You are on page 1of 12

ACARA III

NATA DE COCO

A. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum Acara III Nata adalah :
1. Mahasiswa dapat memahami dan mampu mempraktikkan pembuatan nata.
2. Mahasiswa dapat mengetahui bahan-bahan yang digunakan dalam
pembuatan nata beserta fungsinya.
3. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh sumber C (Carbon) dan sumber N
(Nitrogen) terhadap nata yang dihasilkan.
B. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Bahan
Nata merupakan jenis makanan yang sudah lama dikenal di Negara
Filipina. Saat ini, nata menjadi makanan atau minuman yang disukai oleh
masyarakat Indonesia. Karena itu, industri nata menjadi industri yang cukup
berkembang

di

Indonesia.

Nata

adalah

produk

hasil

fermentasi

menggunakan mikroba Acetobacter xylinum. Nata dapat dibuat dengan


menggunakan bahan baku air kelapa, limbah cair tahu, limbah industri
nanas. Nata de coco adalah nata yang dibuat dari bahan baku air kelapa, nata
de pina adalah nata yang dibuat dari bahan baku limbah nanas, nata de soya
adalah nata yang dibuat dengan bahan baku limbah cair tahu, dan nata de
aloe adalah nata yang dibuat dari bahan baku lidah buaya (Suryani, 2005).
Jaringan putih yang tumbuh dan berkembang di permukaan air teh
manis, yang disebut nata. Nata tersebut berbentuk lempengan putih, agak
transparan, kokoh, kenyal, dan liat. Produk nata semacam ini juga dapat
dihasilkan dengan memfermentasikan air kelap (nata de coco), nanas (nata
de pina), dan limbah tahu/whey (nata de soya). Nata yang diperoleh dari
fermentasi air teh manis (nata de tea), dapat dimanfaatkan untuk membuat
beberapa jenis produk olahan pangan, diantaranya adalah manisan. Adapun
pembuatan manisan Nata Jamsi, terdiri atas tiga tahap, yaitu tahap
persiapan, tahap pengolahan, dan tahap finishing (Suprapti, 2003).
Nata de coco adalah jenis komponen minuman yang merupakan
senyawa selulosa (dietary fiber), yang dihasilkan dari air kelapa melalui

proses fermentasi, yang melibatkan jasad renik (mikrobia), yang selanjutnya


dikenal sebagai bibit nata. Bibit nata sebenarnya merupakan golongan
bakteri dengan nama Acetobacter xylinum. Dalam kehidupan jasad renik,
bakteri dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok yaitu bakteri yang
membahayakan, bakteri yang merugikan, dan bakteri yang menguntungkan.
Adapun yang termasuk dalam kelompok bakteri yang membahayakan,antara
lain adalah bakteri yang menghasilkan racun atau menyebabkan infeksi,
sedangkan yang termasuk dalam kelompok bakteri yang merugikan adalah
bakteri pembusukan makanan. Acetobacter xylinum merupakan salah satu
contoh bakteri yang menguntungkan bagi manusia seperti halnya bakteri
asam laktat pembentuk yoghurt, asinan, dan lainnya (Pambayun, 2002).
Nata de coco merupakan selulosa bakterial yang dihasilkan oleh
bakteri Acetobacter xylinum pada proses fermentasi air kelapa. Nata adalah
biomassa yang sebagian besar terdiri dari selulosa, berbentuk agar dan
berwarna putih. Massa ini berasal pertumbuhan Acetobacter xylinum pada
permukaan media cair yang asam dan mengandung gula. Nata de coco
dibuat dari bahan baku air kelapa. Pemanfaatan nata de coco sebagai
alternatif bahan baku selulosa memiliki beberapa keuntungan, yaitu :
pemanfaatan limbah buangan air kelapa, pembuatannya mudah dan murah,
dan bersifat biodegradable (dapat diuraikan oleh mikroba).

Selulosa

mempunyai kemampuan untuk mengadsorpsi logam berat dengan biaya


yang rendah (Afrizal, 2008).
Nata de soya merupakan makanan penyegar seperti agar-agar yang
dapat dicampur pada es buah (koktil). Nata de soya mirip dengan nata de
coco yang telah banyak beredar di pasaran, hanya saja dalam pembuatannya
menggunakan air tahu (whey). Air tahu (whey) merupakan air sisa
penggumpalan tahu. Air tahu (whey) dapat digunakan dalam pembuatan
tahu sebagai bahan penggumpal, tetapi karena kebutuhannya lebih sedikit di
bandingkan limbah yang diperoleh maka air tahu banyak yang dibuang
sehingga mencemari lingkungan. Cairan seperti susu segar ini akan lebih
berguna bila dimanfaatkan atau diolah menjadi nata de soya. Hal ini
mungkin dilakukan karena air tahu masih mengandung bahan-bahan organik

(protein, lemak, karbohidrat) yang bisa digunakan sebagai media


pertumbuhan bakteri nata (Sarwono, 1999).
Pada proses pembuatan tahu didapat hasil samping berupa limbah
padat (ampas tahu) dan limbah cair (whey tahu). Limbah cari (whey) tahu
dapat dimanfaatkan menjadi bahan baku media perkembangan Acetobacter
xylinum, yang menghasilkan lapisan selulosa, yang disebut nata de soya.
Pemanfaatan whey untuk media pembuatan nata, dalam rangka mengurangi
pencemaran akibat whey yang dibuang di sekitar pabrik tahu. Secara teknis,
pemanfaatan whey hanya pada sisa protein dan beberapa zat organik yang
masih dikandungnya, sehingga unsur-unsur tersebut diharapkan dapat
mendukung perkembangbiakan Acetobacter xylinum. Dari segi ekonomis,
untuk mendapatkan whey tahu masih cuma-cuma, tidak seperti air kelapa
(bahan baku nata de coco) yang sudah harus dibayar dengan uang. Nata
sebenarnya adalah selulosa hasil sintesa dari gula (glukosa) oleh bakteri
pembentuk nata yaitu Acetobacter xylinum. Struktur selulosa pada nata
menyerupai selulosa yang terdapat pada dinding sel. Faktor utama yang
berpengaruh pada pembentukan nata adalah sumber gula, suhu inkubasi,
tingkat keasaman medium, lama inkubasi dan aktifitas bakteri (Darmajana,
2004).
Acetobacter xylinum bisa dibuat untuk tumbuh pada etanol, asetat,
suksinat, atau L-malat. Itu Pertumbuhan didampingi pembentukan buram
pellicles kasar pada permukaan pertumbuhan media. Ini pellicles
diidentifikasi sebagai selulosa atas dasar sifat kimia mereka, perilaku
kelarutan, penyerapan dan inframerah spektra. Suspensi dicuci-sel dibuat
dari budaya tumbuh pada etanol atau asam organik, berbeda dengan sel
dicuci gula tumbuh, yang mampu mengubah sitrat-siklus intermediet ke
selulosa. Variasi dalam spektrum substrat sintesis selulosa antara gulatumbuh sel dan sel-asam organik tumbuh ditemukan dikorelasikan dengan
perbedaan dalam oksidatif kapasitas sel. Dalam gula tumbuh A. xylinum, itu
menunjukkan bahwa karbohidrat dioksidasi dengan cara yang pentosa
siklus, dan bahwa asam organik yang teroksidasi dengan cara siklus sitrat
yang juga berpartisipasi dalam gula oksidasi (Elhanan, 1963).

Selulosa mikroba, di Filipina dikenal sebagai nata de coca, digunakan


dalam bentuk manis sebagai hidangan penutup, sebagai bahan dalam produk
makanan dan kosmetik, dan sebagai aditif dalam pembuatan kain, kertas
bermutu tinggi, dan membran bahan. Hal ini dihasilkan pada permukaan
kelapa air dan media lain yang cocok dengan gram negatif rodshaped
bakteri, Acetobacter xylinum. Fermentasi dilakukan dalam budaya statis
pada 30C di asam pH 3,5-7,0. Sebagai organisme adalah wajib aerobik,
diperkirakan bahwa selulosa diproduksi di udara/cairan interface, di mana
sel-sel dapat memperoleh oksigen. Dalam statis budaya, substrat harus
diangkut seluruhnya oleh difusi, dan sebagai sumber karbon umumnya
tersedia, pasokan oksigen dianggap sebagai faktor pembatas bagi
pertumbuhan dan produksi selulosa. Selain itu, difusi tarif akan dikurangi
secara bertahap karena pembentukan selulosa di permukaan. Dalam studi
ini, pengaruh awal pH dalam kisaran 3,0-6,0 relevan pada tingkat selulosa
produksi, pengembangan konsentrasi oksigen gradien, dan efektif difusi
koefisien D, oksigen dalam pelikel diproduksi (Verschuren, 2000).
Air kelapa yang terlalu lama disimpan dapat menurunkan pH dimana
hal tersebut merupakan kondisi yang dibutuhkan A.xylinum untuk tumbuh,
disisi lain juga dapat menurunkan kadar zat gula yang merupakan sumber
nutrisi bagi A.xylinum. Penyimpanan air kelapa yang terlalu lama juga dapat
menyebabkan kandungan nutrisi seperti zat gula semakin berkurang
sehingga selulosa yang dihasilkan sedikit oleh karena itu, gula yang
ditambahkan dalam proses pembuatan Nata de Coco memiliki peran yang
sangat penting sebagai bahan pembentukan nata. Semakin sedikit
kandungan zat gula yang terdapat pada media, maka akan semakin tipis pula
nata yang dihasilkan sehingga perlu diketahui berapa masa simpan air
kelapa dan penambahan konsentrasi gula pasir yang optimal untuk
mendapatkan ketebalan nata yang maksimal (Laras ,2012).
2. Tinjauan Teori
Nitrogen merupakan salah satu bahan yang dapat merangsang
pertumbuhan dan aktivitas bakteri Acetobacter xylinum. Nitrogen dapat
berasal dari sumber nitrogen organik maupun anorganik, misalnya ekstrak

khamir, pepton, ammonium sulfat, kalium nitrat, dan ammonium fosfat.


Sampai saat ini, sumber nitrogen yang biasa digunakan adalah ammonium
sulfat (ZA) karena mudah diperoleh dan relatif murah. Penggunaan
ammonium sulfat sebesar 0,5% menghasilkan rendemen nata de coco
sebesar 70,64% dengan warna putih penggunaan ekstrak khamir
menghasilkan rendemen 64,54% dengan warna kuning dan penggunaan ZA
sebesar 0,3% akan memberikan rendemen yang tinggi yaitu 93,3%.
Penggunaan ammonium sulfat ternyata tidak mempengaruhi warna dan
tingkat kekerasan, namun meningkatkan kadar serat (Sutarminingsih, 2004).
C. Meteodologi
1. Alat
a. Kompor
b. Saringan
c. nampan
d. Karet gelang
e. panci
f. Pengaduk
g. Koran bekas
2. Bahan
a. Air limbah kelapa
b. Air limbah tahu
c. Gula
d. Ammonium sulfat
e. Urea
f. Cuka
g. Acetobacter xylinum
3. Cara kerja

Air kelapa
atau air limbah
tahu 1 L
Gula : 30 gram
Ammonium
sulfat : 4 gram /
urea : 4 gram

Pemanasan sampai mendidih


selama 15 menit
Penuangan ke nampan sambil
dilakukan penyaringan

Cuka : 10ml
Starter : 100ml
Xylinium)

Pendinginan sampai suhu


kamar

Inkubasi selama 2
minggu
Nata de
coco atau
nata de soya

D. Hasil dan Pembahasan


Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Pembuatan Nata
Kelompok

Sampel

Parameter
Tebal
Berat (gram)
+++
200
++
130
+
90
++
150
+
100
-

1 dan 2
Air kelapa + urea
3 dan 4
Air kelapa + (NH4)2SO4
5 dan 6
Limbah cair tahu + urea
7
Limbah cair tahu + (NH4)2SO4
8 dan 9
Air kelapa + urea
10 dan 11
Air kelapa + (NH4)2SO4
12 dan 13
Limbah cair tahu + urea
14
Limbah cair tahu + (NH4)2SO4
Sumber : Laporan Sementara
Keterangan :
+
= Tipis
++ = Agak tebal
+++ = Tebal
Pembahasan :
Pada praktikum pembuatan nata de coco bahan bahan yang digunakan
adalah air kelapa, air limbah tahu, urea, ammonium sulfat, gula, asam cuka
dan Acetobacter xylinium. Proses pembuatan nata diawali dengan
menuangkan air kelapa atau air limbah tahu sebanyak 1 liter kedalam panci
lalu dipanaskan hingga mendidih selama 15 menit pemanasan dilakukan
untuk mematikan bakteri patogen yang ada pada air kelapa atau air limbah
tahu. Pada saat pemanasan juga dituangkan gula sebanyak 30 gram untuk
memberikan

rasa

serta

sumber

energi.setelah

penuanggan

gula

dimasukkanlah ammonium sulfat atau urea sebagai sumber nitrogen pada

pembutan nata. Setelah proses pemanasan seesai air kelapa atau air limbah
tahu yang sudah mendidih disaring mengunakan saringan sambil dituang ke
nampan, penyaringan berungsi untuk menghilanghkan pencemaran fisik
seperti rambut, debu, dan pasir. Setelah itu air kelapa atau air limbah tahu
didiamkan sampai mencapai suhu kamar dan dituangkan bakteri starter A.
Xylinium dan pemasukan air cuka, fungsi penambahan air cuka pada nata
adalah sebagai pemberi nuansa asam pada bakteri nata karena bakteri nata
dapat optimal dalam pH 3 - 4 dan memberi rasa asam pada nata. Setelah itu
dilakukan inkubasi selama 2 minggu terhadap campuran semua bahan
tersebut untuk terjadinya proses pembentukan nata.
Kondisi optimal bakteri A.xylinum akan dapat membentuk nata jika
ditumbuhkan dalam air kelapa yang sudah diperkaya dengan Karbon (C) dan
Nitrogen (N), melalui proses yang terkontrol. Dalam kondisi demikian,
bakteri tersebut akan menghasilkan enzim ekstraseluler yang dapat menyusun
(mempolimerisasi) zat gula (dalam hal ini glukosa) menjadi ribuan rantai
(homopolimer) serat atau selulosa. Dari jutaan jasad renik yang tumbuh
dalam air kelapa tersebut, akan dihasilkan jutaan lembah benang-benang
selulosa yang akhirnya Nampak padat berwarna putih hingga transparan,
yang disebut sebagai nata. Selain itu suhu yang tepat untuk pertumbuhan
bakteri A. Xylinium adalah suhu ruang karena pada suhu tinggi bakteri A.
Xylinium tidak dapat bertahan hidup serta pH 3 4.
Faktor faktor yang mempengaruhi keberhasilan A. Xylinium dalam
pembuatan nata de coco dipengaruhi oleh viabilitas (kemampuan hidup)
bakteri, kandungan nutrisi media air kelapa dan lingkungannya. Viabilitas
bakteri yang baik akan menghasilkan nata yang baik dan cepat. Kandungan
nutrisi yang cukup terutama gula sebagai sumber karbon untuk bahan baku
pembentukan nata sangat diperlukan. Demikian pula ketersediaan sumber
nitrogen dan mineral, walaupun tidak digunakan langsung pembentuk nata,
sangat diperlukan untuk pertumbuhan bakteri

Acetobacter xylinum.

Acetobacter xylinum dapat tumbuh dengan baik pada kondisi aerob, yaitu
perlu adanya oksigen bebas dari udara dan dalam suasana asam (pH 34).
Untuk membuat suasana aerob biasanya wadah untuk fermentasi memiliki

permukaan yang luas dan penutupan dengan penutup yang masih bisa
ditembus oleh udara, misalnya dengan kertas yang berporipori. Penutup
dapat digunakan kertas koran, karena harganya relatif lebih murah dan mudah
dalam penggunaannya. Selain itu bakteri Acetobacter xylinum tidak dapat
tumbuh secara maksimal jika terkena getaran atau goncangan dan kontak
langsung dengan sinar matahari. Sedangkan untuk membuat suasana asam
yang sesuai bagi pertumbuhan bakteri perlu ditambahkan asam asam
organik, misalnya asam asetat. Suhu optimum yang dikehendaki sekitar 28C
- 32 C, sedangkan pada suhu rendah aktivitas pertumbuhannya lambat. Suhu
inokulasi

tidak boleh

terlalu

tinggi

atau lebih 40C,

karena bisa

menginaktifkan bakteri. Faktor utama yang berpengaruh pada pembentukan


nata adalah sumber gula, suhu inkubasi, tingkat keasaman medium, lama
inkubasi dan aktifitas bakteri.
Nata yang baik adalah nata berwarna putih kekuningan, tidak terdapat
jamur dan noda dengan ketebalan 1,5-2 cm, permukaan sempurna atau tidak
cacat, cairan dalam loyang hampir tidak ada

atau kering. Indikator

keberhasilan lainnya, apabila tidak terdapat cairan media yang tersisa dalam
loyang atau toples. Lempengan

nata yang dihasilkan atau baru dipanen

rasanya sangat asam (Sunarto, 2001). Sumber N pada nata yang digunakan
dalm praktimun adalah annonium sulfat dan urea sedangkan sumber carbon
yang digunakan pada praktikun pembuatan nata adalah air kelapa dan air
limbah tahu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembuatan nata
1. Temperatur ruang inkubasi
Temperatur ruang inkubasi harus diperhatikan karena berkaitan
dengan pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal. Pada umumnya suhu fermentasi untuk
pembuatan nata adalah pada suhu kamar (280C). Suhu yang terlalu rendah
atau terlalu tinggi akan mengganggu pertumbuhan bakteri pembentuk nata,
yang akhirnya juga menghambat produksi nata.
2. Kualitas starter
Starter yang kurang baik akan menghasilkan nata yang kurang baik
pula. Sebaiknya

digunakan starter yang

berkualitas

baik untuk

mendapatkan nata dengan kualitas baik. Starter yang yang berkualitas baik
adalah starter yang tidak terkontaminasi, dengan ketebalan nata yang
sedang (tidak terlalu tebal dan tidak terlalu tipis), dan berada pada lapisan
atas permukaan media fermentasi.
3. Kebersihan alat
Alat-alat yang tidak steril dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Acetobacter xylinum. Sedangkan alat-alat yang steril dapat mendukung
pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum.
4. Jenis dan konsentrasi medium
Medium fermentasi harus mengandung banyak karbohidrat (gula) di
samping vitamin vitamin dan mineral, karena pada hakikatnya nata tersebut
adalah benang benang halus dari sel bakteri yang kaya akan selulosa yang
diproduksi dari glukosa oleh bakteri Acetobacter xylinum. Nata merupakan
hasil fermentasi dari bakteri Acetobacter xylinum, bakteri ini dapat tumbuh dan
berkembang dalam medium gula dan akan mengubah gula menjadi selulosa.
5. Waktu Fermentasi
Waktu fermentasi yang digunakan dalam pembuatan nata umumnya 2 4
minggu. Minggu ke 4 dari waktu fermentasi merupakan waktu maksimal
produksi nata, yang berarti lebih dari 4 minggu, maka kualitas nata yang
diproduksi akan menurun.
6. pH Fermentasi
Derajat keasaman yang dibutuhkan dalam pembuatan nata adalah 3 5
atau dalam suasana asam. Pada kedua sisi pH optimum, aktifitas enzim
seringkali menurun dengan tajam. Suatu perubahan kecil pada pH dapat
menimbulkan perbedaan besar pada kecepatan beberapa reaksi enzimatis yang
amat penting bagi organisme.
7. Tempat Fermentasi
Tempat fermentasi sebaiknya tidak terbuat dari logam karena mudah
korosif yang dapat mengganggu pertumbuhan mikroorganisme pembentuk
nata. Di samping itu tempat fermentasi sebaiknya tidak terkena cahaya

matahari langsung, jauh dari sumber panas, dan harus berada dalam kondisi
steril.
Pada praktikum yang dilakukan beberapa perlakuan untuk pembuatan
produk nata pada kelompok 1 dan 2 membuat nata dengan pencampuran air
kelapa dan urea menghasilkan nata yang tebal dengan berat 200 gram, pada
kelompok 3 dan 4 membuat produk nata dengan bahan dasar air kelapa dan
(NH4)2SO4 namun gagal karena mungkin lingkungan yang tidak steril. Pada
kelompok 5 dan 6 pembuatan nata menggunakan bahan dasar air limbah
tahu dan urea menghasilkan nata yang agak tebal dengan berat 130 gram.
Pada kelompok 7 pembuatan nata dengan menggunakan bahan dasar air
limbah tahu dan (NH4)2SO4 menghasilkan nata yang tipis dengan berat 90
gram. Pada kelompok 8 dan 9 pembuatan nata menggunakan bahan baku air
kelapa dan urea menghasilkan nata yang agak tebal dengan berat 150 gram.
Pada kelompok 10 dan 11 pembuatan nata dengan bahan baku air kelapa
dan

(NH4)2SO4 menghasilkan nata yang tipis dengan berat 100 gram,

sebangkan kelompok 12 dan 13 yang membuat nata dengan bahan baku air
limbah tahu dan urea serta kelompok 14 yang membuat nata dari bahan
baku air limbah tahu dan (NH4)2SO4 terjadi kegagalan pada nata dan
membusuk karena suhu penyimpanan dan kesterilan tempat penyimpanan.
Perlakuan yang paling baik untuk membuat nata adalah dengan penambahan
ammonium sulfat karena tidak mempengaruhi warna, menambah serat dan
mempengaruhi besar randemen hal itu dibenarkan oleh Sutarminingsih
(2004) yang mengatakan penggunaan ammonium sulfat sebesar 0,5%
menghasilkan rendemen nata de coco sebesar 70,64% dengan warna putih
penggunaan ekstrak khamir menghasilkan rendemen 64,54% dengan warna
kuning dan penggunaan ZA sebesar 0,3% akan memberikan rendemen yang
tinggi yaitu 93,3%. Penggunaan ammonium sulfat ternyata tidak
mempengaruhi warna dan tingkat kekerasan, namun meningkatkan kadar
serat.
E. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapa diambil dari praktikum acara III Nata adalah
sebagai berikut :
1. Kondisi optimal bakteri A.xylinum akan dapat membentuk nata jika
ditumbuhkan dalam air kelapa yang sudah diperkaya dengan Karbon (C)
dan Nitrogen (N), melalui proses yang terkontrol.
2. Faktor faktor yang mempengaruhi keberhasilan A. Xylinium dalam
pembuatan nata de coco dipengaruhi oleh viabilitas (kemampuan hidup)
bakteri, kandungan nutrisi media air kelapa dan lingkungannya.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembuatan nata adalah
temperatur ruang inkubasi, kualitas starter, kebersihan alat, jenis dan
konsentrasi medium, waktu fermentasi, pH fermentasi, dan tempat
Fermentasi.
4. Perlakuan pembuatan nata paling baik adalah menggunakan air kelapa dan
ammonium sulfat pada bahan bakunya karena mempunyai rendemen
paling tinggi, tidak merubag warna, dan menambah serat pada nata.

DAFTAR PUSTAKA
Afrizal. 2008. Selulosa Bakterial Nata De Coco Sebagai Adsorban Pada Proses
Adsorpsi Logam Cr(III). Jurnal Gradien Vol.4 No.1 : 308-313.
Darmajana, Doddy A. 2004. Pengaruh Ketinggian Media Dan Waktu Inkubasi
Terhadap Beberapa Karakteristik Fisik Nata De Soya. Prosiding Seminar
Nasional Rekayasa Kimia Dan Proses 2004 ISSN : 1411 4216.
Elhanan, Zippora Gromet. 1963. Synthesis Of Cellulose By Acetobacter Xylinum
Vi. Growth On Citric Acid-Cycle Intermediates. J. Bacteriol. 1963,
85(2):284.
Laras, Franelia Angela. 2012. Pengaruh Lama Penyimpanan Air Kelapa Dan
Konsentrasi Gula Pasir Terhadap Karakteristik Dan Organoleptik Nata
De Coco. Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura, Pontianak.
Pambayun, Rindit. 2002. Teknologi Pengolahan Nata de Coco. Kanisius.
Yogyakarta.
Sarwono, B. 1999. Membuat Aneka Tahu. Penebar Swadaya. Yogyakarta.
Suprapti, Ir. M. 2003. Teh Jamsi dan Manisan Nata Berkhasiat Obat. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta.
Suryani, Ani. 2005. Membuat Aneka Nata. Penebar Swadaya. Yogyakarta.
Sutarminingsih, Lilies. 2004. Peluang Usaha Nata de Coco. Kanisius.
Yogyakarta
Verschuren, Peter G. 2000. Location And Limitation Of Cellulose Production By
Acetobacter Xylinum Established From Oxygen Profiles. Journalo F
Biosciencaen D Bioengineering Vol. 89 No. 5: 414-419.

You might also like