You are on page 1of 9

ACARA VII

KEMURNIAN BENIH
Abstraksi
Praktikum Acara VII dengan judul Pengujian Kemurnian Benih ini dilaksanakan pada hari
Kamis, tanggal 14 April 2016 di Laboratorium Teknologi Benih, Departemen Budidaya Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Praktikum ini bertujuan untuk
mengetahui prinsip pengujian kemurnian benih dan menguji kemurnian beberapa jenis benih.
Praktikum ini menggunakan dua metode, yaitu metode simplo untuk pengambilan contoh kerja benih
padi dan metode duplo untuk pengambilan contoh kerja benih kedelai. Dalam pelaksanaannya,
pengujian kemurnian benih dilakukan dengan cara memisahkan benih (contoh kerja) menjadi benih
murni, biji tanaman lain, benih varietas lain, dan kotoran benih. Adapun benih kedelai mempunyai
kemurnian sebesar 94,6% dan padi sebesar 90,9%.
Kata Kunci : Benih Murni, Benih Varietas Lain, Benih Tanaman Lain, Kotoran Benih

I.

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Pengujian kemurnian benih merupakan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk
mencari tahu tentang kepositifan fisik komponen-komponen benih termasuk persentase berat
dari benih murni (pure seed), benih tanaman lain, benih varietas lain, biji-bijian herba (weed
seed), dan kotoran-kotoran pada masa benih. Kemurnian benih mencakup kegiatan yang
berupaya untuk mendapatkan keterangan tentang mutu satu benih yang digunakan sebagai
keperluan penanaman. Adanya pengujian kemurnian benih maka proses lanjut seperti
sertifikasi ala dapat terlaksana.
B. Tujuan
1. Mengetahui prinsip pengujian kemurnian benih.
2. Menguji kemurnian beberapa jenis benih.

II.

Tinjauan Pustaka

Tiga hal penting yang berkaitan dengan kualitas benih menurut Saenong et al. (2007)
adalah: (1) teknik produksi benih berkualitas; (2) teknik mempertahankan kualitas benih yang
telah dihasilkan dan pendistribusian; dan (3) teknik deteksi atau mengukur kualitas benih.
Selanjutnya, tiga kriteria kualitas benih yang perlu diketahui adalah: (a) kualitas genetik,
yaitu kualitas benih yang ditentukan berdasarkan identitas genetik yang telah ditetapkan oleh
pemulia dan tingkat kemurnian dari varietas yang dihasilkan, identitas benih yang dimaksud
tidak hanya ditentukan oleh tampilan benih, tetapi juga fenotipe tanaman; (b) kualitas
fisiologi, yaitu kualitas benih yang ditentukan oleh daya berkecambah/daya tumbuh dan
ketahanan simpan benih; (c) kualitas fisik, ditentukan oleh tingkat kebersihan, keseragaman
biji dari segi ukuran maupun bobot, kontaminasi dari benih tanaman lain atau biji gulma, dan
kadar air.
Sebelum teknologi benih berkembang, perhatian terhadap kualitas benih difokuskan
pada cara mempertahankan dan menentukan kualitas benih. Hal ini penting artinya, tetapi
perlu disadari bahwa kualitas benih ditentukan mulai dari proses prapanen. Panen dan
pascapanen hanya merupakan upaya untuk mempertahankan kualitas benih yang telah
dicapai. Perbedaan kualitas dari lot benih (sebelum benih disimpan) dapat terjadi karena
adanya perbedaan lingkungan pertumbuhan (tingkat kesuburan tanah, iklim, dan cara budi
daya), waktu dan cara panen, cara pengeringan, pemipilan, pembersihan, sortasi (grading),
pengemasan, dan distribusi (Saenong et al., 2007).
Pengolahan benih merupakan tahap transisi antara produksi dan penyimpanan atau
pemasaran benih. Tahap ini cukup menentukan karena benih dapat tidak bermanfaat jika
salah dalam pengolahannya. Prinsip umum pengolahan benih adalah memproses calon benih
menjadi benih dengan tetap mempertahankan mutu yang telah dicapai. Pengolahan benih
tidak dapat meningkatkan mutu benih secara individual, tetapi secara populatif. Secara
populatif, mutu benih dapat ditingkatkan melalui dua cara yaitu :
1). Separation, yakni memisahkan benih dari sumber kontaminan seperti benih gulma,
benih tanaman lain dan kotoran benih.
2). Upgrading, yakni memilah benih dari benih yang kurang bermutu, misalnya
berukuran kecil atau tidak seragam.
Dengan pemisahan dan pemilahan benih, akan diperoleh benih yang murni dan hidup (pure
live seed) dengan total jumlah yang lebih rendah dari jumlah benih hasil panen. Perbandingan
jumlah benih hasil pengolahan dengan jumlah calon benih hasil panen dinamakan rendemen.
Nilai rendemen sangat ditentukan oleh jenis benih dan efektifitas pengolahan. Semakin
efektif pengolahan yang dilakukan , semakin tinggi nilai rendemen yang berarti semakin kecil

nilai kehilangan pascapanennya (post harvest losses). Adapun efektifitas pengolahan


ditentukan oleh alur atau jalur pengolahan dan penggunaan alat-alat pengolahan benih yang
tepat ( Wirawan dan Wahyuni, 2002 ).
Menurut Sudikno (1977) salah satu kriteria benih berkualitas adalah tingginya
kemurnian benih. Adanya keragaman genetika dan lingkungan dari benih yang dihasilkan
menyebabkan kemurnian benih menjadi suatu masalah. Upaya terakhir yang dapat dilakukan
untuk mengatasi masalah tersebut ialah dengan sortasi.

III.

Metodologi

Praktikum Acara VII dengan judul Pengujian Kemurnian Benih ini dilaksanakan
pada hari Kamis, tanggal 14 April 2016 di Laboratorium Teknologi Benih, Departemen
Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Adapun
bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah benih padi (Oryza sativa) dan benih
kedelai (Glycine max). Sedangkan alat-alat yang digunakan, yakni: seed devider, meja
kemurnian, pinset, petridish, magnifier, dan timbangan analitik.
Dalam pelaksanaannya, contoh kerja benih padi diambil 62,5 gram dari contoh kirim
(500 gram) dengan menggunakan seed devider dengan metode simplo, sedangkan untuk
contoh kerja benih kedelai diambil 500 gram dari contoh kirim (1000 gram) dengan metode
duplo. Kemudian alat-alat yang diperlukan disiapkan. Diatas meja kemurnian benih contoh
kerja diperiksa dengan teliti dan komponen-komponen benih dipisahkan ke dalam benih
murni, biji tanaman lain, biji varietas lain, dan kotoran benih. Kemudian berat masing-masing
komponen ditimbang dan dihitung persentasenya terhadap berat contoh benih.
Rumus-rumus yang digunakan :
Benih murni diperoleh dengan rumus:
BM CK (VL KB)
% BM

%VL

% KB

BM
x 100%
CK

VL
x 100%
CK

Persentase benih murni diperoleh dengan rumus:

Persentase varietas lain diperoleh dengan rumus:

KB
x 100%
CK

Persentase kotoran benih diperoleh dengan rumus:

Persentase benih lain diperoleh dengan rumus:


% BL

BL
x 100%
CK

Keterangan: BM = benih murni


VL = varietas lain

BL = benih lain

KB = kotoran benih
CK = contoh kerja
IV.

Hasil dan Pembahasan

Kualitas benih ditinjau dari tingkat kemurnian benih. Pengujian benih dilakukan untuk
mengkaji dan menetapkan nilai setiap contoh benih yang perlu diuji selaras dengan faktor
kualitas benih. Namun banyaknya spesies/varietas tanaman yang beraneka ragam ada
kecenderungan benih tercampur antara yang satu dengan yang lainnya. Untuk
menjamin penggunaan benih yang benar-benar murni, benih harus bersih dan tidak tercampur
dengan bahan lainnya.
Pada dasarnya, kemurnian benih merupakan berat benih murni yang terdapat dalam
suatu contoh benih yang diuji. Pengujian benih ini secara umum terdiri atas pengujian
lapangan dan pengujian laboratorium. Dalam pengujian lapangan, tanaman sejak awal
penanaman sampai dengan pemungutan hasil untuk menjaga keseragaman, kemurnian,
kebersihan, dan lain-lain diisolasi. Sedangkan pada pengujian laboratorium, dinilai
kemurnian benih, daya tumbuh, dan kandungan air bijinya. Pada prinsipnya, pengujian di
laboratorium merupakan pengujian kemurnian secara fisik/berdasar identitas fisik yang telah
ditetapkan dengan jalan memisahkan contoh kerja benih ke dalam komponen-komponen :
benih murni, biji tanaman/varietas lain, biji gulma, dan kotoran benih.
Benih yang dianalisis adalah contoh kerja yang berasal dari contoh kiriman. Contoh
kiriman selalu lebih besar daripada contoh kerja. Oleh sebab itu dilakukan pembuatan sampel
dengan alat pembagi contoh benih. Pada praktikum ini menggunakan alat pembagi benih
yaitu seed devider. Metode penggunaan seed devider ada 2 macam yang dilakukan yaitu
metode simplo dan duplo. Untuk benih padi (Oryza sativa) diterapkan metode simplo. Benih
ditimbang seberat 1000 gr kemudian benih dibagi menjadi dua sama rata dengan
menggunakan seed devider lalu benih dicampur lagi yang bertujuan untuk menghomogenkan
benih, kemudian benih dibagi lagi sampai berat benih menjadi 62,5 gr. Benih seberat 62,5 gr
ini disebarkan ke meja kerja untuk dipisahkan menjadi 3 kelompok yaitu benih murni, benih
varietas lain, dan kotoran benih. Sedangkan untuk benih kedelai (Glycine max) diterapkan
metode duplo. Pertama benih kedelai (Glycine max) ditimbang seberat 1000 gr lalu benih
dibagi menjadi 2 sama rata menggunakan seed devider kemudian benih dicampur lagi agar
homogen, setelah itu benih dibagi lagi menjadi 2 yang masing-masing seberat 500 gr.
Masing-masing benih 500 gr dibagi lagi menjadi 250 gr. Dua contoh kerja benih 250 gr,
masing-masing disebar ke meja kerja untuk dipisahkan menjadi 3 kelompok yaitu benih

murni, benih varietas lain, dan kotoran benih. Setelah contoh kerja benih padi (Oryza sativa)
dan kedelai (Glycine max) dibagi menjadi 3 kelompok, berat benih varietas lain dan kotoran
benih ditimbang dengan menggunakan timbangan digital. Berat benih murni sama dengan
berat contoh kerja dikurangi berat varietas lain dan kotoran benih. Masing komponen benih
dipersentasekan berdasarkan beratnya.
Benih berdasarkan mutu genetik menurut Badan Penelitian dan Pengembangan (2000)
dibedakan menjadi empat kelas, yaitu:
1. Benih Penjenis (Breeder Seed) atau ditingkat BS, diproduksi dan diawasi oleh pemulia
tanaman sebagai sumber perbanyakan benih dasar (FS). Benih Penjenis biasanya ditandai
dengan label putih.
2. Benih dasar (Foundation Seed) atau disingkat BD merupakan keturunan pertama dari BS
yang diproduksi bawah bimbingan intensif dan pengawasan ketat sehingga dapat terpelihara
kemurniannya. Benih dasar ditandai dengan label putih.
3. Benih Pokok (Stock Seed) atau disingkat BP merupakan keturunan dari BD yang
diproduksi dan dipelihara sedemikian rupa sehingga identitas dan tingkat kemurniannya
terpelihara dan memenuhi standar mutu yang ditetapkan. Benih Pokok ditandai dengan ciri
label ungu.
4. Benih Sebar (Extention Seed) atau disingkat BR berasal dari benih penjenis, benih dasar,
ataupun benih pokok yang di produksi dan dipelihara dengan baik sehingga identitas dan
tingkat kemurniannya memenuhi standar mutu yang diterapkan. Benih sebar ditandai dengan
label biru.
Standar mutu kemurnian untuk benih padi (Oryza sativa) pada masing-masing kelas
benih sebagai berikut:
Tabel 1. Standar mutu kemurnian benih padi

(Wahyuni, 2005)
Tabel 2. Standar Mutu Kemurnian Benih Kedelai

(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2000)

Pada hasil praktikum didapatkan data sebagai berikut:


Tabel 3. Data Kemurnian Benih

Dari data yang telah di dapat yaitu untuk padi (Oryza sativa) memiliki presentase
kemurnian benih sebesar 90,9%, angka ini sangat jauh dari standar yang telah ditetapkan.
Sehingga, benih dari contoh kirim merupakan benih yang kurang memenuhi standar. Begitu
pula untuk kedelai (Glycine max) yaitu 94,6% untuk persentase benih murninya, angka ini
berbeda dengan angka yang tertera pada standar mutu kemurnian benih kedelai. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa benih dari contoh kirim hasil percobaan tersebut benih kedelai dan
benih padi merupakan benih yang belum memenuhi syarat untuk disebarluaskan.
Komponen-komponen tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Benih Murni (BM), golongan benih murni adalah benih yang dominan, benih yang
belum masak, benih yang berukuran kecil, benih yang mengkerut akibat faktor
lingkungan maupun faktor biologis benih, dan benih yang besarnya lebih setengah
ukuran normal.
2. Benih varietas lain (VL), meliputi biji tanaman pertanian yang tak termasuk varietas
yang namanya tercantum dalam label meski jenisnya sama.
3. Kotoran Benih (KB), adalah benda selain benih yang tercampur dalam contoh kerja
yang diambil. Kotoran benih ini memiliki kriteria antara lain tanah, pasir, atau kerikil
yang tercampur saat pengeringan maupun pemanenan dan potongan bagian tanaman,
seperti daun atau batang tanaman.
4. Benih Tanaman Lain (BTL), adalah benih tanaman lain yang tidak sejenis.

V.
Kesimpulan
1. Dalam pengujian kemurnian benih, contoh uji dipisahkan menjadi 4 komponen yakni
benih murni, benih varietas lain, benih tanaman lain, dan kotoran benih. Pengujian
kemurnian benih dilakukan melalui dua metode dalam pengambilan contoh kerja benih,
yaitu metode simplo untuk benih padi dan metode duplo untuk benih kedelai.
2. Pada benih kedelai, nilai benih murninya sebesar 94,6%, sedangkan untuk benih padi nilai
benih murninya sebesar 90,9%. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa benih padi
(Oryza sativa) dan kedelai (Glycine max) kurang memenuhi standar kemurnian benih.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2000. Teknologi Produksi Benih Kedelai.
Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Koya Barat, Irian Jaya.
Saenong, Sania, M. Azrai, Ramlah Arief, dan Rahmawati. 2007. Pengelolaan Benih Jagung.
Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros.
Sudikno, T. S. 1977. Teknologi Benih. Yayasan Pembina Fakultas Pertanian Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
Wahyuni, S., 2005. Pengantar Sertifikasi Benih dan Sistem Manajemen Mutu. Makalah
disampaikan pada Lokakarya Pengembangan Jaringan Alih Teknologi Produksi dan
Distribusi Benih Sumber di Balitpa, 21-22 November r 2005. Sukamandi.
Wirawan, B dan S. Wahyuni. 2002. Memproduksi Benih Bersertifikat. Penebar Swadaya,
Jakarta.

You might also like