You are on page 1of 13

A.

Pendahuluan
Kata "amalgam" berasal dari bahasa Arab "almalgham"dan bahasa Yunani "malagma,"
yang merujuk pada substansi atau massa. Amalgam adalah campuran dari dua atau beberapa
logam, salah satunya adalah merkuri. (Schmalz & Bindsliev, 2009)
Amalgam merupakan campuran dari merkuri dan satu atau lebih logam yang lain. Dental
amalgam dihasilkan dengan mencampurkan merkuri cair dengan partikel padat beberapa
logam seperti Perak (Ag), Timah (Sn), Tembaga (Cu), dan terkadang Zink (Zn), Palladium
(Pd), Indium (In), dan Selenium. Kombinasi dari logam padat tersebut dikenal sebagai
campuran amalgam. (Craig & Powers, 2002)
B. Sifat-Sifat Amalgam
1. Sifat Fisik
a. Creep
Creep adalah sifat viskoelastik yang menjelaskan perubahan dimensi secara bertahap
yang terjadi ketika material diberi tekanan atau beban. Pada tumpatan amalgam, tekanan
mengunyah yang berulang dapat menyebabkan creep. ANSI ADA specification no.1
menganjurkan agar creep kurang dari 3%. Amalgam yang memiliki kandungan tembaga yang
rendah lebih rentan mengalami kerusakan di bagian tepi dibandingkan dengan amalgam yang
memiliki kandungan tembaga yang tinggi. (Craig & Powers, 2002)
Amalgam dengan kandungan tembaga yang tinggi mempunyai nilai creep yang jauh
lebih rendah, beberapa bahkan kurang dari 0,1%. Tidak ada data yang menunjukkan bahwa
mengurangi nilai creep 1% akan dapat mempengaruhi kerusakan tepi. (Marek, 1992)
Secara umum besarnya creep yang terjadi adalah sebagai berikut :
Creep alloy konvensional > creep bonded alloy > creep alloy komposisi tunggal. (Combe,
1992)
Kekurangan :
Amalgam yang memiliki tingkat creep tinggi akan mengalami kerusakan marginal dan
mengakibatkan menurunnya nilai estetik. (Williams & Cunningham, 1979)
Solusi :
1. Meminimalkan fase gamma 2 saat setting
2. Penambahan palladium dan indium (Mc Cabe, 2008)

b. Stabilitas Dimensional
Idealnya amalgam harus mengeras tanpa terjadi perubahan pada dimensinya dan tetap
stabil. Meskipun demikian ada beberapa faktor yang mempengaruhi dimensi awal pada saat
pengerasan dan stabilitas dimensional jangka panjang. Perubahan dimensional dari amalgam
tergantung pada banyaknya amalgam yang tertekan pada saat pengerasan dan kapan
pengukuran dimulai. Spesifikasi ADA No.1 menyebutkan bahwa amalgam dapat berkontraksi
atau berekspansi lebih dari 20 m/cm, diukur pada suhu 30C , 5 menit dan 24 jam sesudah
dimulainya trituasi dengan alat yang keakuratannya tidak sampai 0,5m. (Anusavice, 2004)
Amalgam dapat meregang dan berkontraksi tergantung saat manipulasinya. Idealnya
perubahan dimensi amalgam terjadi pada skala kecil. Beberapa kontraksi dapat
mengakibatkan kebocoran mikro dan sekunder karies. (Phillips, 1991)
Beberapa faktor penting yang dapat mempengaruhi perubahan dimensi adalah:
1. Komposisi alloy
Semakin banyak jumlah silver dalam amalgam, maka akan lebih besar pula ekspansi
yang terjadi. Semakin besar jumlah timah, maka kontraksi akan lebih besar.
2. Rasio alloy
Semakin banyak merkuri, tingkat ekspansinya semakin besar
3. Ukuran partikel alloy
Dengan berat yang sama, jika ukuran partikel lebih kecil maka total luas permukaan
alloy akan meningkat. Luas permukaan yang lebih besar akan menghasilkan merkuri
dengan kecepatan difusi ke partikel yang lebih tinggi pada saat triturasi. Hal ini akan
mengakibatkan kemungkinan kontraksi lebih tinggi saat tahap pertengahan.
4. Waktu triturasi
Merupakan faktor yang paling penting, karena semakin lama waktu triturasi, maka
ekspansi akan lebih kecil.
5. Tekanan kondensasi
Jika amalgam tidak mengalami kondensasi setelah triturasi, akan terjadi kontraksi
dalam skala yang besar karena tidak terganggunya difusi merkuri ke alloy. (Williams
& Cunningham, 1979)
Kekurangan:
Dapat menyebabkan kebocoran mikro dan sekunder karies
Solusi:
2

Menggunakan cavity varnish yang mengandung larutan resin alami atau sintetis dalam
pelarut yang menguap, seperti eter dan harus tahan air ( Mc Cabe, 2008)

c.

Difusi termal

Difusi termal amalgam empat puluh kali lebih besar dari dentin sedangkan koefisien
ekspansi termal amalgam tiga kali lebih besar dari dentin yang mengakibatkan microleakage
dan sekunder karies.
Solusi:
Mengisolasi dan menyekat dasar cavitas dengan semen amalgam (Koudi & Patil, 2007)
d. Abrasi
Proses abrasi yang terjadi saat mastikasi berimbas pada hilangnya zat yang disebut
wear. Mastikasi melibatkan pemberian tekanan pada tumpatan, yang mengakibatkan
kerusakan dan terbentuknya pecahan atau puing amalgam. (Marke, 1992)

2. Sifat Mekanis
a. Strength
Kekuatan dental amalgam 310 Mpa. High-copper amalgam memiliki kekuatan yang
lebih tinggi dari low-copper amalgam. Kekuatan amalgam lebih memadai untuk menahan
potensial beban tekan. Amalgam jauh lebih lemah daripada dikompresi tensil. Jadi desain
rongga harus dapat mendukung struktur yang berbahaya karena dapat bengkok jika ditarik
dalam ketegangan.
Faktor yang mempengaruhi kekuatan amalgam :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Suhu
Triturasi
Kandungan merkuri
Pengaruh kondensasi
Pengaruh porositas
Ukuran partikel
Fase gamma 2
Korosi

(Ferracane, 2001)

Kekuatan pada amalgam sangat penting, karena restorasi harus mampu menahan
beban yang cukup besar yang dihasilkan selama pengunyahan (Noort, 2002)
Kekuatan dari dental amalgam berkembang dengan lambat. Mungkin diperlukan
waktu hingga 24 jam untuk mencapai nilai yang cukup tinggi dan sedikit terus meningkat
untuk beberapa waktu setelah itu. Kebutuhan kekuatan pada 24 jam adalah 6 kali setiap 1
jam. Partikel spherical alloys dan copper-enriched alloys mengembangkan kekuatan lebih
cepat dari conventional lathe cut. (McCabe, 2008)

Tensile strength dan nilai transverse strength pada amalgam sangat jauh lebih rendah atau
lebih kecil dari compressive strength. Materi yang lemah dalam bagian tipis dan tidak
didukung tepi pada amalgam akan mudah retak di bawah beban oklusal. (McCabe, 2008)
Tensile strength dari amalgam dengan kandungan tembaga yang tinggi tidak jauh
berbeda dengan amalgam yang memiliki kandungan tembaga yang rendah. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kekuatan diantaranya.
1. Efek Triturasi
Efek triturasi terhadap kekuatan tergantung pada jenis logam campur amalgam, waktu
triturasi, dan kecepatan amalgamator. Baik triturasi yang kurang maupun yang berlebih akan
dapat menurunkuan kekuatan dari amalgam tradisional dan amalgam dengan tembaga yang
tinggi
2. Efek Kandungan Merkuri
Faktor penting dalam mengontrol kekuatan adalah kandungan merkuri dari restorasi tersebut.
Merkuri dalam jumlah yang cukup harus dicampur dengan logam campur untuk menutupi
partikel-partikel logam campur dan memungkinkan terjadinya amalgamasi yang menyeluruh.
4

Masing-masing partikel logam campur harus dibasahi oleh merkuri. Jika tidak, akan
terbentuk adonan yang kering dan berbentuk butiran. Adonan semacam itu menghasilkan
permukaan yang kasar dan berlubang-lubang yang dapat menimbulkan korosi. Setiap
kelebihan merkuri yang tertinggal pada restorasi dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan
dalam jumlah yang cukup besar.
3. Efek kondensasi
Tekanan kondensasi, dan bentuk partikel logam campur, semuanya mempengaruhi sifat
amalgam. Jika digunakan teknik kondensasi tipikal dan logam campur lathe-cut, makin besar
tekanan kondensasi, makin tinggi kekuatan kompresinya, terutama kekuatan awal (misalnya
pada 1 jam). Teknik kondensasi yang baik akan memeras keluar merkuri dan menghasilkan
fraksi volume dari fase matriks yang lebih kecil. Tekanan kondensasi yang tinggi diperlukan
untuk mengurangi porositas dan mengeluarkan merkuri dari amalgam lathe-cut. Sebaliknya,
amalgam sferis yang dimampatkan dengan tekanan ringan akan mempunyai kekuatan yang
baik.
4. Efek Porositas
Ruang kosong dan porus adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan kompresi dari
amalgam yang sudah mengeras.
5. Efek Laju Pengerasan Amalgam
Laju pengerasan amalgam penting diperhatikan oleh dokter gigi. Karena pasien pada
umumnya diperbolehkan pulang dari praktik gigi dalam waktu 20 menit setelah triturasi
amalgam. Hal yang penting diperhatikan disini adalah apakah amalgam sudah mempunyai
kekuatan yang cukup untuk menjalankan fungsinya. Ada kemungkinan bahwa persentase
patahnya restorasi amalgam yang tinggi. Amalgam tidak memperoleh kekuatan secepat yang
kita inginkan. Spesifikasi ADA menyebutkan kekuatan kompresi minimal adalah 80 Mpa
pada 1 jam. Kekuatan kompresi 1 jam dari amalgam komposisi tunggal yang kandungan
tembaganya tinggi sangatlah besar. (Anusavice, 2004)
Kelebihan :
1. Ketahanan terhadap keausan sangat tinggi, tidak seperti bahan lain yang pada umumnya
lama kelamaan akan mengalami aus karena faktor-faktor dalam mulut yang saling
berinteraksi seperti gaya kunyah dan cairan mulut. (Williams & Cunningham, 1979)

3. Sifat Kimia Amalgam


a. Reaksi Elektrokimia Sel Galvanik
Korosi galvanik atau bimetalik terjadi jika dua atau lebih logam berbeda atau alloy
berkontak dalam larutan elektrolit , dalam hal ini adalah air ludah . Besarnya arus galvanis
dipengaruhi oleh lama atau usia restorasi, perbedaan potensial korosi sebelum berkontak, dan
daerah permukaan.
Jarak yang cukup lebar atau besar dihasilkan dan kontak elektrik dari beberapa
restorasi secara in vivo. Untuk restorasi amalgam amalgam , perbedaan potensial korosi
sebelum berkontak akan berguna untuk memprediksi besarnya arus galvanis, dimana paling
tidak perbedaan keluarnya adalah 24 mV
Hubungan lama restorasi dengan besar arus galvanik berbanding terbalik. Artinya
semakin lama usia restorasi amalgam dengan tumpatan lainnya , semakin kecil arus galvanic
yang dihasilkan. (Surouw, dkk., 2004)
Kekurangan :
Mengakibatkan rasa nyeri bila menimbulkan arus galvanis bersama dengan tumpatan logam
lain.
Solusi :
Melepas tumpatan logam lain sebelum memakai tumpatan amalgam.
b. Korosi
Korosi adalah reaksi elektrokimiawi yang akan menghasilkan degradasi struktur dan
sifat mekanis. Banyak korosi amalgam terjadi pada bagian pits dan cervical. Korosi dapat
mengurangi kekuatan tumpatan sekitar 50% serta memperpendek keawetan penggunaan.
(Marke, 1992)
Solusi:
1.

Memoles tumpatan amalgam (Mc Cabe, 2008)

2.

Meminimalkan timbulnya arus galvanis

3.

Tidak memakan makanan mengandung asam secara terus menerus.


c. Tarnish
Reaksi elektrokimia yang tidak larut, adheren, serta permukaan film yang terlihat dapat

menyebabkan tarnish. Penyebab diskolorisasi yang paling terkenal adalah campuran silver
dan tembaga sulfida karena reaksi dengan sulfur dalam makanan dan minuman.
6

Kekurangan: Gigi terlihat lebih hitam


Solusi: Tidak memakan makanan mengandung sulfur berlebih. (Marke, 1992)
4. Sifat Biologis Amalgam
a. Alergi
Secara khas, respons alergi mewakili reaksi antigen dengan antibodi yang ditandai
dengan gejala rasa gatal, ruam, bersin, kesulitan bernapas, pembengkakan atau gejala lain.
Reaksi alergi yang mungkin ditimbulkan oleh amalgam gigi adalah dermatitis kontak atau
reaksi hipersensitif tipe IV dari Coombs, namun kasus ini hanya terjadi pada 1% dari
populasi pasien dengan perawatan amalgam. Unutk memastikan pasien memang menderita
alergi terhadap amalgam perlu dilakukan evaluasi oleh ahli alergi, terutama gejala telah
bertahan selama 2 minggu atau lebih. Solusinya adalah dengan menggunakan bahan tambal
alternatif seperti komposit, logam tuang, titanium tuang, atau keramik. (Anusavice, 2004)
b.Keracunan
Kasus keracunan amalgam jarang terjadi, namun kemungkinan keracunan terhadap
amalgam yang paling menonjol adalah dari uap merkuri yang ditimbulkan selama
pengadukan, penempatan, dan pembuangan amalgam. Resiko dari air raksa dapat dikurangi
dengan memperhatikan tindakan pengamanan. Pertama, ruang perawatan gigi harus memiliki
ventilasi yang baik. Semua kelebihan air raksa, termasuk sisa buangan, kapsul disposibel, dan
amalgam yang dibuang selam proses pemadatan, harus dikumpulkan dan disimpan dalam
wadah yang rapat. Pembuangan yang benar melalui jasa layanan yang baik. (Anusavice,
2004)
Sampai sekarang belum diketahui fungsi biologis esensial dari logam merkuri.
Sebaliknya, merkuri merupakan unsur yang paling toksik bagi manusia dan banyak hewan
tingkat tinggi. Semua senyawa kimia merkuri juga toksik bagi manusia. Garam-garam
merkuri memperlihatkan toksisitas yang sangat akut dengan bemacam gejala dan bahayanya,
misalnya pneumonia dan oedema paw, tremor dan gingivis. Beberapa senyawa
organomerkuri, terutama alkilmerkuri berbobot molekul rendah tergolong lebih berbahaya
terhadap manusia karena toksisitas kronisnya dengan pengaruh yang berrnacam-macam,
misalnya tidak dapat disembuhkan dan merusak sistem saraf. Dalam kasus ini yang paling
penting adalah metilmerkuri, karena zat ini dapat dihasilkan oleh mikroorganisme dari ion
Hg2+ dalam lingkungan alami yang berbeda. Metilmerkuri mengakibatkan efek teratogenik
7

kuat, karsinogenik, dan aktivitas mutagenik. Disamping itu keracunan oleh merkuri organik
adalah berupa gangguan saraf yaitu ataksia, hiperestese (peka), konvulsi, kebutaan, koma,
dan kematian (Saeni, 1997)
c. Amalgam Tattoo
Terbentuknya hasil korosi dengan warna hitam dalam jaringan gingiva dapat terjadi
selama penghapusan amalgam ketika pelapis karet tidak digunakan dan partikel amalgam
terlemparkan oleh bur ke dalam jaringan gingiva dan menyatu dengan jaringan fibrosa.
Meskipun tidak menimbulkan efek samping, namun dilihat dari segi estetika terlihat kurang
baik. (Osborne, 2006)

C. Aplikasi Amalgam
Dental amalgam telah digunakan dengan sukses selama lebih dari 170 tahun sebagai
material restorasi. Amalgam memiliki beberapa kelebihan, seperti mudah dimanipulasi dan
diganti, resistensi pemakaian yang baik, sensitivitas teknik yang rendah, keawetan yang dapat
diterima, serta harganya yang murah. Namun, material ini kurang adhesive sehingga
menyebabkan undercut yang mempengaruhi retensi mekanis.
Untuk mengurangi undercut, mencegah rusaknya bagian tepi, dan mengurangi
microleakage dari amalgam, material adhesive digunakan sebagai liner di bawah tumpatan
amalgam. Microleakage merupakan masalah signifikan pada amalgam karena menyebabkan
jarak antar permukaan, dan dapat menyebabkan pewarnaan gigi, iritasi pulpa dan karies
sekunder. (Cenci, 2004)
Berdasarkan survei yang di lakukan pada tahun 2001, melaporkan bahwa 75% dokter
gigi di Amerika serikat memakai amalgam sebagai bahan restorasi gigi. Pada tahun 1999,
sekitar 60% amalgam seringkali dijadikan sebagai bahan restorasi kavitas kelas I dan II.
bahkan terdapat persentase penggunaan amalgam yang lebih tinggi dinegara berkembang.
(Uar & Brantley, 2011).
Amalgam seringkali digunakan untuk restorasi kavitas kelas I, II, V dan VI.
Kegagalan restorasi amalgam yang sering ditemui biasanya adalah adanya fraktur secara
keseluruhan yang meliputi fraktur gigi dan juga fraktur restorasi amalgam (4,6%), fraktur gigi
(1,9%), fraktur pada daerah tepi (1,3%), dan sekitar 0,8% penyebab lain yang dapat membuat
kegagalan restorasi amalgam. Survei lainnya menggambarkan bahwa Berdasarkan penelitian
8

secara klinis, jangka hidup untuk tumpatan sederhana amalgam pada kelas I adalah 15-18
tahun. Kelas II amalgam sekitar 12 sampai 15 tahun. Jenis makanan yang dikonsumsi oleh
pasien, serta tingkat kebersihan mulut pasien sangat memiliki peran yang penting dan dapat
mempengaruhi durabilitas dari bahan restorasi yang digunakan (Galdwin & Bagby, 2004).
Amalgam memiliki keunggulan-keunggulan yang tidak dimiliki oleh bahan tumpatan
lain. Seperti kekuatan terhadap tekanan mastikasi yang tinggi. Mudah untuk diaplikasikan
kedalam kavitas, perubahan dimensi yang minimal, ketahan terhadap aus dan lain-lain. Maka
dari itu dengan melihat keunggulan-keunggulan yang ada dalam amalgam diharapkan akan
menjadi pertimbangan untuk tetap menggunakan amalgam sebagai bahan restorasi gigi.
(Cenci, dkk., 2004)
Penggunaan adhesive juga dapat digunakan untuk memperbaiki restorasi amalgam
yang berhubungan dengan pengasaran permukaan amalgam lama. Aplikasi dari sistem
adhesive dapat meningkatkan ikatan antara amalgam lama dan baru melalui penguncian
mekanis antara sistem adhesive dan amalgam yang baru dikondensasi. (Gianini, dkk., 2002)
D. Kelebihan dan Kekurangan Amalgam
Keunggulan-keunggulan yang dimiliki amalgam sebagai bahan restorasi gigi adalah:
1.

Memiliki surabilitas yang baik

2.

Tekniknya tidak menimbulkan sensitif

3.

Dapat diaplikasi pada berbagai kasus

4.

Formulasi terbaru memiliki resistensi yang panjang terhadap korosi

5.

Mudah dimanipulasi

6.

Waktu pengerjaan lebih pendek dibanding material lain

7.

Sering dapat reparasi

8.

Murah

9.

Manipulasi mudah

10. Pengerjaan pada pasien hanya memerlukan satu kali waktu pertemuan
11. Kekuatan kompresi baik. (Galdwin & Bagby, 2004)
Kekurangan Dental Amalgam :
Penggunaan amalgam gigi telah menjadi diskusi untuk digunakan sejak adanya pengenalan
komposit resin baru dan semen ionomer kaca. Beberapa bahkan menyatakan bahwa
penggunaan amalgam harus dihentikan. Mengingat bahwa amalgam telah digunakan selama

kira-kira 100 tahun ini, memperlihatkan sudut pandang yang agak ekstrim. Namun demikian,
amalgam gigi memiliki sejumlah kelemahan yakni:
1. Estetik yang buruk
Sebagai restorasi metalik, amalgam tidak dapat menjadi pilihan yang menarik,
walaupun jika dipoles secara teratur dapat terlihat lebih baik. Hasil polishing dan
finishing dapat hilang akibat tarnish. Meskipun demikian, untuk gigi posterior, daya
tahan restorasi lebih dipertimbangkan. (Noort, 2002)
2. Toksisitas merkuri
Tidak dapat dibantah jika merkuri merupakan substansi dengan toksisitas yang tinggi
dan memerlukan perhatian lebih. Sumber utama dari munculnya pemaparan merkuri
adalah:
Tumpah atau terpapar secara tidak sengaja
Buruknya mercury hygiene
Kontak langsung dengan merkuri
Amalgamator
Penggantian restorasi lama dengan restorasi baru
Resiko yang paling serius dari merkuri berasal dari uap merkuri, dan sumber yang
paling signifikan dariuap ini adalah terpaparnya merkuri pada pembedahan. Penggunaan
amalgam capsules dapat meminimalkan resiko yang mungkin terjadi. Tenaga kesehatan gigi
merupakan yang paling beresiko terkontaminasi merkuri, karena menangani material itu
setiap hari. Jika ada yang terpapar, perlu segera ditangani dengan segera dan seksama. Setiap
merkuri yang tertinggal secara bertahap akan menguapdan akan terhirup. Ambang batas
untuk udara / bahaya paparan merkuri untuk masyarakat umumadalah 50 g/ m3. (Noort,
2002)

KESIMPULAN
1. Amalgam adalah campuran dari merkuri dan satu atau lebih logam yang lain. Dental
amalgam dihasilkan dengan mencampurkan merkuri cair dengan partikel padat
beberapa logam seperti Perak (Ag), Timah (Sn), Tembaga (Cu), dan terkadang Zink
(Zn), Palladium (Pd), Indium (In), dan Selenium.
2. Sifat Amalgam
10

a. Fisik

: Creep, Stabilitas Dimensional, Difusi Termal, Abrasi

b.Mekanis

: Strength

c.Kimia

: Reaksi Elektrokimia Sel Galvanik, Korosi, Tarnish

d. Biologis

: Alergi, Keracunan, Amalgam Tattoo

3. Penerapan Amalgam
Amalgam seringkali digunakan untuk restorasi kavitas kelas I, II, V dan VI. Amalgam
digunakan karena memiliki keunggulan seperti kekuatan terhadap tekanan mastikasi
yang tinggi. Mudah untuk diaplikasikan kedalam kavitas, perubahan dimensi yang
minimal, ketahan terhadap aus dan lain-lain.
4. Dokter gigi dituntut agar lebih bijaksana dalam memberikan pelayanan terhadap
pasien terkait keunggulan dan kelebihan yang dimiliki oleh amalgam.

DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, K.J. 2004. Philips Buku Ajar Bahan Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC.
Craig, R.G. & J. M. Powers. 2002. Dental Materials Properties and Manipulation 11th
edition. Toronto: Mosby.
Cenci, M. S., dkk. 2004. Microleakage in Bonded Amalgam Restorations Using Different
Adhesive Materials. Braz Dent Journal. 15(1): 13-18.

11

Combe, E. C. 1992. Sari Dental Material. Diterjemahkan oleh Tarigan, S. Jakarta: Balai
Pustaka.
Ferracane, J. L. 2001. Materials in Dentistry: Principles and Applications. Maryland:
Lippincott Williams & Wilkins.
Gianini, M., L. A. M. Paulillo, S. & G. M. B. Ambrosano. 2002. Effect of Surface Roughness
on Amalgam Repair Using Adhesive Systems. Braz Dent Journal. 13(3): 179-183.
Gladwin, M. & Bagby, M. 2004. Clinical Aspect of Dental Materials, Theory, Practice, and
Cases; 2nd edition. Maryland: Lippincott Williams & Cunningham & Chunningam &
Wilkins.
Koudi, M. S. & S. B. Patil. 2007. Dental Materials: Preparations for Undergraduates. New
Delhi: Elsevier.
Marek, M. 1992. Interactions Between Dental Amalgams and the Oral Environment. Adv
Dent Res. 6: 100-10.
Mc Cabe, J. F. 2008. Andersons Applied Dental Material 9th Edition. Oxford: Blackwell
Scientific Publication.
Noort, R. V. 2002. Introduction to Dental Materials. London: Mosby.
Osborne, J. W. 2006. Creep as a Mechanism for Sealing Amalgams. Operative Dentistry.
31(2): 162
Phillips, R.W. 1991. Skinner's Science of Dental Materials. Philadelphia:
W.B Saunders Company.
Saeni, M.S. 1997. Penentuan Tingkat Pencemaran Logam Berat dengan Analisis Rambut.
Bogor: Orasi Ilmiah Institut Pertanian Bogor.
Schmalz, G. & D. A. Bindslev. 2010. Biocompatibility of Dental Materials. United States:
Elsevier.
Surouw, E., dkk. 2004. In Vivo Galvanic Current Of Intermittently Contacting Dental
Amalgam and Other Metallic Restoration. Elsevier Ltd Journals. 20(14): 823-831.
12

Uar, Y. & W.A Brantley. 2011. Biocompatibility of Dental Amalgams. International Journal
of Dentistry. 20(2): 1-7.
Williams, D. F. & J. Cunningham. 1979. Materials in Clinical Dentistry. Oxford:
University Press.

13

You might also like