You are on page 1of 20

ACARA II

PENYELIDIKAN SIFAT KEADITIFAN DARI ABSORBANS


KOMPONEN-KOMPONEN CAMPURAN DAN PENETAPAN
KONSENTRASI MASING-MASING KOMPONEN TANPA PEMISAHAN
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
Melihat sifat keaditifan absorban suatu campuran dan menentukan konsentrasi
masing-masing komponen (Co2+ dan Cr3+).
2. Waktu Praktikum
Sabtu, 10 Oktober 2015
3. Tempat Praktikum
Lantai II, Laboratorium Kimia Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Mataram.
B. LANDASAN TEORI
Spektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran panjang gelombang dan intensitas
sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar ultraviolet dan
cahaya tampak memiliki energi yang cukup untuk mempromosikan elektron pada kulit
terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi. Spektroskopi UV-Vis biasanya digunakan
untuk molekul dan ion anorganik atau kompleks di dalam larutan. Spektrum UV-Vis
mempunyai bentuk yang lebar dan hanya sedikit informasi tentang struktur yang bisa
didapatkan dari spektrum ini sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Sinar
ultraviolet berada pada panjang gelombang 200-400 nm, sedangkan sinar tampak berada
pada panjang gelombang 400-800 nm (Dachriyanus, 2004 : 1).
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitans
atau absorbans suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang;
pengukuran terhadap suatu deretan contoh pada suatu panjang
gelombang tunggal mungkin juga dapat dilakukan. Alat-alat demikian
dapat dikelompokkan naik sebagai manual atau perekam, maupun
sebagai sinar-tunggal atau sinar-rangkap. Dalam praktek, alat-alat
sinar tunggal biasanya dijalankan dengan tangan dan alat-alat sinarrangkap biasanya menonjolkan pencatatan spektrum absorbsi, tetapi
adalah mungkin untuk mencatat satu spectrum dengan suatu alat
sinar tunggal (Basset, 1994 : 196).

Prinsip kerja oleh spektrofotometer UV-Vis adalah penyerapan cahaya oleh


molekul-molekul. Semua molekul dapat menyerap radiasi dalam daerah UV-Vis
(tampak) karena mereka mengandung elektron, baik berpasangan maupun sendiri yang
dapat dieksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi, panjang gelombang bila mana
absorpsi itu terjadi, tergantung pada kekuatan elektron tersebut terikat dalam molekul.
Elektron dalam ikatan kovalen tunggal terikat dengan kuat dan diperlukan radiasi
berenergi tinggi atau panjang gelombang rendah untuk eksitasinya (Underwood, 2002 :
365).
Prinsip dasar dari analisis multikomponen dengan spektrometri absorpsi
molekular yaitu bahwa total absorbansi larutan adalah jumlah absorbansi dari tiap-tiap
komponennya. Hal ini tentu saja akan berlaku jika komponen-komponen tersebut tidak
berinteraksi dalam bentuk apapun. Secara teori bisa saja terdapat banyak komponen
tetapi dalam praktek, lebarnya puncak absorpsi dalam spektrometri UV-sinar tampak
memastikan bahwa tidak ada panjang gelombang yang cukup sesuaiuntuk penentuan
sampel dengan jumlah komponen yang banyak (Hendayana, 1994 :182).
Jika suatu molekul bergerak dari suatu tingkat energy tinggi ke tingkat energy
rendah maka beberapa energy akan dilepaskan. Energy ini dapat hilang sebagai radiasi
yang dapat dikatakan telah terjadi emisi radiasi. Jika satu molekul dikenai suatu radiasi
elektromagnetik pada frekuensi yang sesuai sehingga molekul energi tersebut
ditingkatkan ke level yang lebih tinggi, maka terjadi peristiwa penyerapan (absorbsi)
energi oleh molekul. Supaya terjadi absorbsi, perbedaan energi antara dua tingkat energi
harus setara dengan energi foton yang diserap (Sastrohamidjojo, 1991: 11).
Spektrofotometri UV-Vis adalah metode analisis berdasarkan interaksi antara
radiasi elektromagnetik ultra violet dekat (190-380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm)
dengan memakai instrumen spektrofotometer dengan suatu materi (senyawa). Metode
ini berdasarkan penyerapan sinar ultraviolet maupun sinar tampak yang menyebabkan
terjadinya transisi elektron (perpindahan elektron dari tingkat energi yang rendah
ketingkat energi yang lebih tinggi). Beberapa sumber radiasi polikromatik yang dipakai
pada spektrofotometer UV-Vis adalah lampu deuterium, lampu tungsten dan lampu
merkuri. Sumber radiasi tersebut akan mengeksitasi benda ke tingkat energi yang lebih
tinggi. Benda atau materi akan kembali ke tingkat energi yang lebih rendah atau ke
dasarnya, melepaskan foton dengan energi yang sesuai dengan perbedaan energi antara
tingkat tereksitasi dengan tingkat dasar rendah (Octaviani, dkk : 2014).

Kurva kalibrasi merupakan suatu garis yang diperoleh dari titik-titik yang
menyatakan suatu konsentrasi terhadap absorbansi yang diserap setelah dilakukan
analisa regresi linier. Konsentrasi besi secara spektrofotometri UV-Vis ditentukan
berdasarkan kurva kalibrasi yang dibuat dengan mengukur absorbansi larutan standar
besi dengan variasi 0-5 ppm. Salah satu syarat sampel yang dapat diukur oleh
spektrofotometer UV-Vis adalah berbentuk liquid (cair), maka dari itu padatan oksida
yang dihasilkan ditambah dengan HCl dan aqua DM agar semua padatan oksida tersebut
larut. Larutan ini kemudian diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer UVVis (Harisman dan Djarot, 2014).
Deteksi absorbansi larutan standar pada rentang panjang gelombang 250-300
nm dengan menggunakan instrument spektrofotometer UV-Vis. Selanjutnya dibuat
kurva standar yang menghubungkan absorbansi dengan konsentrasi dari masing-masing
larutan

standar.

Pada

pengujian

kuantitatif

kafein

menggunakan

metode

spektrofotometri UV-Vis, maka dilakukan pembuatan kurva standar larutan baku kafein.
Larutan baku kafein dibuat dengan konsentrasi 1, 2, 3, 4, 5, 6 mg/L, yang memberikan
persamaan garis Y= 0,1029x-0,0989 dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,909
(Maramis, dkk : 2013).
Metode spektroskopi UV-Vis untuk analisis cefixime (CEFI) dalam bentuk
murni dan formasi farmasi melalui kompleksasi dengan Cu (II) menggunakan buffer
NaOH asetat dalam campuran air : metanol telah dikembangkan. Pembentukan
kompleks, CEFI : Cu (II) memberikan absorbansi maksimum warna kuning yang terjadi
pada = 410 nm dan molar absorptivity adalah 5,12 x 103 L.mol -1.cm-1. Spektrum UVVis dengan menggunakan buffer asetat NaOH sebagai blanko telah dipelajari. Larutan
Cu(II) dan larutan cefixime tidak menyerap dalam kisaran 400-600nm, sementara
larutan cefixime memiliki satu absorbansi maksimum di 600 nm, sementara larutan
cefixime memiliki satu absorbansi maksimum di = 283 nm molar absorptivity adalah
2,08 x 104 L.mol-1.cm-1. Larutan Cu (II) yang kompleks di buffer asetat-NaOH memiliki
penyerapan 410 nm, molar absorptivity adalah 5,12 x 103 L.mol -1.cm-1 (Ramadan, dkk :
2012).
Studi

hukum

Beer's-Lambert

telah

diperiksa

dengan

menyiapkan larutan standar di empat konsentrasi berbeda dan


linearitas grafik kalibrasi dan kesesuaian pengukuran metode UV-VIS
yang diusulkan untuk hukum Beer yang dibuktikan dengan nilai-nilai
dari koefisien korelasi dari studi absorptivitas. Kisaran konsentrasi

untuk analisis fenofibrate adalah ditemukan 2-5g / ml untuk metode


spektrofotometri UV-VIS. Kegunaan metode ini telah diverifikasi oleh
analisis pemulihan uji dalam sampel tablet dipasarkan. Sampel tablet
(label claim- 160mg) fenofibrate disiapkan dan diproses sesuai
dengan metode yang diusulkan (Kutty, dkk : 2012).
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat-alat Praktikum
a. Alat spektrofotometer uv-vis
b. Gelas kimia 250 mL
c. Gelas kimia 600 mL
d. Kertas label
e. Kuvet
f. Labu takar 10 mL
g. Pipet tetes
h. Pipet volume 1 mL
i. Pipet volume 2 mL
j. Pipet volume 5 mL
k. Rubber bulb
l. Tissue
2. Bahan-bahan Praktikum
a. Aquades
b. Larutan Co(NO3)2 0,2256 M
c. Larutan Cr(NO3)3 0,06M
D. SKEMA KERJA
1. Sifat Aditif dari Absorbansi untuk Campuran Larutan Cr(III) dan Co(II)
Larutan Cr(NO3)3 0,06 M
Diencerkan hingga konsentrasi 0,025 M
Dimasukan dalam kuvet
Diukur absorbansinya pada rentang panjang
gelombang 500-600 nm dengan interval 10 nm
Hasil
Larutan Co(NO3)2 0,2256 M
Dimasukan ke dalam kuvet
Diukur absorbansinya pada rentang panjang
gelombang 500-600 nm dengan interval 10 nm
Hasil
5 ml Co(NO3)2 0,1 M + 5 ml Larutan Cr(NO3)3 0,025 M

Dimasukan ke dalam kuvet


Diukur absorbansinya pada rentang panjang
gelombang 500-600 nm dengan interval 10 nm

Hasil
2. Penentuan Nilai k dari Larutan Cr(III) dan Co(II)
Larutan Cr(NO3)3 0,06 M
Diencerkan masing-masing 10 ml dengan
konsentrasi 0,01 M, 0,02 M, 0,03 M, 0,04

M,dan 0,05 M
Masing-masing diukur absorbannya pada
panjang gelombang maksimum dari
percobaan 1

Hasil
Larutan Co(NO3)2 0,2256 M
Diencerkan masing-masing 10 ml dengan
konsentrasi 0,02 M, 0,04 M, 0,06 M, 0,08 M,

dan 0,1 M
Masing-masing diukur absorbannya pada
panjang gelombang maksimum dari
percobaan 1

Hasil

E. HASIL PENGAMATAN
1

Tabel Absorbansi Larutan Cr(NO3)3 0,025 M,Co(NO3)2 0,1 M dan Campuran


a Untuk larutan Cr(NO3)3 0,025 M
Panjang gelombang () (nm)
500
510
520
530
540
550
560
570
580
590
600

Absorbansi (A)
0,079
0,093
0,113
0,140
0,167
0,194
0,216
0,230
0,230
0,228
0,208

max (nm) larutan Cr(NO3)3 0,06 M adalah pada 575 nm dengan absorbansi 0,230.

Untuk larutan Co(NO3)2 0,1 M


Panjang gelombang () (nm)

Absorbansi (A)

500

0,97

510

1,03

520

1,02

530

0,92

540

0,73

550

0,53

560

0,34

570

0,22

580

0,15

590

0,11

600

0,10

max (nm) larutan Co(NO3)2 0,1 M adalah pada 510 nm dengan absorbansi 1,03.
c

Untuk campuran larutan Cr(NO3)3 0,0025 M dan Co(NO3)2 0,1 M


Panjang gelombang () (nm)

Absorbansi (A)

500

0,268

510

0,293

520

0,293

530

0,283

540

0,248

550

0,216

560

0,185

570

0,163

580

0,145

590

0,136

600

0,125

max (nm) untuk campuran larutan Co(NO3)2 0,1 M dan larutan Cr(NO3)3 0,025 M
adalah pada 515 nm dengan absorbansi 0,293.

Penentuan nilai K dari larutan Cr(III) dan Co(II)


Larutan Cr(NO3)2 0,06 M (575 nm)
Konsentrasi
(M)
0,01
0,02
0,03
0,04
0,05

Absorbansi (A)
0,101
0,203
0,288
0,383
0,483

Larutan Co(NO3)2 0,2256 M (510 nm)


Konsentrasi

Absorban (A)

(M)
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1

0,13
0,24
0,33
0,44
0,53

F. ANALISIS DATA
1. Sifat Aditif dari Absorbansi untuk Campuran Larutan Cr(NO3)2 dan Co(NO3)2
a. Perhitungan volume Cr(III) sebelum pengenceran
Dik: V2= 10 mL
M1= 0,06 M
M2 = 0,025 M
M .V
V 1= 2 2
M1

0,025 M x 10 mL
0,06 M

= 4,167 mL
b. Perhitungan volume Co(II) sebelum pengenceran
Dik: V2 = 10 mL
M1 = 0,2256 M
M2 = 0,1 M
M .V
V 1= 2 2
M1

0,1 M x 10 mL
0,2256 M

= 4,4326 mL

Sifat Aditif dari Absorbansi untuk Campuran Larutan Cr(NO3)2 dan Co(NO3)2
a)

Kurva untuk Larutan Cr(III)


0.25
0.2
0.15
Absorbansi

0.1

Absorbansi
Linear (Absorbansi)

0.05
0
450 500 550 600 650
Panjang Gelombang (nm)

Dari grafik tersebut, nilai panjang gelombang maksimum untuk Cr(III) adalah 575 nm
dengan nilai absorban sebesar 0,23.

b)

Kurva untuk Larutan Co(II)

1.2
1
0.8
Absorbansi

0.6
Absorbansi
0.4

Linear (Absorbansi)

0.2
0
450 500 550 600 650
Panjang Gelombang (nm)

Dari grafik tersebut, nilai panjang gelombang maksimum untuk Co(II) adalah 510
nm dengan nilai absorban sebesar 1,03.

c)

Kurva untuk Campuran Larutan Cr(III) dan Co(II)


0.35
0.3
0.25
0.2
Absorbansi 0.15
0.1
0.05
0
450 500 550 600 650
Panjang Gelombang (nm)

Absorbansi
Linear (Absorbansi)

Dari grafik tersebut, nilai panjang gelombang maksimum untuk campuran Cr(III) dan
Co(II) adalah 515 nm dengan nilai absorban sebesar 0,293.

2. Pembuatan Kurva Kalibrasi untuk Menentukan Nilai K


a. Untuk Larutan Cr(III)
Pembutan variasi konsentrasi larutan
M 1 V 1=M 2 V 2

V 1=

M 2V 2
M1

M1 = 0,06 M
V2 = 10 mL

Untuk M2 = 0,01 M
M .V
V 1= 2 2
M1

= 1,67 mL
Untuk M2 = 0,02 M
M .V
V 1= 2 2
M1

0,02 M x 10 mL
0,06 M

= 3,33 mL
Untuk M2 = 0,03 M
M .V
V 1= 2 2
M1

0,01 M x 10 mL
0,06 M

0,03 M x 10 mL
0,06 M

= 5 mL
Untuk M2 = 0,04 M

V 1=

M 2. V 2
M1

0,04 M x 10 mL
0,06 M

= 6,67 mL
Untuk M2 = 0,05 M
M .V
V 1= 2 2
M1

0,05 M x 10 mL
0,06 M

= 8,33 mL
M1 (M)
0,06
0,06
0,06
0,06
0,06

M2 (M)
0,01
0,02
0,03
0,04
0,05

V2 (ml)
10
10
10
10
10

Tabel Analog Antara Konsentrasi dengan Absorbansi


Konsentrasi
(M)
0,01
0,02
0,03
0,04
0,05

V1 (ml)
1,67
3,33
5
6,67
8,33

Absorbansi (A)
0,101
0,203
0,288
0,383
0,483

Kurva untuk Larutan Cr(III) hubungan antara Absorbansi (A) dengan


Konsentrasi(M)

0.6
0.5
f(x) = 9.44x + 0.01
R = 1

0.4
Absorbansi

0.3
Absorbansi

0.2

Linear (Absorbansi)

0.1
0
0

0.02 0.04 0.06

Konsentrasi (M)

Jika A= kC, dengan kurva y = 9,44x + 0,008; maka nilai k = 9,44.


b. Untuk Larutan Co(II)
Pembuatan Variasi Konsentrasi Larutan Co(II)
M 1 V 1=M 2 V 2
V 1=

Untuk M2 = 0,02 M
M .V
V 1= 2 2
M1

0,02 M x 10 mL
0,2256 M

= 0,8865 mL
Untuk M2 = 0,04 M
M .V
V 1= 2 2
M1

M 2V 2
M1

0,04 M x 10 mL
0,2256 M

= 1,773 mL
Untuk M2 = 0,06 M
M .V
V 1= 2 2
M1

0,06 M x 10 mL
0,2256 M

= 2,6596 mL
Untuk M2 = 0,08 M
M .V
V 1= 2 2
M1

0,08 M x 10 mL
0,2256 M

= 3,5461 mL
Untuk M2 = 0,1 M
M .V
V 1= 2 2
M1

0,1 M x 10 mL
0,2256 M

= 4,4326 mL

M1 (M)

V1 (mL)

M2 (M)

V2(mL)

0,2256

0,8865

0,02

10

0,2256

1,773

0,04

10

0,2256

2,6596

0,06

10

0,2256

3,5461

0,08

10

0,2256

4,4326

0,1

10

Tabel Analog
Konsentrasi (M)

Absorbansi (A)

0,02

0,13

0,04

0,24

0,06

0,33

0,08

0,44

0,1

0,53

Kurva untuk Larutan Co(II) hubungan antara Absorbansi(A) dengan


konsentrasi(M)

0.6
0.5

f(x) = 5x + 0.03
R = 1

0.4
Absorbansi

0.3
Absorbansi

0.2

Linear (Absorbansi)

0.1
0
0

0.05

0.1

0.15

Konsentrasi

Jika A= kC ,dengan kurva y = 5x + 0.034 maka nilai k = 5.


3. Penentuan kadar Co(II) dan Cr (III) dalam campuran
Penentuan kadar dari larutan Cr(III) dan Co(II) dalam campuran

Untuk Cr(III)
Diketahui:
A maks = 0,23
K
= 9,44
Jawab:
A=K C
C=

A
K

C=

0,23
9,44

C = 0,0244 M

Untuk Co(II)
A maks = 1,03
K
=5
Jawab:
A=K C
C=

A
K

C=

1,03
5

C = 0,206 M
Jadi konsentrasi dari Cr (III) adalah 0.0244 M dan konsentrasi Co (II) adalah 0,206 M.

G. PEMBAHASAN
Spektrofotometer adalah alat untuk menukur transmitan atau absorban suatu
sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrofotometri UV-Vis merupakan
gabungan antara spektrofotometri UV dan Visible. Alat ini menggunakan dua buah
sumber cahaya yang berbeda, yaitu sumber cahaya UV dan sumber cahaya Visible.
Larutan yang dianalisis diukur serapan sinar ultra violet atau sinar tampaknya.
Konsentrasi larutan yang dianalisis akan sebanding dengan jumlah sinar yang diserap
oleh zat yang terapat dalam larutan tersebut. Prinsip kerja spektrofotometri uv-vis
mengacu pada hukum Lambert-Beer. Apabila cahaya monokromatik melalui suatu
media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut akan diserap, sebagian dipantulkan dan
sebagian lagi akan dipancarkan. Alat ini dapat digunakan untuk analisis dua komponen
pada

campuran

yang

tidak

saling

berinteraksi.

Pada

campuran

yang

komponen penyusunnya tidak saling berinteraksi, apabila diukur absorbannya, absorban


dari campuran tersebut merupakan penjumlahan dari absorbansi masing-masing
komponen yang terdapat pada campuran. Ini merupakan sifat keaditifan suatu larutan
yaitu keseluruhan absorban larutan pada panjang gelombang tertentu adalah jumlah dari
absorban komponen-komponen yang terdapat dalam larutan. Dengan mengukur
absorbans campuran pada panjang gelombang tertentu masing-masing komponen, maka
konsentrasi masing-masing dapat diketahui.
Praktikum ini bertujuan untuk melihat sifat keaditifan absorban suatu
campuran dan menentukan konsentrasi masing-masing komponen (Co2+ dan Cr3+).
Dilakukan dua percobaan dalam praktikum ini. Pertama untuk mengetahui sifat aditif
dari absorbansi untuk campuran larutan Cr(III) dan Co(II) dan penentuan nilai k dari
larutan Cr(III) dan Co(II).
Pertama, sifat aditif dari absorbansi untuk campuran larutan Cr(III) dan Co(II).
Larutan Cr(NO3)3 ; Co(NO3)2 dan campuran keduanya diencerkan terlebih dahulu yang
selanjutnya diukur absorbansinya sebanyak 10 kali pada rentang panjang gelombang
500-600 nm. Hal ini dilakukan untuk mencari panjang gelombang maksimum masingmasing komponen maupun campuran kedua komponen tersebut. Panjang gelombang
maksimum adalah panjang gelombang dimana suatu larutan zat uji memiliki serapan
maksimum. Tujuan dari penentuan panjang gelombang maksimum adalah pada panjang
gelombang maksimum, kepekaannya juga maksimal karena pada panjang gelombang
tersebut perubahan absorbansi yang terjadi setiap satuan konsentrasi adalah yang paling

besar. Sehingga dapat meminimalisir terjadinya error pada pengukuran absorbansi


sampel yang akan diukur selanjutnya. Pada larutan Cr(NO 3)3 didapatkan panjang
gelombang maksimum 575 nm, untuk larutan Co(NO3)2 didapatkan panjang gelombang
maksimum 510 nm dan dalam campuran Cr(NO3)3 dan Co(NO3)2 didapatkan panjang
gelombang maksimum sebesar 515 nm.
Percobaan kedua yaitu, penentuan nilai k dari larutan Cr(III) dan Co(II).
Percobaan ini dilakukan dengan mengencerkan masing-masing larutan Cr(NO3)3 dan
Co(NO3)2 dalam berbagai konsentrasi. Selanjutnya masing-masing larutan dalam
berbagai konsentrasi tersebut diukur absorbansinya dengan menggunakan panjang
gelombang maksimum yang telah didapat pada percobaan sebelumnya. Pada larutan
Cr(NO3)3 dengan panjang gelombang 575 nm didapat absorbansi masing-masing
konsentrasi (0,01 ; 0,02 ; 0,03 ; 0,04 dan 0,05 M) adalah 0,101 ; 0,203 ; 0,288 ; 0,383
dan 0,483. Larutan Co(NO3)2 dengan panjang gelombang 510 nm didapat nilai
absorbansi masing-masing konsentrasi (0,02 ; 0,04 ; 0,06 ; 0,08 dan 0,1 M) adalah 0,13 ;
0,24 ; 0,33 ; 0,44 dan 0,53. Hal ini sesuai dengan hukum Lambert-Beer dimana
konsentrasi berbanding lurus dengan nilai absorbansi, sehingga semakin besar
konsentrasi maka semakin besar pula nilai absorbansinya. Selanjutnya berdasarkan data
pengamatan tersebut, didapatkan kurva kalibrasi hubungan antara absorbansi dengan
konsentrasi. Sehingga berdasarkan kurva yang telah dibuat kita dapat menentukan nilai
k dari larutan Cr(III) dan Co(II). Didapatkan nilai k pada larutan Cr(III) sebesar 9,44
dan pada larutan Co(II) sebesar 5.
Selanjutnya berdasarkan data nilai k juga absrobansi maksimum yang telah
didapatkan sebelumnya, kita dapat menentukan kadar Cr(III) dan Co(II) dalam

campuran. Dengan menggunakan rumus A = k x C ,didapatkan

C=

A
k

. Sehingga

konsentrasi Cr(III) dalam campuran sebesar 0,0244 M dan konsentrasi Co(II) dalam
campuran sebesar 0,206 M. Berdasarkan konsentrasi tersebut kita dapat melihat sifat
keaditifan dari Cr(III) dan Co(II) dimana dalam menentukan sifat keaditifan suatu
komponen dapat dilihat dari konsentrasi larutan pada kondisi homogen dan setelah
pencampuran akan mempunyai konsentrasi yang konstan atau sedikit bergeser sebelum
dan sesudah pencampuran.
H. KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa untuk


melihat sifat keaditifan suatu komponen dalam campuran dapat dilakukan dengan
melihat konsentrasi larutan pada kondisi homogen dan setelah pencampuran, dimana
akan mempunyai nilai yang konstan atau sedikit bergeser sebelum dan sesudah
pencampuran. Didapatkan hasil konsentrasi Cr(III) sebesar 0,0244 M dan konsentrasi
Co(II) sebesar 0,206 M. Dalam menentukan konsentrasi masing-masing komponen

dalam campuran dapat menggunakan rumus

C=

A
k

dimana nilai k didapatkan dari

kurva kalibrasi antara absorbansi dengan konsentrasi larutan campuran.

DAFTAR PUSTAKA
Basset,

J.

1994.

Kimia

Analisis

Kuantitatif

Anorganik.

Jakarta:

Erlangga.
Dachriyanus, Dr. 2010. Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi.
Padang : University Andalas Press.
Harisman, Ferry Riyanto dan Djarot Sugiarso. 2014. Pengaruh Waktu Penggilingan
Terhadap Kadar Zat Besi dalam Ampas Sari Kedelai Menggunakan
Spektrofotometer UV-Vis. Surabaya : Jural Sains dan Seni POMITS.
Hendayana, Sumar. 1994. Kimia Analitik Instrumen. Semarang : IKIP Semarang Press.

Kutty,

Sheeja

Shameer

Velayudhan,

Susamma

dan

Faizal

P.

Cicy

2012.

Eapen,
Validated

Mohammed
UV-Visible

Spectrophotometric Method for the Estimation of Fenofibrate in


Pure and Pharmaceutical Formulation Using MBTH Reagent. India
: Grace College of Pharmacy.
Maramis, Rialita Kesia, Gayatri Citraningtyas dan Frenly Wehantouw. 2013. Analisis
Kafein dalam Kopi Bubuk di Kota Manado Menggunakan Spektrofotometri UVVis. Manado : Jurnal Ilmiah Farmasi.
Octaviani, Tri, Ani Guntari dan Hari Susanti. 2014. Penetapan Kadar -Karoten pada
Beberapa Jenis Cabe (Genus Capsicum) dengan Metode Spektrofotometri
Tampak. Yogyakarta : Universitas Ahmad Dahlan.
Ramadan, Abdul Aziz, Hasna Mandil dan Marwa Dahhan. 2012. UV-Vis
Spectrophotometric Study for Determination of Cefixime in Pure Form and in
Pharmaceuticals Through Complexation with Cu (II) Using Acetate-NaOH
Buffer in Water : Methanol. Syria : International Journal of Pharmacy and
Pharmaceutical Sciences.

Sastrohamidjojo, Hardjono. 2001. Spektroskopi. Yogyakarta : Liberty.


Underwood, A. L. dan Day, R. A. 1999. Analisa Kimia Kuantitatif.
Jakarta: Erlangga.

LAPORAN MINGGUAN PRAKTIKUM


ANALISIS INSTRUMEN
ACARA II
PENYELIDIKAN SIFAT KEADITIFAN DARI ABSORBANS
KOMPONEN-KOMPONEN CAMPURAN DAN PENETAPAN
KONSENTRASI MASING-MASING KOMPONEN TANPA
PEMISAHAN

Disusun Oleh
NAMA

: RIZKI AMALIA PUTRI

NIM

: G1C013040

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MATARAM
2015

You might also like