Professional Documents
Culture Documents
DENGAN ALZHEIMER
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
NAMA
NIM
: PO.71.20.2.09.011
TINGKAT
: II.A
DOSEN PEMBIMBING
LAPORAN PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
terganggunya
fungsi-fungsi
memori
(daya
ingat),
B. ETIOLOGI
fungsi
imunitas,
infeksi
flament,
predisposisi
ingat
secara
progresif.
Adanya
defisiensi
faktor
selektif
neuron.
Kemungkinan
sel-sel
tersebut
mengalami
2-30 tahun
diketahui. Teori ini menyatakan bahwa kompleks antigenantibodi dikatabolisir oleh fagosir dan fragmen-fragmen
immunoglobulin di dalam lisosom, sehingga terbentuk
deposit amigaloid ekstraseluler.
3. Keracunan aluminium
maka
dapat
menyebabkan
neurofibrilar
pada
otak.
diidentifikasi
pada
beberapa
Deposit
klien
perubahan
aluminium
dengan
telah
penyakit
Kesulitan melakukan tugas yang biasa dilakukan, seperti; tidak mampu melakukan
perkara asas seperti menguruskan diri sendiri.
Disorientasi waktu, tempat dan orang, seperti; keliru dengan keadaan sekitar rumah,
tidak tahu membeli barang ke kedai, tidak mengenali rekan-rekan atau anggota
keluarga terdekat.
Kesulitan berpikir abstrak seperti; orang yang sakit juga mendengar suara atau
bisikan halus dan melihat bayangan menakutkan.
Perubahan mood dan perilaku seperti; menjadi agresif, cepat marah dan kehilangan
minat untuk berinteraksi atau hobi yang pernah diminatinya.
Orang yang sakit juga kadangkala akan berjalan ke sana sini tanpa sebab dan pola tidur
mereka juga berubah. Orang yang sakit akan lebih banyak tidur pada waktu siang dan
terbangun pada waktu malam.
Secara umum, orang sakit yang didiagnosis mengidap penyakit ini meninggal dunia akibat
radang paru-paru atau pneumonia. Ini disebabkan, pada waktu itu orang yang sakit tidak
dapat melakukan sembarang aktivitas lain.
SIMTOMA PARAKLINIS
Pada otak penderita Alzheimer, ditemukan:
rasio proNGF yang tinggi. ProNGF merupakan prekursor hormon NGF yang sering
juga ditemukan memiliki rasio tinggi pada manusia berusia lanjut
rasio protein S100 -beta yang tinggi, sebuah protein yang selalu dijumpai pada fasa
perkembangan neurita. Interaksi antara protein S100-beta dan dianggap merupakan
simulator perkembangan neurita.
tingginya rasio kemokina CCL2 yang merupakan kemotaksis utama dari monosit.
D. PATOFISIOLOGI
Kekusutan neurofibrilar
yang difus
Terjadi flak
senilis
1.Risiko tinggi
trauma
Pasien dengan penyakit alzheimer, selama stadium dini, pasien tidak bergejala namun
mengalami pengurasan kapasitas dalam penyelesaian masalah, keterbatasan kemampuan
untuk mengatasi situasi yang kompleks dan berfikir abstrak, emosi yang labil, pelupa, dan
hilangnya memori ynag terbaru. Bersamaan dengan berkembangnya penyakit, perilaku
pesien menjadi lebih tidak menentu dan aneh dengan kecendrungan sering marah yang
meledak ledak. Selama stadium akhir penyakit kemampuan pasien menjadi terbatas dan
tidak mampu untuk mengurus kebutuhan dasar mereka atau untuk mengenali anggota
keluarganya. Kemetian biasanya disebabkan oleh malnutrisi dan infeksi.
F . MANIFESTASI KLINIS
Gejala Alzheimer Berdasarkan National Alzheimer s Association (2003), dibagi menjadi 3
tahap, yaitu :
a. Gejala Ringan (lama penyakit 1-3 tahun) Lebih sering binggung dan melupakan informasi
yang baru dipelajari Diorintasi : tersesat di daerah sekitar yang dikenalnya dengan baik
Bermasalah dalam melaksanakan tugas rutin Mengalami perubahan dalam kepribadian dan
penilaian misalnya mudah tersinggung,mudah menuduh ada yang mengambil barangnya
bahkan menuduh pasangannya tidaj setia lagi/selingkuh.
b. Gejala sedang (lama penyakit 3-10 tahun) Kesulitan dalam mengerjakan aktifitas hidup
sehari hari seperti makan dan mandi Perubahan tingkah laku misalnya : sedih dan emosi
Mengalami gangguan tidur Keluyuran Kesulitan mengenali keluarga dan teman(pertamatama yang akan sulit untuk dikenali adalah orang-orang yang paling jarang ditemuinya, mulai
dari nama, hingga tidak mengenali wajah sama sekali. Kemudian bertahap kepada orangorang yang cukup jarang ditemui.)
c. Gejala berat (lama penyakit 8-12 tahun) Sulit / kehilangan kemampuan berbicara
Kehilangan
napsu
makan,
menurunya
berat
badan
Sangat
tergantung
pada
G. PROSEDUR DIAGNOSTIK
1. Neuropatologi
Diagnosa definitif tidak dapat ditegakkan tanpa adanya konfirmasi neuropatologi. Secara
umum didapatkan atropi yang bilateral, simetris, sering kali berat otaknya berkisar 1000 gr
(850-1250gr). Beberapa penelitian mengungkapkan atropi lebih menonjol pada lobus
temporoparietal, anterior frontal, sedangkan korteks oksipital, korteks motorik primer, sistem
somatosensorik tetap utuh (Jerins 1937) Kelainan-kelainan neuropatologi pada penyakit
alzheimer terdiri dari:
a. Neurofibrillary tangles (NFT)
Merupakan sitoplasma neuronal yang terbuat dari filamen-filamen abnormal yang berisi
protein neurofilamen, ubiquine, epitoque. NFT ini juga terdapat pada neokorteks,
hipokampus, amigdala, substansia alba, lokus seruleus, dorsal raphe dari inti batang otak.
NFT selain didapatkan pada penyakit alzheimer, juga ditemukan pada otak manula, down
c. Degenerasi neuron
Pada pemeriksaan mikroskopik perubahan dan kematian neuron pada penyakit alzheimer
sangat selektif. Kematian neuron pada neokorteks terutama didapatkan pada neuron
piramidal lobus temporal dan frontalis. Juga ditemukan pada hipokampus, amigdala, nukleus
batang otak termasuk lokus serulues, raphe nukleus dan substanasia nigra. Kematian sel
neuron kolinergik terutama pada nukleus basalis dari meynert, dan sel noradrenergik
terutama pada lokus seruleus serta sel serotogenik pada nukleus raphe dorsalis, nukleus
tegmentum dorsalis. Telah ditemukan faktor pertumbuhan saraf pada neuron kolinergik yang
berdegenerasi pada lesi eksperimental binatang dan ini merupakan harapan dalam
pengobatan penyakit alzheimer.
d. Perubahan vakuoler
Merupakan suatu neuronal sitoplasma yang berbentuk oval dan dapat menggeser nukleus.
Jumlah vakuoler ini berhubungan secara bermakna dengan jumlah NFT dan SP , perubahan
ini sering didapatkan pada korteks temporomedial, amygdala dan insula. Tidak pernah
ditemukan pada korteks frontalis, parietal, oksipital, hipokampus, serebelum dan batang
otak.
e. Lewy body
Merupakan bagian sitoplasma intraneuronal yang banyak terdapat pada enterhinal, gyrus
cingulate, korteks insula, dan amygdala. Sejumlah kecil pada korteks frontalis, temporal,
parietalis, oksipital. Lewy body kortikal ini sama dengan immunoreaktivitas yang terjadi pada
lewy body batang otak pada gambaran histopatologi penyakit parkinson. Hansen et al
menyatakan lewy body merupakan variant dari penyakit alzheimer.
2. Pemeriksaan neuropsikologik
Penyakit
alzheimer
selalu
menimbulkan
gejala
demensia.Fungsi
pemeriksaan
neuropsikologik ini untuk menentukan ada atau tidak adanya gangguan fungsi kognitif umum
danmengetahui secara rinci pola defisit yang terjadi.Test psikologis ini juga bertujuan untuk
menilai fungsi yang ditampilkan oleh beberapa bagian otak yang berbeda-beda seperti
gangguan memori, kehilangan ekspresi, kalkulasi, perhatian dan pengertian berbahasa.
Evaluasi neuropsikologis yang sistematik mempunyai fungsi diagnostik yang penting karena:
a. Adanya defisit kognisi yang berhubungan dgndemensia awal yang dapat diketahui bila
terjadi perubahan ringan yang terjadi akibat penuaan yang normal.
b. Pemeriksaan neuropsikologik secara komprehensif memungkinkan untuk membedakan
kelainan kognitif pada global demensia dengan deficit selektif yang diakibatkan oleh
disfungsi fokal, faktor metabolik, dangangguan psikiatri
c. Mengidentifikasi gambaran kelainan neuropsikologik yang diakibatkan oleh demensia
karena berbagai penyebab.The Consortium to establish a Registry for Alzheimer Disease
(CERALD) menyajikan suatu prosedur penilaian neuropsikologis dengan mempergunakan
alat batrey yang bermanifestasi gangguan fungsi kognitif, dimana pemeriksaannya terdiri
dari:
1. Verbal fluency animal category
2. Modified boston naming test
3. mini mental state
4. Word list memory
5. Constructional praxis
6. Word list recall
7. Word list recognition Test ini memakn waktu 30-40 menit dan <20-30>
Merupakan metode non invasif yang beresolusi tinggi untuk melihat kwantifikasi perubahan
volume jaringan otak pada penderita alzheimer antemortem. Pemeriksaan ini berperan
dalam menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab demensia lainnya selain alzheimer
seperti multiinfark dan tumor serebri. Atropi kortikal menyeluruh danpembesaran ventrikel
keduanya merupakan gambaran marker dominan yang sangat spesifik pada penyakit ini.
Tetapi gambaran ini juga didapatkan pada demensia lainnya seperti multiinfark, parkinson,
binswanger sehingga kita sukar untuk membedakan dengan penyakit alzheimer.
Penipisan substansia alba serebri dan pembesaran ventrikel berkorelasi dengan beratnya
gejala klinik danhasil pemeriksaan status mini mental. Pada MRI ditemukan peningkatan
intensitas pada daerah kortikal dan periventrikuler (Capping anterior horn pada ventrikel
lateral). Capping ini merupakan predileksi untuk demensia awal. Selain didapatkan kelainan
di kortikal, gambaran atropi juga terlihat pada daerah subkortikal seperti adanya atropi
hipokampus, amigdala, serta pembesaran sisterna basalis dan fissura sylvii. Seab et al,
menyatakan MRI lebih sensitif untuk membedakan demensia dari penyakit alzheimer
dengan penyebab lain, dengan memperhatikan ukuran (atropi) dari hipokampus.
4. EEG
Berguna untuk mengidentifikasi aktifitas bangkitan yang suklinis. Sedang pada penyakit
alzheimer didapatkan perubahan gelombang lambat pada lobus frontalis yang non spesifik
5. PET (Positron Emission Tomography)
Pada penderita alzheimer, hasil PET ditemukan penurunan aliran darah, metabolisma O2,
dan glukosa didaerah serebral. Up take I.123 sangat menurun pada regional parietal, hasil
ini sangat berkorelasi dengan kelainan fungsi kognisi danselalu dan sesuai dengan hasil
observasi penelitian neuropatologi
6. SPECT (Single Photon Emission Computed Tomography)
Aktivitas I. 123 terendah pada refio parieral penderita alzheimer. Kelainan ini berkolerasi
dengan tingkat kerusakan fungsional dan defisit kogitif. Kedua pemeriksaan ini (SPECT dan
PET) tidak digunakan secara rutin,
7. Laboratorium darah
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik pada penderita alzheimer. Pemeriksaan
laboratorium ini hanya untuk menyingkirkan penyebab penyakit demensia lainnya seperti
pemeriksaan darah rutin, B12, Calsium, Posfor, BSE, fungsi renal dan hepar, tiroid, asam
folat, serologi sifilis, skreening antibody yang dilakukan secara selektif.
H. MANAJEMEN MEDIK
Pengobatan penyakit alzheimer masih sangat terbatas oleh karena penyebab dan
patofisiologis masih belun jelas. Pengobatan simptomatik dan suportif seakan hanya
memberikan rasa puas pada penderita dankeluarga. Pemberian obat stimulan, vitamin B, C,
dan E belum mempunyai efek yang menguntungkan.
1. Inhibitor kolinesterase
Beberapa tahun terakhir ini, banyak peneliti menggunakan inhibitor untuk pengobatan
simptomatik penyakit alzheimer, dimana penderita Alzheimer didapatkan penurunan kadar
asetilkolin. Untuk mencegah penurunan kadar asetilkolin dapat digunakan anti kolinesterase
yang bekerja secara sentral seperti fisostigmin, THA (tetrahydroaminoacridine). Pemberian
obat ini dikatakan dapat memperbaiki memori danapraksia selama pemberian berlangsung.
Beberapa peneliti menatakan bahwa obat-obatan anti kolinergik akan memperburuk
penampilan intelektual pada orang normal dan penderita alzheimer.
2. Thiamin
Penelitian telah membuktikan bahwa pada penderita alzheimer didapatkan penurunan
thiamin pyrophosphatase dependent enzym yaitu 2 ketoglutarate (75%) dan transketolase
(45%), hal ini disebabkan kerusakan neuronal pada nukleus basalis. Pemberian thiamin
hydrochlorida dengan dosis 3 gr/hari selama 3 bulan peroral, menunjukkan perbaikan
bermakna terhadap fungsi kognisi dibandingkan placebo selama periode yang sama.
3. Nootropik
Nootropik merupakan obat psikotropik, telah dibuktikan dapat memperbaiki fungsi kognisi
dan proses belajar pada percobaan binatang. Tetapi pemberian 4000 mg pada penderita
alzheimer tidak menunjukkan perbaikan klinis yang bermakna.
4. Klonidin
Pasien didiagnosa
AD
Moderate-severe
MMSE stabil
ChE inhibitor,
(penurunan
< 4 poin
memantin,
per tahun)
Atau kombinasi ChEI
Teruskan
regimen
dan memantin
pengobatan
+ vit E
I. KOMPLIKASI
Infeksi
Malnutrisi
Kematian
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN ALZHEIMER
A.PENGKAJIAN
1. Anamnesa
a. identitas pasien
b. identitas penanggung jawab
2. Aktifitas istirahat
Gejala: Merasa lelah
Tanda: Siang/malam gelisah, tidak berdaya, gangguan pola tidur
Letargi: penurunan minat atau perhatian pada aktivitas yang biasa, hobi, ketidakmampuan
untuk menyebutkan kembali apa yang dibaca/ mengikuti acara program televisi.
Gangguan keterampilan motorik, ketidakmampuan untuk melakukan hal yang telah biasa
yang dilakukannya, gerakan yang sangat bermanfaat.
3.Sirkulasi
Gejala: Riwayat penyakit vaskuler serebral/sistemik. hipertensi, episode emboli (merupakan
factor predisposisi).
4.Integritas ego
Gejala : Curiga atau takut terhadap situasi/orang khayalan, kesalahan persepsi terhadap
lingkungan, kesalahan identifikasi terhadap objek dan orang, penimbunan objek : meyakini
bahwa objek yang salah penempatannya telah dicuri. kehilangan multiple, perubahan citra
tubuh dan harga diri yang dirasakan.
Tanda : Menyembunyikan ketidakmampuan ( banyak alasan tidak mampu untuk melakukan
kewajiban, mungkin juga tangan membuka buku namun tanpa membacanya) , duduk dan
menonton yang lain, aktivitas pertama mungkin menumpuk benda tidak bergerak dan emosi
stabil, gerakan berulang ( melipat membuka lipatan melipat kembali kain ), menyembunyikan
barang, atau berjalan-jalan.
5. Eliminasi
Gejala: Dorongan berkemih
Tanda: Inkontinensia urine/feaces, cenderung konstipasi/ imfaksi dengan diare.
6. Makanan atau cairan
Gejala: Riwayat episode hipoglikemia (merupakan factor predisposisi) perubahan dalam
pengecapan, nafsu makan, kehilangan berat badan, mengingkari terhadap rasa lapar/
kebutuhan untuk makan.
Tanda: Kehilangan kemampuan untuk mengunyah, menghindari/menolak makan (mungkin
mencoba untuk menyembunyikan keterampilan). dan tampak semakin kurus (tahap lanjut).
7. Hiygene
9. Kenyamanan
Gejala : Adanya riwayat trauma kepala yang serius ( mungkin menjadi factor predisposisi
atau factor akselerasinya), trauma kecelakaan ( jatuh, luka bakar dan sebagainya).
Tanda : Ekimosis, laserasi dan rasa bermusuhan/menyerang orang lain
10. Interaksi social
Gejala : Merasa kehilangan kekuatan. factor psikososial sebelumnya; pengaruh personal
dan individu yang muncul mengubah pola tingkah laku yang muncul.
Tanda : Kehilangan control social,perilaku tidak tepat.
B2 (Blood)
Hipotensi postural : berkaitan dengan efek samping pemberian obat dan juga gangguan
pada pengaturan tekanan darah oleh sistem persarafan otonom.
B3 (Brain)
Pengkajian B3 merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan dengan
pengkajian pada sistem lainnya.
Inspeksi umum, didapatkan berbagai manifestasi akibat perubahan tingkah laku.
B .Pengkajian Tingkat Kesadaran:
Tingkat kesadaran klien biasanya apatis dan juga bergantung pada perubahan status
kognitif klien.
C .Pengkajian fungsi serebral:
Status mental : biasanya status mental klien mengalami perubahan yang berhubungan
dengan penurunan status kognitif, penurunan persepsi, dan penurunan memori, baik jangka
pendek maupun jangka panjang.
D .Pengkajian Saraf kranial. Pengkajian saraf ini meliputi pengkajian saraf kranial I-XII:
-
Saraf I. Biasanya pada klien penyakit alzherimer tidak ada kelaianan fungsi
penciuman
Saraf III, IV dan VI. Biasanya tidak ditemukan adanya kelainan pada saraf
ini
Saraf V. Wajah simetris dan tidak ada kelainan pada saraf ini.
Saraf VIII. Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi berhubungan proses
senilis serta penurunan aliran darah regional
Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada
vasikulasi dan indera pengecapan normal
ANALISA DATA
no
Data
1.Ds : klien mengatakan
1.
istirahatnya terganggu.
Etiologi
Perubahan pada sensori
Masalah
Perubahan pola tidur
berhubungan dengan
Ansietas
Gelisah
1. Ds : klien mengatakan
2.
kognitif
berhubungan dengan
kesulitan dalam
pemenuhan perawatan
penurunan kognitif,
keterbatasan fisik.
diri.
Keterbatasan fisik
2. Do : - klien tampak
tidak terawat.
- klien tampak pucat.
1. Ds : klien mengatakan
3.
2. Do : - klien tampak
kepikunan
lemah
berhubungan dengan
perubahan sensori,
mudah lupa
- pada BB klien.
Perubahan nutrisi kurang
1. Ds : klien mengatakan
4.
dari kebutuhan
Kesulitan berinteraksi
Hambatan interaksi sosial
berhubungan dengan
perubahan emosi (cepat
2. Do : - klien tidak
marah, mudah
mampu berinteraksi
tersinggung, kurang
percaya diri)
orang sekitarnya.
- klien terlihat mudah
tersingung
- klien terlihat tidak
percaya diri.
Perubahan emosi
no
1.
Diagnosa
keperawatan
Perubahan
pola tidur
berhubungan
dengan
perubahan
pada sensori
intervensi
- Berikan lingkungan
yang nyaman untuk
meningkatkan tidur
- Anjurkan latihan saat
siang hari dan turunkan
aktivitas mental/fisik
pada sore hari
- .Berikan makanan
kecil sore hari,
- kurangi minum yang
banyak di sore hari.
- Anjurkan klien untuk
mendengarkan musik
yang lembut
Kolaborasi
1. Berikan obat
sesuai indikasi :
rasional
implementasi
- menjaga
ventilasi ruang
- Meningkatkan relaksasi
dengan perasaan
mengantuk
- .Menurunkan kebutuhan
ketenangan pasien
Evaluasi
S : klien mengatakan
istirahatnya
terganggu.
dengan
menghindarkan
kebisingan,
mematikan lampu,
adekuat, suhu yang
sesuai
- anjurkan keluarga
untuk melatih ingatan
pasien
- Berikan makanan
kecil sore hari.
- Berikan makanan
kecil sore hari, susu
hangat, mandi, dan
- Antidepresi,
seperti ;amitriptilin
(elavil), doksepin
(senequan), trasolon
- Antidepresi, seperti
;amitriptilin (elavil),
doksepin (senequan),
trasolon (desyrel)
- Oksazepam (serax),
triazolam (halcion)
Hindari penggunaan
difenhidramin (benadryl)
masase punggung
- Turunkan jumlah
minuman sore hari.
Lakukan berkemih
sebelum tidur.
- berikan music yang
lembut, agar klien
merasa tenang
Kolaborasi
2.
Defisit
Setelah diberikan
asuhan keperawatan
-Identifikasi kesulitan
berpakaian/perawatan
- Oksazepam
(serax), triazolam
(halcion)
Hindari penggunaan
difenhidramin
(benadryl)
E:-
1.Efektif menangani
pseudodemensia atau
depresi, meningkatkan
kemampuan untuk tidur,
tetapi antikolinergik dapat
mencetuskan bingung,
memperburuk kognitif
dan efek samping
hipotensi ortostatik
Gunakan dengan hemat,
hipnotik dosis rendah
efektif mengatasi
insomnia
Kontraindikasi karena
mempengaruhi produksi
assetilkolin yang sudah
dihambat dalam otak.
-Memahami penyebab
yang mempengaruhi
(desyrel)
- anjurkan keluarga
S : klien mengatakan
untuk membantu
kesulitan dalam
perawatan diri
berhubungan
dengan
penurunan
kognitif,
keterbatasan
fisik
diharapkan terdapat
perilaku peningkatan
dalam pemenuhan
perawatan diri dengan
kriteria hasil:
diri,
- Identifikasi kebutuhan
akan kebersihan diri dan
berikan bantuan sesuai
kebutuhan.
-Sesuai dengan
perkembangan penyakit,
kebutuhan akan
kebersihan dasar
mungkin dilupakan.
pasien dalam
pemenuhan
perawatan diri.
perawatan diri.
Misalnya :
berpakaian,
perawatan diri
terawat.
(menggunting kuku,
- Rencanakan tindakan
untuk defisit motorik
- Kaji kemampuan
komnikasi untuk BAK.
- Identifikasi kebiasaan
BAB . anjurkan minum
dan meningkatkan
aktivitas.
Kolaborasi :
1. Pemberian
suppositoria
dan pelumas
faeces /
pencahar.
Konsul ke dokter terapi
okupasi.
- tempatkan
makanan dan
peralatan di dekat
klien agar mampu
sendiri
mengambilnya.
A:P:I : - Identifikasi
kesulitan
berpakaian/perawatan
diri,
- Rencanakan
tindakan untuk defisit
- Kemampuan
menggunakan urinal
pispot. Antarkan ke
kamar mandi bila
kondisi
memungkinkan .
motorik
- Pemberian
suppositoria dan
pelumas faeces /
pencahar.
Konsul ke dokter
terapi okupasi.
E:-
masalah neurogenik.
-Meningkatkan latihan
dan menolong mencegah
konstipasi
Kolaborasi :
1. Pertolongan
utama terhadap
fungsi bowell
atau BAB
3.
Risiko tinggi
perubahan
nutrisi kurang
dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan
Setelah diberikan
asuhan keperawatan
diharapkan tidak terjadi
perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan
dengan kriteria
hasil :Klien
mendapat diet nutrisi
yang seimbang
- Mempertahankan/
mendapat kembali BB
yang sesuai
perubahan
sensori,
mudah lupa
- Klien dapat
mengubah pola asupan
yang benar
- Kaji pengetahuan
klien/keluarga mengenai
kebutuhan makan
- Usahakan/ berikan
bantuan dalam memilih
menu
- Berikan makanan
selingan pada klien.
Untuk mengembangkan
terapi dan melengkapi
kebutuhan khusus.
- Identifikasi kebutuhan
untuk membantu
perencanaan pendidikan
- Klien tidak mampu
menentukan pilihan
kebutuhan nutrisi
- Makan makanan kecil
meningkatkan masukan
yang sesuai
Kolaborasi
Rujuk atau
konsultasikan dengan
ahli gizi
- Makan panas
mengakibatkan mulut
terbakar atau menolak
untuk makan
- tanyakan pada
S : klien mengatakan
keluarga/ klien
tentang makanan
Kolaborasi
makan
- Berikan makanan
selingan pada klien.
- Rujuk atau
konsultasikan dengan
ahli gizi
E:-
4.
Hambatan
interaksi
sosial
berhubungan
dengan
perubahan
emosi (cepat
marah,
mudah
tersinggung,
kurang
Setelah diberikan
Asuhan Keperawatan
diharapkan klien
mampu melakukan
interaksi social, dengan
criteria hasil :
- klien mampu
berinteraksi dengan
orang disekitarnya
dengan baik.
- klien tidak memiliki
rasa
bermusuhan/menyerang
orang.
-Agar individu
terstimulasi untuk
melakukan interaksi
social.
- Agar klien mampu
mengidentifikasi tindakan
yang baik.
- Agar klien mampu
melakukan interaksi
dengan orang lain
dengan baik.
- Untuk merangsang klien
untuk menjawab
- mensuport klien
S : klien mengatakan
dengan memberikan
motifasi dan
oleh keluarganya.
semangat, bahwa ia
biasa sembuh.
- bantu klien
berinteraksi dengan
klien.
- Gunakan
pertanyaan dan
I : - Beri individu
percaya diri
pertanyaan perawat
secara tidak langsung
menstimulasi klien untuk
berinteraksi.
Dukungan keluarga
sangat membantu dalam
observasi untuk
mendorong individu
dengan keterbatasan
keterampilan
interaksi.
melakukan interaksi
hubungan suportif..
- Bantu menganalisis
pendekatan yang
berfungsi paling baik.
- mendorong indifidu
untuk berinteraksi.
social.
- menjelaskan pada
keluarga klien agar
klien untuk
- Bantu anggota
keluarga dalam
memahami dan
memberi dukungan.
berinteraksi social.
E:-
member dukungan
dan dorongan pada