Professional Documents
Culture Documents
22
x 100 =52,4
42
Keterangan: Viabel
Persentase viabel =
5
x 100 =41,6
12
Keterangan: Viabel
Persentase viabel =
4
x 100 =100
4
2. Perkecambahan Polen
a. Perkecambahan Polen Tomat (Solanum lycopersicum)
Keterangan : Tidak
b. Perkecambahan Polen Cabai (Capsicum annum)
Keterangan : Berkecambah
c. Perkecambahan Polen Bunga Sepatu (Hibiscus rosa sinensis)
3.
1
B. Pembahasan
Polen adalah gametofit jantan pada tanaman. gymnospermae dan angiospermae
menghasilkan serbuk sari sebagai bagian dari reproduksi seksual. Dalam gymnospermae, serbuk
sari diproduksi dalam kerucut microsporangiate sedangkan angiospermae diproduksi di anther.
Sebutir polen (pollen grain) adalah sebuah sel yang hidup dan mempunyai inti (nucleus) serta
protoplasma, yang terbungkus oleh dinding sel. Dinding sel itu terdiri atas dua lapis, yaitu lapisan
dalam (intine) yang tipis serta lunak seperti selaput dan lapisan luar (axine) yang tebal dan keras
untuk melindungi seluruh isi butir polen (Darjanto dan Satifah, 1982).
Polen biasanya tersebar melalui perantara serangga, burung, atau angin. Angin menyebarkan
serbuk sari yang sifatnya ringan untuk dapat diterbangkan. Serangga membawa serbuk sari yang
sifatnya lengket sehingga dapat melekat saat dibawa terbang. Ketika serbuk sari dilepaskan oleh
angin, hanya sebagian kecil saja yang mencapai stigma. Pada musim yang tepat, serbuk sari bisa
begitu melimpah hingga dapat menyelimuti vegetasi yang dituju. Meskipun banyak serbuk sari
yang mendekati sasaran, sebagian besar dibawa terbang kembali oleh angin.
Viabilitas adalah kemampuan biji untuk hidup, berkembang, dan berkecambah dalam
kondisi yang menguntungkan. Periode viabilitas polen secara alami bervariasi, berkisar antara
beberapa hari bahkan sampai beberapa menit setelah bunga jantan mekar. Polen merupakan tahap
kritis dalam siklus hidup tanaman, viabilitas polen sangat penting untuk efisiensi reproduksi seksual
tumbuhan (Bot dan Mariani, 2005). Polen dinyatakan viabel apabila mampu menunjukan
kemampuan atau fungsinya menghantar sperma ke kandung lembaga, setelah terjadinya
penyerbukan. Polen dengan viabilitas tinggi akan lebih dahulu membuahi sel telur sehingga akan
menghasilkan buah dengan mutu yang baik dan benih dengan viabilitas yang tingi pula (Widiastuti,
2005).
Saat ini, metode yang banyak digunakan untuk menduga viabilitas polen adalah metode
pengecambahan polen secara in vitro, pengamatan dengan metode pewarnaan pada polen yang tidak
dikecambahkan, pengujian in vivo melalui pengamatan tabung polen pada jaringan stylus (tangkai
putik), dan pengamatan terhadap benih yang terbentuk (seed set) dari hasil penyerbukan pada pohon
contoh (Galleta, 1983). Diantara metode pengujian tersebut, metode pengecambahan polen secara
in vitro merupakan metode uji viabilitas polen yang dianggap paling baik. Pengujian pewarnaan
yang banyak digunakan adalah dengan menggunakan aceto-carmine, propione carmin, anilin blue,
Alexanders stain, IKI (Iodine + Potassium Iodide), FDA (Flourescein diacetate), NBT (p-nitro blue
tetrazolium), MTT ( 2,5-diphenyl tetrazolium bromide) dan TTC (2,2,5-triphenyl tetrazolium
chloride). Metode pewarnaan cenderung lebih mudah, murah, dan cepat (Bolat dan Pirlak, 1999).
Persentase serbuk sari yang viabel dapat dihitung menurut rumus Hutauruk (1999):
Serbuk sari viabel =
x 100%
Tinggi atau rendahnya nilai daya berkecambah polen dipengaruhi oleh banyak faktor
eksternal, seperti sumber karbon, boron dan kalsium, potensial air, derajat kemasaman media,
kerapatan polen dalam media dan aerasi dalam media kultur. Karbon sangat diperlukan untuk
inisiasi dan pertumbuhan tabung polen. Sukrosa merupakan senyawa gula sebagai sumber karbon
yang mudah diabsorbsi oleh sel tanaman, sehingga sukrosa sering digunakan dalam pembuatan
media perkecambahan polen karena dapat menghasilkan persentase perkecambahan yang lebih
tinggi dan perpanjangan tabung polen.
Menurut Wang et al. (2004) komposisi dan konsentrasi media yang digunakan dalam uji
perkecambahan serbuk sari dapat mempengaruhi viabilitas serbuk sari pada berbagai jenis
tumbuhan. Komposisi media yang dibutuhkan untuk perkecambahan serbuk sari adalah air, gula,
garam anorganik, dan vitamin (Khan dan Perveen, 2008). Serbuk sari memerlukan media dengan
konsentrasi gula yang lebih tinggi untuk meningkatkan kapasitas perkecambahan serbuk sari (Lim,
1979).
Pengamatan yang ketiga yaitu pengamatan kantung embrio Torenia spp. Tanaman ini
memiliki embrio yang cukup besar sehingga memudahkan dalam proses pengamatan. Torenia
fournieri (Lind.) memiliki kantung embrio yang menonjol melalui mikropil menempatkan sinergid,
sel telur dan bagian dari sel sentral dalam locule ovarium berdekatan dengan plasenta. Kantung
embrio Torenia spp. memiliki 3 bagian yaitu embryo sac, khalaza dan inti sekunder. Berdasarkan
hasil pengamatan bagian yang teramati hanya embryo sac dan khalaza.
Pada tanaman Torenia spp. embryo sac terdiri dari egg cell, sinergid, dan central cell
(Wallwork and Sedgley, 2000).
pemuliaan tanaman. dengan mengetahui bentuk embrio maka akan dapat diketahui tipe embrionya.
Masing-masing tipe embrio berpengaruh dalam proses penyerbukan serta perkecambahan. Hal ini
memudahkan untuk memberikan perlakuan yang sesuai pada masing-masing tanaman.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan antara lain :
1. Kelima jenis tanaman sampel yang digunakan memiliki bentuk polen yang berbeda-beda.
2. Metode pengamatan viabilitas polen yang dilakukan menggunakan metode pewarnaan
dengan aceto-carmine.
3. Persentase viabilitas masing-masing tanaman yaitu viabilitas 52,4%, kacang panjang 41,6%,
bunga sepatu 100 %.
4. Polen yang telah berkecambah hanya cabai dan bunga sepatu.
5. Kantung embrio Torenia spp. memiliki 3 bagian yaitu embryo sac, khalaza dan inti
sekunder.
Daftar Pustaka
Barbour,
M.G.,
J.H.
Burk,
dan
W.D.
Pitts.
1987.
Terrestrial
Plant
Ecology.