Professional Documents
Culture Documents
Dalam tulisan kali kami akan memberikan pembahasan mengenai amalan-amalan istimewa di
hari Jum'at yang penuh berkah yang bisa dimanfaatkan oleh setiap muslim sebagai tabungan
pahala baginya di hari kiamat yang hanya bermanfaat amalan.
Pertama: Terlarang mengkhususkan malam Jum’at dengan shalat dan siang harinya dengan
berpuasa
An Nawawi rahimahullah mengatakan, “Dalam hadits ini menunjukkan dalil yang tegas dari
pendapat mayoritas ulama Syafi’iyah dan yang sependapat dengan mereka mengenai
dimakruhkannya mengerjakan puasa secara bersendirian pada hari Jum’at. Hal ini dikecualikan
jika puasa tersebut adalah puasa yang berpapasan dengan kebiasaannya (seperti berpapasan
dengan puasa Daud, puasa Arofah atau puasa sunnah lainnya, pen), ia berpuasa pada hari
sebelum atau sesudahnya, berpapasan dengan puasa nadzarnya seperti ia bernadzar meminta
kesembuhan dari penyakitnya. Maka pengecualian puasa ini tidak mengapa jika bertepatan
dengan hari Jum’at dengan alasan hadits ini.”
Kedua: Ketika shalat Shubuh di hari Jum’at dianjurkan membaca Surat As Sajdah dan Surat Al
Insan
ب (الم تَ ْن ِزيلُ) فِى ال َّر ْك َع ِة األُولَى َوفِى الثَّانِيَ ِة ( هَلْ أَتَى َعلَى
ِ ْح يَوْ َم ْال ُج ُم َع ِة ُ َّ ِأَ َّن النَّب
ِ َكانَ يَ ْق َرأ فِى الصُّ ب-صلى هللا عليه وسلم- ى
ْ
)ين ِمنَ ال َّد ْه ِر لَ ْم يَ ُك ْن َش ْيئًا َمذ ُكورًا ِ ا ِإل ْن َس
ٌ ان ِح
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca pada shalat Shubuh di hari Jum’at “Alam
Tanzil ...” (surat As Sajdah) pada raka’at pertama dan “Hal ataa ‘alal insaani hiinum minad dahri
lam yakun syai-am madzkuro” (surat Al Insan) pada raka’at kedua.”
Catatan: Maksud membaca surat As Sajdah adalah membaca suratnya bukan memaksudkan
untuk mengkhususkan ketika itu dengan surat yang ada ayat sajdahnya sebagaimana hal ini
disalahpahami oleh sebagian orang. Sehingga tidak perlu mencari surat-surat lain yang terdapat
ayat sajdah dan dibaca ketika Shalat Shubuh pada hari Jum’at. Ini sungguh salah dalam
memahami hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Cukup perkataan Ibnu Mas’ud
radhiyallahu ‘anhu berikut sebagai nasehat,
ٌضاللَة
َ ُكلُّ بِ ْد َع ٍة، َوال تَ ْبتَ ِدعُوا فَقَ ْد ُكفِيتُ ْم،اتَّبِعُوا
“Ikutilah
(petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, pen), janganlah membuat bid’ah. Karena (sunnah)
itu sudah cukup bagi kalian. Semua bid’ah adalah sesat.”
“Perbanyaklah shalawat kepadaku pada setiap Jum’at. Karena shalawat umatku akan
diperlihatkan padaku pada setiap Jum’at. Barangsiapa yang banyak bershalawat kepadaku,
dialah yang paling dekat denganku pada hari kiamat nanti.”
ومن قرأ عشر آيات من آخرها ثم خرج الدجال، كانت له نورا يوم القيامة من مقامه إلى مكة، من قرأ سورة الكهف كما أنزلت
ثم طبع بطابع فلم، سبحانك اللهم وبحمدك ال إله إال أنت أستغفرك وأتوب إليك كتب في رق: ومن توضأ ثم قال، لم يسلط عليه
يكسر إلى يوم القيامة
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membicarakan mengenai hari
Jum’at lalu ia bersabda,
ُ يَسْأ َ ُل هَّللا َ تَ َعالَى َش ْيئًا ِإالَّ أَ ْعطَاهُ ِإيَّاه، صلِّى
َ ُ َو ْه َو قَائِ ٌم ي، فِي ِه َسا َعةٌ الَ يُ َوافِقُهَا َع ْب ٌد ُم ْسلِ ٌم
“Di dalamnya terdapat waktu. Jika seorang muslim berdoa ketika itu, pasti diberikan apa yang
ia minta” Lalu beliau mengisyaratkan dengan tangannya tentang sebentarnya waktu tersebut.
Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Fathul Baari ketika menjelaskan hadits ini beliau menyebutkan 42
pendapat ulama tentang waktu yang dimaksud. Namun secara umum terdapat 4 pendapat yang
kuat.
Pendapat pertama, yaitu waktu sejak imam naik mimbar sampai selesai shalat Jum'at,
berdasarkan hadits:
“Waktu tersebut adalah ketika imam naik mimbar sampai shalat Jum'at selesai” Pendapat ini
dipilih oleh Imam Muslim, An Nawawi, Al Qurthubi, Ibnul Arabi dan Al Baihaqi.
Pendapat kedua, yaitu setelah ashar sampai terbenamnya matahari. Berdasarkan hadits:
يوم الجمعة ثنتا عشرة يريد ساعة ال يوجد مسلم يسأل هللا عز وجل شيئا إال أتاه هللا عز وجل فالتمسوها آخر ساعة بعد العصر
“Dalam 12 jam hari Jum'at ada satu waktu, jika seorang muslim meminta sesuatu kepada Allah
Azza Wa Jalla pasti akan dikabulkan. Carilah waktu itu di waktu setelah ashar” Pendapat ini
dipilih oleh At Tirmidzi, dan Ibnu Qayyim Al Jauziyyah. Pendapat ini yang lebih masyhur
dikalangan para ulama.
Pendapat ketiga, yaitu setelah ashar, namun diakhir-akhir hari Jum'at. Pendapat ini didasari oleh
riwayat dari Abi Salamah. Ishaq bin Rahawaih, At Thurthusi, Ibnul Zamlakani menguatkan
pendapat ini.
Pendapat keempat, yang juga dikuatkan oleh Ibnu Hajar sendiri, yaitu menggabungkan semua
pendapat yang ada. Ibnu 'Abdil Barr berkata: “Dianjurkan untuk bersungguh-sungguh dalam
berdoa pada dua waktu yang disebutkan”.
Dengan demikian seseorang akan lebih memperbanyak doanya di hari Jum'at tidak pada
beberapa waktu tertentu saja. Pendapat ini dipilih oleh Imam Ahmad bin Hambal, Ibnu 'Abdil
Barr.
Semoga bermanfaat.