You are on page 1of 8

ACARA I

KALORIMETRI

A Pendahuluan
1

Latar belakang
Kalor atau panas adalah hal yang tidak dapat dihindari di dalam
kehidupan sehari hari. Sadar atau tidak kita sadari perpindahan kalor dapat
terjadi di mana saja. Perpindahan kalor dapat terjadi pada saat kita memasak,
mendinginkan makanan yang panas, berada di sekitar api unggun, dan lain
sebagainya. Perpindahan tersebut dapat kita rasakan secara konduksi,
konveksi ,dan radiasi.
Kalor atau panas sendiri adalah suatu energi yang sangat penting di
dalam kehidupan manusia. Kalor atau panas digunakan oleh manusia dalam
pengolahan berbagai hasil industry salah satunya pangan. Contoh kecilnya
adalah dalam pengolahan kopi yang akan memiliki cita rasa yang sangat enak
saat di campur dalam suhu yang tepat.
Karena kalor atau panas merupakan bentuk dari energi, maka kalor
atau panas memiliki sifat kekal dari hokum kekekalan energi. Dalam
praktikum kali ini, praktikum dilakukan dengan mencampurkan beberapa
bahan larutan untuk mengetahui bagaimana hokum kekekalan energi berlaku.
Hukum kekekalan energi berlaku dengan menggunakan asas black pada
kalorimeter.

Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum acara I adalah
a Menentukan nilai kapasitas panas jenis (c) suatu larutan tertentu dengan
menggunakan asas black.

Waktu dan Tempat praktikum


Praktikum acara I Kalori Metri dilaksanakan pada hari Kamis, 10
Oktober 2013 pada pukul 07.00 09.00 WIB bertempat di Laboratorium
Rekayasa Proses Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Sebelas Maret Surakarta.

B Tinjauan Pustaka
Panas adalah bentuk energi yang pada sistem tertutup dapat
menembus bidang batas bila antara sistem dan lingkungannya erdapat
gradien temperatur. Sejumlah panas, dengan simbol q, dapat ditransfer dari
sistem ke lingkungan atau sebaliknya dari lingkungan ke sistem. Panas
bukanlah besaran intrinsik sistem; ia bisa masuk ke sistem dan juga bisa
keluar dari sistem. Dalam menuliskan formula thermodinamik, qdiberi tanda
positif jika ia masuk ke sistem dan diberi tanda negatif jika ia keluar dari system
(Sudirham, 2012).
Kalor adalah suatu bentuk energi. Karena kalor adalah energi maka
kalor bersifat kekal. Satuan SI dari kalor adalah joule. Satuan satuan lain yang
digunakan untuk panas adalah kalori (1 kal = 4.148 J) dan British thermal unit
(1 Btu = 1054 J) . Kalori yang digunakan oleh para ahli gizi disebut kalori
besar dan sebenarnya adalah satu kilo kalori (Bueche, 1989).
Nilai kaor tergantung pada sigat bahan yang mempengaruhi massa
jenisnya. Sehingga semakin tinggi berat jenis bahan, maka semakin tinggi nilai
kalor yang diperolehnya. Nilai kalor juga akan berpengaruh pada laju permukaan
pada proses pembakaran, semakin tinggi nilai kalor bakar maka semakin lambat
laju pembakaran pada proses pembakaran(Tirono, 2011).
Energi matahari merupakan sumber energi yang paling banyak di
bumi. Konversi energi matahari menjadi energi panas yang kemudian

menghasilkan listrik adalah aplikasi energi matahari yang paling penting. Energi
yang berasal dari matahari perlu disimpan karena ketersediaan energi matahari
tergantung pada waktu, kondisi cuaca, dan garis lintang, dimana permintaan
listrik bervariasi tergantung waktu . Energi ini dapat disimpan sebagai energi
termal atau listrik. Penyimpanan energi termal merupakan teknologi yang
penting untuk efisiensi energi. Oleh karena itu, penyimpanan energi termal
dianggap sebagai metode yang ekonomis (Pikra, 2010).
Bila dalam suatu sistem terdapat gradien temperatur, atau bila ada dua
sistem yang temperaturnya berbeda bersinggungan, maka akan terjadi
perpindahan kalor. Proses dimana sesuatu yang dipindahkan diantara sebuah
sistem dan sekelilingnya akibat perbedaan temperatur ini berlangsung disebut
kalor. Perpindahan kalor pada umumnya terjadi dengan tiga cara yaitu : konduksi
(conduction); konveksi (convection); serta radiasi (radiation). Konduksi Perpindahan kalor secara perambatan atau konduksi adalah perpindahan kalor
dari suatu bagian benda padat ke bagian lain dari benda padat yang sama, atau
dari benda padat yang satu ke benda padat yang lain karena terjadi
persinggungan

fisik

atau

menempel

tanpa

terjadinya

perpindahan

molekulmolekul dari benda padat itu sendiri. Konveksi - Perpindahan kalor


secara aliran atau konveksi adalah perpindahan kalor yang dilakukan oleh
molekul-molekul suatu fluida (cair atau gas). Molekul- molekul fluida tersebut
dalam gerakannya melayang kesana-kemari membawa sejumlah kalor. Konveksi
adalah perpindahan panas melalui media gas atau cairan seperti udara di dalam
es dan air yang dipanaskan di dalam ceret. Udara bersinggungan dengan pipapipa Evaporator yang dingin di dalam lemari. Udara mengambil panas, udara
akan merenggang dan menjadi ringan, kemudian mengalir lagi ke atas sampai
udara bersinggungan lagi dengan pipa evaporator. Radiasi - Perpindahan kalor
secara pancaran atau radiasi adalah perpindahan kalor suatu benda ke benda yang
lain melalui gelombang elektromagnetik tanpa medium perantara. Bila pancaran
kalor menimpa suatu bidang, sebagian dari kalor pancaran yang diterima benda

tersebut akan dipancarkan kembali (re-radiated), dipantulkan (reflected) dan


sebagian dari kalor akan diserap (Halauddin, 2006).
Dalam pengukuran suhu digunakan termometer. Termometer
digunakan karena indera manusia tidaklah cukup akurat untuk menentukan
perubahan kecil dalam suhu. Ilmu diagnosa kesehatan menjadi sangat maju
dengan penemuan pada tahun 1593 oleh Galileo tentang thermoscope, yang
berdasarkan dari pemuaian dari udara atau cairan, dan selanjutnya adalah
penemuan dari termometer. Yang memberikan indikasi kuantitif akan perubahan
suhu (Miller,1959).
Selain menggunakan kalorimeter kita juga dapat menggunakan
economizerdalam proses pemindahan panas.Economizeradalah alat pemindah
panas berbentuk

tubularyang digunakan untuk memanaskan air umpan

boilersebelum masuk ke steam drum. Istilah economizerdiambil dari kegunaan


alat tersebut, yaitu untuk menghemat (to economize) penggunaan bahan bakar
dengan mengambil panas (recovery) gas buang sebelum dibuang ke
atmosfir.Kinerja economizerditentukan oleh fluida yang mempunyai koefisien
perpindahan panas yang rendah yaitu gas. Kecepatan perpindahan panas dapat
ditingkatkan dengan cara meningkatkan koefisien perpindahan panas total
dengan cara mengatur susunan tubing/properti findan meningkatkan luas kontak
perpindahan panas. Respon yang dihasilkan oleh economizeradalah efektifitas
perpindahan panas dan biaya operasi (Akbar, 2009).
Kapasitas panas adalah panas yang diperlukan untuk menimbulkan
kenaikan suhu pada massa tertentu dari bahan, berbeda pada tiap bahan. Bila
suhu benda naik T, karena pemberian panas sebanyak Q. Perbandingan panas
yang diberikan terhadap kenaikan suhu disebut kapasitas panas benda.banyaknya
kapasitas panas dinyatakan dengan banyaknya kalori pertingkat derajat celcius
atau Btu pertingkat derajat Fahrenheit. Untuk memperoleh suatu angka chas bagi
bahan suatu benda, maka kapasitas panas jenis dari suatu bahan didefinisikan
sebagai kapasitas panas persatuan massa dari benda tersebut.

c=

Q
m T (Sears,1949).

Karena panas jenis air praktis konstan meliputi jangkauan temperatur


yang lebar, panas jenis sebuah benda dengan mudah dapat diukur dengan
memanaskan benda sampi suatu temperatur tertentu yang mudah diukur, dengan
menempatkannya dalam bejana air yang massa dan temperaturnya diketahui, dan
dengan mengukur temperatur kesetimbangan akhir. Jika seluruh system terisolasi
dari sekitarnya.prosedur ini di tempatkan pada wadah yang terisolasi yang
disebut calorimeter. Misalkan m adalah massa benda. C adalah panas jenis dan Ta
adalah temperature awal, jika Tb adalah temperature akhir benda di dalam bejana
air, maka panas yang keluar dari benda adalah
Q keluar =mc(T aT b) ..(Tippler, 1998).
Dalam penerapannya, proses perpindahan panas digunakan dalam
pembuatan garam dengan gradien pembentukan kadar garam. Tujuan utama dari
gradient pembentukan kadar garam adalah untuk mencegah pengurangan dari
panas itu sendiri. Kapasitas panas pada saat kenaikan suhu dan konsentrasi akan
membantu untuk menghasilkan kalkulasi yang akurat dari energi termal yang
butuhkan (Ramalingam, 2012).

C Alat, Bahan, dan Cara Kerja


1

Alat
a

Kalorimeter

Thermometer

Timbangan

d
2

Pemanas Air

Bahan
a

Air

Larutan Kopi

Larutan Garam

Cara Kerja
a

Mempersiapkan kalorimeter yang akan digunakan

Menentukan massa bejana, kapasitas jenia air (c) air, massa air, dan suhu
awalnya.

Menentukan massa dan suhu larutan kopi atau garam yang kapasitas panas
jenisnya belum diketahui.

Melakukan proses pencampuran dengan memasukan bahan yang memiliki


suhu lebih rendah terlebih dahulu.

Mencatat suhu akhir campuran setelah stabil.

Mencari nilai kapasitas panas jenis (c) larutan berdasarkan asas black.

Mengulangi percobaan untuk mendapatkan hasil yang akurat.

Membilas peralatan dengan akuades setiap kali selesai pengukuran dan di


bersihkan dengan lap atau tissue sampai kering.

DAFTAR PUSTAKA
Akbar, M. Sjahid; dkk.2009. Kinerja Economizer pada Boiler. Jurnal Teknik Industri,
Vol. 11, No. 1, Juni 2009, pp. 72-81.
Bueche, Frederick J. 1999.Teori dan Soal-Soal Fisika Edisi Kedelapan. Jakarta.
Erlangga.
Halauddin. 2006.Pengukuran Konduktivitas Termal Bata Merah Pejal. Jurnal Gradien
Vol. 2 No. 2 Juli 2006 : 152-155.
Miller,Franklin. 1959. College Physics. Harcourt. United States of America.
Pikra, Ghalya; dkk. 2010. Analisis Rugi-Rugi Panas Pada Tangki Penyimpan Panas
Dalam Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Matahari.Journal of
Mechatronics, Electrical Power, and Vehicular TechnologyVol. 01, No.
1, 2010.
Ramalingam, A. and S. Arumugam. 2012. Experimental Study on Specific Heat of
Hot Brinefor Salt Gradient Solar Pond Application. International
Journal of ChemTech ResearchCODEN( USA): IJCRGG ISSN : 09744290Vol.4, No.3, pp 956-961, July-Sept 2012.
Sears, F. Weston, Mark W. Z. 1949. Fisika untuk Universitas 1 Mekanika Panas
Bunyi. Binatjipta. Bandung.
Sudirham, Sudayatno dan Ning Utari S. 2012. Mengenal Sifat Material. Darpublic.
Bandung.
Tippler, Paul A. 1998. Fisika Untuk Sains dan Teknik Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta.
Erlangga.
Trirono, M dan Ali Sabit. 2011. Efek Suhu pada Proses Pengarangan Terhadap Nilai
Kalor Arang Tempurung. Jurnal Neutrino Vol.3, No.2, April 2011.

You might also like