You are on page 1of 7

AMANAT PEMBINA UPACARA

PERINGATAN HARI PAHLAWAN


10 NOPEMBER 2003 DI KJRI MUMBAI

Saudara-saudara
sekalian
sebangsa dan se-tanah air, para undangan
dan
hadirin
yang
saya
hormati,
Assalamu Alaikum wr. wb, salam
sejahtera untuk kita semua .
Pertama-tama,
marilah
kita
panjatkan puji syukur kehadirat Allah
Yang Maha Kuasa, karena berkat rahmat
dan perlindungan-Nya maka pada hari
ini, tanggal 10 Nopember tahun 2003,
kita dapat berkumpul bersama-sama
untuk memperingati Hari Pahlawan yang
ke-58.
Pada hari yang bersejarah ini,
patutlah
kiranya
apabila
bangsa
Indonesia melakukan perenungan atas
hakekat Peringatan Hari Pahlawan yang
telah membebaskan bangsa Indonesia
dari segala macam belenggu yang
membatasi
kebebasan
untuk
menentukan
nasibnya
sendiri
dan
mengembangkan
harkat
dan

martabatnya. Semangat patriotik para


pahlawan juga telah membangkitkan
kesadaran untuk menciptakan Negara
dan
Bangsa
yang
sanggup
untuk
menciptakan kemajuan, kesejahteraan
dan keadilan bagi rakyat Indonesia dan
telah menimbulkan kesadaran mengenai
kewajiban dari setiap insan Indonesia
untuk mendirikan bangunan dan tatanan
kehidupan, bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara yang lebih adil di atas
puing-puing bekas penjajahan yang
telah diruntuhkan oleh para Pahlawan
Kusuma Bangsa.
Untuk itu, selayaknyalah apabila
pada peringatan Hari Pahlawan yang ke58 ini, kita menundukkan kepala dengan
rasa hormat yang setinggi-tingginya,
mengenang jasa-jasa para pahlawan
yang telah mengorbankan jiwa dan
raganya,
untuk
kepentingan
dan
kejayaan bangsa dan negara, seraya
berdoa semoga Allah Yang Maha Kuasa
menerima amal bakti mereka, dan
memberikan balasan yang setimpal
dengan jasa-jasanya.

Saudara-saudaraku
dan setanah air,

sekalian

sebangsa

Pada hari yang bersejarah ini patut


pula kita renungkan nilai-nilai yang
tumbuh-berkembang pada masa itu,
yang telah dan akan memberikan
semangat, karsa dan karya kepada
bangsa Indonesia dalam perjalanan
sejarah perjuangannya untuk mengisi
kemerdekaan yang telah dicapainya. Kita
harus pandai-pandai memetik hikmah
dari
nilai-nilai
jiwa patriotik
para
pahlawan kita untuk membangkitkan
segala kekuatan dan daya upaya Bangsa
Indonesia dalam mendirikan bangunan
dan tatanan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara yang sanggup
menjamin
terwujudnya
bangunan
negara dan bangsa yang damai, adil dan
makmur.
Sebagai retrospeksi kita menyadari
bahwa keberhasilan para pahlawan
pejuang
untuk
membawa
bangsa
Indonesia kepintu gerbang kemerdekaan
ini adalah karena tumbuhnya nila-nilai
yang melandasi membaranya semangat

perjuangan bangsa pada waktu itu, yang


berupa rasa cinta yang sangat mendalam
kepada tanah air, mekarnya kesadaran
akan harga diri disertai tumbuhnya rasa
percaya diri sebagai Bangsa, tumbuhnya
keinginan kuat untuk mensejajarkan
dirinya dengan Bangsa-bangsa lain dan
kesadaran
yang
tinggi
untuk
membebaskan diri dari kebodohan,
keterbelakangan,
kemiskinan
dan
ketidak adilan.
Nilai-nilai
tersebut
telah
menumbuhkan semangat persatuan dan
kesatuan serta semangat kebersamaan,
yang
kemudian
menjelma
menjadi
kekuatan
yang
ampuh
untuk
menghadapi tantangan pada saat itu.
Nilai-nilai perjuangan tersebut kiranya
tidak hanya perlu untuk di kenang, akan
tetapi perlu untuk terus dilestarikan dan
ditumbuh-kembangkan di dalam upaya
bangsa Indonesia menghadapi berbagai
tantangan jaman, terutama di Era
Globalisasi ini yang diwarnai oleh
suasana saling ketergantungan yang
semakin mendalam dan penuh ketidak
tentuan.

untuk selalu memupuk bersama-sama


kesadaran bangsa.
Agaknya, bagi banyak di antara kita,
tidak perlu lagi untuk diingatkan bahwa
tanggal 10 November merupakan salah
satu di antara berbagai hari bersejarah
yang teramat penting dalam perjalanan
bangsa Indonesia. Sejak lebih dari
setengah abad yang lalu, tanggal 10
November telah dinyatakan oleh bangsa
kita sebagai Hari Pahlawan. Di zaman
Sukarno-Hatta,
hari
itu
diperingati
secara nasional di mana-mana, di
seluruh negeri, sebagai Hari Besar yang
dirayakan secara khidmat, dan dengan
rasa kebanggaan yang besar.
Pada kurun waktu itu, peringatan
Hari Pahlawan merupakan kesempatan
bagi seluruh bangsa bukan saja untuk
mengenang jasa-jasa dan pengorbanan
para pejuang - yang tak terhitung
jumlahnya _ dalam perjuangan bersama
bagi tegaknya Republik Indonesia yang
baru saja diproklamasikan pada tanggal
17 Agustus 1945. Peringatan Hari
Pahlawan 10 November juga telah
merupakan
kesempatan
yang
ideal

Sekarang ini, dalam tahun 2003,


ketika negara dan bangsa kita sedang
berada pada periode yang penuh dengan
berbagai soal gawat dan pelik, bersamasama
mengenang
kembali
dan
merenungi
arti Hari Pahlawan 10
November tentu besar manfaatnya.
Dengan begitu, kita akan ingat kembali
bahwa
Republik
Indonesia
yang
sekarang ini adalah hasil perjuangan
dari begitu banyak orang yang terdiri
dari berbagai suku, agama, keturunan
ras, keyakinan politik dan dalam jangka
lama pula. Dengan merenungkan secara
mendalam berbagai tahap perjuangan
bangsa itu, maka akan makin jelaslah
kiranya bagi kita semua, bahwa Republik
Indonesia ini adalah benar-benar milik
kita bersama.
Kebesaran
arti
pertempuran
Surabaya, yang kemudian dikukuhkan
sebagai Hari Pahlawan, bukanlah hanya
karena begitu banyaknya pahlawan baik yang dikenal maupun tidak di kenal

yang telah mengorbankan diri demi


Republik Indonesia. Bukan pula hanya
karena lamanya pertempuran secara
besar-besaran dan besarnya kekuatan
lawan. Di samping itu semua, kebesaran
arti pertempuran Surabaya juga terletak
pada peran dan pengaruhnya, bagi
jalannya
revolusi
waktu
itu.
Pertempuran
Surabaya
telah
dapat
memobilisasi rakyat banyak untuk ikut
serta, baik secara aktif maupun pasif,
dalam
perjuangan
melawan
musuh
bersama waktu itu, yaitu tentara Inggris
yang melindungi atau menyelundupkan
NICA ke wilayah Indonesia.
Pertempuran Surabaya juga telah
menyebarkan, ke daerah-daerah yang
paling jauh di Indonesia, kesadaran
republiken, patriotisme yang tinggi,
solidaritas seperjuangan di kalangan
berbagai
suku,
agama,
keturunan.
Pengaruhnya bagaikan nyala api besar
yang membakar semangat perlawanan
sehingga muncul juga pertempuran di
banyak tempat di Indonesia. (Untuk
menyebut sekedar sejumlah kecil di
antaranya: di Jakarta pada tanggal 18

November, di Semarang tanggal 18


November, di Riau tanggal 18 November,
di Ambarawa tanggal 21 November, di
pulau Bangka 21 November, di Brastagi
tanggal 25 November, di Bandung
tanggal 6 Desember, di Medan 6
Desember dan di Bogor tanggal 6
Desember.
Ciri utama berbagai perjuangan
yang meletus di banyak kota dan daerah
di Indonesia adalah bahwa peristiwaperistiwa itu mendapat dukungan besar
moral dan material dari rakyat, yang
berarti juga telah menggugah rasa
kebersamaan
patriotik
dalam
perjuangan, dan dalam skala yang luas.
Dalam
kaitan
ini,
patut
dikenang
bersama betapa banyaknya dapur-dapur
umum yang telah diselenggarakan oleh
rakyat di mana-mana bagi mereka yang
berjuang, tanpa imbalan apa pun juga.
Juga, betapa banyaknya rombongan
pemuda-pemuda
yang
berbondongbondong menuju daerah pertempuran.
Artinya,
perjuangan
melawan
tentara
Inggris
dan
NICA
telah

menggugah semangat patriotisme yang


lintas-suku,
lintas-agama,
lintasketurunan ras, dan lintas-aliran politik.
Dengan semangat itu jugalah, rakyat
Indonesia kemudian meneruskan, antara
tahun 1945 sampai 1949, perjuangan
melawan
Belanda,
sesudah
tentara
Sekutu
(Inggris)
meninggalkan
Indonesia.
Dalam
mengenang
arti
Hari
Pahlawan
10
November,
sudah
sepatutnyalah
kiranya
bahwa
kita
memandang peristiwa itu sebagai tahap
yang
penting
dalam
long
march
perjalanan jauh
bangsa kita. Dan
alangkah panjangnya, atau jauhnya,
long march yang harus ditempuh oleh
bangsa kita, untuk melahirkan republik
ini! Long march ini telah secara nyata
dimulai, antara lain, dengan lahirnya
Budi Utomo (Surabaya, 20 Mei 1908,
yang sekarang dirayakan sebagai Hari
Kebangkitan Nasional), lahirnya Sarekat
Islam (Surabaya, 1912), Indische Partij
(Bandung,
1912),
Muhammadiyah
(Jogya 1912), Perhimpunan Indonesia

(di Belanda, 1922) dan lahirnya PNI


(1927).
Dalam barisan panjang long march
bangsa ini patut kita catat juga ikut
sertanya berbagai gerakan seperti Jong
Java (1918), yang disemarakkan pula
oleh lahirnya Jong Sumatra, Jong
Celebes, Jong Ambon, Pemuda Indonesia
(Bandung,
1927),
yang
kemudian
mencapai puncaknya dengan lahirnya
Sumpah Pemuda (1928). Bagian-bagian
lainnya dalam barisan long march
bangsa, yang tidak bisa dilupakan juga,
adalah kelahiran Parindra, Gerindo,
Partindo, Pusat Tenaga Rakyat (1943,
yang dipimpin oleh 4 serangkai Sukarno
Hatta - Ki Hadjar Dewantoro - Kyai Haji
Mas Mansur), kelahiran Pembela Tanah
Air / PETA (1943), dan Barisan Pelopor
(1944, yang dipimpin oleh Bung Karno).
Dan juga gerakan di bawah-tanah antifasisme Jepang, serta pembrontakan
PETA di Blitar (14 Februari 1945).
Kalau kita cermati kembali barisan
long march menuju ke proklamasi
kemerdekaan, maka nampaklah betapa

indahnya dan agungnya pemandangan


itu. Begitu banyak orang dari berbagai
suku, agama, asal keturunan ras,
keyakinan politik, telah ambil bagian
dalam long march yang jauh ini, dengan
pengorbanan yang tidak sedikit. Mereka
ini, dalam situasi yang berbeda-beda,
dan kemampuan yang berbeda-beda,
telah memberikan sumbangan dalam
pembangunan kesadaran nasional untuk
melawan
musuh
yang
satu
:
kolonialisme Belanda.
Oleh karena itu, dapatlah kiranya
dikatakan bahwa tanggal 10 November
1945 merupakan manifestasi terpusat
tekad kolektif rakyat untuk membela
kemerdekaan bangsa dari kolonialisme
Belanda. Yaitu kemerdekaan bangsa
yang sudah diperjuangkan begitu lama
oleh berbagai golongan bangsa sejak
1908.
Tekad
kolektif
ini
telah
diterjemahkan
dalam
pertempuranpertempuran dahsyat bukan hanya di
Surabaya saja, tetapi juga di banyak
pertempuran lainnya di Jawa dan
Sumatera.

Saudara-saudara sekalian sebangsa dan


setanah air,
Seperti diketahui bersama, tema
Peringatan Hari Pahlawan tahun ini
adalah: ".".
Sungguh tepat tema tersebut dengan
situasi kita pada peringatan kali ini
karena
perlu
kita
sadari
bahwa
itu merupakan suatu kondisi
yang harus terus-menerus kita upayakan
dan kita pelihara dengan baik.
Berakhirnya perang dunia ke-II
telah melahirkan perubahan besar dalam
tatanan
masyarakat
dunia
yang
membawa kesadaran akan hak-hak sipil
masyarakat dalam negera. Masyarakat
telah semakin sadar akan tujuan mereka
mendirikan negara yang tidak lain dan
tidak bukan adalah untuk membentuk
kekuatan bersama dalam mencapai
kesejahteraan.
Kekuatan
bersama
ini
harus
dipersatukan
dalam
satu
kerangka
negara dan untuk itu diperlukan suatu

mekanisme
terbentuknya
masyarakat
Indonesia.
tersebut kita
Umum.

demokrasi
bagi
hal tersebut terlebih pada
yang
majemuk
seperti
Mekanisme
demokrasi
sebut sebagai Pemilihan

terbentuknya
pemerintahan
setelah
Pemilu itu sendiri. Saya, anda dan kita
semua dituntut untuk memberikan yang
terbaik bagi negara dimanapun kita
berada dan apapun peran yang kita
sumbangkan.

Suksesnya
Pemilu
akan
membuktikan
negara
kita
sebagai
negara demokratis yang dengannya akan
kita
bentuk
pemerintah
Indonesia
dengan tugas melaksanakan amanat
masyarakat dan bangsa Indonesia yakni
mencapai kemakmuran, keadilan dan
kesejahteraan bagi kita semua.

Dalam mengakhiri sambutan ini,


saya ingin sekali mengingatkan bahwa
tantangan-tantangan yang lebih besar
dan tugas yang lebih berat menanti kita
di tahun-tahun ke depan. Namun saya
yakin bahwa dengan diilhami semangat
juang
yang
telah
menjiwai
para
pendahulu kita dan dengan tekad dan
ketekunan yang sepadan, kita akan
mampu mengatasi tantangan-tantangan
tersebut dan menatap hari depan
dengan penuh keyakinan.

Tentunya, harapan dan amanat ini


akan memerlukan kerja keras dan
proses yang tidak singkat untuk dapat
mencapainya. Untuk itulah pentingnya
kita mensukseskan Pemilu tahun depan
sebagai
satu
tahapan
dalam
merealisasikan cita-cita, harapan dan
amanat para pendiri dan pahlawan
bangsa serta seluruh rakyat Indonesia.
Satu hal yang terlebih penting tidak
boleh kita lupakan adalah bagaimana
kita
mengisi
pembangunan
pasca

Demikian sambutan saya, Merdeka!

You might also like