You are on page 1of 20

BAB V

ANALISIS PENYEBAB MASALAH

V. 1.

Kerangka Pikir Pemecahan Masalah

Masalah merupakan kesenjangan antara keadaan fisik yang


diharapkan dengan kenyataan, yang menimbulkan rasa ketidakpuasan dan
keinginan untuk memecahkannya. Dengan demikian didapatkan ciri-ciri
masalah yaitu menyatakan hubungan dua atau lebih variabel, dapat diukur,
dan dapat diatasi. Dalam proses pemecahan masalah terdapat urutan siklus
pemecahan suatu masalah, yaitu

Identifikasi
Masalah
Monitoring
Dan
Evaluasi

Penentu
an
Penyeba
b
Masalah

Penyusun
an
Rencana

Memilih
Penyeba
b
Yang
Paling
Mungkin

Penerapa
n

Penetapa
n
Pemecah
an
Masalah
Terpilih

Menentuk
an
Alternatif
Pemecaha
n
Masalah

Gambar 5.1.Kerangka Pikir Pemecahan Masalah

48

49

Berikut ini merupakan urutan dalam siklus pemecahan suatu masalah,


yaitu:
1. Identifikasi atau Inventarisasi Masalah
Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan, yang ingin
dicapai, menetapkan indikator tertentu sebagai dasar pengukuran
kinerja, misalnya SPM. Kemudian mempelajari keadaan yang terjadi
dengan menghitung atau mengukur hasil pencapaian. Kemudian
membandingkan antara kedaan nyata yang terjadi (cakupan) dengan
keadaan tertentu yang diinginkan atau indikator tertentu yang sudah
ditetapkan (target).
2. Penentuan Penyebab Masalah
Digali berdasarkan data atau kepustakaan dengan curah
pendapat. Untuk menentukan penyebab masalah dilakukan dengan
membuat diagram fishbone berdasarkan kedekatan sistem. Dalam
menganalisis penyebab masalah secara menyeluruh digunakan
pendekatan sistem meliputi input, proses, output, outcome serta
environment. Sehingga dapat ditelusuri hal-hal yang menjadi
kemungkinan menyebabkan munculnya permasalahan-permasalahan
tersebut.

50

Gambar 5.2. Diagram Fish Bone

3. Memilih Penyebab yang Paling Mungkin


Penyebab masalah paling mungkin terjadi harus dipilih
berdasarkan sebab-sebab yang didukung oleh data atau konfirmasi.
4. Menentukan Alternatif Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah apabila
penyebab masalah sudah dapat teridentifikasi dengan baik namun
dalam pemecahan masalah harus memiliki berbagai macam alternatif
pemecahan masalah.
5. Penetapan Pemecahan Masalah Terpilih
Setelah

alternatif

pemecahan

masalah

ditentukan

maka

dilakukan pemilihan pemecahan masalah terpilih (paling efektif dan


efisien) apabila ditemukan beberapa alternatif maka digunakan metode
kriteria Matrix untuk menentukan atau memilih pemecahan terbaik.

51

6. Penyusunan Rencana Penerapan


Rencana penerapan masalah dibuat dalam bentuk POA (Plain
Of Action) atau rencana kegiatan.
7. Monitoring dan Evaluasi
Untuk mengetahui keberhasilan dari pemecahan suatu masalah
dilakukan monitoring pada saat proses penyelesaiaan masalah tersebut
berlangsung dan evaluasi setelah seluruh permasalahan selesai.

V.2 Analisis Penyebab Masalah


Untuk menganalisa penyebab masalah secara menyeluruh dapat
menggunakan metode pendekatan sistem yang meliputi input, proses,
output, outcome, impact, dan lingkungan.

INPUT

PROSES

OUTP
UT

Man

P1

Money

P2

Method
Matherial
Machine

P3

Cakupa
n
Progr
am

LINGKUNGAN
Fisik
Non fisik

Gambar 5.3 Kerangka Pemikiran Pendekatan Sistem

52

Gambar diatas menjelaskan proses pengkajian masalah


dengan metode pendekatan sistem. Dalam hal ini dilihat apakah
ouput (skor pencapaian dari suatu indikator kinerja) bermasalah atau
tidak? Apabila bermasalah, maka penyebab masalah dapat kita
analisis dari input dan proses kegiatan tersebut. Input meliputi 5
indikator, antara lain man (sumber daya manusia), money (biaya),
methode (cara pelaksanaan kegiatan/program), matherial
(perlengkapan), machine (peralatan). Sedangkan proses menjelaskan
fungsi

manajemen

(Penggerakkan

dan

yang

meliputi

Pelaksanaan),

P1
dan

(Perencanaan),
P3

P2

(Pengawasan,

Pengendalian, dan Penilaian). dan Lingkungan, yang kemudian


dituangkan dalam diagram fishbone. Masalah yang timbul terdapat
pada output dimana hasil kegiatan atau cakupan kegiatan tidak sesuai
dengan target pencapaian. Sistem yang diutarakan pada laporan ini
adalah sistem terbuka pelayanan kesehatan.
Lingkungan adalah segala sesuatu ataupun kondisi di sekitar
lingkup kehidupan manusia yang mempengaruhi kehidupan dan
perkembangannya, antara lain :
Fisik : lingkungan alamiah di sekitar manusia (fisik, kimiawi,
biologik).
Non fisik : lingkungan yang muncul akibat adanya interaksi
antar manusia (sosial budaya, sosial ekonomi, kependudukan,
kebijakan).

53

V.3

Menentukan Penyebab Masalah


Setelah didapatkan data melalui wawancara dan hasil survei,
selanjutnya akan dilakukan evaluasi/pengamatan untuk menentukan
kemungkinan penyebab masalah dengan metode pendekatan sistem yang
akan dibahas pada tabel berikut :
Tabel 5.1 Analisis Input Penyebab Masalah
INPUT

Man

Money

KELEBIHAN

KEKURANGAN

Jumlah Petugas di BPU


terdiri dari dokter,
perawat

Masih
banyak petugas
kesehatan
yang tidak

dan

mematuhi

bidan.yang

ada di

SOP

dan

program P2 Diare.

kurang memahami SOP.

Terdapat 1 bidan desa yang

Tidak

bertugas di Posyandu.

pelatihan kader untuk P2

Terdapat kader di Desa.

Diare

Ada dana
Operasional

Belum ada dana khusus


untuk
program
P2

(BOK)

dari

Bantuan
Kesehatan

untuk

program

dilakukan

Diare.

pemeriksa kesehatan (untuk


petugas dan kader)
Methode

Terdapatnya SOP (Standar


Operasional Prosedur) dalam

Penerapan SOP belum


sesuai terutama
saat

mendiagnosa

anamnesis

memberikan
dengan diare.

dan
terapi

balita

dan

pemeriksaan yang belum


maksimal.

5
4

Pencatatan

dan

Pelaporan

dilakukan

dengan

cara

Tidak

adanya

penyuluhan

berkala

pencatatan setiap pasien yang

mengenai

datang ke BP Puskesmas

dari Dinkes Kabupaten

Secang I.

maupun

Terdapatnya program kerja

kesehatan.

khusus diare.

Metode yang digunakan

Pasien balita
dibawa ke
ruangan BP umum dan akan
diperiksa

oleh

petugas

kesehatan yang ada (dokter,


perawat atau bidan)

dari

untuk
pasien
diare

Diare

baik

petugas

menemukan
balita

dengan

hanya

bersifat

pasif.
Tidak pernah dilakukan
Metode pencatatan dan
pelaporan kasus balita
dengan diare dari RS
rujukan,
praktek

maupun
dokter

umum/swasta yang ada


di Desa juga dari bidan
yang berpraktek di Desa.
Kurangnya

koordinasi

antara

pelayanan

kesehatan

lainnya

dengan Puskesmas

55

Secang I.
Kurangnya

koordinasi

antara kader tiap dusun


dengan

bidan

madusari

Desa
sebagai

penanggung

jawab

daerah binaannya..
Matherial

Terdapatnya
pelayanan

tempat
kesehatan

(Puskesmas Secang I)
ruangan
untuk

yaitu

Tidak
tersedianya
ruangan pojok oralit.
Masyarakat

balai

pengobatan

proses

anamnesa,

pelayanan

serta diagnosis

yang ada.

pemeriksaan

kurang

memanfaatkantempat
kesehatan

pasien diare.
Tersedianya bangunan

tetap

berupa

untuk

posyandu

tempat kegiatan posyandu di


Desa Madusari.
Adanya

laboratorium

di

Puskesmas guna mendukung


pelaksanaan

program

P2

diare.
Machine

Tersedia alat
untuk kegiatan

transportasi
operasional

Tidak
tersedianya
Laboratorium
untuk

56

untuk merujuk.

pemeriksaan feces.

Tersedianya peralatan yangTidak tersedianya poster,


memadai kegiatan pelayanan
seperti

brosur tentang penyakit


diare di puskesmas.

stetoskop,thermometer,timba

Tidak

tersedia

juga

ngan berat badan.

kertas

panduan

atau

Tersedianya obat-obatan

Standar

untuk

Prosedur (SOP)

penangananbalita

Operasional

diare.

penyakit

Perlengkapan yang diperlukan

Puskesmas.

yaitu berupa catatan rekaman

Kurangnya

medis

yang baik balita dengan

dan sistem informasi

diare

untuk

pencatatan

untuk mendata balita dengan

diare

diare. Balai

melalui SIMPUS.

pengobatan di

yang

di

ditangani

Puskesmas Secang I telahKurangnya


mempunyai SIMPUS (Sistem

ketersediaanya

Informasi

obatan diare yang sesuai

Manajemen

Puskesmas).

obat-

standar.

Tabel 5.2. Analisis Lingkungan Penyebab Masalah


Kelebihan
Lingkungan

Tempat
kesehatan

Kekurangan
pelayanan
sangat

Pengetahuan Masyarakat
tentang penyakit diare

57

terjangkau dan
begitu jauh dari

tidak
rumah

pasien.

masih kurang.
Kuranganya
kesadaran
masyarakat

Terdapat

balai

pengobatan

akan

kesehatan lingkungan.

lain dengan

sarana

yang

lebih

memadai

dan

kualitas

pemeriksaan

penunjang

yang lebih baik (Klinik


Swasta, Rumah sakit)
Tabel 5.3 Analisis Proses Penyebab Masalah

Proses
P1
(perencanaan)

Kelebihan
Tersedianya
pelayanan

Kekurangan
jadwal
dibalai

Tidak
perencanaan

adanya

Pengobatan Umum dan

penyuluhan,

Posyandu.

pembuatan poster,
penyebaran Leaflet
ataupun brosur
penyakit diare.
Belum

adanya

perencanaan

jadwal

pelaksanaan

kegiatan

dari program P2 diare

58

seperti penyuluhan.
Tidak
perencanaan
untuk
balita
pada

adanya
khusus

penjaringan
dengan

diare

saat posyandu,

pustu, dan PKD.


Perencanaan pencatatan
balita

dengan

yang
terkoordinir

diare
belum
dengan

baik.
P2
(penggerakkan,
pelaksanaan)

Penanganan
Pelaksanaan program P2
Diare

di

puskesmas

Dalam pelaksanaannya
program
banyak
petugas kesehatan yang

dilakukan setiap hari

kurang mematuhi dan

kerja

memahami

di

Balai

pengobatan Umum.
Pelaksanaan
sudah

SOP penyakit diare.

pelayanan

sesuai dengan

yang dijadwalkan.
Penanganan
dilakukan
cukup cepat.

tentang

Tidak

adanya

Pelaksanaan
penyuluhan,

diare

pembuatan

poster,

dengan

penyebaran

brosur

tentang penyakit diare

59

baik
pustu

di puskesmas,
maupun

posyandu.
P3
(pengawasan,

Adanya laporan
berjalan.

pengendalian,

Kepala

penilaian)

bulan

Puskesmas

Tidak
dilakukan
dan

pernah
pencatatan

pelaporan kasus

melakukan pengawasan

balita

dengan

langsung

dari

RS

terhadap

diare

rujukan,

petugas P2

Diare dan

maupun praktek dokter

melakukan

penilaian

umum/swasta yang ada

atau evaluasi terhadap

di Desa juga dari bidan

laporan bulanan

yang

yang

diberikan

oleh

Desa.

koordinator

program.

berpraktek

di

Kurangnya koordinasi
serta evaluasi antara
petugas kesehatan di
Pustu, PKD, dan Bidan
didaerahnya

dengan

koordinator

Program

P2 diare di Puskesmas
Secang I.
Adanya

ketidak

sesuaian antara

hasil

laporan dari SIMPUS

60

dengan data rekap dari


koordinator

Program

P2 diare di Puskesmas
Secang I.
Berkaitan
adanya
koordinator
P2

Diare,

dengan
pergantian
Program
sistem

pencatatan

dan

pelaporan

balita

dengan diare kurang


terkoordinir

dengan

baik.

Berdasarkan analisis melalui pendekatan sistem di atas, maka dapat


diketahui beberapa kemungkinan penyebab masalah, yaitu :
1. Masih banyak petugas kesehatan yang tidak mematuhi SOP dan kurang
memahami SOP.
2. Tidak dilakukan pelatihan kader untuk P2 Diare
3. Belum ada dana khusus untuk program P2 Diare.
4. Penerapan

SOP belum

sesuai

terutama

saat

anamnesis

dan

pemeriksaan yang belum maksimal.


5. Tidak adanya penyuluhan berkala mengenai Diare baik dari Dinkes
Kabupaten maupun dari petugas kesehatan.

61

6. Metode yang digunakan untuk menemukan pasien balita dengan diare


hanya bersifat pasif.
7. Tidak pernah dilakukan Metode pencatatan dan pelaporan kasus balita
dengan diare dari RS rujukan, maupun praktek dokter umum/swasta
yang ada di Desa juga dari bidan yang berpraktek di Desa.
8. Kurangnya koordinasi antara pelayanan kesehatan lainnya dengan
Puskesmas Secang I.
9. Kurangnya koordinasi antara kader tiap dusun dengan bidan Desa
madusari sebagai penanggung jawab daerah binaannya..
10. Tidak tersedianya ruangan pojok oralit.
11. Masyarakat kurang memanfaatkan tempat pelayanan kesehatan yang
ada.
12. Tidak tersedianya Laboratorium untuk pemeriksaan feces.
13. Tidak tersedianya poster, brosur tentang penyakit diare di puskesmas.
14. Tidak tersedia juga kertas panduan atau Standar Operasional Prosedur
(SOP) untuk penyakit diare di Puskesmas.
15. Kurangnya pencatatan yang baik balita dengan diare yang ditangani
melalui SIMPUS.
16. Kurangnya ketersediaanya obat-obatan diare yang sesuai standar.
17. Pengetahuan Masyarakat tentang penyakit diare masih kurang.
18. Kuranganya kesadaran masyarakat akan kesehatan lingkungan.
19. Tidak adanya perencanaan, penyuluhan, pembuatan poster, penyebaran
Leaflet, ataupun brosur penyakit diare.

62

20. Belum adanya perencanaan jadwal pelaksanaan kegiatan dari program


P2 diare seperti penyuluhan.
21. Tidak adanya perencanaan khusus untuk penjaringan balita dengan
diare pada saat posyandu, pustu, dan PKD.
22. Perencanaan pencatatan balita dengan diare yang belum terkoordinir
dengan baik.
23. Dalam pelaksanaannya program banyak petugas kesehatan yang
kurang mematuhi dan memahami tentang SOP penyakit diare.
24. Tidak adanya Pelaksanaan penyuluhan, pembuatan poster, penyebaran
brosur tentang penyakit diare baik di puskesmas, pustu maupun
posyandu.
25. Tidak pernah dilakukan pencatatan dan pelaporan kasus balita dengan
diare dari RS rujukan, maupun praktek dokter umum/swasta yang ada
di Desa juga dari bidan yang berpraktek di Desa.
26. Kurangnya koordinasi serta evaluasi antara petugas kesehatan di Pustu,
PKD, dan Bidan didaerahnya dengan koordinator Program P2 diare di
Puskesmas Secang I.
27. Adanya ketidak sesuaian antara hasil laporan dari SIMPUS dengan
data rekap dari koordinator Program P2 diare di Puskesmas Secang I.
28. Berkaitan dengan adanya pergantian koordinator Program P2 Diare,
sistem pencatatan dan pelaporan balita dengan diare kurang
terkoordinir dengan baik.
Hasil analisis masalah di atas dapat dibuat dalam bentuk diagram
fishbone yaitu sebagai berikut

P1

P3
Tidak pernah dilakukan pencatatan dan
pelaporan kasus balita dengan diare dari RS
rujukan, maupun praktek dokter umum/swasta
yang ada di Desa juga dari bidan yang
berpraktek di Desa.
Kurangnya koordinasi serta evaluasi antara
petugas kesehatan di Pustu, PKD, dan Bidan
didaerahnya dengan koordinator Program P2
diare di Puskesmas Secang I.
Adanya ketidak sesuaian antara hasil laporan
dari SIMPUS dengan data rekap dari
koordinator Program P2 diare di Puskesmas
Secang I.

P2
Dalam pelaksanaannya program banyak
petugas kesehatan yang kurang mematuhi
dan memahami tentang SOP penyakit diare.
Tidak adanya Pelaksanaan penyuluhan,
pembuatan poster, penyebaran brosur
tentang penyakit diare baik di puskesmas,
pustu maupun posyandu.

63

Tidak adanya perencanaan


penyuluhan, pembuatan poster,
penyebaran Leaflet ataupun
brosur penyakit diare.
Belum adanya perencanaan jadwal
pelaksanaan kegiatan dari program P2
diare seperti penyuluhan.
Tidak adanya perencanaan khusus
untuk penjaringan balita dengan diare
pada saat posyandu, pustu, dan PKD.
Perencanaan pencatatan balita dengan
diare yang belum terkoordinir dengan
baik.

MASALAH
Rendahnya cakupan
Method
Penerapan SOP belum sesuai terutama saat anamnesis dan
pemeriksaan yang belum maksimal.
Tidak adanya penyuluhan berkala mengenai Diare baik dari
Dinkes Kabupaten maupun dari petugas kesehatan.
Metode yang digunakan untuk menemukan pasien balita
dengan diare hanya bersifat pasif.
Tidak pernah dilakukan Metode pencatatan dan pelaporan
kasus balita dengan diare dari RS rujukan, maupun praktek
dokter umum/swasta yang ada di Desa juga dari bidan yang
berpraktek di Desa.
Kurangnya koordinasi antara pelayanan kesehatan lainnya
dengan Puskesmas Secang I.
Kurangnya koordinasi antara kader tiap dusun dengan
bidan Desa madusari sebagai penanggung jawab daerah
binaannya..

Material
Tidak tersedianya ruangan pojok oralit.
Masyarakat kurang memanfaatkan
tempat pelayanan kesehatan yang ada.

Money

INPUT

Belum ada dana khusus untuk program P2


Diare.

Balita dengan diare di


Man
Masih banyak petugas kesehatan yang
tidak mematuhi SOP dan kurang
memahami SOP.
Tidak dilakukan pelatihan kader untuk P2
Diare

LINGKUNGAN
Pengetahuan Masyarakat tentang penyakit diare masih kurang.
Kuranganya kesadaran masyarakat akan kesehatan lingkungan.

Machine
Tidak tersedianya Laboratorium
untuk pemeriksaan feces.
Tidak tersedianya poster, brosur
tentang
penyakit
diare
di
puskesmas.
Tidak tersedia juga
kertas
panduan atau Standar Operasional
Prosedur (SOP) untuk
penyakit
diare di Puskesmas.
Kurangnya pencatatan yang baik
balita dengan diare yang ditangani
melalui SIMPUS.
Kurangnya ketersediaanya obatobatan diare yang sesuai standar.

Gambar 5.4. Diagram Fish Bone

Desa Madusari 3,33%


Periode Juli 2015Januari 2016

6
4

V.4

Pemilihan Penyebab Masalah Paling Mungkin


Setelah melakukan konfirmasi kepada koordinator program P2
Diare khususnya mengenai cakupan balita diare yang ditemukan/ditangani
sesuai standar, dari kemungkinan penyebab masalah diatas didapatkan
masalah yang paling mungkin yaitu :
1. Pelatihan kader untuk P2 Diare khususnya tentang diare jarang
dilakukan.
2. Tidak tersedia kertas panduan atau Standar Operasional Prosedur (SOP)
untuk penyakit diare sehingga masih banyak petugas kesehatan yang
tidak mematuhi SOP dan kurang memahami SOP
3. Kurangnya pelaksanaan penyuluhan, penyebaran poster, leaflet ataupun
brosur tentang penyakit diare baik di Puskesmas ataupun posyandu di
Desa.
4. Tidak pernah dilakukan pencatatan dan pelaporan kasus balita dengan
diare dari RS rujukan, maupun praktek dokter umum/swasta yang ada
di Kecamatan Secang juga dari bidan yang berpraktek di Kecamatan
Secang.
5. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit diare

You might also like