Professional Documents
Culture Documents
BOIDEGRADABLE FILM
A. Pendahuluan
1. Latar belakang
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, budaya dan
teknologi, kemasan pangan tidak hanya dipandang sebagai suatu cara
atau metode untuk melindungi produk pangan, tetapi juga sarana
promosi, informasi, dan estetika. Agar berfungsi dengan benar sebagai
pengemas idealnya pengemas harus memenuhi beberapa persyaratan
diantaranya seperti : tidak beracun, dapat melindungi bahan pangan dari
kotaminasi biologi, mikroorganisme, dan debu.
Konsep edible film dan coating merupakan inovasi untuk membuat
kemasan baru dari bahan alami. Hal ini karena edible film dan coating
tersedia dengan berbagai sifat yang dapat membantu untuk meringankan
banyak masalah yang dihadapi dengan makanan. Usaha untuk
memperbaiki kualitas edible film sebagai kemasan primer terus dilakukan
seperti pemilihan bahan baku dan penambahan aditif tertentu. Gliserol
memberi peran memperbaiki elastisitas film dan kemudahan film
dikelim/di-seal. Dengan demikian film diharapkan mempunyai sifat fisis
mekanis dan permeabilitas yang memadai sebagai kemasan primer. Sifat
fisik-mekanis
dan
permeabilitas
film
kitosan
ini
selanjutnya
B. Tinjuan Pustaka
Edible film aktif merupakan salah satu teknologi non-termal yang
dapat memberikan jaminan kualitas produk pangan yang dikemas. Edible
film
adalah
bahan
pengemas organik
yang
terbuat
dari
senyawa
digunakan
adalah
lilin/wax,
gliserol
dan
asam lemak
(Warkoyo, 2014).
Konsep edible film dan coating merupakan inovasi untuk membuat
kemasan baru dari bahan alami. Hal ini karena edible film dan coating
tersedia dengan berbagai sifat yang dapat membantu untuk meringankan
banyak masalah yang dihadapi dengan makanan. Edible film dapat diproduksi
dari bahan dengan film membentuk kemampuan. Komponen digunakan untuk
pembuatan edible film dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori:
hidrokoloid, lipid dan komposit. Film hidrokoloid memiliki baik sifat
penghalang terhadap oksigen, karbon dioksida, dan lipid tetapi tidak untuk
uap air. kebanyakan hidrokoloid film juga memiliki sifat mekanik yang luar
biasa, yang cukup berguna untuk produk makanan tidak tahan lama. Namun,
potensi fungsi dan aplikasi dari film dan coating menjamin peningkatan
pertimbangan. Penelitian yang luas masih diperlukan pada metode
pembentukan film dan metode untuk meningkatkan Film sifat dan potensi
aplikasi (Bourtoom, 2008).
Edible film adalah suatu lapisan tipis yang dibuat dari bahan yang dapat
dimakan, dibentuk untuk melapisi makanan (coating) atau diletakkan di
antara komponen makanan (film) yang berfungsi sebagai penghalang
terhadap perpindahan massa (misalnya kelembaban, oksigen, cahaya, lipid,
zat terlarut) dan atau sebagai pembawa aditif serta untuk meningkatkan
penanganan
suatu
makanan.
Komponen
penyusun
edile
packaging
Edible film
dimaksudkan
film
yang
dapat
diuji
adalah
karakteristik
mekanik,
penurunan
kelarutan
polimer
sampai
rantai
polimer
pola
hidup
masyarakat
yang
konsumtif
ikut
meningkatkan inovasi dalam pembuatan kemasan yang lebih baik. Hal ini
dibuktikan dengan dikembangkannya edible film, suatu kemasan primer yang
ramah lingkungan, berfungsi untuk mengemas dan melindungi pangan, dan
dapat menampakkan produk pangan karena bersifat transparan, serta dapat
langsung dimakan berama produk yang dikemas karena terbuat dari bahan
pangan tertentu.
Edible film adalah kemasan berupa lapisan yang dapat didegradasi oleh
mikroba dan reaksi kimia serta terbuat dari bahan yang dapat diperbaharui.
Bahan baku utama pembuatan edible film adalah hidrokoloid, lipida dan
komposit. Selain itu edible film memberikan perlindungan yang unik dengan
mengurangi transmisi uap air, aroma, dan lemak dari bahan pangan yang
dikemas, hal tersebut merupakan karakteristik edible film yang tidak
didapatkan pada kemasan konvensional.
Perkembangan penelitian tentang edible film dan aplikasinya pada
produk pangan di Indonesia kini cukup baik. Berbagai macam penelitian
dilakukan untuk mendapatkan edible film dengan modifikasi untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik. Modifikasi juga dilakukan pada bahan
dasar, seperti protein atau pati hingga penambahan bahan lain atau dengan
perlakuan - perlakuan khusus (Anita, 2013).
Menurut definisinya, edible film merupakan lapisan tipis yang dapat
dimakan dan ditempatkan di atas atau di antara komponen makanan. Dalam
produk pangan, lapisan tipis ini berfungsi untuk penghambat perpindahan uap
berhubungan sebagian besar melalui ikatan hidrogen. Menurut Liu dan Han
(2005), tanpa plasticizer amilosa dan amilopektin akan membentuk suatu film
dan suatu struktur dimana satu daerah kaya amilosa dan amilopektin.
Interaksi-interaksi
antara
molekul-molekul
amilosa
dan
amilopektin
mendukung formasi film, menjadikan film pati menjadi rapuh dan kaku.
Keberadaan dari plasticizer di dalam film pati bisa menyela pembentukan
double helices dari amilosa dengan cabang amilopektin, lalu mengurangi
interaksi antara molekul-molekul amilosa dan amilopektin, sehingga
meningkatkan fleksibilitas film pati.
Pada praktikum kali ini menggunakan formulasi tepung yang berbedabeda pada pembuatan edible film. Kelompok 6 menggunakan tepung 5 gram,
kelompok 7 menggunakan tepung maizena 5 gram, kelompok 8
menggunakan tepung tapioka 2,5 gram + tepung maizena 2,5 gram, kelompok
9 menggunakan tepung tapioka 3,75 gram +
Terdapat
beberapa
faktor
yang
dapat
mempengaruhi
kualitas
sebagai berikut :
1. Edible film merupakan lapisan tipis yang berfungsi sebagai pengemas
atau pelapis makanan yang sekaligus dapat dimakan bersama dengan
produk yang dikemas.
2. Pemanfaatan Edible Film dalam produk pangan adalah untuk pelapis dan
pembungkus berbagai makanan untuk memperpanjang umur simpan
produk, yang mungkin dimakan bersama-sama dengan makanan.
3. Gelatinisasi merupakan peristiwa pembentukan gel yang dimulai dengan
hidasi, yaitu proses penyerapan molekul-molekul air oleh molekul pati.
4. faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan Edible Film diantaranya
adalah jenis bahan, suhu dan Plasticizer.
5. Dari parktikum, formulasi antara tepung tapioka dan tepung maizena
yang menghasilkan edible film paling baik yaitu komposit 50% tepung
tapioka dan 50% tepung maizena. Sedang dengan karakteristik terendah
diperoleh Edible Film dengan bahan maizena.
DAFTAR PUSTAKA
Anita, Zulisma. 2013. Pengaruh Penambahan Gliserol Terhadap Sifat Mekanik
Film Plastik Biodegradasi Dari Pati Kulit Singkong. Jurnal Teknik Kimia
USU, Vol. 2, No. 2.
Bourtoom, T. 2008. Edible films and coatings: characteristics and properties
International Food Research Journal 15(3): ?-? (2008) Department of
Material Product Technology, Prince of Songkla University, Hat Yai,
Songkhla, 90112, Thailand.
Campos, Carmen A, La N. Gerschenson, Silvia K. Flores. 2010. Development Of
Edible Films And Coatings With Antimicrobial Activity. Food Bioprocess
Technol.
Dhanapal, Aruna. 2012. Edible films from Polysaccharides Food Science and
Quality Management www.iiste.org ISSN 2224-6088 (Paper) ISSN 22250557 (Online) Vol 3, 2012 Department of Food Processing and Preservation
Technology, Avinashilingam University for women,Faculty of
Engineering,Coimbatore.
Harris, helmi. 2001. Kemungkinan Penggunaan Edible film dari Pati Tapioka
untuk Pengemas Lempuk. Vol. 3. No. 2.
Murniyati., Th. Dwi S, Ijah Muljanah. 2013. Membuat Filet Lele & Produk
Olahannya. Penebar Swadaya. Jakarta.