You are on page 1of 3

BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia memiliki kekayaan maritim dan potensi bahari yang luar biasa
besar. Dengan luas laut dan perairan yang mencapai 2/3 wilayah Indonesia, yakni
sebesar 5,8 juta km2 dan panjang pantai sekitar 97 ribu km, tentu hal ini
menggambarkan potensi sektor kelautan yang sangat menjanjikan untuk
dikembangkan. Banyak bisnis-bisnis potensial yang berbasis pada sumberdaya
(resources based industry) dapat menjadi peluang, seperti industri kelautan,
perikanan, pariwisata, industri olahan, industri jasa kelautan dan industri lainnya
yang ramah lingkungan.
Wilayah pesisir dan lautan di Provinsi Jawa Barat memiliki sumber daya
perikanan baik darat maupun laut yang cukup melimpah, sehingga Provinsi Jawa
Barat merupakan salah satu sentra perikanan di Indonesia. Berdasarkan hal
tersebut sektor kelautan di jadikan salah satu core buisiness di provinsi ini.
Kabupaten Cirebon merupakan salah satu daerah penghasil perikanan di wilayah
Jawa Barat. Berdasarkan data yang dilansir oleh Kementerian Kelautan Perikanan
dan Kelautan di tahun 2015 terdapat sekitar 22.000 orang yang berprofesi sebagai
nelayan dengan 6000 perahu. Oleh sebab itu kabupaten yang berada di tepi utara
pulau Jawa memiliki aktivitas perikanan yanng sangat tinggi.
Tingginya aktivitas di bidang bergerak di bidang perikan mengakibatkan
banyaknya jumlah limbah ikan di Kabupaten Cirebon. Polutan tersebut kerapkali
menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan yang mengakibatkan timbulnya
bau tidak sedap, blooming fitoplankton, merebahnya wabah penyakit, mengotori
sanitasi dan sebagainya. Hingga saat ini pembiaran limbah hasil perikanan di
desa-desa nelayan Kabupaten Cirebon masih di biarkan. Padahal jika dikelola
dengan baik limbah perikanan ini dapat menjadi potensi ekonomi dan dapat
menjadi upaya memandirikan masyarakat dalam mencukupi kebutuhan energi
melalui pengelolaan energi terbarukan (biogas) dari limbah industri pertanian.
Lebih lanjut selain penggunaan biogas dalam mencapai kemandirian energi desadesa nelayan di Kabupaten Cirebon, limbah perikanan juga dapat dijadikan pupuk

organik yang dapat dijadikan produk pendorong ekonomi masyarakat pesisir.


Upaya ini yang akan mendorong inovasi dan lapangan kerja baru bagi masyarakat
yang diharapkan mampu memacu pembangunan berkelanjutan.
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas dapat di ketahui bahwa tingginya aktivitas
perikanan di Kabupaten Cirebon mengakibatkan banyaknya limbah hasil
perikanan di wilayah tersebut. Produk sampingan ini kerap memberikan masalah
bagi lingkungan seperti mengeluarkan aroma yang tidak sedap, blooming
fitoplankton, menyebarkan wabah penyakit dan mengotori sanitasi. Oleh karena
itu di perlukan adanya upaya penanganan limbah sehingga dapat menanggulangi
pencemaran dan diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Gagasan
Pada saat ini, masyarakat sangat membutuhkan sumber energi, khususnya
energi yang berasal dari gas hasil pemanfaatan limbah tidak terpakai seperti
limbah perikanan. Biogas merupakan salah satu produk dari teknologi hijau yang
saat ini sedang dikembangkan. Hal ini dikarenakan gas yang dihasilkan dari
proses biologis (anaerobic digester) mampu menghasilkan gas gas seperti CH 4,
CO2, H2S, H2O dan gas gas lain. Dalam hal ini tentu saja yang dapat
dimanfaatkan yaitu gas metana (CH4), karena CH4 memiliki nilai kalor/panas yang
dapat digunakan sebagai bahan bakar. Degradasi secara mikrobiologi dari bahan
bahan organik dalam lingkungan anaerob hanya dapat dilakukan oleh
mikroorganisme yang mampu memanfaatkan molekul selain oksigen sebagai
akseptor hidrogen. Dekomposisi anaerob menghasilkan biogas yang terdiri dari
metana (50 70 %), karbondioksida (25 45 %) dan sejumlah kecil hidrogen,
nitrogen, hydrogen sulfide (Price dan Cheremisinoff,1981).
Permintaan masyarakat akan gas ini sangatlah tinggi,karena gas adalah sebagai
sumber mayor untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti memasak. Tidak
heran jika permintaan gas dari hari ke hari semakin meningkat, terlebih lagi
dengan diadakannya konversi minyak tanah ke gas. Sampai-sampai pihak
pemerintah Indonesia pun tidak mampu memasok gas secara berkecukupan, yang

dibuktikan dengan langkanya gas elpiji yang ada di pasaran pada bulan Februari
lalu.
Mayoritas harga gas LPG 3mkg adalah Rp.22.000,00 umumnya masyarakat
pesisir Kabupaten Cirebon menghabiskan sebuah tabung melon dalam waktu lima
hari. Sehingga warga Desa Mekarsari dapat menghabiskan uangnya sebanyak
Rp.4.400/ hari/ kepala keluarga hanya untuk memenuhi kebutuhan akan gas elpiji.
Berikut perhitungan pengeluaran biaya untuk gas elpiji :
Rp.4.400 x 30 hari = Rp.132.000/bulan/kepala keluarga
Rp.132.000 x 12 bulan = Rp.1.584.000/tahun/kepala keluarga
Melalui perhitungan tersebut dapat terlihat dengan jelas, begitu banyak uang
yang harus dikeluarkan oleh masing-masing kepala keluarga masyarakat pesisir
Kabupaten Cirebon. Pengadaan reaktor biogas yang dapat memenuhi kebutuhan
warga ini, masyarakat Kabupaten Cirebon diharapkan akan dapat menghemat
biaya sebesar Rp.1.584.000 tiap tahunnya. Adanya reaktor biogas ini dapat
memberikan keuntungan lainnya yaitu dapat menghasilkan produk sampingannya
yaitu berupa pupuk, yang juga dapat menambah penghasilan ekonomi bagi
masyarakat pesisir Kabupaten Cirebon.
Tujuan
Tujuan dari gagasan Pemanfaatan Limbah Perikanan Sebagai Bahan Pembuat
Biogas di Desa-desa Nelayan Kabupaten Cirebon antara lain :
1. Mewujudkan kedaulatan energi berbasis masyarakat
2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
3. Menanggulangi pencemaran lingkungan yang diakibatkan
perikanan

limbah

You might also like