You are on page 1of 9

ACARA IX

KADAR KAPUR SETARA TANAH


ABSTRAK
Praktikum Dasar-Dasr Ilmu tanah acara IX dengan judul percobaan kadar kapur setara tanah
dilaksanakan pada hari jumat, 04 April 2014 di Laboratorium Jurusan Tanah Umum, Fakultas
Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Metode yang digunakan dalam percobaan ini yaitu
metode calsimetri dengan menggunakan khemikalia larutan HCl 2N da metode titrasi (cottienie) dengan
menggunakan khemikalia H2SO4 0,5 N, NaOH 0,5 N, dan indikator PP (phenolphlatin). Percobaan ini
bertujuan untuk mengetahui kadar kapur pada berbagai jenis tanah yang akan mempengaruhi
kejenuhan basa tanah. Keberadaan kapur tanah dapat dipengaruhi oleh bahan induk dan iklim. Dari
percobaan kadar kapur setara tanah didapat hasil untuk metode calsimetri kadar kapur tanah entisol
0.961 % , alfisol 0,5%, ultisol 0,49%, rendzina 2,12%, dan vertisol 4,12%. Sedangkan untuk metode
titrasi (cottienie) kadar kapur tanah entisol 0,507%, alfisol 1,6%, ultisol 0,42%, rendzina 5,715% dan
rendzina 1,67%.
Kata Kunci: Kadar Kapur, Calcimetri, Titrasi, basa.

PENGANTAR
Tanah merupakan produk sampingan

CaCO3 atau CaO suatu bahan. Ekuivalen CaO

deposit akibat pelapukan kerak bumi dan atau

sering disebut ekuivalen kapur oksida atau

batuan yang tersingkap dalam matrik tanah.

ekuivalen kapur saja. Ukuran partikel bahan

Tanah merupakan campuran partikel-partikel

kapur dapat dijadiakn petunjuk yang baik

yang terdiri dari salah satu atau seluruh jenis

untuk penentuan jumlah yang diperlukan

seperti berangkal (boulders), kerikil (gravel),

untuk koreksi keasaman (Hanafiah, 2005).

pasir (sand), lanau (silt),lempung (clay) dan

Tujuan

utama

pengapuran

adalah

koloid (colloids) (Hakim et al., 1986). Kapur

menaikkkan pH tanah hingga tingkat yang

memiliki sifat sebagai bahan ikat antara lain:

dikehendaki dan mengurangi atau meniadakan

sifat plastis baik (tidak getas), mudah dan

keracunan Al. Di samping itu juga meniadakan

cepat

dan

keracunan Fe dan Mn serta hara Ca. Pengaruh

mempunyai daya ikat baik untuk batu dan

utama kapur terhadap tanah adalah menaikkan

bata. Bahan dasar kapur adalah batu kapur

pH, mengurangi kandungan dan kejenuhan Al

atau dolomit, yang mengandung senyawa

serta meningkatkan serapan hara dan produksi

kalsium karbonat (CaCO3) (Buckman dan

tanaman pangan pada umumnya (padi, kedelai,

Brady, 1974).

jagung, kacangan lainnya, tomat, cabai).

mengeras,

Penilaian

workability

bahan

kapur

baik

biasanya

Pengaruh

kapur

dapat

dinikmati

selama

didasarkan pada dua pertimbangan yaitu,

beberapa kali panen (4-5 kali) (Danahue et al.,

kemampuan mengoreksi keasamaan tanah, dan

1986)

jumlah yang diperlukan untuk mengoreksi

Bahan

induk

yang

banyak

keasaman tanah ini. Kemampuan koreksi atau

mengandung Ca membentuk tanah yang

nilai netralisasi diukur ekuivelen dengan

mengandung ion-ion Ca sedemikian banaknya

sehingga dapat menghindarkan pencucian

biologi

asam silikat. Hasilnya adalah tanah yang

menyebabkan sifat dan ciri tanah membaik,

mempunyai

meningkatkan produksi tanaman (Szieniawks

nilai

perbandinahn

SiO2

(sesquioksida) yang tinggi dan berwarna


mengandung

bahan

kapur

yang

Perbedaan kadar kapur pada berbagai

akan

jenis tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor,

membentuk tanah yang lebih merah (Singer

antara lain komposisi bahan induk dan iklim.

and Munns, 1997).

Kedua faktor ini berhubungan dengan kadar

Penambahan

kapur

Pemberian

et al., 2006).

kelabu (gray). Sebaliknya bahan induk yang


kurang

tanah.

menimbulkan

lengas tanah, terbentuknya lapisan-lapisan

dalam

pori.

tanah, dan tipe vegetasi. Faktor-faktor ini

Penambahan kapur pada tanah lempung dapat

merupakan komponen dalam perkembangan

memperbaiki

lempung.

tanah. Pada umumnya batuan kapur/ kwarstik

Penambahan kapur yang semakin banyak akan

lebih tahan terhadap perkembangan tanah.

menyebabkan nilai turunnya nilai kohesi pada

Pelarutan dan kehilangan karbonat diperlukan

tanah. Dengan turunya nilai kohesi akan

sebagai pendorong dalam pembentukan tanah

menyebabkan

pada batuan berkapur. Garam-garam yang

muatan

positif

kapur
(kation)

sifat

fisis

turunnya

tanah

nilai

batas

cair

(Haryantoantho, 2011).

mudah larut (seperti Na, K, Ca, Mg-Klorida

Tanah masam berkadar Al tinggi

dan sulfat, NaCO3) dan garam alkali yang agak

mempunyai kendala fisik maupun kimia yang

mudah larut ( Ca, Mg ) memiliki karbonat

menghambat pertumbuhan tanaman. Namun

yang

demikian

penanganan

bergantung besarnya air yang dapat mencapai

dengan baik, akan menjadi tanah yang

kedalaman tanah tertentu. Hal ini dapat

produktif

dan

menyebabkan terjadinya pengayaan garam/

pengapuran. Iles-iles tumbuh baik ditempat

kapur pada horison tertentu dan besarnya

dengan crainase yang baik, kandungan humus

sangat bervariasi. Karena terdapat perbedaan

tunggi, dan kisaran pH 6-7,5 (Sumarwoto,

kelarutan dan mobilitas tersebut maka yang

2004).

terendapkan lebih dahulu adalah karbonat.

apabila
yaitu

Bahan

dilakukan
dengan

Pada kondisi yang ekstrem kerak garam dan

macam, yaitu CaCO3 atau CaMg(CO3)2, CaO

kapur dapat terbentuk di permukaan tanah.

atau

Dari sini

disarankan

dan

pertanian

Ca(OH)2.
adalah

ada

air, dan

tiga

MgO

kapur

pemupukan

akan berpindah bersama

Kapur

yang

menunjukan bahwa kadar kapur

CaCO3 atau

tanah dapat berbeda-beda (Hakim et al., 2005).

CaMg(CO3)2yang digiling dengan kehalusan

Setelah kapur diberikan ke tanah, ia

100 % melewati saringan 20 mesh dan 50 %

akan segera mengubah sifat dan ciri tanah,

melewati saringan80 100 mesh. Pemberian

perubahan sifat dan ciri tanah tersebut akan

kapur dapat menaikkan kadar Ca dan beberapa

mempengaruhi

hara lainnya, serta menurunkan Al dan

mempengaruhi pertumbuhan dan produksi

kejenuhan Al, juga memperbaiki sifat fisik dan

tanaman. Sifat dan ciri tanah yang dominan

serapan

hara.

Selanjutnya

dipengaruhi reaksi kapur adalah kemasaman

dinetralisasi

oleh

keemasan

tanah,

yang

tanahnya yang meliputi pH dan Al-dd serta

meninggalkan Ca2+ tak berteman. Ion Ca2+

kejenuhannya (Sanchez, 1992).

tersebut dapat diserap oleh tapak pertukaran

Kapur telah lama diketahui sebagai

pada permukaan tanah. Dengan demikian

yang efektif dalam menurunkan kemasaman

inkorporasi permukaan CaCO3 atau Ca(OH)2

tanah

tanah,

mempunyai pengaruh yang kecil terhadap Al

menurunkan Al dapat ditukar (Al-dd) dan

subsoil dan Al atau Ca. Oleh karena itu, untuk

kejenuhan Al. Namun, pergerakan vertikal

memperbaiki subsoil masam perlu inkorporasi

CaCO3 yang diaplikasi pada permukaan sangat

kapur sampai kedalaman itu (deep liming)

lambat,

(Sumarwoto, 2004).

yaitu

meningkatkan

kemungkinan

pH

karena

kapur

melepaskan ion OH` yang dengan cepat


METODELOGI

Untuk

metode

titrasi

(cottenie)

Percobaan Kadar Kapur Setara Tanah

pertama contoh tanah 0,5 mm seberat a gram

dilaksanakan di Laboraturium Jurusan Tanah,

dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL.

Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada

ditambahakan 20 Ml H2SO4 1 N dengan pipet

pada tanggal 25 Maret 2013. Alat yang

volume, dan digoyang secra mendatar dan

digunakan

memutar

pada

percobaan

ini

adalah

agar

reaksi

merata.

Kemudian

timbangan elektronik, pipet 5 ml dan 50 ml,

dipanaskan di atas api kecil kurang lebih 3

buret dan statif, erlenmeyer 250 ml, pemanas,

menit,

dan calsimeter. Bahan yang digunakan adalah

ditambahkan aquadest sampai tanda batas.

contoh tanah kering udara diameter 0,5 mm

Labu disumbat dan digojok bolak balik sampai

larutan HCl 2 N, H2SO4 0,5 N, NaOH 0,5 , dan

homogeny dan dibiarkan mengendap. Larutan

indicator Phenolphthalein (PP).

jernih diambil senyak 10 mL dengan pipet

didinginkan.

Setelah

dingin,

Untuk penentuan kadar kapur setara

volume dan dimasukkan ke dalam elenmeyer

tanah dengan menggunakan metode Calcimetri

50 mL. ditambahkan 15 mL aquadest dan

mula-mula calsimeter kosong ditimbang (a

beberapa tetes indicator PP dan digoyang-

gram). Contoh tanah diameter 0,5 mm

goyangkan agar merata. Larutan dititrasi

ditimbang

tanah

dengan NaOH 0,5 N sampai larutan berubah

dan

jadi kemerahan. Selanjutnya dibandingkan

dimasukkan

seberat
ke

gram.

dalam

Lalu

calcimeter

ditimbang (b gram). Tempat HCl di calcimeter


diisi dengan HCl 2 N sampai hampir penuh
dan ditimbang (c gram). Kran HCl dibuka
perlahan-lahan sambil digoyangkan mendatar
agar reaksi sempurna. Setelah HCl habis,
calsimeter dihangatkan. Calsimeter dibiarkan
selama 30 menit dan ditimbang (d gram).

dengan blangko.

Untuk

metode

Calcimetri

dihitung dengan rumus

dapat

CaCO3

=
Ket : N
Va

(cd) x(100+ KL) x 100


44 x (ba)

Ket : (c-d)
(b-a)

untuk

: CO2 yang dohasilkan


: berat tanah kering

angin

= Normalitas NaOH
= Volume NaOH

Untuk metode titrasi (cottenie) dapat


dihitung dengan rumus :
CaCO3=

titrasi

Vb

blangko
= Volume NaOH untuk

V1
V2
KL
1000

titrasi sampel
= Volume labu ukur
= Volume sampel
= Kadar Lengas
= Konversi gram ke

50

milligram
= Konversi dari 1
mgrek kapur ke berat

(V aV b) x N NaOH x 5 x V 1 x (100+ KL)


ax 100V 2

kapur

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel Hasil Pengamatan Kadar Kapur Setara Tanah
Jenis

Calcimetri

Tanah

Titrasi
(Cottenie)

Alfisol

0,5%

1,6%

Entisol

0.961%

0,507%

Vertisol

4,21%

5,715%

Ultisol

0,49%

0,42%

Mollisol

2,12%

1,67%

Blangko

3,9 mL
Kadar kapur mempunyai peningkatan

dari lapisan atas tentu berbeda dengan lapisan


di bawahnya. Hal ini disebabkan oleh adanya
proses pelindian kapur pada lapisan atas oleh
air yang akan diendapkan pada lapisan
bawahnya. Selain itu keberadaan kapur tanah
sangat dipengaruhi oleh batuan induk yang ada
disuatu lokasi.

ketersediaan kalsium (Ca) dan sekaligus pH

Perbedaan kadar kapur pada berbagai

tanah. Kadar kapur diukur dan ditetapkan

jenis tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor,

dengan menghitung keselaraannya dengan

antara lain komposisi bahan induk dan iklim.

kadar CO2 yang menguap. Apabila tanah

Kedua faktor ini berhubungan dengan kadar

terlalu masam maka, yang dilakukan adalah

lengas tanah, terbentuknya lapisan-lapisan

pemberian zat kapur, untuk membuat pH tanah

tanah, dan tipe vegetasi. Faktor-faktor ini

ke arah netral.

merupakan komponen dalam perkembangan

Kandungan kapur dari setiap jenis


tanah berbeda-beda. Bahkan kandungan kapur

tanah. Pada umumnya batuan kapur/ kwarstik


lebih tahan terhadap perkembangan tanah.

Pelarutan dan kehilangan karbonat diperlukan

pertumbuhan tanaman. Adanya kapur yang

sebagai pendorong dalam pembentukan tanah

cukup

pada batuan berkapur. Garam-garam yang

pertumbuhan

akar

mudah larut (seperti Na, K, Ca, Mg-Klorida

keseluruhan

berpengaruh

dan sulfat, NaCO3) dan garam alkali yang agak

perakaran. Kalsium ini juga penting bagi

mudah larut ( Ca, Mg ) memiliki karbonat

pertumbuhan tunas, ujung akar dan daun.

yang akan berpindah bersama

air, dan

bergantung besarnya air yang dapat mencapai


kedalaman tanah tertentu. Hal ini dapat
menyebabkan terjadinya pengayaan garam/
kapur pada horison tertentu dan besarnya
sangat bervariasi. Karena terdapat perbedaan
kelarutan dan mobilitas tersebut maka yang
terendapkan lebih dahulu adalah karbonat.
Pada kondisi yang ekstrem kerak garam dan
kapur dapat terbentuk di permukaan tanah.
Dari sini menunjukan bahwa kadar kapur
tanah dapat berbeda-beda.

perkembangan

profil

tanah

sangat

bergantung pada besarnya air yang mampu


melewati tanah atau terjadi evaporasi yang
besar sehingga air tanah naik dari lapisan
tanah dalam ke permukaan tanah. Peristiwa ini
berpengaruh terhadap kadar lengas tanah.
Besar

kecilnya

kadar

lengas

tanah

ini

bergantung pada daya infiltrasi air ke dalam


tanah,

kemampuan

tanah

mengikat

air,

permeabilitas tanah, dan evaporasi alihan


tanah dengan tanaman. Hal tersebut akan
mempengaruhi pola vegetasi yang tumbuh
Pengaruh

kadar

kapur

terhadap

tanaman sangat luas dan penting, yaitu sebagai


salah satu elemen unsur hara yang diperlukan
tanaman. Selain itu, kapur juga mempengaruhi
pH

tanah

yang

terangsangnya

serabut,

yang
pada

secara
sistem

Kapur dapat berpengaruh langsung


terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman.
Keberadaan

kapur

dalam

tanah

akan

mempengaruhi kejenuhan basa dan kapasitas


pertukaran kation (KPK) tanah. Tanah yang
kaya akan kapur akan menambah jumlah Ca
dan Mg sebagai hara tanaman dan akan
menyumbang kation-kation dalam tanah. Akan
tetapi apabila kandungan Ca dalam tanah
terlalu tinggi akan mempengaruhi ketersediaan
hara tanaman terutama P karena Ca akan
mengikat P, akibatnya akan mempengaruhi

Pengaruh iklim terhadap pembentukan


dan

memperlihatkan

akan

mempengaruhi

keseimbangan komposisi tanah.


Pengaruh tidak langsung dari adanya
kapur yaitu berupa perbaikan ciri kimia seperti
pH, Ca, P dan hara lainnya yang meningkat, Al
dapat ditukar (Al-dd) dan kejenuhan Al yang
berkurang akibat adanya kapur menciptakan
suasana tumbuh yang baik bagi akar tanaman.
Lingkungan

tumbuh

yang

baik

itu

memungkinkan akar menjadi lebih luas.


Akibat semuanya itu, serapan hara menjadi
lebih baik dan efisien. Meningkatnya serapan
hara ini akan menyebabkan pertumbuhan dan
produksi tanaman akan meningkat pula.
Pengujian kandungan kapur dalam
tanah dapat dilakukan dengan menggunakan
metode kolorimetri-titrasi dan gravimetric.
Dalam praktikum digunakan metode titrasi dan

gravimetric atau penetapan kadar kapur setara

serta

kejenuhan

basa

mencapai

84%

tanah. dalam penetapan kapur diukur dari gas

(Wiqoyah, 2006). Entisol yang termasuk

CO2 yang menguap yang akan setara dengan

dalam tanah Aluvial dan Regosol mempunyai

kadar kapur dalam tanah.

tingkat kejenuhan Na > 15%. Kejenuhan Na

Dari percobaan pengukuran kadar

dalam suatu tanah menunjukkan tingkat kadar

kapur setara tanah terhadap lima jenis sampel

kapur yang ada karena Na bermuatan positif

tanah dan didapatkan hasil seperti pada Tabel

sehingga mengikat lempung yang bermuatan

Hasil Kadar Kapur Setara Tanah. Pada

negatif. Tingkat kejenuhan basa tanah Alfisol

percobaan

metode

adalah 35% (Haryantoantho, 2011). Tanah

calsimetri didapatkan bahwa Alfisol kadar

Ultisol termasuk tanah yang mempunyai sifat

kapurnya 0,5%, Entisol 0,961%, Vertisol

masam sehingga basa sangat diperlukan.

4,21%, Ultisol 0,49% sedangkan Mollisol

Kadar Ca menunjukkan nilai 11,96 me/100

2,12%. Selanjutnya kadar kapur tanah yang

gram, Mg sebesar 2,22 me/100 gram dan

didapat dengan menggunakan metode titrasi

kejenuhan basa mencapai 58% (Nursyamsi et

(cottenie) yaitu untuk Alfisol 1,6%, Entisol

al., 2008).

0,507%, Vertisol 5,715%, Ultisol 0,42% dan

Dari hasil tersebut, dapat dilihat bahwa kadar

kemudian Mollisol 1,67%. Dari hasil tersebut

kapur setara tanah berbeda-beda tiap jenisnya

dapat dilihat bahwa dari metode calcimetri

dan dapat dilihat pula bahwa kadar kapur

tanah dengan kadar kapur tertinggi adalah

setara tanah berbeda dengan menggunakan dua

Vertisol

metode tersebut. Hal ini tidak sesuai dengan

dengan

dan

menggunakan

terendah

adalah

Ultisol.

Sedangkan untuk metode titrasi, tanah dengan

hasil

penelitian

sebelumnya,

yang

telah

kadar kapur paling tinggi yaitu Vertisol dan

disebutkan bahwa kadar kapur setara tanah

paling rendah tetap Ultisol.

yang tertinggi adalah tanah jenis Rendzina,

Hasil penelitian lain menunjukkan

Alfisol, Vertisol, Entisol, dan Rendzina.

bahwa tanah Rendzina merupakan tanah yang

Sedangkan berdasarkan teori Vertisol dan

terdapat langsung di atas batuan kapur dan

Rendzina memiliki kadar kapur tertinggi,

mempunyai kejenuhan basa 50% (Adiningsih

Alfisol dan Ultisol memiliki kadar kapur

dan

Rendzina

sedang, dan Entisol memiliki kadar kapur

mempunyai kandungan Ca tertukar 36,70

renadah. Hal ini dapat terjadi karena adanya

me/100 gram, Mg tertukar 0,60 me/100 gram

ketidaksterilan alat dari air dan beberapa butir

dan CaCO3 sebesar 7,73% (Nurcholis et al.,

tanah yang menyumbat lubang calcimeter.

2003). Vertisol mempunyai kandungan liat

Ketidaksterilan alat tersebut mempengaruhi

tertinggi

mempunyai

pengukuran berat dan hasil perhitungan dari

kandungan bahan organik 1,5-4% serta sumber

kadar kapur setara beberapa jenis tanah. Selain

hara dan pedon > 70% (Haryantoantho, 2011).

itu,

Vertisol mempunyai kandungan Ca 11,82

digunakan berasal dari lingkungan berbeda.

me/100 gram, Mg sebesar 3,4 me/100 gram

Keadaan

Prihartini,

yaitu

2008).

>

Tanah

30-60%,

adanya

ketidaksesuaian

lingkungan

asal

tanah
tanah

yang
sangat

mempengaruhi tingkat pH, KPK, dan kadar

mengionisasi CaCO3 menjadi ion Ca2+ agar

kapur setara tanah tersebut.

mudah berikatan. Kemudian penambahan

Percobaan
metode

kali

Calcimetri

ini

yaitu

menggunakan
metode

yang

H2SO4 berfungsi untuk menjadikan larutan


bersuasana

asam

yang

nantinya

akan

dilakukan dengan mengukur gas CO2 yang

mempermudah dan mempercepat reaksi titrasi.

menguap, dimana gas CO2 tersebut akan

Fungsi penambahan NaOH disini adalah untuk

setara dengan kadar kapur dalam tanah.

meningkatkan pH sampel, dan penambahan

Keuntungan menggunakan metode ini yaitu

Phenolphthalein

waktu yang digunakan relative lebih singakat

larutan dimana pada saat larutan dititrasi maka

dan cara yang digunakan juga lebih mudah,

warna

karena mengukur CO2 yang menguap dan

kemerahan.

menghitungnya dengan rumus yang ada.


Dalam

indicator

berubah

menjadi

Toksisitas kapur dapat menyebabkan


pertumbuhan akar-akar tanaman terhambat dan

beberapa khemikalia antara lain HCl, fungsi

rusaknya tudung akar serta berkuranganya

penambahan

untuk

serapan atau daya serap, angkutan hara dan air

dengan

yang dengan sendirinya dapat menurunkan

HCl
Ca

disini
dalam

ini

akan

sebagai

digunakan

melarutkan

praktikum

larutan

adalah

adalah
CaCO3

mengubahnya menjadi CaCl2 dan untuk


KESIMPULAN

produksi tanaman.
yang tertinggi sampai yang terendah yaitu

Kadungan kapur dari setiap jenis tanah

Vertisol, Mollisol, Entisol, Alfisol dan Ultisol.

berbeda-beda dipengaruhi oleh beberapa factor

Dari metode titrasi urutan dari yang tertinggi

yaitu bahan induk dan iklik serta air yang

sampai yang terendah yaitu Vertisol, Mollisol,

melewati lapisan tanah. Dar metode Calcimetri

Alfisol, Entisol dan Ultisol.

didapatkan urutan kandungan kapur tanah dari


DAFTAR PUSTAKA
Adiningsih, S dan T. Prihartini.2008. Pengaruh
pengapuran dan inokulan terhadap
produksidan pembintilan tanaman
kedelai pada tanaman podsolik di
Situng II Sumatera Barat. Jurnal
Penelitian 139-150.
Buckman, H.O. dan N.C. Brady. 1974. The
Nature and Properties of Soil. Mac
Millan Publishing Company, New
Delhi.
Danahue, R. L., R. W. Miler dan J. C.
Schihluna.
1986.
Soils
and
Intoduction to Soils and Plant

Browth.
Jersey.

Rentic-Hall

Inc,

New

Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G.


Nugroho, M.R. Soul, M.A. Diha,
G.B. Hong, N.H. Bailey. 1986.
Dasar-Dasa Ilmu Tanah. Universitas
Lampung, Lampung
Hanafiah Kemas Ali, 2005. Dasar-Dasar Ilmu
Tanah. PT. RajaGrafindo Persada,
Jakarta.
Haryantoantho. 2011. Klasifikasi Tanah di
Dunia. http://www.klasifikasi-tanahdi-dunia.htm. Diakses tanggal 06
April 2014.

Nurcholis M., E. R. Sasmita, S.G Sutoto.


2003. Kualitas tanah di topografi
karst di Bedoyo Gunungkidul dan
hubungannya dengan reklamasi
lahan bekas tambang. Fakultas
Geografi Universitas Gadjah Mada.
Prosiding Lokakarya Nasional.

Sumarwoto. 2004. Pengaruh pemberian kapur


dan
ukuran
bulbil
terhadap
pertumbuhan
iles-iles
(Amorphopallus muelleri blume)
pada tanah ber-Al tinggi. Jurnal
Ilmu Pertanian 11:46-53.

Nursyamsi, D., K. Loris, S. Sobiham, D. A


Radhim, A. Sofyan. 2008. Pengaruh
asam oksalat, Na+, NH4+ dan Fe3+
terhadap ketersediaan K tanah,
serapan N, P, dan K tanaman serta
produksi jagung pada tanah-tanah
yang didominasi smektit. Jurnal
Tanah dan Iklim 28.

Szreniawks, M. D., A. Wyczokowski, B.


Jonefaciuk, A. Ksiczopolska, J.
Szymona, and J. Stawinski. 2006.
Relation between soil structure,
number of seleted group of soil
microorganism, organic matter
content add cultivation system.
Agrophysics 10: 31-35

Sanchez, A. R. 1992. Sifat dan Pengolaan


Tanah. ITB, Bandung.
Singer, M. J. dan D. M Munns. 1997. Soils
and Introduction. Mac. Millian
Publishing Company, New York.

Wiqoyah, Qunik, 2006, Pengaruh kadar kapur,


waktu perawatan dan perendaman
terhadap kuat dukung tanah
lempung, Dinamika Teknik Sipil
Volume 6 Nomor 1: 16-24.

You might also like