Professional Documents
Culture Documents
ILEUS
Disusun oleh:
Delviana Mustikaningsih
1102011073
Pembimbing:
dr. Aunurrafieq, Sp.B
BAB I
PENDAHULUAN
Ileus berasal dari bahasa Yunani eileos yang berarti sumbatan pada usus.
Sumbatan pada usus halus merupakan penyakit yang paling sering terjadi pada usus
halus. Sumbatan pada usus dapat dibagi menjadi ileus mekanikal dan ileus paralitik.
Obstruksi mekanikal disebabkan oleh hambatan ekstrinsik atau intrinsic yang
mencegah pasase isi usus. Obstruksi mekanial dapat sebagian atau seluruhnya.
Obstruksi simple hanya menyumbat bagian lumen sedangkan obstruksi strangulata
menyumbat aliran suplai darah dan dapat menyebabkan nekrosis pada dinding
abdomen. Ileus paralitik (adinamik) disebabkan oleh kegagalan saraf terhadap
peristaltic usus tanpa obstruksi mekanikal.
Penyebab tersering obstruksi usus di Indonesia, adalah hernia, baik
sebagai penyebab obstruksi sederhana (51%) maupun obstruksi usus strangulasi
(63%). Adhesi pasca operasi timbul setelah terjadi cedera pada permukaan
jaringan, sebagai akibat insisi, kauterisasi, jahitan atau mekanisme trauma lainnya.
Dari laporan terakhir pasien yang telah menjalani sedikitnya sekali operasi
intraabdomen, akan berkembang adhesi satu hingga lebih dari sepuluh kali.
Obstruksi usus merupakan salah satu konsekuensi klinik yang penting. Di
negara
obstruksi usus. Pada pasien digestif yang memerlukan tindakan reoperasi, 3041% disebabkan obstruksi usus akibat adhesi. Untuk obstruksi usus halus,
proporsi ini meningkat hingga 65-75%.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. ANATOMI
1) Duodenum
3
dan
mineral.
Proses
pankreas
yang
memperlambat pengosongan ileum. Bila terjadi peradangan pada caecum atau pada
appendiks maka sfingter ileocaecal akan mengalami spasme, dan ileum akan
mengalami paralisis sehingga pengosonga ileum sangat terhambat.
3. DEFINISI
Ileus berasal dari bahasa Yunani eileos yang berarti sumbatan pada usus.
Sumbatan pada usus halus merupakan penyakit yang paling sering terjadi pada usus
halus. Sumbatan pada usus dapat dibagi menjadi ileus mekanikal dan ileus paralitik.
Obstruksi mekanikal disebabkan oleh hambatan ekstrinsik atau intrinsic yang
mencegah pasase isi usus. Obstruksi mekanial dapat sebagian atau seluruhnya.
Obstruksi simple hanya menyumbat bagian lumen sedangkan obstruksi strangulata
menyumbat aliran suplai darah dan dapat menyebabkan nekrosis pada dinding
abdomen. Ileus paralitik (adinamik) disebabkan oleh kegagalan saraf terhadap
peristaltic usus tanpa obstruksi mekanikal.
4. EPIDEMIOLOGI
Penyebab tersering obstruksi usus di indonesia, adalah hernia, baik
sebagai penyebab obstruksi sederhana (51%) maupun obstruksi usus strangulasi
(63%). Adhesi pasca operasi timbul setelah terjadi cedera pada permukaan
jaringan, sebagai akibat insisi, kauterisasi, jahitan atau mekanisme trauma lainnya.
Dari laporan terakhir pasien yang telah menjalani sedikitnya sekali operasi
intraabdomen, akan berkembang adhesi satu hingga lebih dari sepuluh kali.
Obstruksi usus merupakan salah satu konsekuensi klinik yang penting. Di
negara
obstruksi usus. Pada pasien digestif yang memerlukan tindakan reoperasi, 3041% disebabkan obstruksi usus akibat adhesi. Untuk obstruksi usus halus,
proporsi ini meningkat hingga 65-75%.
5. KLASIFIKASI
a. Ileus mekanik
1) Berdasarkan lokasi obstruksi
Letak tinggi
Letak rendah
Partial obstruction
Simple obstruction
Akut
b. Ileus neurogenik
1) Adinamik/ileus paralitik
ileus
terjadi
karena
rangsangan
saraf,
10
c. Ileus vascular
Ileus yang berhubungan dengan penyakit jantung, karena adanya
trombus/embolus pada pembuluh darah sehingga timbul iskemik, gangren,
nekrosis, bisa juga perforasi.
6. ETIOLOGI
Ekstraluminal
Intrinsik
Adhesi
Invaginasi
Hernia inkarserata
Penyakit Crohn
Neoplasma
Kongenital (volvulus)
Abses, hematoma
Striktur
Tabel 6.1. Klasifikasi ileus berdasarkan etiologi
Intraluminal
Batu empedu
11
intususepsi, atau
penumpukan cairan.
5. Intususepsi usus halus menimbulkan obstruksi dan iskhemia terhadap bagian
usus yang mengalami intususepsi. Tumor, polip, atau pembesaran limphanodus
mesentericus dapat sebagai petunjuk awal adanya intususepsi.
6. Penyakit Crohn dapat menyebabkan obstruksi sekunder sampai inflamasi akut
selama masa infeksi atau karena striktur yang kronik.
7. Volvulus sering disebabkan oleh adhesi atau kelainan kongenital, seperti
malrotasi usus. Volvulus lebih sering sebagai penyebab obstruksi usus besar.
8. Divertikulum Meckel yang bisa menyebabkan volvulus, intususepsi, atau hernia
Littre.
9. Batu empedu yang masuk ke ileus. Inflamasi yang berat dari kantong empedu
menyebabkan fistul dari saluran empedu ke duodenum atau usus halus yang
menyebabkan batu empedu masuk ke traktus gastrointestinal. Batu empedu yang
besar dapat terjepit di usus halus, umumnya pada bagian ileum terminal atau
katup ileocaecal yang menyebabkan obstruksi.
10. Striktur yang sekunder yang berhubungan dengan iskhemia, inflamasi, terapi
radiasi, atau trauma operasi.
A. Hernia
inkarserata
B. Invaginasi
C. Adesi
D. Volvulus
E. Tumor usus
F. Askaris
hipomagnesemia,
hipermagnesemia)
d. Infeksi, inflamasi
Intrathorak (pneumonia)
Intrapelvic (penyakit radang panggul)
Rongga perut (peritonitis, appendicitis, diverticulitis, nefrolitiasis, kolesistisis,
pankreatitis, perforasi ulkus duodenus)
e. Iskemia usus (mesenterika emboli, trombosis iskemia)
f. Atoni usus dan peregangan gas sering timbul menyertai berbagai kondisi
traumatik (fraktur costae, fraktur tulang belakang, trauma medula spinalis)
g. Obat-obatan yang mempengaruhi motilitas usus (narkotika, fenotiazin, diltiazem
atau verapamil, clozapine, obat antikolinergik)
h. Infark miokard
7. PATOFISIOLOGI
Penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena adanya daya mekanik
yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan penyempitan
atau penyumbatan lumen usus. Hal tersebut menyebabkan pasase lumen usus
terganggu. Sehingga terjadi pengumpulan isi lumen usus yang berupa gas dan cairan
pada bagian proksimal tempat penyumbatan yang menyebabkan pelebaran dinding
usus (distensi).
Sumbatan usus dan distensi usus menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan
intraluminal sehingga terjadi hipersekresi kelenjar pencernaan. Dengan demikian
akumulasi cairan dan gas semakin bertambah sehingga menyebabkan distensi usus
sebelah proksimal sumbatan. Selain hipersekresi meningkat, kemampuan absorbsi
usus pun menurun, sehingga terjadi kehilangan volume sistemik yang besar dan
progresif. Hal ini dapat menyebabkan tejadinya syok hipovolemik.
Awalnya, peristaltik pada bagian proksimal usus meningkat sebagai
kompensasi adanya sumbatan atau hambatan. Bila obstruksi terus berlanjut dan
terjadi peningkatan tekanan intraluminal, maka bagian proksimal dari usus tidak akan
berkontraksi dengan baik dan bising usus menjadi tidak teratur dan hilang.
Peningkatan tekanan intraluminal dan adanya distensi menyebabkan gangguan
vaskuler terutama stasis vena. Dinding usus menjadi udem dan terjadi translokasi
bakteri ke pembuluh darah. Produksi toksin yang disebabkan oleh adanya translokasi
13
bakteri menyebabkan timbulnya gejala sistemik. Efek lokal peregangan usus adalah
iskemik akibat nekrosis disertai absorbsi toksin-toksin bakteri ke dalam rongga
peritoneum dan sirkulasi sistemik. Hal ini biasanya terjadi pada obstruksi usus
dengan strangulasi. Bahaya umum dari keadaan ini adalah sepsis.
Pada obstruksi mekanik sederhana, hambatan pasase muncul tanpa disertai
gangguan vaskuler dan neurologik. Makanan dan cairan yang tertelan, sekresi usus
dan udara akan berkumpul dalam jumlah yang banyak jika obstruksinya komplit.
Bagian proksimal dari usus mengalami distensi dan bagian distalnya kolaps. Fungsi
sekresi dan absorbsi membran mukosa usus menurun dan dinding usus menjadi
edema dan kongesti. Distensi intestinal yang berat dengan sendirinya secara terus
menerus dan progresif akan mengacaukan peristaltik dan fungsi sekresi mukosa serta
meningkatkan risiko terjadinya dehidrasi, iskemik, nekrosis, perforasi, peritonitis dan
kematian.
14
pada kolon biasanya mempunyai gejala klinis yang lebih ringan dibanding
obstruksi pada usus halus. Umumnya gejala berupa konstipasi yang berakhir
pada obstipasi dan distensi abdomen. Muntah jarang terjadi.
Pada obstruksi bagian proksimal usus halus biasanya muncul gejala muntah yang
terdiri dari cairan jernih hijau atau kuning dan terlihat dini dalam perjalanan. Usus
didekompresi dengan regurgitasi, sehingga tak terlihat distensi. Jika obstruksi di
distal di dalam usus halus atau kolon, maka muntah timbul lambat dan setelah
muncul distensi. Muntahannya kental dan berbau busuk (fekulen) sebagai hasil
pertumbuhan bakteri berlebihan sekunder terhadap stagnansi.
Nyeri perut bervariasi dan bersifat intermittent atau kolik dengan pola naik
turun. Jika obstruksi terletak di bagian tengah atau letak tinggi dari usus halus
(jejenum dan ileum bagian proksimal) maka nyeri bersifat konstan/menetap.
Gambar 8.1. Manifestasi klinis dari obstruksi usus halus berdasarkan tinggi
obstruksi.
9. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Pada anamnesis ileus obstruktif usus halus biasanya sering dapat ditemukan
penyebabnya, misalnya berupa adhesi dalam perut karena pernah dioperasi
sebelumnya atau terdapat hernia. Pada ileus obstruksi usus halus kolik dirasakan
di sekitar umbilikus, sedangkan pada ileus obstruksi usus besar kolik dirasakan
di sekitar suprapubik. Muntah pada ileus obstruksi usus halus berwarna
kehijauan dan pada ileus obstruktif usus besar onset muntah lama
16
Nyeri (Kolik)
Muntah
Konstipasi
Adanya benjolan di perut, inguinal, dan femoral yang tidak dapat kembali
menandakan adanya hernia inkarserata. Selain itu, invaginasi dapat didahului oleh
riwayat buang air besar berupa lendir dan darah. Riwayat operasi sebelumnya dapat
menjurus pada adanya adhesi usus serta onset keluhan yang berlangsung cepat dapat
dicurigai sebagai ileus letak tinggi dan onset yang lambat dapat menjurus kepada
ileus letak rendah.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Bila ada bekas luka operasi sebelumnya dapat dicurigai adanya adhesi.
18
juga bising usus) bisa tidak ada atau menurun parah. Tidak adanya nyeri usus
bisa juga ditemukan dalam ileus paralitikus atau ileus obstruksi strangulata.
c. Perkusi
Pada ileus obstruktif didapatkan timpani di seluruh lapang abdomen. Pada
obstruksi usus dengan strangulasi dapat ditemukan ascites.
d. Palpasi
Pada palpasi bertujuan mencari adanya tanda iritasi peritoneum apapun atau
nyeri tekan, yang mencakup defans muscular involunter atau rebound dan
pembengkakan atau massa yang abnormal. Kadang teraba massa seperti pada
tumor, invaginasi, hernia. Dan pada obstruksi usus dengan strangulasi dapat
ditemukan ascites.
Pada obstruksi usus dengan strangulasi didapatkan adanya rasa nyeri
abdomen yang hebat dan bersifat menetap makin lama makin hebat, demam,
takikardi, hipotensi dan gejala dehidrasi yang berat. Pada pemeriksaan abdomen
didapatkan abdomen tampak distensi, didapatkan ascites dan peristaltik
meningkat (bunyi Borborigmi). Pada tahap lanjut di mana obstruksi terus
berlanjut, peristaltik akan melemah dan hilang. Adanya feces bercampur darah
pada pemeriksaan rectal toucher dapat dicurigai adanya keganasan dan
intususepsi
Rectal Toucher
19
e. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Tes laboratorium mempunyai keterbatasan nilai dalam menegakkan
diagnosis, tetapi sangat membantu memberikan penilaian berat ringannya dan
membantu dalam resusitasi. Pada tahap awal, ditemukan hasil laboratorium yang
normal. Selanjutnya ditemukan adanya hemokonsentrasi, leukositosis dan nilai
elektrolit yang abnormal. Peningkatan serum amilase sering didapatkan.10
Leukositosis menunjukkan adanya iskemik atau strangulasi, tetapi hanya terjadi
pada 38% - 50% obstruksi strangulasi dibandingkan 27% - 44% pada obstruksi
non strangulata. Hematokrit yang meningkat dapat timbul pada dehidrasi. Selain
itu dapat ditemukan adanya gangguan elektrolit. Analisa gas darah mungkin
terganggu, dengan alkalosis metabolik bila muntah berat, dan metabolik asidosis
bila ada tanda tanda shock, dehidrasi dan ketosis.
Radiologi
Adanya dilatasi dari usus disertai gambaran step ladder dan air fluid level
pada foto polos abdomen dapat disimpulkan bahwa adanya suatu obstruksi. Foto
polos abdomen mempunyai tingkat sensitivitas 66% pada obstruksi usus halus,
sedangkan sensitivitas 84% pada obstruksi kolon.
Foto Polos Abdomen
Dapat ditemukan gambaran step ladder dan air fluid level terutama pada
obstruksi bagian distal. Pada kolon bisa saja tidak tampak gas. Jika terjadi
stangulasi dan nekrosis, maka akan terlihat gambaran berupa hilangnya mucosa
yang reguler dan adanya gas dalam dinding usus. Pelebaran udara usus halus
atau usus besar dengan gambaran anak tangga dan air-fluid level. Penggunaan
kontras dikontraindikasikan jika adanya perforasi-peritonitis. Barium enema
20
keseimbangan asam basa darah dalam batas normal tetap dilaksanakan pada pasca
bedahnya. Pada obstruksi yang lanjut, apalagi bila telah terjadi strangulasi,
monitoring pasca bedah yang teliti diperlukan sampai selama 6 - 7 hari pasca bedah.
Bahaya lain pada masa pasca bedah adalah toksinemia dan sepsis. Gambaran
kliniknya biasanya mulai nampak pada hari ke 4-5 pasca bedah. Pemberian
antibiotika dengan spektrum luas dan disesuaikan dengan hasil kultur kuman
sangatlah penting
Appendicitis akut
Konstipasi
Pankreatitis akut
12. KOMPLIKASI
Nekrosis usus
Perforasi usus
Sepsis
Syok-dehidrasi
Abses
23
Gangguan elektrolit
13. PROGNOSIS
Obstruksi usus halus yang tidak mengakibatkan strangulasi mempunyai angka
kematian 5 %. Kebanyakan pasien yang meninggal adalah pasien yang sudah lanjut
usia. Obstruksi usus halus yang mengalami strangulasi mempunyai angka kematian
sekitar 8 % jika operasi dilakukan dalam jangka waktu 36 jam sesudah timbulnya
gejala-gejala, dan 25 % jika operasi diundurkan lebih dari 36 jam. Pada obstruksi
usus besar, biasanya angka kematian berkisar antara 1530 %. Perforasi sekum
merupakan penyebab utama kematian yang masih dapat dihindarkan.
24
BAB III
KESIMPULAN
Ileus dibedakan menjadi beberapa macam, ileus obstruktif, ileus paralitik dan
ileus vaskuler, Ileus lebih sering terjadi pada obstruksi usus halus daripada usus
besar.Penyebab terbanyak dari Ileus adalah perlekatan atau adhesi, kemudian diikuti
Hernia, keganasan, dan Volvulus.
Penegakan diagnosis pada illeus meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang, terdapat 4 gejala cardinal yang sering dijumpai yaitu nyeri
abdomen (kolik abdomen), muntah, distensi dan konstipasi. Pada pemeriksaan fisik
akan ditemukan takikardia, demam, nyeri tekan abdomen, nyeri lokal pada perut, dan
distensi perut.Salah satu pemeriksaan penunjang pada illeus adalah pemeriksaan
radiologi, gambaran radiologi berupa pengumpulan gas dalam lumen usus yang
melebar (dilatasi)dinding usus menebal membentuk gambaran heering bone
appearance dan terdapat gambaran Air fluid level.
Prognosis dari ileus bervariasi tergantung pada penyebab ileus itu sendiri, bila
penyebab primer dari ileus cepat tertangani maka prognosis menjadi lebih baik.
Prognosis ileus baik bila diagnosis dan tindakan dilakukan dengan cepat.
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidayat R, De Jong Wim. Usus halus, apendiks, kolon, dan anorektum.
Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2010. p. 623-31.
2. Price SA, Wilson LM. Gangguan Usus Halus dan Usus Besar. Dalam: Wijaya,
Caroline, editors. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume 1.
Edisi 6. Jakarta: EGC; 2006. p. 437-59.
3. Sabiston DC. Kelainan Bedah Usus Halus. Dalam: Andrianto P, Oswari J,
editors. Buku Ajar Bedah Bagian 1. Jakarta: EGC; 2005.
4. Manif Niko, Kartadinata. 2008. Obstruksi Ileus . Cermin Dunia Kedokteran
o.29.http://www.portalkalbe.com/files/obstruksiileus.pdf .
5. Schwartzs. Principles of Surgery. 10th ed. 2014. The McGraw-Hill Companies.
6. Current. Diagnosis and treatment surgery. 13ed 2011. The McGraw-Hill
Companies.
26