Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH:
Nama
: Mohammad Taufik H
NIM
: 12/333272/TP/10497
GOL
: Kamis B
CO. ASS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kadar air dalam bahan makanan mempunyai peranan penting. Kadar
air seimbang (EMC) penting dalam proses pengolahan makanan, karena
terkait dengan interaksi antara bahan dan lingkungan. Fungsi dari EMC
adalah untuk mengendalikan kualitas, stabilitas dan umur simpan serta untuk
parameter minimal dalam proses pengeringan produk pertanian.
Equilibrium Moisture Content (EMC) merupakan kandungan lengas
yang tercapai pada saat tekanan uap pada bahan sama dengan tekanan uap
pada lingkungan sekitarmya. EMC banyak digunakan untuk teknologi
pengeringan dan penyimpanan bahan pertanian. Perbedaan nilai kelembaban
setimbang (EMC) yang didapatkan tergantung apakah bahan tersebut basah
sehingga cenderung desorpsi atau bahan tersebut kering sehingga menyerap
lengas dengan adsorpsi.
Penentuan EMC yang relatif mudah dan paling sering digunakan
adalah dengan cara isotermis, yaitu kondisi termodinamik dari udara yang
dijaga konstan. Cara ini menggunakan garam lewat jenuh untuk
mengkondisikan kelembaban relatif. Mahasiswa teknik pertanian perlu
mengerti cara menentukan EMC dari hasil pertanian karena mahasiswa juga
mempelajari pengeringan dan penyimpanan. Oleh karena itu, pemahaman dan
praktek penentuan EMC dilakukan agar dapat memberikan pengetahuan akan
faktor penting dalam pengeringan dan penyimpanan.
B. Tujuan
1. Mengetahui cara menentukan Equilibrium Moisture Content (EMC) bahan
hasil pertanian terutama biji-bijian.
2. Menghitung EMC biji-bijian pada
berbagai
kelembaban
relatif
BsBkm
x 100
BkmBc
M
Bs
Bkm
Bc
Aw
ERH
ERH
100
= aktivitas air (water activity)
= Equilibrium Relative Humidity larutan garam
M=
Mo .C . aw
(1aw)(1+ ( C1 ) aw)
Aw
M (1Aw)
vs Aw
Aw
1
C1
=
+
x Aw
M (1Aw) C . Mo C . Mo
ya
Mo=
1
a .C
observasi
Prediksi
Mo
Aw
Mo . K . C . aw
(1K . aw )(1 K . aw+ C . K . aw)
Dibuat grafik
aw
M
vs aw
Aw/ M
Aw
Ax2 B x
A=
K 1
( 1)
Mo C
B=
1
c
1
Mo
2
C=
1
Mo . K . C
1
c
(1 ) aw +
Mo
2
1
Mo . K . C
( )
Aw
R2
Mo observasi
(ab)
x 100
a
a = Berat sampel
b = berat konstan sampel setelah dioven pada selama 22 atau 24 jam
Ka ( wb )1 + Ka(wb)2+ Ka(wb)3
Sehingga Ka (wb)rerata =
3
Ka( wb)
( Bs Bkm)
x100%
Bs Bc
Keterangan:
Ka (s)
Bs
Bkm
Bc
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Aktivitas air pada bahan dipengaruhi sifat produk, kondisi lingkungan,
suhu, kelembaban relatif dan metode pengeringan. Fenomena penyerapan dan
pelepasan uap air bahan disebut sorpsi lembab. Keadaan setimbang dapat
dikatakan bahwa bahan dan udara berada pada tingkat potensial kimia air yang
sama. Jika kondisi sistem tersebut diberlakukan secara isothermal maka aktivitas
air bahan maupun udara akan konsatan (Labuza,1984).
Salah satu penanganan bahan pertanian yang berhubungan dengan EMC
adalah pengeringan. Pengeringan adalah metode untuk mengeluarkan atau
menghilangkan sebagian aiar dari suatu bahan dengan cara menguapkannya
hingga kadar air kesetimbangan dengan kondisi udara normal atau kadar air yang
setara dengan nilai aktivitas air (Aw) yang aman dari kerusakan mikrobiologis,
enzimatis, dan kimiawi. Sedangkan dehidrasi adalah proses pengeluaran atau
penghilangan air dari suatu bahan dengan cara menguapkannya hingga kadar air
yang sangat rendah mendekati nol (Susanto, 1994).
Moisture content pada suatu bahan tergantung pada suhu dan kelembaban
di lingkungannya. Jika suhu dan kelembaban tersebut dijaga konstan, maka nilai
moisture content akan konstan dan sering disebut dengan equilibrium moisture
content (EMC). Nilai EMC akan meningkat siring dengan meningkatnya
kelembaban serta menurunnya suhu (Simpson, 1998).
Aktivitas air pada bahan dipengaruhi sifat produk, kondisi lingkungan,
suhu, kelembaban relatif dan metode pengeringan. Fenomena penyerapan dan
pelepasan uap air bahan disebut sorpsi lembab. Keadaan setimbang dapat
dikatakan bahwa bahan dan udara berada pada tingkat potensial kimia air yang
sama. Jika kondisi sistem tersebut diberlakukan secara isothermal maka aktivitas
air bahan maupun udara akan konsatan (Labuza,1984).
Proses penyerapan dan pelepasan uap air dapat mempengaruhi struktur
dalam bahan pangan. Perubahan tersebut penting dipelajari mengingat faktorfaktor lingkungan seperti RH dan suhu pada lingkungan penyimpanan yang
berbeda akan memberikan pengaruh signifikan terhadap karakteristik sorpsi
bahan. Isoterm sorpsi lengas (ISL) bahan menjadi dasar untuk merancang tahap
pengolahan bahan maupun memprediksi umur simpan (Ajisegiri, 2007).
Kelembaban perlu dipantau dalam mengontrol dan menjaga perusakan
oleh mikroorganisme. Tindakan yang diperlukan untuk memelihara kandungan air
pada batas yang masih dapat diterima adalah formulasi pada bahan makanan,
kontrol dari beberapa kondisi (seperti suhu dan RH) pada saat pengemasan,
kandungan garam atau gula untuk mengontrol aktivitas air, dan pemilihan bahan
kemasan dan desain kemasan itu sendiri dalam meminimalis kehilangan atau
peningkatan kelembaban di dalam kemasan (Suyitno, 1988).
DAFTAR PUSTAKA
Ajisegiri, et. al. 2007. Moisture Sorption of Locally Parboiled Rice. AU J.T. 11:
86-90.
Labuza, 1984. Moisture Sorption: Parctical Aspect of Isoterm Measurement and
Use. The American Association of Cereal Chemist. Minnesota: St Paul.
Simpson, William T. 1998. Equilibrium Moisture Content of Wood in Outdoor
Locations in the United States and Worldwide. United States
Departement of Agriculture. Forest Service, Forest Laboratory
Research.
Susanto, Tri. 1994. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian. Surabaya: Bina Ilmu
Suyitno. 1988. Pengujian Sifat Fisik Bahan Pangan. Pusat Antar Universitas
Pangan dan Gizi. Yogyakarta: UGM.
BAB V
PEMBAHASAN
BAB VI
KESIMPULAN
1. Penentuan nilai EMC dapat menggunakan metode statis ataupun dinamis. Pada
praktikum ini digunakan metode statis, yaitu dengan produk dihadapkan pada
udara lembab yang berada dalam keadaan statis. Prinsip dari metode ini yaitu
dengan pengaturan suhu udara secara termostatis dan penggunaan garam lewat
jenus sebagai pengaturan kelembaban relatif udara.
2. Penghitungan nilai EMC secara matematis dapat dihitung dengan beberapa
metode, yaitu metode BET, GAB dan Henderson.
3. Hasil EMC dengan metode BET pada penyimpanan suhu lingkungan pada
larutan garam jenuh LiCl, Mg(NO3)2, NaCl, KCl dan KNO3 berturut-turut yaitu
6,829579; 16,85099; 11,59692; 26,38221; dan -5,0876 dalam satuan persen.
Kemudian pada penyimpanan suhu inkubator yaitu 6,545684; 15,60212;
10,89956; 28,26002; dan -3,53378 dalam satuan persen.
LAMPIRAN