You are on page 1of 25

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Alzheimer adalah suatu penyakit degeneratif otak yang
progresif, dimana sel-sel otak rusak dan mati sehingga mengakibatkan
gangguan mental berupa kepikunan (demensia) yaitu terganggunya fungsifungsi memori (daya ingat), berbahasa, berpikir dan berperilaku. Sebagian
besar demensia disebabkan oleh penyakit Alzheimer (60%). Demensia adalah
suatu penyakit yang dapat ditatalaksana, dan demensia bukan merupakan
bagian normal dari proses penuaan peningkatan jumlah kasus pada kelompok
usia yang lebih muda (sekitar 40 - 50 tahun).
Penyakit Alzheimer ditemukan pertama kali pada tahun 1907 oleh
seorang ahli psikiatri dan neuropatologi yang bernama Alois Alzheimer. Ia
mengobservasi seorang wanita berumur 51 tahun, yang mengalami gangguan
intelektual dan memori serta tidak mengetahui kembali ketempat tinggalnya,
sedangkan wanita itu tidak mengalami gangguan anggota gerak koordinasi
dan reflek. Pada autopsy tampak bagian otak mengalami atropi yang difus
dan simetris, dan secara mikroskopis tampak bagian kortikal otak mengalami
neuritis plaque dan degenerasi neurofibrillary.
Hal-hal yang dianggap dapat melindungi seseorang dari Alzheimer
adalah gen APO E2&3, pendidikan tinggi (aktivitas otak tinggi), pemakaian
Estrogen, dan penggunaan obat anti inflamasi. Meskipun penyebab belum
diketahui, namun gangguan mental demensia (kepikunan) ini telah dapat
ditatalaksana dengan baik melalui berbagai upaya.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa definisi alzheimer?
b. Bagaimana patofisiologi dari alzheimer?
c. Bagaimana asuhan keperawatan klien dengan alzheimer?

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulis dalam menyusun makalah ini adalah untuk
mendukung kegiatan belajar-mengajar jurusan keperawatan khususnya

Alzheimer

pada mata kuliah keperawatan Neurobehavior tentang asuhan keperawatan


klien dengan penyakit alzheimer.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulis dalam menyusun makalah ini agar mahasiswa
mengetahui definisi alzheimer,patofisiologi dan asuhan keperawatan klien
dengan alzheimer.

Alzheimer

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Alzheimer
Penyakit Alzheimer adalah kondisi neurologis yang ditandai dengan
penurunan daya ingat dan penilaian secara bertahap, yang biasanya disertai
dengan perubahan kepribadian dan kemampuan untuk mengekspresikan diri.
Hal ini terjadi akibat akumulasi dari gumpalan protein dan kekusutan serabut
sel saraf di dalam otak seseorang yang mengakibatkan terjadinya kematian sel
saraf di dalam otak, sehingga mengganggu fungsi normal dari otak. Hal ini
lebih sering terjadi pada mereka dengan riwayat hipertensi atau riwayat
keluarga menderita Alzheimer, dan juga pada orang tua. Sayangnya, tidak ada
pengobatan yang dapat menyembuhkan penyakit ini, dengan sebagian besar
perawatan dan intervensi ditujukan untuk mengurangi gejala saja.
2.2 Patofisiologi
Proses penuaan yang terjadi pada otak dapat berupa penurunan berat
otak, pelebaran sulci serebral, penyempitan gyrus dan pembesaran ventrikelventrikel.
Terjadinya penyakit Alzheimer ini disebabkan karena adanya proses
degeneratif dan hilangnya kemampuan selektif sel-sel dalam korteks serebral.
Hilangnya sel-sel otak baik di kortikal maupun struktur subkortikal misalnya
sel cholinergik mengakibatkan menurunnya produksi neurotransmiter
acethylcoline sampai dengan 75 %.
Secara mikroskopik pasien alzheimer ditemukan adanya lesi pada
jaringan otak yang berupa Neuritic Plague, Neurofibrillary tangles serta
adanya degenerasi granulo vaskuler. Neuritic Plague mengelilingi sel-sel saraf
terminal baik akson maupun dendrit yang mengandung amiloid protein.
Penumpukan Neuritic Plague pada frontal korteks dan hipokampus
mengakibatkan penurunan fungsi. Neurofibrillary Tangles merupakan massa
fibrosa pada sel saraf. Disamping itu kemungkinan degeneratif sel otak juga
terjadi akibat proses metabolisme. Dimana pada pasien dengan alzheimer
umumnya usia lanjut dan terjadi penurunan metabolisme sekitar 25 %.
Alzheimer

Factor predispesisi : virus lambat, atoimun, dan genetik

Penurunan metabolisme dan aliran darah di korteks

Degenerasi neuron kolinergik

Kekusutan neurobilliar yang difus Hilangnya serat saraf kolinergik di korteks serebrum

Terjadi flaksenillis
Penurunan sel neuron kolinergik yang berproyeksi ke hipokamus dan

Kelainan neuro transmiter

Asekolin pada otak mrnurun

Demensia

Perubahan kemampuan merawat diri sendiri


mampuan menyelesaikan masalah,Tingkah
perubahan
keadaan
yangmengembara,
kompleks, danmempunyai
berfikir abstrak
emo
lakumengawasi
aneh, kacau,
cenderung
dorongan

Devisit perawatan diri

Problem
proses
berfikir,
hambatantubuh
interaksi social, hambatan komunikasi verbal
Perubahan nutrisi
dan
kurang
dari kebutuhan
Resiko tinggi trauma

Alzheimer

2.3 Asuhan Keperawatan


a) Pengkajian
Wawancara
Adapun pengkajian yang dilakukan dalam sesi wawancara pada pasien
dengan penyakit Alzheimer diantaranya :
1. Identitas klien
- Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, suku bangsa,
status perkawinan, golongan darah, dan hubungan pasien dengan
penanggung jawab.
2. Keluhan Utama
Keluhan yang mungkin muncul pada penderita Alzheimer,
diantaranya:
- Mengalami penurunan kemampuan melakukan aktivitas
- Mengalami penurunan daya ingat
- Mengalami penurunan berat badan
- Kehilangan kemampuan menyelesaikan masalah
- Mudah marah, pelupa dan apatis
- Tingkah laku aneh, tidak bisa diam dan tidak mampu
mengidentifikasi bahaya
- Mengalami gangguan kognitif
- Sering buang air besar sembarangan
3. Riwayat kesehatan
- Riwayat penyakit dahulu yaitu penyakit apa saja yang pernah
diderita pasien, baik penyakit yang dapat menjadi faktor
pendukung terjadinya penyakit Alzheimer, maupun yang tidak.
- Riwayat penyakit sekarang yaitu penyakit yang diderita pasien
saat ini, dalam kasus ini penyakit Alzheimer
- Riwayat penyakit keluarga yaitu penyakit yang pernah diderita
anggota keluarga yang lain, baik yang dapat menjadi faktor
pendukung terjadinya penyakit Alzheimer maupun yang tidak.
4. Pengkajian Psiko Sosial Spiritual
- Adanya perubahan hubungan dan peran karena pasien menglami
kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola
persepsi dan konsep diri didapatkan pasien merasa tidak berdaya,
tidak ada harapan mudah marah, dan tidak kooperatif. Perubahan
yang terpenting pada pasien dengan penyakit Alzheimer adalah

penurunan kognitif dan memori (ingatan).


Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum:

Alzheimer

Klien dengan penyakit Alzheimer umumnya mengalami penurunan


kesadaran sesuai dengan degenerasi neuron kolinergik dan proses
senilisme. Adanya perubahan pada tanda-tanda vital, meliputi
bradikardi,

hipotensi,

dan

penurunan

frekuensi

pernafasanPemeriksaan tanda-tanda vital


2. Pemeriksaan GCS
Meliputi respon motorik, verbal, membuka mata. Biasanya tingkat
kesadaran pada pasien Alzheimer adalah apatis dengan skor (12-14)
3. Pemeriksaan persistem
- B1 (Breathing)
Pemeriksaan system pernapasan dengan cara inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi.
Gangguan fungsi pernafasan : Berkaitan dengan hipoventilasi
inaktifitas, aspirasi makanan atau saliva dan berkurangnya fungsi
-

pembersihan saluran nafas.


B2 (Blood)
Hipotensi postural : berkaitan dengan efek samping pemberian
obat dan juga gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh
sistem persarafan otonom.

B3 (Brain)
Pengkajian B3 merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap
dibandingkan dengan pengkajian pada sistem lainnya. Inspeksi
umum, didapatkan berbagai manifestasi akibat perubahan tingkah
laku.

B4 (Bladder)
Pada

tahap

lanjut,

beberapa

pasien

sering

mengalami

inkontinensia urin biasanya dengan penurunan status kognitif dari


pasien Alzeimer. Penurunan refleks kandung kemih yang bersifat
progresif dan pasien mungkin mengalami inkontinensia urin,
ketidakmampuan

mengkomunikasikan

kebutuhan,

dan

ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena kerusakan


kontrol motorik dan postural.
- B5 (Bowel)

Alzheimer

Pemenuhan nutrisi berkurang berhubungan dengan intake nutrisi


yang kurang karena kelemahan fisik umum dan perubahan status
kognitif. Penurunan aktivitas umum klien sering mengalami
konstipasi.
-

B6 (Bone)
Adanya

gangguan

keseimbangan

dan

koordinasi

dalam

melakukan pergerakan karena perubahan pada gaya berjalan dan


kaku pada seluruh gerakan memberikan resiko pada trauma fisik
jika melakukan aktivitas.
-

Pengkajian fungsi serebral:


Status mental : biasanya status mental klien mengalami perubahan
yang berhubungan dengan penurunan status
kognitif, penurunan persepsi, dan penurunan
memori, baik jangka pendek maupun jangka
panjang.

4. Pemeriksaan saraf kranial


Saraf I, biasanya pada klien dengan penyakit
alzheimer tidak ada kelainann dan fungsi penciuman

tidak ada kelainan.


Saraf II, hasil tes ketajaman penglihatan
mengalami perubahan sesuai tingkat usia, klien
dengan penyakit alzheimer mengalami penurunan

ketajaman penglihatan.
Saraf III, IV, VI, pada beberapa kasus penyakit
alzheimer biasanya tidak ditemukan adanya

kelainan pada nervus ini.


Saraf V, wajah simetris dan tidak ada kelainan pada

nervus ini.
Saraf VII, persepsi pengecapan dalam batas

normal.
Saraf VIII, adanya tuli konduktif dan tuli persepsi
berhubungan dengan proses senilis dan penurunan
aliran darah regional.

Alzheimer

Saraf IX dan X, didapatkan kesulitan dalam


menelan makanan yang berhubungan dengan

perubahan status kognitif.


Saraf XI, tidak ada atrofi otot

sternokleidomastoideus dan tranpezius.


Saraf XII, lidah simetris, tidak ada deviasi pada
satu sisi dan tidak ada fasikulasi indra pengecapan

normal.
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik pada
penderita alzheimer.Pemeriksaan laboratorium ini hanya untuk
menyingkirkan

penyebab

penyakit

demensia

lainnya

seperti

pemeriksaan darah rutin, B12, Calsium, Posfor, BSE, fungsi renal


dan hepar, tiroid, asam folat, serologi sifilis, skreening antibody yang
dilakukan secara selektif.
Pemeriksaan radiologi
CT Scan
- Menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab demensia
lainnya selain alzheimer seperti multiinfark dan tumor
serebri.Atropi kortikal menyeluruh dan pembesaran ventrikel
keduanya merupakan gambaran marker dominan yang sangat
-

spesifik pada penyakit ini


Penipisan substansia alba serebri dan pembesaran ventrikel
berkorelasi dengan beratnya gejala klinik dan hasil pemeriksaan

status mini mental


PET (Positron Emission Tomography)
Pada penderita alzheimer, hasil PET ditemukan:
-

Penurunan aliran darah


Metabolisme O2
Dan glukosa didaerah serebral
Up take I.123 sangat menurun pada regional parietal, hasil ini
sangat berkorelasi dengan kelainan fungsi kognisi danselalu dan
sesuai dengan hasil observasi penelitian neuropatologi

Alzheimer

10

MRI
- Peningkatan intensitas pada daerah kortikal dan periventrikuler
(Capping anterior horn pada ventrikel lateral).Capping ini
merupakan predileksi untuk demensia awal.Selain didapatkan
kelainan di kortikal, gambaran atropi juga terlihat pada daerah
subkortikal seperti adanya atropi hipokampus, amigdala, serta
-

pembesaran sisterna basalis dan fissura sylvii.


MRI lebih sensitif untuk membedakan demensia dari penyakit
alzheimer dengan penyebab lain, dengan memperhatikan ukuran

(atropi) dari hipokampus.


EEG
Berguna untuk mengidentifikasi aktifitas bangkitan yang
suklinis. Sedang pada penyakit alzheimer didapatkan perubahan
gelombang lambat pada lobus frontalis yang non spesifik.

Alzheimer

11

b) Analisa data
No
1.

Jenis data
DS:
-

mengalami
penurunan
kemampuan
melakukan aktivitas
mengalami
penurunan daya
ingat
mengalami
penurunan berat
badan

DO:
- terlihat kurus
- Berat badan hanya
menurun 15% kg
- tidak bisa mengenali
anggota
keluarganya
- menghindar dan
menolak makan
- kehilangan
kemampuan
mengunyah

Etiologi
Faktor pencetus

Kekusutan neuro fibrilar


yang difus dan plak sinilis

Atropi otak

Masalah
perubahan
nutrisi kurang
dari kebutuhan.
kurang
perawatan diri

Degenerasi neuro
irreversible
Hilangnya serat-serat
koligernik di korteks
Penurunan sel neuron
koligernik
Asetikolin
Daya ingat menurun
Mudah lupa
Kemampuan melakukan
aktivitas
Menurunnya perawatan diri
Perubahan nafsu makan
Berat badan menurun

2.

DS :
- sering buang air
besar sembarangan
DO :
- Kekurangan cairan
ditandai dengan
kulit kering
- inkontinensia
urin/pese
- lupa untuk pergi ke

Alzheimer

Perubahan nutrisi kurang


dari kebutuhan
Faktor pencetus
Kekusutan neuro fibrilar
yang difus dan plak sinilis
Atropi otak

- perubahan pola
eliminasi
urin/alvi
- kerusakan
mobilitas fisik

Degenerasi neuro
irreversible
Hilangnya serat-serat

12

kamar mandi

koligernik di korteks
Penurunan sel neuron
koligernik
Asetikolin
Kehilangan fungsi neurologi
atau tonus otot

3.

DS :
-

DO :
-

- kerusakan mobilitas fisik


- perubahan pola eliminasi
urin/alvi
Faktor pencetus
kehilangan
kemampuan
menyelesaikan
masalah
mudah marah dan
pelupa, apatis

tingkat kesadaran
apatis dengan skor
12-14
kesulitan dalam
menemukan katakata yang benar
bicara terpenggalpengal
bicara tidak
terdengar

Kekusutan neuro fibrilar


yang difus dan plak sinilis
Atropi otak
Degenerasi neuro
irreversible

Alzheimer

Asetikolin
Perubahan intelektual
-

mengalami

Penurunan sel neuron


koligernik

DS :
-

koping individu
tidak efektif
perubahan
proses pikir
hambatan
interaksi sosial
kerusakan
komunikasi
verbal

Hilangnya serat-serat
koligernik di korteks

4.

Kehilangan kemampuan
menyelesaikan masalah
emosi labil, pelupa,
apatis
perubahan proses pikir
hambatan interaksi sosial
kerusakan komunikasi
verbal
koping individu tidak
efektif
Faktor pencetus
-

Sindroma stress
relokasi

13

gangguan kognitif
DO :
-

Siang / malam
terlihat gelisah
Bertanya berulangulang atau
percakapan dengan
substansi kata yang
tidak memiliki arti
kehilangan
kemampuan
membaca dan
menulis
tingkah laku tidak
tepat

Kekusutan neuro fibrilar


yang difus dan plak sinilis

Atropi otak

perubahan pola
tidur
perubahan
persepsi sensori

Degenerasi neuro
irreversible
Hilangnya serat-serat
koligernik di korteks
Penurunan sel neuron
koligernik
Asetikolin
Gangguan kognitif
Muncul gejala neuro
psikiatrik
Perubahan persepsi
transmisi & integrasi sensori
Perubahan persepsi sensori
Kesulitan tidur
Perubahan pola tidur

5.

DS :
- Tingkah laku aneh
dan tidak bisa diam
DO :
- Ekimosis
- Laserasi dan rasa
bermusuhan /
menyerang orang
lain

Sindroma stress relokasi


Faktor pencetus

Resiko trauma

Kekusutan neuro fibrilar


yang difus dan plak sinilis
Atropi otak
Degenerasi neuro
irreversible
Hilangnya serat-serat
koligernik di korteks
Penurunan sel neuron
koligernik

Alzheimer

14

Asetikolin
Perubahan perilaku
Tingkah laku tida bisa
diam& tidaka mampu
mengidentifikasi bahaya
Resiko trauma
c) Diagnosa keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan
diagnosa medis Alzheimer diantaranya :
1. Resiko Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan asupan nutrisi tidak adekuat, penurunan daya
ingat.
2. Perubahan pola eliminasi urin/alvi berhubungan dengan kehilangan
fungsineurologi/tonus otot,ketidakmampuan untuk menentukan letak
kamar mandi/mengenali kebutuhan.
3. Sindrom stress relokasi berhubungan dengan gangguan sensori,
penurunan fungsi fisik.
4. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan
menyelesaikan masalah,
5. Risiko trauma berhubungan dengankelamahan, ketidakmampuan untuk
mengenali/mengidentifikasi bahaya dalam lingkungan.

d) Perencanaan
No

1.

Alzheimer

Diagnosa
keperawatan
Perubahan
nutrisi
kurang dari
kebutuhan
yang
berhubungan
dengan

Tujuan
Dalam waktu
2x24 jam
kebutuhan
nutrisi pasien
terpenuhi,
dengan
kriteria:

Perencanaan
Intervensi
1. Evaluasi
1.
kemampuan
makan
klien.
2. Observasi
BB jika
memungkin

Rasional
Klien
mengalami
kesulitan dalam
mempertahanka
n BB
mereka.Mulut
mereka kering
15

asupan
- mengerti
nutrisi tidak
tentang
adekuat,
pentingya
penurunan
nutrisi bagi
daya ingat.
tubuh
- memperoleh
kenaikan
berat badan

Alzheimer

kan.
akibat obat
3. Manajemen
obatan dan
mencapai
mengalami
kemampuan
kesulitan
menelan.
mengunyah dan
Makanan
menelan.
setengah
2. Tanda
padat
kehilangan BB
dengan
(7-10%) dan
Sedikit air
kekurangan
memudahk
intake nutrisi
an untuk
menunjang
menelan
terjadinya
Klien
masalah
dianjurkan
katabolisme,
untuk
kandungan
menelan
glikogen dalam
secara
otot dan
berurutan
kepekaan
Klien
terhadap
diajarkan
ventilor.
untuk
3. Meningkatkan
meletakan
kemampuan
makanan
klien dalam
diatas
menelan dan
lidah
dapat
menutup
membantu
bibir dan
pemenuhan
bibir
nutrisi klien via
secara
oral. Tujuan
berurutan
lain adalah
Klien
mencegah
dianjurkan
terjadinya
untuk
kelelahan,
mengunya
memudahkan
h pertama
masuknya
kali pada
makanan dan
satu sisi
mencegah pada
mulut dan
lambung
kemudian
ke sisi
yang lain

16

2.

Perubahan
pola
eliminasi
urin/alvi
berhubungan
dengan
kehilangan
fungsi
neurologi/ton
us
otot,ketidak
mampuan
untuk
menentukan
letak kamar
mandi/meng
enali
kebutuhan.

3.

Sindroma
stress
relokasi
berhubungan
dengan

Alzheimer

Dalam waktu 1. Kaji pola


1.
Memberikan
2x24 jam
sebelumnya
informasi
pasien
dan
mengenai
mampu
bandingkan
perubahan yang
menentukan
dengan pola
mungkin
letak kamar
yang
memerlukan
mandi.
sekarang.
pengkajian/inte
2. Letakkan
rvensi.
tempat tidur 2. Meningkatkan
dekat
orientasi/pene
dengan
muan kamar
kamar
mandi.
mandi jika
Inkontinensia
memungkin
mungkin
kan. Buat
disertai
tanda
ketidakmampu
tertentu/pint
an untuk
u berkode
menemukan
khusus.
tempat
Berikan
berkemih/defek
cahaya yang
asi.
3. Menstimulasi
cukup
kesadaran
terutama
pasien,
malam hari.
3. Buat
meningkatkan
program
pengaturan
latihan
fungsi tubuh
defekasi/kan
dan membantu
dung kemih.
menghindari
Tingkatkan
kecelakaan.
partisipasi
pasien
sesuai
tingkat
kemampuan
nya.
1. Tempatkan
pada
ruangan
pribadi jika
mungkin

1. perawatan
dirumah sakit
mengubah
aktivitas rutin
pasien dapat

17

gangguan
sensori,
penurunan
fungsi fisik.

Alzheimer

dan
menimbulkan
bergabung
peningkatan
dengan
masalah
orang
tingkah laku
terdekat
bahkan pda
dalam
orang dengan
aktivitas
gangguan
perawatan,
kognitif sekali
waktu
pun.
makan dst. 2. konsistensi
2. Tentukan
memberikan
jadwal
jaminan dan
aktivitas
mungkin
pasien yang
mengurangi
wajar dan
kebingungan
masukkan
dan
dalam
meningkatkan
kegiatan
rasa
rutin rumah
kebersamaan.
sakit sebisa 3. menurunkan
rasa terkejut.
mungkin.
4.
Memberikamn
3. Berikan
keyakinan,
penjelasan,
menurunkan
informasi
stress,
yang
meningkatkan
menyenangk
kualitas hidup.
an mengenai
kegiatan/per
istiwa.
4. Beri
dorongan
dengan
penggunaan
sentuhan
jika pasien
tidak
mengalami
paranoid
atau sedang
mengalami
agitasi
sesaat.

18

4.

Alzheimer

Koping
individu
tidak efektif
berhubungan
dengan
ketidak
mampuan
menyelesaik
an masalah,

Dalam
waktu
2x24 jam
koping
individu
menjadi
efektif.
dengan
kriteria
hasi :
- Mampu
menyata
kan atau
meng
-komunik
asikan
dengan
orang
terdekat
tentang
situasi
dan
perubaha
n yang
sedang
terjadi,
- mampu
menyata
kan
penerima
an diri
terhadap
situasi,
- mengakui
dan
menggab
ungkan
perubaha
n
kedalam
konsep

1. Kaji
1. Menentukan
perubaha
bantuan
n
dari
individual
gangguan
dalam
persepsi
menyusun
daan
rencana
hubungan
perawatan
dengan
atau
derajat
pemilihan
ketidak
intervensi.
mampuan 2. Dukungan
2. Dukung
dan sumber
kemampu
bantuan
an
dapat
koping.
diberikan
3. Catat
melalui
ketika
ketekunan
klien
berdoa dan
menyatak
penekanan
an
keluar
terpengar
terhadap
uh seperti
aktivitas
sekarat
dengan
atau
mempertaha
mengingk
nkan
ari dan
partisipasi
menyatak
aktiff.
an inilah 3. Mendukung
kematian.
penolakan
4. Beri
terhadap
dukungan
bagian
psikologis
tubuh atau
secara
perasaan
menyelur
negatif
uh
terhadap
5. Anjurkan
gambaran
orang
tubuh dan
yang
kemampuan
terdekat
yang
untuk
menunjukka
mengizin
n kebutuhan
19

diri
dengan
cara
yang
akurat
tanpa
harga diri
yang
negatif.

Alzheimer

kan klien
dan
melakuka
intervensi
n hal-hal
serta
untuk
dukungan
dirinya
emosional.
4.
Klien
semaksim
alzheimer
al
sering
mungkin.
merasa
maalu,
apatis, tidak
adekuat,bos
an dan
merasa
sendiri.
Persaan ini
dapat
disebabkan
akibat
keadan fisik
yang lambat
dan upaya
yang besar
dibutuhkan
terhadap
tugas-tugas
kecil. Klien
dibantu dan
dan
didukung
untuk
mencapai
tujuan yang
dia inginkan
5. Menghidupk
an kembali
perasaan
kemandirian
dan
membantu
perkembang
an harga diri
20

5.

Risiko
trauma
berhubungan
dengan
kelamahan,
ketidak
mampuan
untuk
mengenali /
mengidentifi
kasi bahaya
dalam
lingkungan.

Dalam
1. Kaji
1.
waktu
perubaha
2x24 jam
n
dari
pasien
gangguan
mampu
persepsi
mengenali
daan
dan
hubungan
mengidenti
dengan
fikasi
derajat
bahaya.
ketidak
dengan
mampuan 2.
kriteria
mengiden
hasil :
tifikasi
bahaya
- mampu
2.
Kenalkan
mengidenti
kembali
fikasi
pasien
lingkungan
- mampu
dengan
mengidenti
keluarga
fikasi
pasien
objek/orang
dan
3.
dengan
tim medis
yang
bertugas
di
ruangan
pasien.
3. Kenalkan
pasien
dengan
lingkunga
n rumah
4.
sakit
4. Lakukan
penyuluh
an
tentang

Alzheimer

serta
memepenga
ruhi proses
rehabilitasi.
Menentukan
bantuan
individual
dalam
menyusun
rencana
perawatan
atau
pemilihan
intervensi.
mengenal
anggota
keluarga
dan tim
medis
mampu
mengurangi
ketakutan
terhadap
orang dalam
hayannya
mengenal
lingkungan
rumah sakit
mampu
meningkatk
an
kemampuan
mengidentifi
kasi mana
ruangan
yang aman
bagi pasien
mengenal
benda/objek
mampu
meningkatk
an
21

bendabenda
yang
dapat
membaha
yakan
pasien
dan
orang lain

kemampuan
mengidentifi
kasi
benda/objek
yang
berbahaya
bagi
pasien/oran
g lain.

a) Pelaksanaan keperawatan
No
1.

2.

3.

Alzheimer

Diagnosa
Implementasi
keperawatan
Perubahan nutrisi
1. Mengevaluasi kemampuan makan klien.
2. Memanaje kemampuan menelan.
kurang dari
Memberikan makanan setengah padat
kebutuhan yang
Mengajarkan untuk meletakan
berhubungan
makanan diatas lidah menutup bibir
dengan asupan
dan bibir secara berurutan
nutrisi tidak

Menganjurkan untuk mengunyah


adekuat, penurunan
pertama kali pada satu sisi mulut dan
daya ingat.
kemudian ke sisi yang lain
Perubahan pola
1. Mengkaji pola sebelumnya dan
eliminasi urin/alvi
bandingkan dengan pola yang sekarang.
2.
Meletakkan tempat tidur dekat dengan
berhubungan
kamar mandi dan memberikan cahaya
dengan kehilangan
yang cukup terutama malam hari.
fungsi
3. Membuatuat program latihan
neurologi/tonus
defekasi/kandung kemih
otot,ketidak
mampuan untuk
menentukan letak
kamar
mandi/mengenali
kebutuhan.
Sindroma stress
relokasi
berhubungan
dengan gangguan
sensori, penurunan
fungsi fisik.

1. Menemmpatkan pada ruangan pribadi


dan bergabung dengan orang terdekat
dalam aktivitas perawatan.
2. Menentukan jadwal aktivitas pasien
yang wajar dan memasukkan dalam
kegiatan rutin rumah sakit.
3. Memberikan penjelasan, informasi yang
menyenangkan mengenai
22

kegiatan/peristiwa.
4. Memberi dorongan dengan penggunaan
sentuhan jika pasien tidak mengalami
paranoid atau sedang mengalami agitasi
sesaat.
4.

Koping individu
tidak efektif
berhubungan
dengan ketidak
mampuan
menyelesaikan
masalah,

5.

Risiko trauma
berhubungan
dengan kelamahan,
ketidak mampuan
untuk mengenali
/mengidentifikasi
bahaya dalam
lingkungan.

1. Mengkaji
perubahan
dari
gangguan
persepsi
dan
hubungan
dengan
derajat
ketidak mampuan
2. Menduukung
kemampuan
koping.
3. Mencatat
ketika
klien
menyatakan terpengaruh seperti
sekarat atau mengingkari dan
menyatakan inilah kematian.
4. Memberi dukungan psikologis
secara menyeluruh
5. Menganjurkan
orang
yang
terdekat
untuk
mengizinkan
klien melakukan hal-hal untuk
dirinya semaksimal mungkin.
1. Mengkaji
perubahan
dari
gangguan
persepsi
daan
hubungan
dengan
derajat
ketidak
mampuan
mengidentifikasi bahaya
2. Memperkenalkan kembali pasien
dengan keluarga pasien dan
dengan tim medis yang bertugas
di ruangan pasien.
3. Memperkenalkan pasien dengan
lingkungan rumah sakit
4. Melakukan penyuluhan tentang
benda-benda
yang
dapat
membahayakan
pasien
dan
orang lain

b) Evaluasi
- Mempertahankan fungsi ingatan yang optimal.
- Memperlihatkan penurunan dalam prilaku yang bingung.
Dapat bergerak bebas dan mandiri disekitar rumah/rumah sakit.
- Mengungkapkan rasa keamanan dan terlindung.
- Mengungkapkan perasaan ketenangan dan kepuasan diri.
Alzheimer

23

Menunjukkkan peningkatan kemampuan untuk memahami pesan.

Alzheimer

24

BAB III
PENUTUP
3.1.

Kesimpulan
Penyakit Alzheimer adalah penyakit yang merusak dan
menimbulkan kelumpuhan terjadi terutama menyerang orang
yang

berusia

diatas

65

tahun

tapi

tidak

menutup

kemungkinan dapat juga menyerang anak-anak, bahkan bayi.


Pasien

dengan

penyakit

Alzheimer

mengalami

banyak

kehilangan neuron-neuron hipokarpus dan korteks tanpa


disertai kehilangan parenkim otak, juga terdapat kekusutan
neuro fibrilar. Penyebap pasti penyakit ini belum diketahui,
namun terdapat beberapa faktor predisposisi seperti proses
infeksi virus lambat, autoimun, genetik dan trauma.
Asuhan

keperawatan

Alzheimer

dilakukan

pada

pasien

dengan

dengan

tujuan

penyakit

membantu

mengembalikan fungsi kognitif, motorik dan fungsi-fungsi


bagian tubuh lain yang mengalami gangguan akibat kelainan
neurotransmiternya. Selain itu perhatian terhadap kebutuhan
nutrisi

juga

tetap

dibutuhkan

untuk

mencegah

berkembangnya penyakit lain akibat intake nutrisi yang tidak


adekuat.
3.2.

Saran
Bagi perawat dan keluarga, diharapkan memperhatikan
setiap perubahan yang terjadi pada penderita Alzheimer ini,
karena setiap perubahan baik itu dari segi kognitif dan
motorik
Karenanya

mempengaruhi
dibutuhkan

aktivitas
perhatian

sehari-hari
lebih

bagi

pasien.
penderita

Alzheimer ini.
3.3.

Penutup
Demikian makalah ini penulis susun, semoga makalah ini bisa menjadi
bahan acuan bagi pembaca. Mohon maaf atas segala kekurangan baik itu dari
segi bahasa maupun dari segi penulisan. Terimakasih.

Alzheimer

25

Alzheimer

26

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & suddarth,2002., Keperawatan Medical Bedah Edisi 8 Vol 1.
Penerbit Buku Kedokteran,EGC.
Powell R. Don.Dr. 2003., 365 Tips Hidup Sehat. Delapratasa publishing.
Doenges E. Marilynn,2000., Rencana Asuhan Keperawatan. Penerbit Buku
Kedokteran.EGC
Price A.Sylvia.1995., Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedahedisi 8. Jakarta: EGC.
http://muhamadrezapahlevi.blogspot.com/2012/05/asuhankeperawatan-alzheimer.html

http://yulianafransiska.wordpress.com/2009/03/15/alzheimerdementia-pada-penyakit-alzheimer/
http://suwandi-asuhankeperawatanalzheimer.blogspot.com/

Alzheimer

27

You might also like