You are on page 1of 10

Laporan Praktikum Pemetaan Kebencanaan Acara 1

ACARA I
PENGENALAN KARAKTERISTIK BENCANA
I.

TUJUAN
1. Membedakan bencana berdasarkan asalnya dan mengidentifikasi bencana dengan
menggunakan data spasial
2. Mendefinisikan berbagai macam bencana dan mengenali karakteristiknya.
ALAT DAN BAHAN
1. Buku/material tentang kebencanaan
2. Citra satelit dan data spasial lainnya
3. Peta Administrasi
4. Seperangkat komputer
5. Perangkat lunak SIG
6. Alat tulis
LANGKAH KERJA

II.

III.

Menyiapkan alat dan


bahan
Citra

Buat data
spasial
persebaran

Peta Abstraksi
Data Spasial
Persebaran
Bencana

Berita

Buat Tabel
abstraksi dari
informasi data
Tabel
abstraksi dari
informasi data
spasial

Buat Tabel
klasifikasi bencana
menurut UU No. 24
Tabel
klasifikasi
bencana
menurut UU
No. 24 Tahun

Buat Tabel
klasifikasi bencana
menurut van

Tabel
klasifikasi
bencana
menurut van
Westen

Tabel
abstraksi dari
informasi data
spasial

Analisis

: Input
: Proses
: Output
Laporan
IV. HASIL
Praktikum
1. Peta Abstraksi Data Spasial Persebaran
Bencana
Acara
1
2. Tabel abstraksi dari informasi data spasial
3. Tabel klasifikasi bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007
4. Tabel klasifikasi bencana menurut van Westen
5. Tabel abstraksi dari informasi data spasial
V.

(terlampir)
(terlampir)
(terlampir)
(terlampir)
(terlampir)

PEMBAHASAN

Reza Kamarullah|13/348125/GE/7582

Laporan Praktikum Pemetaan Kebencanaan Acara 1

Menurut Undang-Undang No.24 Tahun 2007, bencana adalah peristiwa atau


rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana merupakan
pertemuan dari tiga unsur, yaitu ancaman bencana, kerentanan, dan kemampuan yang
dipicu oleh suatu kejadian.
Bencana alam dapat terjadi secara tibatiba maupun melalui proses yang
berlangsung secara perlahan. Beberapa jenis bencana seperti gempa bumi, hampir
tidak mungkin diperkirakan secara akurat kapan, dimana akan terjadi dan besaran
kekuatannya. Sedangkan beberapa bencana lainnya seperti banjir, tanah
kekeringan,

letusan

gunungapi,

tsunami

dan

anomali

cuaca masih

longsor,
dapat

diramalkan sebelumnya. Meskipun demikian kejadian bencana selalu memberikan


dampak kejutan dan menimbulkan banyak kerugian baik jiwa maupun materi. Kejutan
tersebut terjadi karena kurangnya kewaspadaan dan kesiapan dalam menghadapi
ancaman bahaya.
Bencana yang umunya terjadi di wilayah Indonesia adalah banjir. Ada dua
pengertian mengenai banjir:
1. Aliran air sungai yang tingginya melebihi muka air normal sehingga melimpas
dari palung sungai menyebabkan adanya genangan pada lahan rendah disisi
sungai. Aliran air limpasan tersebut yang semakin meninggi, mengalir dan
melimpasi muka tanah yang biasanya tidak dilewati aliran air.
2. Gelombang banjir berjalan kearah hilir sistem sungai yang berinteraksi dengan
kenaikan muka air dimuara akibat badai.
Pada umunya banjir disebabkan oleh curah hujan yang tinggi di atas normal,
sehingga sistim pengaliran air yang terdiri dari sungai dan anak sungai alamiah
serta sistem saluran drainase dan kanal penampung banjir buatan yang ada tidak
mampu

menampung

Kemampuan/daya

akumulasi

tampung

air

sistem

hujan

tersebut

pengaliran

sehingga

meluap.

air dimaksud tidak selamanya

sama, tetapi berubah akibat sedimentasi, penyempitan sungai akibat phenomena alam
dan ulah manusia, tersumbat sampah serta hambatan lainnya. Penggundulan hutan di
daerah tangkapan air hujan (catchment area) juga menyebabkan peningkatan debit

Reza Kamarullah|13/348125/GE/7582

Laporan Praktikum Pemetaan Kebencanaan Acara 1

banjir karena debit/pasokan air yang masuk ke dalam sistem aliran menjadi tinggi
sehingga melampaui kapasitas pengaliran dan menjadi pemicu terjadinya erosi pada
lahan curam yang menyebabkan terjadinya sedimentasi di sistem pengaliran air dan
wadah air lainnya. Disamping itu berkurangnya daerah resapan air juga berkontribusi
atas meningkatnya debit banjir. Pada daerah permukiman dimana telah padat dengan
bangunan sehingga tingkat resapan air kedalam tanah berkurang, jika terjadi hujan
dengan curah hujan yang tinggi sebagian besar air akan menjadi aliran air permukaan
yang langsung masuk kedalam sistem pengaliran air sehingga kapasitasnya terlampaui
dan mengakibatkan banjir.
Pada umumnya banjir yang berupa genangan maupun banjir bandang
bersifat merusak. Aliran arus air yang cepat dan bergolak (turbulent) meskipun tidak
terlalu dalam dapat menghanyutkan manusia, hewan dan harta benda. Aliran air yang
membawa material tanah yang halus akan mampu menyeret material

yang lebih

berat sehingga daya rusaknya akan semakin tinggi. Air banjir yang pekat ini akan
mampu merusakan pondasi bangunan, pondasi jembatan dan lainnya yang dilewati
sehingga menyebabkan kerusakan yang parah pada bangunanbangunan tersebut,
bahkan mampu merobohkan bangunan dan menghanyutkannya. Pada saat air banjir
telah surut, material yang terbawa banjir akan diendapkan dan dapat mengakibatkan
kerusakan pada tanaman, perumahan serta timbulnya wabah penyakit
Banjir bandang (flash flood) biasanya terjadi pada aliran sungai yang
kemiringan dasar sungainya curam. Aliran banjir yang tinggi dan sangat cepat,
dapat mencapai ketinggian lebih dari 12 meter (banjir Bahorok, 2003) limpasannya
dapat membawa batu besar/bongkahan dan pepohonan serta merusak /menghanyutkan
apa saja yang dilewati namun cepat surut kembali. Banjir semacam ini dapat
menyebabkan jatuhnya korban manusia (karena tidak sempat mengungsi) maupun
kerugian harta benda yang besar dalam waktu yang singkat.
Dengan ditetapkannya Undangundang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan

Bencana,

maka

penyelenggaraan

penanggulangan

bencana

diharapkan akan semakin baik, karena Pemerintah dan Pemerintah daerah


menjadi penanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.
Penanggulangan bencana dilakukan secara terarah mulai pra bencana, saat tanggap
darurat, dan pasca bencana.

Reza Kamarullah|13/348125/GE/7582

Laporan Praktikum Pemetaan Kebencanaan Acara 1

VI.

KESIMPULAN
1. Berdasarkan asal sumbernya bencana dibedakan menjadi 3 macam. Bencana alam,
bencana non alam, dan bencana sosial
2. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis. Bencana merupakan pertemuan dari tiga
unsur, yaitu ancaman bencana, kerentanan, dan kemampuan yang dipicu oleh
suatu kejadian.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. UU No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana
Van Westen, C, J., Alkema, D., Rusmini,, M., Lubbeczynska, M., Kerle, N., Deemen,
M.,
and Woldai, T., 2009. Multihazard Risk Assessment, Guide Book Session 3
Hazard Assessment. International Institute for Geo- Information Sciece an Earth
Observation, Enschede, The Netherlands, 3-138
Reza Kamarullah|13/348125/GE/7582

Laporan Praktikum Pemetaan Kebencanaan Acara 1

TUGAS
1. Contoh kejadian bencana alam yang berdampak pada lingkungan alam
Global Warming
Global warming atau dikenal juga dengan pemanasan global merupakan
hal yang sering diperbincangakan saat ini dan telah menjadi isu bersama
diberbagai belahan dunia. Banyak orang yang sudah tidak asing lagi
dengan adanya pemanasan global yang berdampak buruk bagi kehidupan,
baik bagi manusia, tumbuh-tumbuhan maupun hewan serta alam sekitar.
Secara sederhana yang dimaksud dengan global warming ialah naiknya
suhu rata-rata diatas permukaan bumi baik didarat, laut, ataupun di udara

Reza Kamarullah|13/348125/GE/7582

Laporan Praktikum Pemetaan Kebencanaan Acara 1

sehingga suhu bumi semakin lama akan semakin panas. Global warming
atau pemenasan global terjadi pasti ada sebabnya, adapun beberapa
penyebabnya antara lain:
Model rumah kaca Yang menjadi salah satu penyebab pemanasan
global adalah dimana model rumah kaca baik di rumah-rumah, gedunggedung atau tempat-tempat yang menggunakan konsep bangunan kaca ini
dapat memantulkan cahaya ke udara dan bukannya menyerap sinar
matahari.

Sehingga dampak dari konsep umah kaca ini sangat

berpengaruh terhadap pertambahan dan peningkatan pemanasan global di


bumi.
Pemborosan listrik Listrik banyak digunakan oleh setiap orang, namun
banyak orang yang belum sadar akan penghematan terhadap penggunaan
listrik. Berbagai himbauan telah banyak digerakkan atau dilakukan, namun
pada kenyataannya banyak manusia belum bisa melakukannya, sehingga
pemborosan listrik ini bisa menjadi salah satu penyumbang meningkatnya
pemanasan global.
Bahan bakar Bahan bakar yang digunakan kendaraan selain menggangu
kesehatan juga memberikan efek bertambahnya pemanasan global dari
polusi udara yang dihasilkan setiap kendaraan.
Polusi udara dari Industri dan Pabrik Semakin banyak industri dan
pabrik yang berkembang, semakin banyak terjadinya pemanasan global.
Disisi positifnya memang industri dan pabrik bisa memberikan peluang
untuk mensejahterakan rakyat , namun disisi lain kerugian asap yang
dihasilkan dari industri dan pabrik sangat merugikan eksitensi bumi.
Hutan gundul Banyak terjadi pembakaran hutan secara ilegal tanpa izin
dari pemerintah. Padahal hutan banyak fungsinya, salah satunya ialah bisa
mencegah terjadinya banjir. Selain itu, hutanpun dapat mereduksi suhu
panas di bumi yang semakin meningkat. Sebuah sumber mengatakan
bahwa

pemanasan

adalah CO2 atau

global

meningkat

karbondioksida.

50%

Dimana

yang

emisi

penyebabnya
karbondioksida

disebabkan adanya kerusakan atau pembakaran hutan. Sehingga hutan


gundul menjadi salah satu penyebab meningkatnya pemanasan global
bumi.
Banyak dampak yang sangat merugikan yang dihasilkan dan dirasakan
oleh semua makhluk hidup di muka bumi karena adanya golbal warming

Reza Kamarullah|13/348125/GE/7582

Laporan Praktikum Pemetaan Kebencanaan Acara 1

atau pemanasan global yang semakin hari semakin meningkat. Adapun


dampak-dampaknya bagi kehidupan antara lain:
Suhu dipermukaan bumi semakin lama akan semakin ekstrim.
Permukaan air laut diseluruh dunia akan meningkat.
Intensitas terjadinya angin topan akan semakin meningkat.
Banyak terjadi kekeringan dan kegagalan panen di seluruh dunia.
Akan terjadi bencana kelaparan dan kekeringan dimuka bumi.
Berbagai macam penyakit bermunculan akibat global warming.
Terjadinya kepunahan beberapa species mahluk hidup.

Kekeringan
Kekeringan adalah keadaan kekurangan pasokan air pada suatu daerah
dalam masa yang berkepanjangan (beberapa bulan hingga bertahuntahun). Biasanya kejadian ini muncul bila suatu wilayah secara terusmenerus mengalami curah hujan di bawah rata-rata. Musim kemarau yang
panjang akan menyebabkan kekeringan karena cadangan air tanah akan
habis akibat penguapan (evaporasi), transpirasi, ataupun penggunaan lain
oleh manusia.
Kekeringan dapat menjadi bencana alam apabila mulai menyebabkan
suatu wilayah kehilangan sumber pendapatan akibat gangguan pada
pertanian dan ekosistem yang ditimbulkannya. Dampak ekonomi dan
ekologi kekeringan merupakan suatu proses sehingga batasan kekeringan
dalam setiap bidang dapat berbeda-beda. Namun, suatu kekeringan yang
singkat tetapi intensif dapat pula menyebabkan kerusakan yang signifikan.
Kekeringan menyangkut neraca air antara inflow dan outflow atau
antara presipitasi dan evapotranspirasi. Kekeringan tidak hanya dilihat
sebagai fenomena fisik cuaca saja, tetapi hendaknya juga dilihat sebagai
fenomena alam yang terkait erat dengan tingkat kebutuhan masyarakat
terhadap air. Bertambahnya jumlah penduduk telah mengakibatkan
terjadinya tekanan penggunaan lahan dan air serta menurunnya daya
dukung lingkungan. Akibatnya kekeringan semakin sering terjadi dan
semakin meluas. Kekeringan dapat menimbulkan dampak yang amat luas,
Reza Kamarullah|13/348125/GE/7582

Laporan Praktikum Pemetaan Kebencanaan Acara 1

kompleks, dan juga rentang waktu yang panjang setelah berakhirnya


kekeringan. Dampak yang luas dan berlangsung lama tersebut disebabkan
karena air merupakan kebutuhan pokok dan vital bagi seluruh makhluk
hidup, yang tidak tergantikan oleh sumber daya lainnya.
Datangnya bencana kekeringan belum dapat diperkirakan secara teliti,
namun secara umum berdasarkan statistik terlihat adanya fenomena
terjadinya kekeringan setiap empat atau lima tahun sekali. Bencana
kekeringan dapat disebabkan oleh curah hujan yang jauh di bawah normal
pada areal yang airnya telah dimanfaatkan secara maksimal atau pada
musim kemarau panjang. Dari segi sosial, dampak yang ditimbulkan oleh
bencana kekeringan berbeda dengan dampak bencana banjir, tanah
longsor, tsunami, ataupun gempa bumi. Pada keempat jenis bencana
tersebut, secara sosial dengan cepat dapat menghimpun bantuan dari
berbagai pihak, baik jangka pendek ataupun jangka panjang. Berbeda
halnya, bencana kekeringan malahan dapat menimbulkan perpecahan dan
konflik, baik konflik antar pengguna air dan antar pemerintah.
2. Managemen bencana adalah suatu proses dinamis, berlanjut dan terpadu untuk
meningkatkan kualitas langkah-langkah yang berhubungan dengan observasi dan
analisis bencana serta pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan dini,
penanganan darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi bencana (UU 24/2007).
Tahapan-tahapan managemen bencana antara lain:
1. Riset: pelajari fenomena alam yang akan terjadi secara umum atau khusus di
satu daerah. Kontur tanah hingga letak geografis suatu daerah menjadi
pengaruh utama penanganan ke depan. Jika yang terjadi adalah peristiwa
kebakaran hutan, riset tentang lokasi dan pendataan masyarakat di dalam
ataupun sekitar hutan mengawali paket penanganan bencana. Jika kebakaran
seperti terjadi di beberapa pasar, tentulah pendataan kelayakan pasar tersebut
akan membantu akar permasalahan bencana kebakaran tersebut.
2. Analisis Kerawanan dan Kajian Risiko (Vulnerabilities Analysis and Risk
Assessment): ada beberapa variabel yang bisa menyebabkan bencana ataupun
keadaan darurat terjadi di satu daerah. Matriks atas variabel ini patut didaftar
untuk kemudian dikaji risiko atau dampaknya jika satu variabel atau paduan
beberapa variabel terjadi
Reza Kamarullah|13/348125/GE/7582

Laporan Praktikum Pemetaan Kebencanaan Acara 1

3. Sosialisasi dan Kesiapan Masyarakat: pengetahuan atas fenomena alam


hingga tindakan antisipatif setiap anggota masyarakat menjadi suatu hal
mutlak dilakukan oleh Pemerintah ataupun kalangan akademisi yang telah
melakukan kajian-kajian dan pemantauan atas fenomena alam di daerahnya.
4. Mitigasi atau persiapan mendekati terjadinya bencana atau keadaan darurat.
Persiapan menghadapi banjir di komplek perumahan saya, misalnya,
dilakukan dengan membersihkan saluran got dan membangun daerah-daerah
penyerapan air ke tanah. Setiap minggu ada pemuda Karang Taruna
berkeliling meneriakkan 3M.
5. Warning atau peringatan bencana: di saat hari ini Gunung Kelud sudah
batuk cukup parah, sosialisasi bahaya letusan yang lebih besar selayaknya
juga dilakukan tak hanya dengan upaya persuasif. Tindakan memaksa
selayaknya juga diterapkan, tentu ada sosialisasi tindakan ini harus diambil,
jauh sebelum bencana ini terdeteksi. Teriakan melalui pengeras suara masjid
ataupun kentongan hingga SMS Blast ke setiap pemilik telepon selular di
daerah tersebut bisa menjadi alternatif peringatan bagi warga masyarakat.
6. Tindakan Penyelamatan: jika yang terjadi adalah angin puting beliung,
tentulah tempat paling aman berada di bawah tanah dengan kedalaman dan
persiapan logistik yang memadai. Jika yang terjadi adalah banjir,
penyelamatan barang pribadi ke tempat lebih tinggi menjadi kewajiban selain
logistik dan perahu karet jika diperlukan.
7. Komunikasi: faktor komunikasi tetap harus terjaga, yang bisa dilakukan
dengan sistem telepon satelit (lihat www.psn.co.id untuk alat komunikasi
langsung ke satelit), agar bala-bantuan hingga kepastian keadaan sesaat
setelah terjadi bencana bisa terdeteksi dari Jakarta ataupun pusat pemerintah
provinsi.
8. Penanganan Darurat: jika ada anggota masyarakat yang memerlukan
perawatan medis ataupun ada anggota masyarakat yang dinyatakan hilang,
kesiapan regu penyelamat harus terkoordinasi dengan baik.
9. Keberlangsungan Penanganan: jika banjir tidak surut dalam waktu satu-dua
hari ataupun lokasi bencana tak memiliki jalur transportasi yang memadai,
upaya yang berkelanjutan adalah kewajiban pemerintah daerah ataupun pusat
dengan selalu berkoordinasi di lapangan.
10. Upaya Perbaikan: tahapan pasca-bencana ataupun pasca-keadaan darurat
adalah proses pengobatan yang memakan waktu lama. Jika peristiwa
Tsunami Aceh memakan korban jiwa dan harta yang sangat besar, merancang

Reza Kamarullah|13/348125/GE/7582

Laporan Praktikum Pemetaan Kebencanaan Acara 1

perbaikan harus dilakukan secara seksama mengingat biaya yang besar yang
dikumpulkan dari masyarakat, bahkan masyarakat internasional. Jika
peristiwa banjir yang tiap tahun melanda pinggiran Kali Ciliwung, tentunya
lebih baik dilakukan tindakan antisipatif yang lebih komprehensif dalam
kerangka perbaikan di masa mendatang.
11. Pelatihan dan Pendidikan: untuk mendapatkan

hasil

terbaik

untuk

mengantisipasi hingga mengupayakan perbaika pasca-bencana, setiap daerah


harus memiliki petugas-petugas yang cakap dan berpengetahuan. Untuk itu
diperlukan pendidikan dan pelatihan yang selalu sejalan dengan penemuan
teknologi penanganan bencana termutakhir.
12. Simulasi: setelah memiliki petugas yang cakap dan berpengetahuan, setiap
daerah harus melaksanakan simulasi penanganan bencana atapun keadaan
darurat agar setiap anggota masyarakat bisa mengantisipasi hingga
menyelamatkan diri dan anggota keluarganya , sehingga beban daerah
ataupun kerugian pribadi dapat diminimalisasi.

Reza Kamarullah|13/348125/GE/7582

You might also like