You are on page 1of 19

TUGAS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

EVALUASI PENYIMPANAN OBAT LOOK ALIKE SOUND ALIKE (LASA)


DI INSTALASI FARMASI RAWAT JALAN BPJS,UMUM DAN INSTALASI FARMASI IGD

RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO


PURWOKERTO

Disusun oleh :
KELOMPOK 7

Muhammad Fikri Saputro, S.Farm


Rismalinda Lagonah, S.Farm
Sartika Ari Kusumaningtyas, S.Farm
Rizka Dewi Septiyani, S.Farm
Reza Pertiwi, S.Farm
Winartivira, S.Farm

USB
UII
STIFAR
UMP
UAD
USB

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO
APRIL MEI
2015

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.....................................................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................................v
BAB I. PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Tujuan...............................................................................................................................2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................3
2.1 Dasar Teori.......................................................................................................................3
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................................8
3.1 Standar Prosedur Operasional Pelayanan Obat LASA/NORUM di RSMS.....................8
3.2 Hasil................................................................................................................................12
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................................15
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................................15
4.2 Saran...............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................16
LAMPIRAN.............................................................................................................................17

ii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Metode TALL man lettering.....................................................................................6


Gambar 2. Penyimpanan obat LASA belum sesuai dengan SOP..............................................11
Gambar 3. Obat yang belum letakkan pada rak penyimpanan.................................................11
Gambar 4. Obat LASA tanpa label..........................................................................................12
Gambar 5. Penyimpanan obat LASA di IGD yang belum sesuai dengan SPO........................13

iii

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Daftar Obat Look Alike di Rawat Jalan BPJS dan Umum...........................................12
Tabel 2. Daftar Obat Look Alike Sound Alike di Instalasi Gawat Darurat RSMS........................14

iv

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Rak penyimpanan obat injeksi di IGD RSMS.....................................................17
Lampiran 2. Contoh obat LASA di IGD RSMS......................................................................17
Lampiran 3. Rak penyimpanan obat LASA di instalasi rawat jalan BPJS.............................18
Lampiran 4. Contoh obat Look Alike Sound Alike...................................................................18
Lampiran 5. Rak penyimpanan obat LASA di instalasi rawat jalan Umum...........................19

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien,
penyediaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang bermutu dan
terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik (Anonim,
2014). Apoteker bertanggung jawab terhadap pengelolaan sediaan farmasi,alat kesehatan
dan bahan medis habis pakai di Rumah Sakit.
Berdasarkan PERMENKES RI no 58 tahun 2014 tentang standar pelayanan
kefarmasian di Rumah Sakit, Rumah Sakit perlu mengembangkan kebijakan pengelolaan
obat untuk meningkatkan keamanan, khususnya obat yang perlu diwaspadai (high alert
medication). High alert medication adalah obat yang harus diwaspadai karena sering
menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius(sentinel event) dan obat yang beresiko
tinggi menyebabkan reaksi obat yang tidak diinginkan (ROTD). Kelompok obat high alert
diantaranya obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan
Ucapan Mirip/NORUM, atau Look Alike Sound Alike/LASA).
LASA merupakan kesalahan obat yang terjadi karena kebingungan terhadap nama
obat, kemasan dan etiket/labeling. Obat-obat LASA ini dapat berbahaya , ini dikarenakan
bentuknya yang mirip atau namanya yang mirip jika dituliskan atau diucapkan. Dimana jika
mirip dituliskan (orthographic) maka interpretasi resep bisa keliru. Jika bunyinya mirip
(phonetic) lalu obat diorder via lisan maka bisa menimbulkan kekeliruan, dan apalagi jika
kemasannya mirip dan kembar, jika keadaan emergensi bisa gawat. Karena kemiripmiripannya inilah bisa salah tafsir dan bisa salah obat, dimana dapat berakibat fatal.
Oleh karena bahaya yang ditimbulkan oleh obat high alert dan obat LASA sangat
besar, maka perlu adanya suatu sistem pengelolaan dan penyimpanan yang tepat, untuk
mencapai suatu tujuan tertentu yang dilakukan secara efektif dan efisien. Proses
pengelolaan dapat terjadi dengan baik bila dilaksanakan dengan dukungan kemampuan
menggunakan sumber daya yang tersedia dalam suatu sistem. Tujuan utama pengelolaan
obat adalah tersedianya obat dengan mutu yang baik, tersedia dalam jenis dan jumlah yang
sesuai kebutuhan pelayanan kefarmasian bagi masyarakat yang membutuhkan. Rumah sakit
secara kolaboratif perlu mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur untuk
1

membuat daftar obat-obat yang perlu diwaspadai berdasarkan data yang ada di rumah sakit.
Kebijakan dan/atau prosedur juga mengidentifikasi area mana saja yang membutuhkan
elektrolit konsentrat, seperti di Instalasi Gawat Darurat (IGD) atau kamar operasi, serta
pemberian label secara benar pada elektrolit dan bagaimana penyimpanannya di area
tersebut, sehingga membatasi akses, untuk mencegah pemberian yang tidak sengaja/kurang
hati-hati (Departemen Kesehatan, 2008).
Mengingat pentingnya pengetahuan mengenai pencegahan dalam kesalahan dalam
proses dispensing obat LASA, maka perlu dilakukan pengelolaan obat-obat yang tergolong
LASA sehingga dapat mencegah terjadinya medication error.
1.2 Tujuan
1. Mendata obat-obat LASA di satelit farmasi rawat jalan BPJS, rawat jalan umum dan IGD
Rumah Sakit Prof. Margono Soekarjo
2. Mengetahui penyimpanan dan pengelolaan obat LASA di satelit farmasi rawat jalan
BPJS, rawat jalan umum dan IGD Rumah Sakit Prof. Margono Soekarjo.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori


Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan
dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan
penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau
hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan lainnya. Obat
dapat bersifat sebagai obat dan juga dapat bersifat sebagai racun. Obat bersifat sebagai obat
jika tepat dalam pengobatan suatu penyakit dengan dosis dan waktu yang tepat. Akan tetapi
apabila digunakan penyalahgunaan dalam pengobatan atau dengan dosis yang berlebihan
maka dapat menimbulkan keracunan, sebaliknya apabila dosis yang diberikan lebih kecil
maka tidak akan memperoleh efek penyembuhan.
Obat obatan yang perlu di waspadai ( high-alert medication) adalah obat yang sering
menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel event), obat yang berisiko tinggi
menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) seperti obat-obatan yang
terlihat mirip atau obat-obatan yang kedengaranya mirip ( Nama Obat Rupa dan Ucapan
mirip/NORUM atau Look Alike Sound Alike/LASA). Obat yang sering mendapat perhatian
adalah sediaan cairan konsentrat tinggi dan obat LASA.
LASA merupakan kesalahan obat yang terjadi karena kebingungan terhadap
namaobat, kemasan dan etiket/labeling. Tahun 2005, terdapat lebih dari 33.000 obat nama
dagang dan 9.000 obat dengan nama generik (AHFS Drug Information). Lebih dari 3.000
pasang obat memiliki LASA (USP DI). LASA singkatan dari look-alike sound-alike drugs.
Ada juga yang mengistilahkan SALAD (sound-alike look-alike drugs).
Versi Indonesianya adalah NORUM (nama obat rupa dan ucapan mirip) istilah ini ada
di permenkes. Obat-obat lasa ini dapat berbahaya, ini dikarenakan bentuknya yang mirip atau
namanya yang mirip jika dituliskan atau diucapkan. Dimana jika mirip dituliskan
(orthographic) maka interpretasi resep bisa keliru.Jika bunyinya mirip (phonetic) lalu obat di
order via lisan maka dapat menimbulkan kekeliruan, apalagi jika kemasannya mirip dan
kembar, jika keadaan emergency maka dapat berakibat fatal. Karena kemiripannya inilah
dapat salah tafsir dan bisa menimbulkan kesalahan dalam pengambilan atau penyerahan obat.
Faktor faktor yang beresiko menyebabkan terjadinya medication error pada obat
LASA, antara lain tulisan tangan yang tidak jelas, kurangnya pengetahuan tentang nama3

nama obat, adanya produk-produk baru, kemasan dan penamaan produk yang mirip, kekuatan
sediaan, bentuk sediaan dan frekuensi pemberian yang mirip, penggunaaan secara klinik yang
mirip. Untuk menghindari terjadinya medication error, perlu adanya langkah-langkah
preventif, antara lain :
1. Pengadaan, yaitu meminimalisir ketersediaan obat dengan berbagai kekuatan, jika
memungkinkan hindari pembelian obat dengan kemasan dan tampilan yang mirip.
Jika ada produk baru yang ditawarkan, maka produk tersebut harus dibandingkan
dengan produk yang sudah ada.
2. Penyimpanan, yaitu gunakan penamaan tall man (tekhnik menulis bagian nama
obat yang sama dengan huruf kecil, dan bagian nama obat yang berbeda dengan
menggunakan huruf kapital, misalnya metFORMIN dan metOPROLOL), selain itu
berikan label LASA untuk obat-obatan dengan kemasan mirip. Untuk obat-obatan
yang memiliki pengucapan yang mirip (sound alike) dimana tall man latering tidak
dapat diaplikasikan, maka nama brand atau nama pemilik paten harus
dicantumkan. Penyimpanan obat-obatan LASA harus dipisahkan dari obat lain
yang merupakan pasangan LASAnya, jika memungkinkan obat tersebut jangan
diletakkan secara berdampingan.
3. Dispensing atau suplay, identifikasi obat-obatan berdasarkan nama dan kekuatan
sediannya, jangan berdasarkan lokasi penyimpanan dan tampilannya.
4. Periksa kesesuaian dosis pada obat-obatan yang akan didispensing, serta lakukan
double cecking sebelum obat diserahkan ke pasien.
5. Lakukan monitoring pada obat LASA dengan melakukan pengecekan secara
berkala, agar daftar obat LASA selalu mengikuti informasi terbaru. Selain itu,
setiap personil yang bertugas harus memiliki akses terhadap daftar obat-obat
LASA.
Menurut Permenkes RI No. 1691/MENKES/PER/VIII/2011

Tentang Keselamatan

Pasien Rumah Sakit, lasa masuk kedalam obat-obatan yang perlu diwaspadai (high alert
medications), yaitu obat yang sering menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius(sentinel
event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse
outcome). Beberapa faktor yang berkontribusi menyebabkan terjadinya kesalahan yaitu:
a.
b.
c.
d.

Tulisan tangan yang tidak jelas


Namaobat tidak lengkap
Produk baru
Kemasan atau label yang mirip
4

e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.

Penggunaan klinis yang sama


Kekuatanobat, dosis, dan frekuensi pemberian sama
Order tidak jelas
Order lisan yang tidak tepat
Kurangnya pemeriksaan/verifikasi kembali
Banyaknya jumlah obat
Lingkungan kerja yang buruk

Melalui Tallman lettering/tallman letters, penulisan nama obat dalam kemasan, etiket obat,
kemasan/wadah obat di IFRS, rekaman data obat pasien, mesin pendispensing otomatis,
dengan besar huruf yang berbeda. Metode Tall man digunakan untuk membedakan huruf
yang tampaknya sama dengan obat yang mirip. Dengan memberi huruf kapital, maka petugas
akan lebih berhati-hati dengan obat yang lasa. Di US, beberapa studi menunjukkan
penggunaan huruf kapital ini terbukti mengurangi error akibat nama obat yang look-alike.
contohnya: metFORmin dan metRONIdaZOL, ePINEFrin dan efeDRIN. Seminimal mungkin
kesalahan sampai 0%. Tiap rumah sakit punya kebijakan untuk menetapkan standar
penggunaan metode Tall man lettering ini seperti gambar.1 yang memberlakukan standar
penulisan untuk obat LASA. Hurufnya ditebalkan, dan diberi warna yang berbeda.
Kemudian, komite keselamatan mediknya akan mereview setahun sekali dan memberikan
feedback.

Gambar 1. Metode TALL man lettering

Strategi Komunikasi untuk mencegah terjadinya kesalahan karena lasa:


1. Permintaan Tertulis
a. Tambahkan merk dagang dan nama generiknya pada resep, terutama untuk obat
yang 'langganan' bermasalah.
b. Tulis secara jelas, pake huruf tegak kapital.
c. Hindari singkatan-singkatan
d. Tambahkan bentuk sediaan juga di resep.
e. Sertakan kekuatan obat.
f. Sertakan petunjuk penggunaan.
g. Tambahkan juga tujuan/indikasi pengobatan
h. Gunakan resep preprinted atau electronic prescribing

2. Permintaan Lisan:
a.

Batasi permintaan verbal, hanya untuk obat tertentu, misalnya hanya dalam
keadaan emergency.

b.

Hindari permintaan via telepon, kecuali benar-benar penting, ada form


permintaan via telepon yang akan ditandatangani.

c.

Diperlukan teknik mengulangi permintaan, dibacakan lagi permintaannya,


jadi ada kroscek.
Semua pihak penyedia layanan kesehatan harus bersama-sama mencegah dan

meminimalisasi berbagai kesalahan yang bisa terjadi akibat LASA. Begitu pula pihak
pasien perlu mengonfirmasi ulang mengenai obat-obatan apa saja yang ia terima pada saat
dokter meresepkan obat dan saat apoteker atau perawat memberikan obat ke tangan pasien.
Beberapa solusi yang bisa dilakukan, di antaranya :
Pihak dokter yang meresepkan obat, diharapkan menuliskan nama obat yang dapat
dibaca dengan jelas oleh pembaca resep, atau menggunakan fasilitas resep yang dicetak
elektronik tanpa tulis tangan jika memang sudah tersedia
Sebisa mungkin menghindari order obat secara lisan terutama melalui telepon,
kemungkinan kesalahan mendengar sangat tinggi
Apoteker mengidentifikasi obat yang diresepkan dengan teliti, disesuaikan nama
dagang, nama generik, indikasi, serta kekuatan sediaannya
Apoteker mengetahui persediaan obat-obatan yang termasuk kategori LASA
LASA disimpan dengan jarak yang berjauhan satu sama lain
Menggunakan tall-man lettering untuk membedakan huruf yang tampaknya sama
dengan obat yang mirip. Dengan memberi huruf kapital, penebalan, atau warna huruf
berbeda pada pelabelan nama obat, maka petugas akan lebih berhati-hati dengan obat
yang LASA misalnya: ChlorproMAZINE vs ChlorproPAMIDE
Mengedukasi pasien mengenai kemungkinan adanya kemiripan nama obat dan potensi
bahaya yang bisa ditimbulkan (WHO, 2007)

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Standar Prosedur Operasional Pelayanan Obat LASA/NORUM di RSMS


a

Penandaan
1.
Obat LASA tergolong yang rentan terhadap medication eror sehingga perlu
2.

penanganan dan penandaan khusus.


Setiap obat LASA yang masuk dan diterima di gudang farmasi sentral Rumah
Sakit diberi tanda Obat Lasa pada kotak pembungkus (Box obat). Sedangkan
enandaan pada tiap sediaan obat (ampul, vial, atau obat oral) dilakukan dimasing-

3.

masing satelit farmasi sebelum obat diberikan kepada pasien.


Tanda obat LASA adalah sebagai berikut:

b Penyimpanan
1. Obat LASA disimpan secara terpisah dengan obat LASA lainnya yang sama
jenisnya, dan disesuaikan dengan stabilitas penyimpanan.
2. Terdapat tanda LASA di tempat penyimpanan
3. Tanda LASA pada kotak kemasan luar harus berada di sisi sebelah luar sehingga
mudah terlihat.
4. Bila perlu disimpan dalam lemari pendingin, maka usahakan dimasukkan dalam
lemari pendingin yang terpisah.
5. Obat LASA yang berada di bangsal perawatan disimpan sesuai dengan satabilitas
obat dalam tempat terpisah dengan obat yang lain dan diberi tanda LASA.
6. Petugas Farmasi melakukan pengecekan dan pendokumentasian pengecekan obat
LASA yang terdapat di bangsal perawatan setiap 1 bulan sekali.
LASA merupakan kesalahan obat yang terjadi karena kebingungan terhadap nama
obat, kemasan dan etiket/labeling. Obat-obat LASA ini dapat berbahaya , ini dikarenakan
bentuknya yang mirip atau namanya yang mirip jika dituliskan atau diucapkan.
Sistem penyimpanan obat-obatan yang diterapkan di instalasi rawat jalan BPJS di
RSMS berdasarkan alfabetis, bentuk sediaan , sediaan fast moving dan suhu penyimpanan.
Penyusunan obat berdasarkan alfabetis sangat berpotensi untuk terjadi LASA karena obatobatan yang mirip secara penglihatan maupun ejaan akan banyak ditemui. Sehingga dalam
dispensing obat dan perbekalan farmasi yang lain dituntut kejelian dari para petugas farmasi
untuk menghindari terjadinya kesalahan tersebut
7

Berdasarkan pengamatan di instalasi rawat jalan BPJS terdapat beberapa obat yang
dapat dikategorikan sebagai LASA yang terletak pada rak-rak penyimpanan obat baik yang
terletak satu deretan rak maupun dibawahnya. Pada sebagian kerajang yang berisi obat LASA
sudah ditempel labelling bertuliskan LASA , namun penempelan labelling tersebut belum
dilakukan pada semua obat yang tergolong LASA, selain itu untuk membedakan
penyimpanan obat dan perbekalan farmasi antara obat LASA yang satu dengan yang lainnya
belum dilakukannya penulisan obat LASA berdasarkan metode tall-man lettering yaitu
menggunakan penebalan, atau warna huruf berbeda pada pelabelan nama obat, misalnya :

Nama Obat

Nama Obat
tall-man lettering

Amitriptylin
Amoxicillin

AMITRIPTYlin
AMOXICILlin

Penempatan obat-obat LASA berperan penting dalam pencegahan terjadinya


kesalahan dalam proses pengambilan dan distribusi obat ke pasien. Pada dinstalasi rawat
jalan BPJS masih menempatkan obat LASA pada rak saling berdekatan satu sama lain
contohnya obat diovan 80 mg dan diovan 160 mg, selain itu keranjang yang berisi dengan
obat LASA yang hampir sama masih diletakkan secara bertumpuk, contohnya obat captopril
12,5 mg dan captopril 25 mg, seperti terlihat pada gambar.2.

Gambar 2. Penyimpanan obat LASA belum sesuai dengan SOP


Sehingga perlu dilakukan perubahan tata letak obat-obat LASA dengan memberikan
jarak terpisah, yaitu dengan menempatkan obat lain di antara sediaan LASA tersebut. Hal ini
penting untuk memberikan informasi kepada tenaga farmasi mengenai nama obat sehingga
tidak terjadi kekeliuran dalam pengambilan obat. Penyimpanan obat LASA di instalasi rawat
jalan BPJS belum maksimal terjadi dikarenakan keterbatasan waktu, SDM dan tempat
penyimpanan, contohnya dalam sehari tenaga kefarmasian bisa melayanai resep yang masuk
>300 pasien, sehingga waktu yang ada banyak digunakan untuk pelayanan,sehingga
mengakibatkan tidak ada nya waktu untuk melakukan penataan obat LASA sesuai dengan
SPO (standar prosedur operasional) yang sudah ada, disisi lain tempat yang tersedia untuk
penyimpanan obat seperti rak-rak penyimpanan juga masih terbatas, hal ini ditunjukkan
8

seperti masih ada nya obat-obat tertentu yang belum disimpan pada rak penyimpanan,
biasanya obat-obat tersebut tergolong obat-obat fast moving atau

yang paling banyak

diresepkan oleh dokter,seperti pada gambar 3. Selain itu tenaga kefarmasian yang masih
terbatas juga menjadi salah satu pengaruh belum dilakukannya penyimpanan obat LASA
secara merata.
Gambar 3. Obat yang belum letakkan pada rak penyimpanan
Sistem penyimpanan obat-obatan yang diterapkan di instalasi rawat jalan umum di
RSMS hampir sama dengan instalasi rawat jalan BPJS yaitu berdasarkan alfabetis, bentuk
sediaan ,namun terdapat sedikit perbedaan yaitu untuk penyimpanan obat di instalasi rawat
jalan dilakukan penyimpanan berdasarkan golongan obat generik dan paten sehingga lebih
memudahkan petugas dalam pelayanan kefarmasian. Sistem penyimpanan obat di rawat jalan
umum sudah dalam prosedur yang baik yaitu pada setiap obat juga sudah tertera nama yang
jelas pada rak- rak tetapi kelemahan yang ada pada rawat jalan umum antara obat lasa satu
dengan yang lainnya belum diberi jarak penyimpanan satu kolom dan juga labelling yang
bertuliskan LASA belum ditemukan seperti terlihat pada gambar.4 sehingga itu menjadi salah
satu evaluasi bagi petugas kefarmasian di rawat jalan umum untuk mengetahui lagi standar
prosedur operasional penyimpanan obat LASA yang sudah ada, agar dilakukan penataan obat
LASA yang lebih baik lagi serta mudah untuk membedakan mana obat lasa atau bukan.
Gambar 4. Penandaan Obat LASA di Rawat Jalan Umum
Sama halnya dengan instalasi farmasi di BPJS, adapun kendala belum dilakukan nya
penyimpanan LASA sesuai dengan SPO yang ada dikarenakan keterbatasan SDM, waktu dan
tempat. Sehingga hal tersebut dapat dimaklumi.
Sistem penyimpanan obat di IGD hampir sama dengan di instalasi rawat jalan BPJS
dan umum yaitu berdasarkan alfabetis, bentuk sediaan dan suhu penyimpanan. Namun lebih
di khususkan lagi pada pemisahan antara sediaan oral dan injeksi, serta penyimpanan sediaan
alat kesehatan. Sistem penyimpanan obat di rawat IGD juga hampir sama dengan sama
dengan di instalasi rawat jalan yaitu belum dilakukannya penyimpanan obat LASA sesuai
dengan SPO , misalnya belum dilakukannya penyimpanan terpisah antara obat LASA satu
dengan lainnya, belum ditemukannya labeling LASA pada rak-rak yang berisi obat LASA
seperti pada Gambar.5, sehingga dapat beresiko bagi perawat atau tenaga kefarmasian untuk
melakukan kesalahan pengabilan obat-obatan yang butuh tindakan cepat saat di IGD, hal ini
9

menjadi tugas sesama petugas kesehatan untuk memisahkan obat LASA agar tidak terjadi
sesuatu yang tidak diinginkan dan membahayakan keselamatan pasien. Keterbatasan SDM
yang ada, waktu dan tempat juga menjadi alasan belum dilakukan penyimpanan obat LASA
sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Gambar 5. Penyimpanan obat LASA di IGD
Penempatan obat-obat LASA berperan penting dalam pencegahan terjadinya kesalahan
dalam proses pengambilan dan distribusi obat ke pasien. Sehingga perlu dilakukan perubahan
tata letak obat-obat LASA dengan memberikan jarak terpisah yaitu dengan menempatkan obat
lain diantara sediaan LASA tersebut. Hal ini penting untuk memberikan informasi kepada
tenaga farmasi mengenai nama obat sehingga tidak terjadi kekeliuran dalam pengambilan
obat. Penandaan juga dapat dilakukan untuk lebih menegaskan bahwa dalam deretan rak obat
tersebut terdapat obat LASA, yaitu dengan menempelkan label bertuliskan LASA dengan
pemberian warna tertentu dapat juga dilengkapi dengan adanya penulisan obat LASA
berdasarkan metode. tall-man lettering yaitu menggunakan penebalan, atau warna huruf
berbeda pada pelabelan nama obat.
3.2 Hasil
Tabel 1. Daftar Obat Look Alike di Rawat Jalan BPJS dan Umum
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Nama obat
Amlodipin 5 mg
Allopurinol 100 mg
Betahistin 6 mg
Beta One 2,5 mg
Candesartan 8 mg
CendoCarpine
Codein 10 mg
Cefadroxyl 250 mg
Cendo Catarlent
Cefotaxime
Cefad 250 mg
Clindamycin 150 mg
Captopril 12,5 mg
Diovan 80 mg
Erythromycin 250 mg
Furosemid
10

Nama Look Alike


Amlodipin 10 mg
Allopurinol 300 mg
Betahistin 8 mg
Beta One 5 mg
Candesartan 16 mg
CendoTimolol
Codein 20 mg
Cefadroxyl 500 mg
Cendo Xitrol, Cendo Lyteers
Ceftriaxone
Cefad 500 mg
Clindamycin 300 mg
Captopril 25 mg
Diovan 160 mg
Erythromycin 500 mg
Ranitidine

17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41

Gentamisin
Haloperidol 0,5 mg
Haloperidol 1,5 mg
Ibuprofen 100 mg
Ibesartan 150 mg
Ketolorac 1%
Lisinopril 5 mg
Lidokain
Lopamiro 30
Lopamiro 50
Meloxicam 7,5 mg
Metylprednisolon 4 mg
Propranolol 10 mg
Piracetam 400
Rifampisin 300 mg
Ramipril 2,5 mg
Furosemid
Gentamisin
Simvastatin 10 mg
Salbutamol 2 mg
Spiriva combo
Spironolakton 25 mg
Thyrozol 5 mg
Vometa suspensi
Metylprednisolon

Tramadol
Haloperidol 1,5 mg
Haloperidol 2,5 mg
Ibuprofen 400 mg
Ibesartan 300 mg
Dexamethasone
Lisinopril 10 mg
Phenytoin
Lopamiro 50
Lopamiro 100
Meloxicam 15 mg
Metylprednisolon 8 mg dan 16 mg
Propranolol 40 mg
Piracetam 800 mg dan 1200 mg
Rifampisin 450 mg dan 600 mg
Ramipril 5 mg
Ranitidine
Tramadol
Simvastatin 20 mg
Salbutamol 4 mg
Spiriva refill
Spironolakton 100 mg
Thyrozol 5 mg
Vometa drop
Natrium Diklofenak

Tabel 2. Daftar Obat Look Alike Sound Alike di Instalasi Gawat Darurat RSMS
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Nama obat
Allopurinol 100 mg
Amlodipin 5 mg
Asam traneksamat 25O mg
Meloxicam 7,5 mg
Piracetam 4OO
Clindamisin 150 mg
Captopril 12,5 mg
Candersartan 8 mg
Irbesartan 150 mg
Ramipril 5 mg
Salbutamol 2 mg
Simvastatin 10 mg
Methylprednison 125 mg
Ketorolac 30 mg
Cefazoline

Obat Look Alike Sound Alike


Allopurinol 300 mg
Amlodipin 10 mg
Asam traneksamat 5OO mg
Meloxicam 15 mg
Piracetam 800
Clindamisin 300 mg
Captopril 25 mg
Candersatan 16 mg
Irbesartan 300 mg
Ramipril 2,5 mg
Salbutamol 4 mg
Simvastatin 20 mg
Methylprednison 500 mg

11

16
17
18
19
20
21

Ceftriaxone
Ventoline
Citocolin 250 mg
Combivert
Flixotide
Meropenem

12

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
1. Pendataan obat-obat Look Alike Sound Alike (LASA) penting dalam mencegah terjadinya
medication error akibat kesalahan dalam pengamatan, pengambilan, dan penyerahan obat
2. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mencegah terjadinya kesalahan akibat
Look a like adalah dengan memisahkan kedua obat yang memiliki rupa mirip dan
pemberian label LASA agar dapat diketahui bahwa obat tersebut memiliki kesamaan
dengan obat lain.
3. Metode untuk mencegah terjadinya akibat Sound A like dengan tall-man lettering yaitu
menggunakan penebalan, atau warna huruf berbeda pada pelabelan nama obat.
4. Belum semua penyimpanan obat di Rawat jalan memenuhi prosedur penyimpanan obat
LASA.
4.2 Saran
Perlu dilakukan peninjauan kembali tentang tata letak obat di rak-rak instalasi rawat
inap terutama melakukan pemisahan obat-obat kategori LASA dan labeling untuk
menghindari terjadinya kesalahan dalam pengambilan obat.

13

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2014, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2014
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit, Jakarta
Anonim,2011,Peraturan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor

1691/Menkes/Per/Viii/2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit, Jakarta


Anonim, 2014, Standar Prosedur Operasional Pengelolaan Obat LASA, RSUD Prof Dr
Margono Soekarjo, Purwokerto
WHO Collaborating Centre for Patient Safety Solutions, 2007, Look-Alike, Sound-Alike
Medication Names, World Health Organization, 1(1), 1-4)

14

You might also like