You are on page 1of 17

LAPORAN PRAKTIKUM

DSS UNTUK PEMBANGUNAN WILAYAH (GPW


0115)
ACARA 1
AHP SEDERHANA DENGAN SOFTWARE EXPERT
CHOICE

DISUSUN OLEH :
Nama

: Lilik Andriyani

NIM

: 13/348106/GE/07576

Jadwal Praktikum
11.00 WIB
Asisten

: Jumat, 09.00

: 1. Agus Setiawan
2. Fikri Intizhar

Rahmatullah

LABORATURIUM ANALISA DATA WILAYAH


FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA
2016
ACARA 1
AHP SEDERHANA DENGAN SOFTWARE EXPERT CHOICE
I.

TUJUAN
1.
Menentukan prioritas pengembangan desa pesisir di
Kabupaten
Kulonprogo
dengan
beberapa
kriteria
menggunakan prinsip AHP dalam Expert Choice

II.

III.

ALAT DAN BAHAN


Alat
1. Seperangkat komputer/laptop
2. Software Expert Choice 11
3. Modul praktikum dan alat tulis
Bahan
1. Data aspek ekonomi, sosial, dan ekologi Kabupaten
Kulonprogo

TINJAUAN PUSTAKA
AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang
dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan
ini akan menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang
kompleks menjadi suatu hirarki, menurut Saaty. Hirarki didefinisikan
sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang
kompleks dalam suatu struktur multilevel dimana level pertama
adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan
seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif (Syaifullah,
2010).
AHP sering digunakan sebagai metode pemecahan masalah
dibanding dengan metode yang lain karena alasan-alasan sebagai
berikut :
1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuesi dari kriteria
yang dipilih, sampai pada subkriteria yang paling dalam.
2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi
inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh
pengambil keputusan.
3. Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas
pengambilan keputusan.

Layaknya sebuah metode analisis, AHP pun memiliki kelebihan


dan kelemahan dalam sistem analisisnya. Kelebihan-kelebihan
analisis ini adalah :
1. Kesatuan (Unity). AHP membuat permasalahan yang luas
dan tidak terstruktur menjadi suatu model yang fleksibel
dan mudah dipahami.
2. Kompleksitas
(Complexity).
AHP
memecahkan
permasalahan yang kompleks melalui pendekatan sistem
dan pengintegrasian secara deduktif.
3. Saling ketergantungan (Inter Dependence). AHP dapat
digunakan pada elemen-elemen sistem yang saling bebas
dan tidak memerlukan hubungan linier.
4. Struktur Hirarki (Hierarchy Structuring). AHP mewakili
pemikiran alamiah yang cenderung mengelompokkan
elemen sistem ke level-level yang berbeda dari masingmasing level berisi elemen yang serupa.
5. Pengukuran (Measurement). AHP menyediakan skala
pengukuran dan metode untuk mendapatkan prioritas.
6. Konsistensi
(Consistency).
AHP
mempertimbangkan
konsistensi logis dalam penilaian yang digunakan untuk
menentukan prioritas.
7. Sintesis (Synthesis). AHP mengarah pada perkiraan
keseluruhan mengenai seberapa diinginkannya masingmasing alternatif.
8. Trade Of. AHP mempertimbangkan prioritas relatif faktorfaktor pada sistem sehingga orang mampu memilih altenatif
terbaik berdasarkan tujuan mereka.
9. Penilaian dan Konsensus (Judgement and Consensus). AHP
tidak mengharuskan adanya suatu konsensus, tapi
menggabungkan hasil penilaian yang berbeda.
10. Pengulangan Proses (Process Repetition). AHP mampu
membuat orang menyaring definisi dari suatu permasalahan
dan mengembangkan penilaian serta pengertian mereka
melalui proses pengulangan.
Sedangkan kelemahan metode AHP adalah sebagai berikut:
1. Ketergantungan model AHP pada input utamanya. Input utama
ini berupa persepsi seorang ahli sehingga dalam hal ini
melibatkan subyektifitas sang ahli selain itu juga model
menjadi tidak berarti jika ahli tersebut memberikan penilaian
yang keliru.
2. Metode AHP ini hanya metode matematis tanpa ada pengujian
secara statistik sehingga tidak ada batas kepercayaan dari
kebenaran model yang terbentuk.
Metode AHP dilakukan langkah-langkah sebagai berikut
(Kadarsyah dan Ramdhani, 2002):
a. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang
diinginkan
b. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan utama

c. Membuat
matrik
perbandingan
berpasangan
yang
menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap
elemen terhadap tujuan atau kriteria yang setingkat di
atasnya.
d. Mendefinisikan
perbandingan
berpasangan
sehingga
diperoleh jumlah penilaian seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2)]
buah,
dengan
n
adalah
banyaknya
elemen
yang
dibandingkan. Intensitas kepentingannya dapat dinilai
seperti berikut:
1 = kedua elemen sama pentingnya karena pengaruhnya
sama besar
3 = elemen yang satu sedikit lebih penting daripada
elemen yang lainnya
5 = elemen yang satu lebih penting dari elemen lainnya
7 = satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada
elemen lainnya
9 = satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya
2, 4, 6, 8 = nilai antara dua nilai pertimbangan yang
berdekatan, nilai ini diberikan bila ada dua kompromi
diantara 2 pilihan.
e. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya
f. Mengulangi langkah c,d, dan e untuk seluruh tingkat hirarki
g. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan
berpasangan
h. Memeriksa konsistensi hirarki
Salah satu perangkat lunak yang dapat digunakan untuk
melakukan proses AHP adalah Expert Choice. Expert Choice adalah
sebuah software yang juga dikembangkan oleh Thomas L.
Saaty. Analytical Hierarchy Process atau lebih dikenal dengan AHP
masuk dalam rumpun decision moldeling. Perangkat lunak ini
menawarkan sebuah model untuk pemilihan alternatif dengan
mengintegrasikan decision dan criteria.
Expert
Choice
adalah
software untuk memudahkan komputasi dan visualisasi AHP termsuk
untuk melakukan sensitivity analysis untuk proses pembuatan
keputusan (Siswanto, 2012).

IV.

LANGKAH KERJA
1. Membuka perangkat lunak Expert Choice 11 hingga muncul
jendela sebagai berikut

Kemudian memilih Create New Model Structuring Ok


2. Menentukan lokasi penyimpanan file Expert Choice Ok

3. Menentukan tujuan perancangan model AHP yang akan


dilakukan, yaitu Menentukan prioritas pengembangan desa
pesisir
di
Kabupaten
Kulonprogo

Ok

4. Membuat tampilan pada Expert Choice menjadi Treeview Pane


dengan memilih tool Treeview Pane

5. Menulis tiga indikator yang akan digunakan untuk mencapai


tujuan, yaitu ekonomi, sosial, dan ekologi secara berurutan
dengan cara klik kanan Goal memilih Insert Child of Current
Node

6. Menuliskan judul setiap indikator, kemudian pada indikator


terakhir (Ekologi) melakukan enter sebanyak 2 kali

7. Menambahkan sub-indikator untuk setiap indikator dengan


cara klik kanan indikator memilih Insert Child of Current
Node

8. Menuliskan judul setiap sub-indikator, kemudian pada subindikator terakhir selalu melakukan enter sebanyak 2 kali

9. Membuat alternatif penentuan prioritas


dengan memilih tool Add Alternative

pengembangan

10.
Menuliskan nama-nama alternatif sesuai urutannya,
yaitu pertanian, pariwisata, tambang-industri, perhubungan,
dan perikanan satu per satu kemudian Ok

11.
Setelah semua indikator, sub-indikator, dan alternatif
dibuat, tampilan pada layar menjadi seperti berikut

12.
Memasukkan nilai setiap indikator dengan klik masingmasing indikator dan memilih tool Pairwise Numerical
Comparisons

13.
Memasukan nilai indikator dengan menggeser numerical
judgement dan lihat setiap nilai inkonsistensinya kemudian
kembali ke tampilan awal dan pada jendela Record Judgement
memilih Yes


14.
Semua indikator yang sudah memiliki nilai akan memiliki
atribut (L: , ...) seperti pada gambar

15.
Memasukan nilai perbandingan prioritas alternatif
dengan memilih sub-indikator memilih tool Pairwise
Numerical Comparisons memasukan nilai perbandingannya
Record judgements Yes

Berikut adalah daftar perbandingan besaran nilai masingmasing alternatif pilihan terhadap sub-indikator yang ada

16.
Menampilkan hasil prioritas pengembangan desa pesisir
di Kabupaten Kulonprogo dalam berbagai grafik dengan cara
memilih menu Sensitivity-Graphs dynamic untuk jenis grafik
dynamic

17.
Memilih menu Sensitivity-Graphs Performance untuk
tampilan grafik performance

18.
Memilih menu Sensitivity-Graphs Gradient untuk
tampilan grafik gradient

19.
Memilih menu Sensitivity-Graphs head to head untuk
tampilan grafik head to head

20.
Memilih menu Sensitivity-Graphs 2D untuk tampilan
grafik 2 dimensional

21.
Memilih menu Synthesize with respect to goal untuk
tampilan hasil sintesis rata-rata alternatif yang telah diinput

V.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Salah satu cara dalam mengambil keputusan dapat dilakukan
menggunakan AHP. Pengambilan keputusan dengan bantuan AHP
lebih mudah karena dapat secara langsung menilai beberapa
alternatif secara bersamaan dan hasilnya akan disajikan dalam
bentuk hirarki. Contoh studi kasus yang dapat menggambarkan
pengambilan
keputusan
menggunakan AHP
adalah
dalam
menentukan prioritas pengembangan desa pesisir di Kabupaten
Kulonprogo. Pemilihan dilakukan berdasarkan tiga aspek, yaitu
ekonomi, sosial, dan ekologi. Aspek ekonomi pun dikaji dalam tiga
pertimbangan, yaitu optimalisasi pemanfaatan sumberdaya pesisir,
menumbuhkan lapangan kerja, dan meningkatkan pendapatan.

Aspek sosial dikaji dalam tiga pertimbangan yaitu pemerataan,


tujuan budaya, dan aktivitas sosial. Aspek ekologi meliputi tujuan
konservasi, pengurangan degradasi lingkungan, dan pengurangan
risiko bencana.
Lima alternatif yang diuji untuk pengembangan desa pesisir
yaitu pertanian, pariwisata, tambang-industri, perhubungan, dan
perikanan. Lima alternatif yang diuji nantinya akan memperlihatkan
sebuah hirarki, dimana alternatif pengembangan yang ada di urutan
pertama adalah yang akan dikembangkan. Salah satu sektor yang
menjadi prioritas pengembangan desa merupakan sektor yang
mampu meningkatkan aspek ekonomi dan sosial masyarakat tanpa
memberikan dampak buruk bagi aspek ekologi pesisir Kabupaten
Kulonprogo.
Hasil analisis AHP untuk prioritas pengembangan desa pesisir
di Kabupaten Kulonprogo dapat disajikan dalam bentuk grafik untuk
memudahkan dalam membaca dan menyimpulkan hasil analisis.
Grafik hasil analisis AHP pertama merupakan grafik sintesis ideal
pada Gambar 1.1. Penambahan atau pengurangan alternatif pada
grafik sintesis ideal tidak akan memengaruhi prioritas relatif dari
alternatif lain. Grafik ini cocok untuk memilih satu alternatif dari
banyak alternatif. Hasil grafik sintesis ideal menunjukkan sektor
perhubungan merupakan sektor prioritas pengembangan desa
pesisir dengan urutan hasil yaitu perhubungan, perikanan, tambangindustri, pertanian, dan pariwisata. Nilai inkonsistensi dari hasil
grafik sintesis ideal sebesar 0,03 sehingga hasil urutan prioritas
pengembangan masih bisa diterima karena inkonsistensinya kurang
dari 0,1.

Gambar 1.1 Grafik Sintesis Ideal

Penyajian hasil analisis AHP lainnya berupa grafik analisis


sensitivitas. Grafik analisis sensitivitas terbagi menjadi lima jenis
penyajian, yaitu dynamic, performance, gradient, head to head, dan

two dimensional (2D). Kelima grafik tersebut digunakan untuk


memeriksa tingkat sensitivitas rangking alternatif terhadap
perubahan bobot indikator atau sub-indikator. Gambar 1.2
menunjukkan grafik hasil analisis sensitivitas dinamik yang
digunakan untuk merubah prioritas secara dinamis dan menentukan
bagaimana perubahan memengaruhi prioritas pilihan alternatif.
Grafiknya menunjukan indikator yang paling berpengaruh dalam
pengembangan desa pesisir adalah ekonomi, sehingga indikator
tersebut dapat memengaruhi indikator lainnya. Indikator ekonomi
menjadi penting dalam menentukan alternatif pengembangan.
Perhubungan menjadi prioritas pertama untuk dikembangkan
dengan kemungkinan secara ekonomi, sektor perhubungan dapat
membawa hasil positif bagi peningkatan ekonomi desa pesisir
Kabupaten Kulonprogo.

Gambar 1.2 Grafik Analisis Sensitivitas Dinamik

Hasil penyajian grafik sensitivitas performa (Performance


Sensitivity) ditunjukkan pada Gambar 1.3. Analisis sensitivitas
performa menunjukkan bagaimana alternatif diprioritaskan secara
relatif terhadap alternatif lainnya dengan memperhatikan
objektivitas dan keseluruhan. Grafik tersebut menunjukkan indikator
pada sumbu X dan alternatif pada sumbu Y. Hasilnya terlihat bahwa
faktor ekonomi tetap menjadi prioritas dan sektor perhubungan
menjadi sektor prioritas yang akan dikembangkan. Sektor
perhubungan pada faktor ekonomi menunjukkan nilai tertinggi,
namun pada faktor sosial berada di posisi terendah. Hal tersebut
menunjukkan sektor perhubungan masih rendah dalam pemerataan,
budaya, dan aktivitas sosial namun dapat berdampak positif pada
penambahan lapangan pekerjaan, pendapatan, dan dalam optimasi
sumberdaya pesisir. Faktor ekologi menunjukkan perhubungan
berada di peringkat kedua setelah tambang-industri, artinya
perhubungan cukup membawa dampak positif pada konservasi,

namun terdapat kejanggalan karena perhubungan juga membawa


dampak buruk bagi ekologi dengan nilai degradasi dan bencananya
cukup tinggi. Adanya kejanggalan pada faktor ekologi membutuhkan
kegiatan cek lapangan untuk mendapat hasil lebih akurat.

Gambar 1.3 Grafik Analisis Sensitivitas Performa

Hasil penyajian grafik sensitivitas gradient pada Gambar 1.4


menunjukkan
sektor
perhubungan
juga
menjadi
prioritas
pengembangan desa pesisir. Indikator yang paling memengaruhi
adalah faktor ekonomi. Hal tersebut dilihat pada garis merah di
sumbu Y, dimana faktor ekonomi terlihat berada pada garis
terdepan, kemudian ekologi, dan terakhir sosial. Faktor ekonomi
menunjukkan sektor perhubungan yang menjadi prioritas, faktor
ekologi menunjukkan sektor tambang-industri yang menjadi
prioritas, sedangkan faktor sosial menunjukkan pertanian yang
menjadi prioritas.

Gambar 1.4 Grafik Analisis Sensitivitas Performa (Faktor Ekonomi)

Gambar 1.5 Grafik Analisis Sensitivitas Performa (Faktor Ekologi)

Gambar 1.6 Grafik Analisis Sensitivitas Performa (Faktor Sosial)

Gambar 1.7 menunjukkan hasil penyajian grafik head to head


dengan membandingkan sektor pertanian dengan perhubungan.
Hasilnya menunjukkan sektor perhubungan unggul dan memiliki
bobot lebih besar di faktor ekonomi dan ekologi, sedangkan
pertanian lebih unggul dibidang sosial. Hal tersebut dapat
disebabkan oleh sektor pertanian lebih mampu meningkatkan
aktivitas sosial, pemerataan, dan budaya.

Gambar 1.7 Grafik Head to Head

Grafik terakhir dari analisis sensitivitas adalah grafik dua


dimensional pada Gambar 1.8. Grafik ini terbagi ke dalam empat
kuadran, dimana alternatif yang menjadi prioritas berada di kuadran
kanan atas dan yang tidak menjadi prioritas berada di kuadran kiri
bawah. Alternatif yang berada di kuadran kiri atas dengan kanan
bawah mengindikasikan kunci pertukaran dimana terdapat konflik
diantara kedua tujuan yang dipilih. Indikator yang digunakan dalam
grafik Gambar 1.8 yaitu ekonomi dan sosial. Sektor perhubungan
menjadi prioritas utama namun sangat bertolak belakang dengan
sektor pertanian. Sektor perhubungan mampu meningkatkan
perekonomian, sedangkan pertanian tidak terlalu meningkatkan
ekonomi. Namun, sektor perhubungan sangat lemah dibidang sosial,
sedangkan pertanian sangat kuat dalam sosial.

Gambar 1.8 Grafik Dua Dimensional

Hasil dari beberapa grafik di atas menunjukkan bahwa sektor


perhubungan selalu menjadi prioritas pengembangan secara
keseluruhan, baik dari faktor ekonomi, sosial, maupun ekologi.
Sektor
perhubungan
pun
disarankan
menjadi
prioritas
pengembangan desa pesisir di Kabupaten Kulonprogo karena
berdampak sangat baik bagi ekonomi. Sektor perhubungan dalam
sudut pandang ekologi berdampak buruk karena membawa
degradasi dan risiko bencana yang cukup tinggi, namun nilai
konservasinya juga tinggi. Faktor sosial menilai sektor perhubungan
tidak mampu meningkatkan pemerataan, aktivitas sosial, dan
budaya. Hasil analisis tersebut dapat digunakan sebagai
rekomendasi
dalam
pengembangan
desa
pesisir
dengan
pertimbangan faktor ekonomi, sosial, dan ekologi yang telah
dipaparkan. Pengembangan desa pesisir dengan sektor perhubungan
nantinya diharapkan mampu meningkatkan ekonomi, mengurangi
dampak negatif untuk ekologi, dan meningkatkan faktor sosial.

VI.

KESIMPULAN
Hasil pertimbangan faktor ekonomi, sosial, dan ekologi dengan
analisis AHP menunjukkan sektor perhubungan menjadi prioritas
pengembangan desa pesisir di Kabupaten Kulonprogo yang paling
utama, kemudian diikuti oleh perikanan, tambang-industri,
pertanian, dan pariwisata.

DAFTAR PUSTAKA
Kadarsah, Suryadi dan Ali M. Ramdhani. 2002. Sistem Pendukung
Keputusan:
Suatu
Wacana
Struktural
Idealisasi
dan
Implementasi Konsep Pengambilan Keputusan. Bandung:
Rosdakarya.
Siswanto. 2012. Expert Choice 11 AHP. Yogyakarta: Fakultas
Ekonomi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Syaifullah. 2010. Pengenalan Metode AHP (Analytical Hierarchy
Process). Jakarta: Gramedia Pustaka

You might also like