervus facialis. Pemeriksaan kalorik dan audiogram sudah dapat
memperlihatkan kerusakan disusunan vestibularis dan auditorik sesisi. Perjalanan
penyakitnya sangat lambat. 9
2. Labirintitis
Labirintitis disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus. Labirintitis bakteri
merupakan komplikasi dari mastoiditis, otitis media atau meningitis. Sedangkan
pada labirinitis virus berkembang dalam perjalanan penyakit parotis epidemika
dan rubeola. Pada labirinitis virus daya pendengaran normal atau sedikit
terganggu. Sedangkan pada labirintitis bakteri dijumpai adanya tuli berat. Demam,
sakit kepala dan nyeri di dalam telinga tidak selamanya ada. 9
3. Neuritis vestibularis
Penyakit ini timbul secara mendadak dengan serangan vertigo berat diiringi mual
dan muntah. Nistagmus spontan menyertai serangan vertigo ini. Komponen cepat
mengarah ke sisi yang normal. Pada tes kalorik ditemukan paresis vestibular
unilateral. Tetapi yang membedakan dengan penyakit meniere yaitu pada penyakit
ini pendengaran tidak terganggu. Dan dengan atau tanpa pengobatan serangan
vertigo dapat hilang sama sekali dalam beberapa minggu atau dengan gejala sisa
berupa vertigo posisional yang berlangsung sejenak dan bangkit sekali sekali
saja. 9
4. Vertigo posisionil benigna
Vertigo benigna dikenal juga sebagai vertigo barany. Sindrome vestibuler ini
paling umum, dan dijuluki posisional karena vertigonya timbul kalau kepala
berputar kekanan atau ke kiri. Hal ini terjadi jika kepala menoleh ke kanan atau ke
kiri dan jika merebahkan badan untuk berbaring atau berbalik ke samping waktu
berbaring. 9
2.13 PENGOBATAN PENYAKIT MENIERE
Selama masa serangan, pasien dianjurkan untuk berbaring pada tempat datar.
Menggerakkan anggota badan sesedikit mungkin, dengan mata terbuka dan
melihat suatu fokus tempat secara tetap. Hal ini dapat membantu untuk
mengurangi perasaan berputar. Tetaplah pada posisi ini sampai serangan vertigo
hilang, kemudian bangun secara perlahan lahan. Setelah serangan pasien merasa
sangat kelelahan dan buth tidur untuk beberapa jam. 3
Jika perasaan mual dan berputar tetap muncul dalam jangka waktu lebih dari 24
jam, maka yang dilakukan pertama adalah pemberian obat obat simtomatik,
seperti sedative, dan bila terdapat mual dapat diberikan anti muntah. Setelah
diagnosis telah ditemukan, baru diobati penyebabnya.1
Untuk mengurangi tekanan hydrops endolimfa, maka diberikan obat obatan
vasodilator. Tekanan endolimfa juga dapat dikurangi dengan cara disalurkan
ketempat lain dengan jalan operasi, yaitu dengan membuat shunt. 1
Untuk memperkuat saraf pada penyakit meniere, dapat diberikan obat- obatan
neurotonik dan obat obatan anti iskemik. 1
Rehabilitasi penting diberikan, sebab dengan melatih system vestibuler, terapi ini
sangat menolong. Kadang kadang vertigo dapat diatasi dengan latihan teratur
dan baik. Orang oramng yang kerena profesinya menderita vertigo servikal
dapat diatasi dengan latihan yang intensif, sehingga gejala yang timbul tidak lagi
menggangu pekerjaan sehari harinya. Misalnya pada pilot, pemain sirkus, dan
olahragawan. 1
Obat obat yang sering digunakan selama serangan berlangsung :
1. Diuretik
Triamterine
Harus diberikan secara kombinasi dengan asam folat pada wanita hamil, karena
triamterine bersifat sebagai antagonis folat. Pemakaian dalam jangka panjang
dapat menyebakan batu ginjal. 3)
Amiloride
Acetazolamide
Furosemide
Furosemide dapat diberikan bila terdapat alergi pada pemakaian obat obat di
atas. Dosis yang digunakan dalam pemakaian obat ini harus kecil, karena obat ini
sedikit bersifat ototoksik. 3
2. Obat supresi vestibular
menjadi masalah utama, dan kebanyakan pasien dapat menjalani hidup dengan
normal.
Secara umum, fossa posterior vestibular neurectomy relatif aman dan mempunyai
prosedur yang efektif baik. Secara pengalaman pembedahan didapatkan tingkat
keberhasilan yang tinggi (93%) dalam mengobati serangan vertigo. 5
3. Labyrinthectomy
Ketika pendengaran kurang dari 80 dB atau kurang dari 20% skore pengenalan
kata, labyrinthectomy dengan atau tanpa transcochlear cochleovestibular
neurectomy di rekomendasikan. Prosedur ini dilakukan lewat kanalis auricularis
dan ngorbankan fungsi pendengaran. Setelah flap timpanomeatal diangkat melalui
kanalis auricularis, labyrinthectomy yang meliputi pengeboran promontorium dan
pembukaan menbran basalis dari kokhlea. Kemudian neuroepitelium dari
labyrinth diangkat dengan sudut yang tepat. Berhubungan kadang kadang
pengontrolan vertigo gagal dengan labirinthectomy sendirian, maka transcochlear
cochleovestibulari neurectomy ditambahkan pada prosedur operasi untuk
meningkatkan keberhasilan. Teknik ini cepat dan merupakan standar emas
pembedahan penyakit meniere. Memiliki tingkat penyembuhan sebanyak 88%
dari seluruh kasus. Hampir pada 70% pasien, prosedur ini mampu mengurangi
tinitus, tekanan, dan rasa penuh ditelinga. Teknik ini terbukti aman, dengan
insiden komplikasi yang rendah, hal ini dibuktikan dengan tidak adanya kasus
paralisis fasialis setelah pembedahan. 5
DAFTAR PUSTAKA
1. Boies LR, Adams GL, higler PA. Buku Ajar penyakit THT (BOIES
Fundamentals of Otolaryngology). Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku kedokteran
EGC.1997.
2. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi keenam. Jakarta:
Balai Penerbit FK UI. 2007
3. Snow Jr.James B, Wackym P.Ashley. Ballengers Otorhinolaryngology Head
and Neck Surgery 17th edition
4. Hearing System [online]. 2006 October 8 ; available from
http://jaapa.com/issues/j20060501/screen/menieres0506algo.gif
5. Anonim. Menieres Disease [online]. 2007 December 21 ; available from
http://en.wikipedia.org/wiki/M%C3%A9ni%C3%A8re's_disease
6. Hain TC. Epidemilogy of Menieres disease [online]. 2008 January 9 ; available
from http://www.dizziness-and-balance.com/disorders/menieres/men_epi.html