You are on page 1of 4

ACARA I

SALINITAS SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS ABIOTIK

I.
TUJUAN
1. Mengetahui dampak salinitas terhadap pertumbuhan tanaman
2. Mengetahui tanggapan beberapa macam tanaman terhadap tungkat salinitas yang
berbeda
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Ekologi dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan mengenai hubungan timbal baik
(interaksi) antara organisme dengan lingkungannya , baik lingkungan yang bersifat
biotik maupun abiotic. Lingkungan biotik meliputi organisme hidup seperti manusia,
hewan, atau tumbuhan. Sementara lingkuntan abiotic meliputi sifat-sifat fisik seperti
tanah, air, udara, suhu, intensitas cahaya matahari, kelembaban, dll. Dari interaksi
yang terjadi akan timbul kondisi saling ketrgantungan dan saling mempengaruhi.
organisme mempunyai batasan minimum dan maksimum terhadap semua faktor
lingkungan yang mempengaruhinya (Naughhton,1973).
Dalam ekologi, terdapat faktor-faktor pembatas yang dapat menghambat
pertumbuhan makhluk hidup, seperti tanaman. Hal ini dikarenakan jumlahnya yang
terlalu sedikit (minimum) atau terlalu banyak (maksimum) tersedia di alam, sehingga
tidak dapat digunakan secara maksimal. Suatu organisme memiliki batas atau kisaran
toleransi terhadap bahan-bahan yang tersedia di alam, seperti bahan-bahan kimia.
Keadaan yang mendekati atau melampaui batas toleransi inilah yang disebut dengan
faktor pembatas. Berbagai faktor pembatas misalnya panas, sinar matahari, dan air.
Hukum yang terkait dengan faktor pembatas adalah hukum Liebig dan hukum
Tolernace oleh Shelford (Odum, 1979).
Cekaman abiotik termasuk angin kencang, suhu ekstrim, salinitas, kekeringan, banjir
dan bencana alam lainnya, seperti tornado dan kebakaran memiliki dampak negatif
terhadap organisme yang hidup di suatu lingkungan spesifik dan merupakan faktor
yang paling menghambat terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman di seluruh
dunia (Mane et al., 2010). Diantara faktor cekaman abiotik di atas, salinitas

merupakan salah satu cekaman abiotik utama yang berpengaruh buruk terhadap
produktivitas dan kualitas tanaman dengan peningkatan dampak pada aspek sosial
ekonomi dan kesehatan, terutama pada masyarakat petani. Salinitas identic dengan
peningkatn kadar garam dalam tanah. Digambarkan dengan meningkatnya
konsentrasi ion garam seperti kalsium, magnesium, potassium, klorida, karbonat, dan
sulfat (Amirjani, 2010)
Salinitas tanah bersifat racun pada tanaman sehingga mengganggu fisiologi dan fisik
pada tanaman. Kualitas tanah dapat ditentukan oleh kesalinan karena merupakan
faktor penghambat bagi pertumbuhan tanaman. Kesalinan dapat diakibatkan oleh
garam-garam yang terlarut dalam air tanah. Dapat pula terjadi karena faktor
rendahnya tingkat curah hujan dan tingginya laju evaporasi. Hal tersebut dapat terjadi
karena pada saat intensitas hujan berkurang, maka proses pencucian garam oleh air
akan terganggu. Sedangkan pada saat laju evaporasi meningkat, maka dapat
menyebabkan terkumpulnya garam di dalam tanah dan yang ada di dalam air pada
permukaan tanah (Salisbury dan C.W Ross, 1995).
Kadar garam yang tinggi dalam larutan tanah akan menyebabkan osmotik potensial
larutan dalam tanah berkurang. Larutan akan bergerak dari daerah yang konsentrasi
garamnya rendah ke konsentrasi tinggi. Akibatnya akar tanaman kesulitan menyerap
air, karena air terikat kuat pada partikel-partikel tanah dan dapat menyebabkan
terjadinya kekeringan fisiologis pada tanaman (Guneset.al., 1996; Cornillon and
Palloix, 1997). Pada kondisi dimana konsentrasi garam dalam larutan tanah sangat
tinggi, maka air dari dalam sel tanaman bergerak keluar, dinding protoplasma
mengkerut dan sel rusak karena terjadi plasmolisis. Selain tanaman harus mengatasi
tekanan osmotik tinggi, pada beberapa tanaman dapat terjadi ketidak-seimbangan
hara disebabkan kadar hara tertentu terlalu tinggi, dan adanya bahaya potensial
keracunan natrium dan ion lainnya (FAO, 2005 cit. Rachman, 2008).
Salinitas dapat diketahui dengan menggunakan dua cara yaitu dengan menentukan
Total Disolved Salt (TDS) dan Electric Conductivity (EC). Pengukuran dengan
Electric Conductivity lebih sederhana dibandingkan pengukuran menggunakan cara
Total Disolved Salt (TDS. Salinitas ditunjukkan melalui pengukuran Electrical

conductivity (EC) dalam satuan deciSiemens per meter (dS/m) atau milimhos per
centimeter (mmhos/cm).

III.
METODOLOGI
Praktikum Dasar-dasar Ekologi acara 1 dengan judul Salinitas Sebagai Faktor
Pembatas Abiotik dilaksanakan pada Jumat, 28 Februari 2015 di Laboratorium
Ekologi Tanaman dan rumah kaca, Jurusan Bududaya Pertanian, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta. Pada praktikum ini digunakan beberapa alat yaitu timbangan
analitik, gelas ukur, erlenmeyer, alat pengaduk, peralatan tanam, penggaris.
Sementara bahan yang digunakan antara lain tanaman padi (Oryza satuva), kacang
tanah (Arachis hypogea), dan timun (Cucumis sativus), polybag, NaCl teknis
sebanyak 3 gram dan 6 gram, pupuk kandang, dan kertas label.
Pertama dibuat terlebih dahulu larutan NaCl. Sebanyak 3 gram Nacl dilarutan ke
dalam 1000 ml aquades untuk perlakuan 3000 ppm. Kemudian NaCl 6 gram juga
dilarutkan ke dalam 1000 ml aquades untuk perlakuan 6000 ppm. Tahap sealnjutnya
adalah persiapan bahan tanam dan penanaman. Disiapkan sebanyak 9 polybag yang
kemudian diisi dengan tanah seberat 3kg. Batu kerikil, sisa tanaman, dan kotoran
yang berada dalam tanah yang digunakan harus dibersihkan agar nantinya tidak
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Masing biji/beih padi,
kacang tanah, dan timun yang telah dipilih kemudian dimasukkan ke dalam setiap
polybag dengan jumlah 6 biji setiap polybag. Pada 7 hari pertama, biji yang telah
ditanam dibiarkan agar berkecambah terlebih dahulu dengan penyiraman seali dalam
sehari menggunakan air biasa. Setelah 7 hari, benih yang telah tumbuh dijarangkan
menjadi dua tanaman setiap polybag. Tidak lupa diberikan keterangan pada polybag
mengenai perlakuan pada masing-masing tanaman yaitu untuk perlakuan 0 ppm, 3000
pm, dan 6000 ppm. Selanjutnya, bibit disiram sesuai dengan perlakuan 0 ppm, 3000
ppm, dan 6000 ppm. Untuk tanaman dengan perlakuan 0 ppm, air yang digunakan
adalah air biasa. Kali ini penyiraman dengan perlakuan dilakukan setiap dua hari
sekali hingga tanaman berusia 21 hari. Setiap satu hari setelah penyiraman, tanaman
diamati dan diukur tinggi batang dan jumlah daun. Setelah 21 hari, tanaman dipanen

untuk kemudian diukur panjang akar, berat segar, berat bersih, dan luas daun. Hal ini
dilakukan untuk melakukan perbandingan hasil antara jenis tanaman satu dengan
lainnya dan perbedaan hasil pada masing-masing konsentrasi garam. Setelah semua
data terkumpul, dibuat grafik tinggi tanaman, grafik jumah daun, histogram panjang
akar, dan histogram bert segar dan berat kering.
IV.
HASIL
V.
PEMBAHASAN

Amirjani M.R. 2010. Effect of salinity stress on growth, mineral composition, proline
content, antioxidant enzymes soybean.American Journal of Plant Physiology 5
(6):350-360
Cornillon, P. and A. Palloix. 1997. Influence of sodium chloride on the growth and
mineral nutrient of pepper cultivars. J. Plant Nutrients 20:1085-1094.
Naughhton.1973. Ekologi Umum edisi Ke 2. UGM Press Yogyakarta
Mane, A. V., B. A. Karadge and J. S. Samant, 2010. Salinity induced changes in
photosynthetic pigments and polyphenols of Cymbopogon nardus (L.) Rendle. J.
Chem. Pharm. Res. 2:338-347.
Ouda, S. A. E., S. G. Mohamed and F. A. Khalil. 2008. Modeling the effect of
different stress conditions on maize productivity using yield-stress model. Int. J. Nat.
Engg. Sci. 2:57-62.
Odum, E.P. 1979. Fundamentals of Ecology Third Edition. Saunders College
Publishing, Georgia.
Rachman A., Deddy Erfandi, dan M.Nasil Ali.2008. Dampak Tsunami Terhadap SifatSifat Tanah Pertanian di NAD dan Strategi Rehabilitasinya. Jurnal Tanaman dan Iklim
No 23/2008. Namgroe Aceh Darussalam
Salisbury, F.B. dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid I. Penerbit ITB,
Bandung.

You might also like