You are on page 1of 20

STATUS PASIEN

I.

IDENTITAS
Nama

: An. H. N. S

Jenis kelamin

: Wanita

Umur

: 11 tahun

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Pelajar

Tanggal pemeriksaan : 6 Januari 2016

II.

ANAMNESA
Anamnesis

: Aloanamnesis

Keluhan utama

: Penglihatan buram sejak 2 tahun SMRS

Keluhan tambahan

: mata berair, pengelihatan pernah menghilang secara tiba-tiba

Riwayat perjalanan penyakit :


Pasien datang ke poliklinik mata RS FMC Sentul dengan keluhan penglihatan
buram sejak 2 tahun SMRS. Ibu pasien menceritakan keluhan anaknya bertambah
parah sejak 1 tahun SMRS, ibu mengatakan awalnya anaknya sering jatuh dan sering
menabrak-nabrak tembok, seiring jalannya waktu tulisan anaknya tidak lagi dapat
dibaca dan menjadi sangat berantakan karena pengelihatannya buram. Selain itu ibu
pasien juga mengatakan mata anaknya sering berair, tetapi tidak disertai rasa gatal dan
mata merah. Anaknya juga pernah menceritakan pengelihatannya pernah menghilang
secara tiba-tiba.

Pemeriksaan mata belum pernah dilakukan sebelumnya, ini baru pertama kali
dilakukan pemeriksaan. Sebelumnya tidak pernah menggunakan kacamata. Riwayat
katarak waktu lahir disangkal dan mata juling ketika masih kecil disangkal.
Riwayat penyakit dahulu

Riwayat asma dan riwayat trauma pada mata disangkal


Riwayat alergi

: Disangkal.

Riwayat penyakit keluarga

:Orang tua pasien, bapa dan ibu kedua-duanya


memakai kacamata.

III.

PEMERIKSAAN FISIK
a.

Status generalis:
Keadaan umum : Baik
Kesadaran

: compos mentis

Tanda-tanda vital
Tekanan darah

: 90/60 mmHg

Nadi

: 72x/menit

Suhu

: 36,3C

Laju pernafasan

: 18x/menit

Kepala

: Normocephal, tidak terdapat deformitas

Telinga

: Discharge (-)

Hidung

: Deviasi septum (-), discharge (-), epistaksis (-)

Mulut

: Karies gigi (-)

Leher

: Kelenjar getah bening tidak mengalami pembesaran

Thorax
Jantung

: BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru

: Suara napas dasar vesikuler, rhonki (-), wheezing (-)

Abdomen : datar, supel, massa (-),nyeri tekan (-), bising usus (+) N.
Ekstremitas : Hangat, udema -/-, deformitas (-)
b.

Status oftalmologis
OD

PEMERIKSAAN

OS

3/60

Visus

0.15 PH 0.3

S-11.00 C-1.50 X 70 0.1

Refraksi

S-6.00 0.7

Esotropia

Posisi Bola Mata

Orthoforia

Edema (-), Hiperemis (-)


spasme (-)

Palpebra

Edema (-), Hiperemis (-)


spasme (-)

Tenang, Anemia (-)

Konjungtiva

Tenang, Anemia (-)

Jernih, Arkus senilis (-)

Cornea

Jernih, Arkus senilis (-)

Dalam

COA

Dalam

Bulat, sentral, refleks cahaya


langsung dan tak langsung

Bulat, sentral, refleks


Iris/Pupil

(+)

langsung (+)

Jernih

cahaya langsung dan tak

Lensa
Shadow test

jernih
-

Reflex pupil (+), vitreus

Reflex pupil (+), vitreus

jernih, Papil batas tegas, C/D

jernih, Papil batas tegas,

rasio 0.3, Aa/Vv 2/3, Refleks

Fundus

macula -, retina exudat (-),


Perdarahan (-), Ablatio (-)

C/D rasio 0.3, Aa/Vv 2/3,


Refleks macula -, retina
exudat (-), Perdarahan (-),
Ablatio (-)

Normal

IV.

Pergerakan Bola Mata

Normal

PEMERIKSAAN PENUNJANG:


V.

Tidak Dilakukan

RESUME:
Pasien wanita berumur 11 tahun datang ke poliklinik mata RS FMC Sentul
dengan keluhan penglihatan buram sejak 2 tahun SMRS. Selain itu ibu pasien juga
mengatakan mata anaknya sering berair (+). Anaknya juga pernah menceritakan
pengelihatannya pernah menghilang secara tiba-tiba.
Pasien menyangkal memiliki riwayat pemakaian kacamata sebelumnya. Pada
pemeriksaan fisik didapati pada OD, visus 3/60 dikoreksi dengan kacamata S-11.00
C-1.50 x 70 visus mencapai 0.1. Pada OS, visus 0.15 PH 0.3 dikoreksi dengan
kacamata S-6.00 visus mencapai 0.7.

DIAGNOSIS KERJA:
Ambliopia Anisometropia ODS
VI.

DIAGNOSIS BANDING:
-

VII.

High myopia

PENATALAKSANAAN:
1. Non Medikamentosa:

- Edukasi penyebab miopia tinggi


- Oklusi Part time
- Kacamata :
Dapat diberikan kacamata dengan ukuran sesuai koreksi untuk membantu penglihatan
pasien.
PROGNOSIS
a.

Ad vitam: ad bonam

b.

Ad fungsionam: ad bonam

c.

Ad sanationam: ad bonam

BAB I
PENDAHULUAN

Ambliopia adalah penurunan tajam penglihatan,walaupun sudah diberi koreksi yang terbaik.
Ambliopia dapat unilateral atau bilateral (jarang) yang tidak dapat dihubungkan langsung dengan
kelainan struktural mata maupun jaras penglihatan posterior.1 Ambliopia berasal dari bahasa
Yunani,yang berarti penglihatan tumpul atau pudar (amblus : pudar, Ops : mata). Klasifikasi
ambliopia dibagi ke dalam beberapa kategori dengan nama yang sesuai dengan penyebabnya yaitu
ambliopia strabismik, fiksasi eksentrik, ambliopia anisometropik, ambliopia isometropia dan
ambliopia deprivasi.1
Ambliopia, dikenal juga dengan istilah mata malas (lazy eye), merupakan suatu
permasalahan dalam penglihatan yang memang hanya mengenai 2 3 % populasi, tapi bila dibiarkan
akan sangat merugikan nantinya bagi kehidupan si penderita. Insidensinya tidak dipengaruhi jenis
kelamin dan ras. Ambliopia tidak dapat sembuh dengan sendirinya. Ambliopia yang tidak diterapi
dapat menyebabkan gangguan penglihatan permanen. Jika nantinya pada mata yang baik itu timbul
suatu penyakit ataupun trauma, maka penderita akan bergantung pada penglihatan buruk mata yang
ambliopia, oleh karena itu ambliopia harus ditatalaksana secepat mungkin. 2

Hampir seluruh kasus ambliopia itu dapat dicegah dan bersifat reversibel dengan deteksi dini
dan intervensi yang tepat.2,3 . Umumnya penatalaksanaan ambliopia dilakukan dengan menghilangkan
penyulit, mengkoreksi kelainan refraksi, dan memaksakan penggunaan mata yang lebih lemah dengan
membatasi penggunaan yang lebih baik. Anak dengan ambliopia atau yang beresiko ambliopia
hendaknya dapat diidentifikasi pada umur dini, dimana prognosis keberhasilan terapi akan lebih
baik.1Prognosis juga ditentukan oleh jenis ambliopia dan dalamnya ambliopia saat terapi dimulai.

TINJAUAN KEPUSTAKAAN
II.1 DEFINISI

Ambliopia adalah suatu keadaan mata dimana tajam penglihatan tidak mencapai optimal
sesuai dengan usia dan intelegensinya walaupun sudah dikoreksi kelainan refraksinya. 6 Ambliopia
berasal dari bahasa Yunani yaitu amblyos (tumpul) dan opia (penglihatan). Dikenal juga dengan lazy
eye atau mata malas. 2 Amblyopia merupakan suatu keadaan dimana pemeriksa tidak melihat apa
apa dan terkadang pasien hanya dapat melihat sangat sedikit. 4

II.2 EPIDEMIOLOGI

Ambliopia adalah suatu masalah kesehatan masyarakat yang penting oleh karena
menyebabkan penderitaan seumur hidup. Usaha-usaha untuk mengatasinya memerlukan biaya yang
besar, kedisiplinan yang tinggi dari dokter dan pasiennya, juga waktu yang lama. Prevalensi ambliopia
di Amerika Serikat sulit untuk ditaksir dan berbeda pada tiap literatur, berkisar antara 1 3,5 % pada
anak yang sehat sampai 4 5,3 % pada anak dengan problema mata. Hampir seluruh data mengatakan

sekitar 2 % dari keseluruhan populasi menderita ambliopia. 3,5,6 Di Cina, menurut data bulan Desember
tahun 2005, sekitar 3 5 % atau 9 hingga 5 juta anak menderita ambliopia. 2
Di Indonesia , suatu penelitian dengan sampel Murid-murid kelas 1 SD di kotamadya
bandung, menunjukkan angka prevalensi Ambliopia berkisar 1,56 %

14

. Pada sebuah penelitian di

Yogyakarta , didapatkan bahwa insidensi Ambliopia pada anak di kawasan perkotaan adalah sebesar
0,25% sedangkan di pedesaaan sebesar 0,20%.1,5
Tidak ada perbedaan insidensi berdasarkan jenis kelamin dan ras. Usia terjadinya ambliopia
yaitu pada periode kritis dari perkembangan mata. Resiko meningkat pada anak yang
perkembangannya terlambat, prematur dan / atau dijumpai adanya riwayat keluarga ambliopia. 3

II.3 PATOFISIOLOGI

Pada ambliopia didapati adanya kerusakan penglihatan sentral, sedangkan daerah penglihatan
perifer dapat dikatakan masih tetap normal. Studi eksperimental pada binatang serta studi klinis pada
bayi dan balita, mendukung konsep adanya suatu periode kritis yang peka dalam berkembangnya
keadaan amblyopia. Periode kritis ini sesuai dengan perkembangan sistem penglihatan anak yang
peka terhadap masukan abnormal yang diakibatkan oleh rangsangan deprivasi, strabismus, atau
kelainan refraksi yang signifikan.
Secara umum, periode kritis untuk ambliopia deprivasi terjadi lebih cepat dibanding
strabismus maupun anisometropia. Lebih lanjut, waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya ambliopia
ketika periode kritis lebih singkat pada rangsang deprivasi dibandingkan strabismus ataupun
anisompetropia.1 Periode kritis tersebut adalah :4

1. Perkembangan tajam penglihatan dari 20/200 (6/60) hinga 20/20 (6/6), yaitu pada saat lahir sampai
usia 3 5 tahun.
2. Periode yang beresiko (sangat) tinggi untuk terjadinya ambliopia deprivasi, yaitu di usia beberapa
bulan hingga usia 7 8 tahun.
3. Periode dimana kesembuhan ambliopia masih dapat dicapai, yaitu sejak terjadinya deprivasi sampai
usia remaja atau bahkan terkadang usia dewasa.

Walaupun mekanisme neurofisiologi penyebab ambliopia masih sangat belum jelas, studi
eksperimental modifikasi pengalaman dalam melihat pada binatang dan percobaan laboratorium pada
manusia dengan ambliopia telah memberi beberapa masukan, pada binatang percobaan menunjukkan
gangguan sistem penglihatan fungsi neuron yang dalam/besar yang diakibatkan pengalaman melihat
abnormal dini. Sel pada korteks visual primer dapat kehilangan kemampuan dalam menanggapi
rangsangan pada satu atau kedua mata, dan sel yang masih responsif fungsinya akhirnya dapat
menurun. Kelainan juga terjadi pada neuron badan genikulatum lateral. Keterlibatan retina masih
belum dapat disimpulkan.1
Sistem penglihatan membutuhkan pengalaman melihat dan terutama interaksi kompetitif antar
jalur penglihatan di kedua mata pada visual korteks untuk berkembang hingga dewasa. 7 Bayi sudah
dapat melihat sewaktu lahir, tapi mereka harus belajar bagaimana menggunakan mata mereka. Mereka
harus belajar bagaimana untuk fokus, dan bagaimana cara menggunakan kedua mata bersamaan. 7
Penglihatan yang baik harus jernih, bayangan terfokus sama pada kedua mata. Bila bayangan kabur
pada satu mata, atau bayangan tersebut tidak sama pada kedua mata, maka jaras penglihatan tidak
dapat berkembang dengan baik, bahkan dapat memburuk. 7 Bila hal ini terjadi, otak akan mematikan
mata yang tidak fokus dan orang tersebut akan bergantung pada satu mata untuk melihat. 7

II.4 KLASIFIKASI

Ambliopia dibagi kedalam beberapa bagian sesuai dengan gangguan/kelainan yang menjadi
penyebabnya. 1

AMBLIOPIA STRABISMIK
Ambliopia yang paling sering ditemui ini terjadi pada mata yang berdeviasi konstan. Tropia
yang tidak bergantian (nonalternating, khususnya esodeviasi) sering menyebabkan amblyopia yang
signifikan.1 Ambliopia umumnya tidak terjadi bila terdapat fiksasi yang bergantian, sehingga masing
masing mata mendapat jalan / akses yang sama ke pusat penglihatan yang lebih tinggi. Bila deviasi
strabismus berlangsung intermiten, maka akan ada suatu periode interaksi binokular yang normal
sehingga kesatuan sistem penglihatan tetap terjaga baik. 7

Ambliopia strabismik diduga disebabkan karena kompetisi atau terhambatnya interaksi antara
neuron yang membawa input yang tidak menyatu (fusi) dari kedua mata, yang akhirnya akan terjadi
dominasi pusat penglihatan kortikal oleh mata yang berfiksasi dan lama kelamaan terjadi penurunan
respon terhadap input dari mata yang tidak berfiksasi. 1
Penolakan kronis dari mata yang berdeviasi oleh pusat penglihatan binokular ini tampaknya
merupakan faktor utama terjadinya amblyopia strabismik. Pengaburan bayangan foveal oleh karena
akomodasi yang tidak sesuai, dapat juga menjadi factor tambahan. 7 Hal tersebut di atas terjadi sebagai
usaha inhibisi atau supresi untuk menghilangkan diplopia dan konfusi. 1 Konfusi adalah melihat 2
objek visual yang berlainan tapi berhimpitan, satu di atas yang lain. 1,2
Ketika kita menyebut ambliopia strabismik, kita langsung mengacu pada esotropia, bukan
eksotropia. Perlu diingat, tanpa ada gangguan lain, esotropia primer-lah (bukan eksotropia) yang
sering diasosiasikan dengan ambliopia . Hal ini disebabkan karena eksotropia sering berlangsung
intermiten dan / atau deviasi alternat dibanding deviasi unilateral konstan, yang merupakan
prasyarat untuk terjadinya ambliopia.4

FIKSASI EKSENTRIK
Fiksasi eksentrik mengacu kepada penggunaan regio nonfoveal retina terus menerus untuk
penglihatan monokular oleh mata amblyopia. 1 Fiksasi eksentrik terdapat sekitar 80% dari penderita
ambliopia.1,3 Fiksasi eksentrik ringan (derajat minor), hanya dapat dideteksi dengan uji khusus seperti
visuskop. Hal ini banyak dijumpai pada penderita ambliopia strabismik dan hilangnya tajam
penglihatan ringan.1 Secara klinis bukti adanya fiksasi eksentrik, dapat dideteksi dengan melihat reflex
kornea pada mata ambliopia yang tidak berada pada posisi sentral, dimana ia memfiksasi cahaya
dengan mata dominan ditutup.1Umumnya tajam penglihatan adalah 20/200 (6/60) atau lebih buruk
lagi.1,14 Penggunaan regio nonfoveal untuk fiksasi tidak dapat disimpulkan sebagai penyebab utama
menurunnya penglihatan pada mata yang ambliopia. Mekanisme fenomena ini masih belum
diketahui.1

AMBLIOPIA ANISOMETROPIK

Terbanyak kedua setelah ambliopia strabismik adalah amblyopia anisometropik. Terjadi


ketika adanya perbedaan refraksi antara kedua mata yang menyebabkan lama kelamaan bayangan
pada satu retina tidak fokus. 1 Jika bayangan di fovea pada kedua mata berlainan bentuk dan ukuran

yang disebabkan karena kelainan refraksi yang tidak sama antara kiri dan kanan, maka terjadi
rintangan untuk fusi. Lebih lebih fovea mata yang lebih ametropik akan menghalangi pembentukan
bayangan (form vision).1,2
Kondisi ini diperkirakan sebagian akibat efek langsung dari bayangan kabur pada
perkembangan tajam penglihatan pada mata yang terlibat, dan sebagian lagi akibat kompetisi
interokular atau inhibisi yang serupa ( tapi tidak harus identik) dengan yang terjadi pada ambliopia
strabismik.1
Derajat ringan anisometropia hyperopia atau astigmatisma (1-2 D) dapat menyebabkan
ambliopia ringan. Myopia anisometropia ringan (< - 3 D) biasanya tidak menyebabkan ambliopia, tapi
myopia tinggi unilateral ( - 6 D) sering menyebabkan ambliopia berat. 1 Begitu juga dengan hyperopia
tinggi unilateral ( + 6 D). Tapi pada beberapa pasien (kemungkinan onset-nya terjadi pada umur
lanjut) gangguan penglihatan, anehnya, adalah ringan. Bila gangguan penglihatan amat sangat besar,
sering didapat bukti adanya malformasi atau perubahan degeneratif pada mata ametropia yang
menyebabkan kerusakan fungsional atau menambah faktor ambliopiogenik. 7

AMBLIOPIA ISOMETROPIA

Ambliopia isometropia terjadi akibat kelainan refraksi tinggi yang tidak dikoreksi, yang
ukurannya hampir sama pada mata kanan dan mata kiri. 1 Dimana walaupun telah dikoreksi dengan
baik, tidak langsung memberi hasil penglihatan normal. Tajam penglihatan membaik sesudah koreksi
lensa dipakai pada suatu periode waktu (beberapa bulan). Khas untuk ambliopia tipe ini yaitu,
hilangnya penglihatan ringan dapat diatasi dengan terapi penglihatan, karena interaksi abnormal
binokular bukan merupakan factor penyebab. 4 Mekanismenya hanya karena akibat bayangan retina
yang kabur saja.1 Pada ambliopia isometropia, bayangan retina (dengan atau tanpa koreksi lensa)
sama dalam hal kejelasan/ kejernihan dan ukuran. 4 Hyperopia lebih dari 5 D dan myopia lebih dari 10
D beresiko menyebabkan bilateral ambliopia
ambliopia.

1,4

,dan harus dikoreksi sedini mungkin agar tidak terjadi

1,4

AMBLIOPIA DEPRIVASI

10

Istilah lama ambliopia ex anopsia atau disuse amblyopia sering masih digunakan untuk
ambliopia deprivasi. Ambliopia ini sering disebabkan oleh kekeruhan media congenital atau dini yang
akan menyebabkan terjadinya penurunan pembentukan bayangan yang akhirnya menimbulkan
ambliopia.1,4 Bentuk amblyopia ini sedikit kita jumpai namun merupakan yang paling parah dan sulit
diperbaiki.1 Ambliopia bentuk ini lebih parah pada kasus unilateral dibandingkan bilateral dengan
kekeruhan identik.1,4
Anak kurang dari 6 tahun, dengan katarak kongenital padat / total yang menempati daerah
sentral dengan ukuran 3mm atau lebih, harus dianggap dapat menyebabkan amblyopia berat.
Kekeruhan lensa yang sama yang terjadi pada usia > 6 thn lebih tidak berbahaya. 1 Ambliopia oklusi
adalah bentuk ambliopia deprivasi disebabkan karena penggunaan patch (penutup mata) yang
berlebihan.1 Ambliopia berat dilaporkan dapat terjadi satu minggu setelah penggunaan patching
unilateral pada anak usia < 2 tahun sesudah menjalani operasi ringan pada kelopak mata. 7

II.5 DIAGNOSIS

Ambliopia didiagnosis bila terdapat penurunan tajam penglihatan yang tidak dapat dijelaskan,
dimana hal tersebut ada kaitan dengan riwayat atau kondisi yang dapat menyebabkan ambliopia. 1

ANAMNESIS

Bila menemui pasien ambliopia, ada 4 pertanyaan penting yang harus kita tanyakan dan harus
dijawab dengan lengkap, yaitu :4
1. Kapan pertama kali dijumpai kelainan amblyogenik ? (seperti strabismus,anisometropia, dll)
2. Kapan penatalaksanaan pertama kali dilakukan ?
3. Terdiri dari apa saja penatalaksanaan itu ?
4. Bagaimana kedisiplinan pasien terhadap penatalaksanaan itu?

Sebagai tambahan, penting juga ditanyakan riwayat keluarga yang menderita strabismus atau
kelainan mata lainnya, karena hal tersebut merupakan predisposisi seorang anak menderita

11

ambliopia.3 Strabismus dijumpai sekitar 4% dari keseluruhan populasi. Frekuensi strabismus yang
diwariskan berkisar antara 22% - 66%. Frekuensi esotropia diantara saudara sekandung, dimana
pada orang tua tidak dijumpai kelainan tersebut, adalah 15%. Jika salah satu orang tuanya esotropia,
frekuensi meningkat hingga 40%. ( Informasi ini tidak mempengaruhi prognosis, tapi penting untuk
keturunannya).4

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. TAJAM PENGLIHATAN
Penderita ambliopia kurang mampu untuk membaca bentuk / huruf yang rapat dan mengenali
pola apa yang dibentuk oleh gambar atau huruf tersebut. Tajam penglihatan yang dinilai dengan cara
konvensional, yang berdasar kepada kedua fungsi tadi, selalu subnormal. 7 Telah diketahui bahwa
penderita ambliopia sulit untuk mengidentifikasi huruf yang tersusun linear (sebaris) dibandingkan
dengan huruf yang terisolasi, maka dapat kita lakukan dengan meletakkan balok disekitar huruf
tunggal. Hal ini disebut Crowding Phenomenon. 7

Terkadang mata ambliopia dengan tajam penglihatan 20/20 (6/6) pada huruf isolasi dapat
turun hingga 20/100 (6/30) bila ada interaksi bentuk (countour interaction). Perbedaan yang besar ini
terkadang muncul juga sewaktu pasien yang sedang diobati kontrol, dimana tajam penglihatannya
jauh lebih baik pada huruf isolasi daripada huruf linear. Oleh karena itu, amblyopia belum dikatakan
sembuh hingga tajam penglihatan linear kembali normal. 7
Menentukan tajam penglihatan mata ambliopia pada anak adalah pemeriksaan yang paling
penting.1 Walaupun untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang dapat dipercaya sulit pada pasien
anak anak, tapi untungnya penatalaksanaan amblyopia sangat efektif dan efisien pada anak anak. 7
Anak yang sudah mengetahui huruf balok dapat di tes dengan karta Snellen standar. Untuk Nonverbal
Snellen, yang banyak digunakan adalah tes E dan tes HOTV.

10

Tes lain adalah dengan simbol

LEA.Bentuk ini mudah bagi anak usia 1 tahun (todler), dan mirip dengan konfigurasi huruf Snellen.
Caranya sama dengan tes HOTV.7
NEUTRAL DENSITY (ND) FILTER TEST

12

Tes ini digunakan untuk membedakan ambliopia fungsional dan organik. Filter densitas netral
(Kodak No.96, ND 2.00 dan 0,50) dengan densitas yang cukup untuk menurunkan tajam penglihatan
mata normal dari 20/20 (6/6) menjadi 20/40 (6/12) ditempatkan di depan mata yang ambliopik. 1,2 Bila
pasien menderita ambliopia, tajam penglihatan dengan NDF tetap sama dengan visus semula atau
sedikit membaik.7
Jika ada ambliopia organik, tajam penglihatan menurun dengan nyata bila digunakan filter,
misalnya 20/100 (6/30) menjadi hitung jari atau lambaian tangan. 7 Keuntungan tes ini bisa, digunakan
untuk screening secara cepat sebelum, dikerjakan terapi oklusi, apabila penyebab ambliopia tidak
jelas.1,2

MENENTUKAN SIFAT FIKSASI

Pada pasien ambliopia, sifat fiksasi haruslah ditentukan. Penglihatan sentral terletak pada
foveal; pada fiksasi eksentrik, yang digunakan untuk melihat adalah daerah retina parafoveal. Hal ini
sering dijumpai pada pasien dengan strabismik ambliopia daripada anisometropik ambliopia. 1,4 Fiksasi
eksentrik ditandai dengan tajam penglihatan 20/200 (6/60) atau lebih buruk lagi. 1,4 Tidak cukup
kiranya menentukan sifat fiksasi hanya pada posisi refleks cahaya korneal. Fiksasi didiagnosis dengan
menggunakan visuskop dan dapat didokumentasi dengan kamera fundus Zeiss. Tes lain dapat dengan
tes tutup alternat untuk fiksasi eksentrik bilateral. 1,2

VISUSKOP
Visuskop adalah oftalmoskop yang telah dimodifikasi yang memproyeksikan target fiksasi ke
fundus. Mata yang tidak diuji ditutup. Pemeriksa memproyeksikan target fiksasi ke dekat makula, dan
pasien mengarahkan pandangannya ke tanda bintik hitam (asterisk). 1,2,4
Posisi tanda asterisk di fundus pasien dicatat. Pengujian ini diulang beberapa kali untuk
menentukan ukuran daerah fiksasi eksentrik. 1,2 Pada fiksasi sentral, tanda asterisk terletak di fovea.
Pada fiksasi eksentrik, mata akan bergeser sehingga asterisk bergerak ke daerah ekstrafoveal dari
fiksasi retina.1,4

13

Tes Tutup Alternat (Alternat Cover Test) untuk Fiksasi Eksentrik Bilateral

Fiksasi eksentrik bilateral adalah suatu kelainan yang jarang dijumpai dan terjadi pada pasien
pasien dengan ambliopia kongenital kedua belah mata dan dalam hal ini pada penyakit makula
bilateral dalam jangka lama. 1,,2 Misalnya bila kedua mata ekstropia atau esotropia, maka bila mata
kontralateral ditutup, mata yang satunya tetap pada posisi semula, tidak ada usaha untuk refiksasi
bayangan. Tes visuskop akan menunjukkan adanya fiksasi eksentrik pada kedua belah mata. 1,4
II.6. PENATALAKSANAAN

Ambliopia, pada kebanyakan kasus, dapat ditatalaksana dengan efektif selama satu dekade
pertama. Lebih cepat tindakan terapeutik dilakukan, maka akan semakin besar pula peluang
keberhasilannya. Bila pada awal terapi sudah berhasil, hal ini tidak menjamin penglihatan optimal
akan tetap bertahan. Maka para klinisi harus tetap waspada dan bersiap untuk melanjutkan
penatalaksanaan hingga penglihatan matang (sekitar umur 10 tahun). 1

Penatalaksanaan ambliopia meliputi langkah langkah berikut :1


1. Menghilangkan (bila mungkin) semua penghalang penglihatan seperti katarak
2. Koreksi kelainan refraksi
3. Paksakan penggunaan mata yang lebih lemah dengan membatasi penggunaan mata yang lebih baik

Pengangkatan Katarak

Katarak yang dapat menyebabkan ambliopia harus segera dioperasi, tidak perlu ditunda
tunda. Pengangkatan katarak kongenital pada usia 2-3 bulan pertama kehidupan, sangat penting
dilakukan agar penglihatan kembali pulih dengan optimal. Pada kasus katarak bilateral, interval
operasi pada mata yang pertama dan kedua sebaiknya tidak lebih dari 1- 2 minggu. Terbentuknya
katarak traumatika berat dan akut pada anak dibawah umur 6 tahun harus diangkat dalam beberapa

14

minggu setelah kejadian trauma, bila memungkinkan. 1 Yang mana katarak traumatika itu sangat
bersifat amblyopiogenik.
Kegagalan dalam menjernihkan media, memperbaiki optikal, dan penggunaan regular mata
yang terluka, akan mengakibatkan ambliopia berat dalam beberapa bulan, selambat lambatnya pada
usia 6 hingga 8 tahun.7

Koreksi Refraksi

Bila ambliopia disebabkan kelainan refraksi atau anisometropia, maka dapat diterapi dengan
kacamata atau lensa kontak. 2 Ukuran kaca mata untuk mata amblyopia diberi dengan koreksi penuh
dengan penggunaan sikloplegia.1 Bila dijumpai myopia tinggi unilateral, lensa kontak merupakan
pilihan, karena bila memakai kacamata akan terasa berat dan penampilannya (estetika) buruk. 10
Karena kemampuan mata ambliopia untuk mengatur akomodasi cenderung menurun, maka ia tidak
dapat mengkompensasi hyperopia yang tidak dikoreksi seperti pada mata anak normal. Koreksi
aphakia pada anak dilakukan segera mungkin untuk menghindarkan terjadinya deprivasi penglihatan
akibat keruhnya lensa menjadi defisit optikal berat.
Ambliopia anisometropik dan ambliopia isometropik akan sangat membaik walau hanya
dengan koreksi kacamata selama beberapa bulan. 1

Oklusi dan Degradasi Optikal

1. Oklusi

Terapi oklusi sudah dilakukan sejak abad ke-18 3 dan merupakan terapi pilihan,,1,4yang
keberhasilannya baik dan cepat, dapat dilakukan oklusi penuh waktu (full time) atau paruh waktu
(part-time).1,6

15

A. Oklusi Full Time

Pengertian oklusi full- time pada mata yang lebih baik adalah oklusi untuk semua atau setiap
saat kecuali 1 jam waktu berjaga.(Occlusion for all or all but one waking hour),1,14 Arti ini sangat
penting dalam pentalaksanaan ambliopia dengan cara penggunaan mata yang rusak. 1 Biasanya
penutup mata yang digunakan adalah penutup adesif (adhesive patches) yang tersedia secara
komersial.1
Penutup (patch) dapat dibiarkan terpasang pada malam hari atau dibuka sewaktu tidur.
Kacamata okluder (spectacle mounted ocluder) atau lensa kontak opak,atau Annisas Fun Patches
dapat juga menjadi alternatif full-time patching bila terjadi iritasi kulit atau perekat patch-nya kurang
lengket.1 Full-time patching baru dilaksanakan hanya bila strabismus konstan menghambat
penglihatan binokular, karena full-time patching mempunyai sedikit resiko, yaitu bingung dalam hal
penglihatan binokular.1
Terdapat suatu aturan bahwa full-time patching diberi selama 1 minggu untuk setiap tahun
usia.

3,14,16

Misalnya penderita ambliopia pada mata kanan berusia 3 tahun harus memakai full-time

patch selama 3 minggu, lalu dievaluasi kembali. 16 Hal ini untuk menghindarkan terjadinya ambliopia
pada mata yang baik.3

B. Oklusi Part-time

Oklusi part-time adalah oklusi selama 1-6 jam per hari yang akan memberi hasil sama dengan
oklusi full-time. Durasi interval buka dan tutup patch-nya tergantung dari derajat amblyopia. 1
Amblyopia Treatment Studies (ATS) telah membantu dalam penjelasan peranan full-time patching
dibanding part-time. Studi tersebut menunjukkan, pasien usia 3-7 tahun dengan ambliopia berat
(tajam penglihatan antara 20/100 = 6/30 dan 20/400 = 6/120 ), full-time patching memberi efek sama
dengan penutupan selama 6 jam per hari. Dalam studi lain, patching 2 jam/hari menunjukkan
kemajuan tajam penglihatan hampir sama dengan patching 6jam/hari pada ambliopia sedang /
moderate (tajam penglihatan lebih baik dari 20/100) pasien usia 3 7 tahun. Dalam studi ini, patching
dikombinasi dengan aktivitas melihat dekat selama 1 jam/ hari. 3
Idealnya, terapi ambliopia diteruskan hingga terjadi fiksasi alternat atau tajam penglihatan
dengan Snellen linear 20/20 (6/6) pada masing masing mata. Hasil ini tidak selalu dapat dicapai.
Sepanjang terapi terus menunjukkan kemajuan, maka penatalaksanaan harus tetap diteruskan. 7

16

2. Degradasi Optikal

Metode lain untuk penatalaksanaan ambliopia adalah dengan menurunkan kualitas bayangan
(degradasi optikal) pada mata yang lebih baik hingga menjadi lebih buruk dari mata yang ambliopia,
sering juga disebut penalisasi (penalization). Sikloplegik (biasanya atropine tetes 1% atau
homatropine tetes 5%) diberi satu kali dalam sehari pada mata yang lebih baik sehingga tidak dapat
berakomodasi dan kabur bila melihat dekat dekat. 1
ATS menunjukkan metode ini memberi hasil yang sama efektifnya dengan patching untuk
ambliopia sedang (tajam penglihatan lebih baik daripada 20/100). ATS tersebut dilakukan pada anak
usia 3 7 tahun. ATS juga memperlihatkan bahwa pemberian atropine pada akhir minggu (weekend)
memberi perbaikan tajam penglihatan sama dengan pemberian atropine harian yang dilakukan pada
kelompok anak usia 3 7 tahun dengan ambliopia sedang. 3 Ada juga studi terbaru yang
membandingkan atropine dengan patching pada 419 orang anak usia 3-7 tahun,menunjukkan atropine
merupakan pilihan efektif. Sehingga, ahli mata yang tadinya masih ragu ragu,memilih atropine
sebagai pilihan pertama daripada patching. 2 (hasil studi telah diterbitkan di Ophthalmology, Agustus
2003,Review of Oph thalmology, Oktober 2003)
Pendekatan ini mempunyai beberapa keuntungan dibanding dengan oklusi, yaitu tidak
mengiritasi kulit dan lebih apik dilihat dari segi kosmetis. Dengan atropinisasi, anak sulit untuk
menggagalkan metode ini. Evaluasinya juga tidak perlu sesering oklusi. 10
Metode pilihan lain yang prinsipnya sama adalah dengan memberikan lensa positif dengan
ukuran tinggi (fogging) atau filter. Metode ini mencegah terjadinya efek samping farmakologik
atropine.1 Keuntungan lain dari metode atropinisasi dan metode non-oklusi pada pasien dengan mata
yang lurus (tidak strabismus) adalah kedua mata dapat bekerjasama, jadi memungkinkan penglihatan
binokular.1

II.7 KOMPLIKASI DARI PENATALAKSANAAN

Semua bentuk penatalaksanaan ambliopia memungkinkan untuk terjadinya ambliopia pada


mata yang baik. Oklusi full-time adalah yang paling beresiko tinggi dan harus dipantau dengan ketat,
terutama pada anak balita. Follow-up pertama setelah pemberian oklusi dilakukan setelah 1 minggu

17

pada bayi dan 1 minggu per tahun usia pada anak (misalnya : 4 minggu untuk anak usia 4 tahun).
Oklusi part-time dan degradasi optikal, observasinya tidak perlu sesering oklusi full-time, tapi followup reguler tetap penting.1
Hasil akhir terapi ambliopia unilateral adalah terbentuknya kembali fiksasi alternat, tajam
penglihatan dengan Snellen linear tidak berbeda lebih dari satu baris antara kedua mata. 1
Waktu yang diperlukan untuk lamanya terapi tergantung pada hal berikut : 1
1.
2.
3.
4.

Derajat ambliopia
Pilihan terapeutik yang digunakan
Kepatuhan pasien terhadap terapi yang dipilih
Usia pasien

Semakin berat ambliopia, dan usia lebih tua membutuhkan penatalaksanaan yang lebih lama.
Oklusi full-time padabayi dan balita dapat memberi perbaikan ambliopia strabismik berat dalam 1
minggu atau kurang. Sebaliknya, anak yang lebih berumur yang memakai penutup hanya seusai
sekolah dan pada akhir minggu saja, membutuhkan waktu 1 tahun atau lebih untuk dapat berhasil. 1

III.8. KEKAMBUHAN (REKURENSI)

Bila penatalaksanaan amblopia dihentikan setelah perbaikan penuh atau masih sebagian
tercapai, sekitar setengah dari pasien-pasien akan mengalami kekambuhan, yang selalu dapat
disembuhkan lagi dengan usaha terapeutik baru. Kegagalan dapat dicegah dengan memakai
pengaturan pada penglihatan, seperti patching selama 1 3 jam per hari, penalisasi optikal dengan
kacamata, atau penalisasi farmakologik dengan atropine selama 1 atau 2 hari per minggu. Pengaturan
ini diteruskan hingga ketajaman penglihatan telah stabil tanpa terapi lain selain kacamata biasa.
Keadaan ini perlu tetap dipantau secara periodic sampai usia 8 10 tahun. Selama penglihatan tetap
stabil, interval kunjungan untuk follow-up dapat dilakukan tiap 6 bulan.1

II.9. PROGNOSIS

Setelah 1 tahun, sekitar 73% pasien menunjukkan keberhasilan setelah terapi oklusi pertama. 3
Bila penatalaksanaan dimulai sebelum usia 5 tahun, visus normal dapat tercapai. Hal ini semakin
berkurang seiring dengan pertambahan usia. Hanya kesembuhan parsial yang dapat dicapai bila usia
lebih dari 10 tahun.1,7

18

Faktor resiko gagalnya penatalaksanaan ambliopia adalah sebagai berikut : 3


o Jenis Ambliopia : Pasien dengan anisometropia tinggi dan pasien dengan kelainan organik,
prognosisnya paling buruk. Pasien dengan ambliopia strabismik prognosisnya paling baik.
o Usia dimana penatalaksanaan dimulai : Semakin muda pasien maka prognosis semakin baik.
o Dalamnya ambliopia pada saat terapi dimulai : Semakin bagus tajam penglihatan awal pada mata
ambliopia, maka prognosisnya juga semakin baik.

19

DAFTAR PUSTAKA
1. American Academy of Ophthalmology; Pediatric Ophthalmology; Chapter 5 : Amblyopia; Section
6; Basic and Clinical Science Course; 2004 2005; p.63 70
2.

Lee,J; Bailey,G; Thompson, V; Amblyopia (Lazy Eye). Available at


http://www.allaboutvision.com/conditi American Academy of Ophthalmology ; International

3. Ophthalmology; Chapter 10: Amblyopia; Section 13; Basic and Clinical Science Course; 2004
2005; p111-119ons/amblyopia.htm
4. Ciufrfreda, K.J; Levi,D.M ; Selenow, A ; Amblyopia Basic and Clinical Aspects, Butterworth
Heinemann; 1991
5.

Amblyopia in Common Eye Conditions


http://www.middleseweye.com/eye_conditions.htm

Disorders

and

Diseases.

Available

at:

6. Ilyas, Sidarta, Pror,dr,Sp.M ; Ilmu Penyakit Mata ; Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta
7. Greenwald, M.J; Parks, M.M; in Duanes Clinical Ophthalmology; Volume 1; Revised Edition;
Lippincott Williams & Wilkins; 2004; Chapter 10 p.1-19; Chapter 11 p1-8

20

You might also like