You are on page 1of 13

2.1.5 Reaksi pengerasan amalgam.

1. Amalgam Konvensional (low copper)4,7


Selama proses triturasi, merkuri berdifusi ke alloy membentuk berbagai senyawa,
terutama perak-merkuri dan timah-merkuri senyawa. Senyawa perak merkuri Ag 2Hg, dan
dikenal sebagai fase gamma satu (y1), dan senyawa timah-raksa adalah Sn 7Hg dan dikenal
sebagai fase gamma dua (2). Prosesnya dapat digambarkan seperti ini :
Ag3Sn + Hg Ag3Sn + Ag2Hg3 + Sn7Hg

1
2
Fase Sn7Hg (2) adalah hasil reaksi yang tidak dikehendaki karena dianggap
meningkakan korosi dan melemahkan kekuatan. Persentase Ag2Hg3 (1) yaitu sekitar 54%
sampai 56%. Persentase Ag3Sn () dan Sn7Hg (2) adalah 27% sampai 35% dan 11% sampai
13%.
2. Amalgam high copper4,7
Perbedaan utama antara low dan high copper amalgam tidak hanya dalam hal
persentase tembaga tetapi efeknya dalam reaksi amalgam. Tembaga ini disajikan baik
sebagai bagian dari alloy Ag-Sn, maupun ditambahkan (admixed) sebagai partikel terpisah
dari Ag-Sn. Pada kedua penyajian ini, jika alloy bereaksi dengan Hg maka akan terbentuk
hasil reaksi Cu-Sn ( fase eta ()) dan bukan gamma 2. Prosesnya dapat digambarkan
seperti ini :
Ag3Sn+Ag-Cu+HgAg3Sn+AgCu+Ag2Hg3+Cu6Sn5

2.1 PREPARASI TUMPATAN AMALGAM


2.3 Preparasi Tumapatn Amalgam Klas I
Pertimbangan Umum
Kavitas pada Klas I meliputi bagian pit dan fissure permukaan oklusal gigi. Tambalan
amalgam Klas I yang besar bisa merestorasi permukaan okluasan email atau dentin yang
hilang atau rusak pada proses karies. Tambalan amalgam akan sangat efektif , dan email di
dekatnya bisa dipertahankan jika prinsip prinsip tertentuk diikuti dalam desain kavitas.
Kedalaman kavitas dijaga keseragamannya dalam setiap gigi. Kedalamannya biasanya
terdapat di bawah tautan dentin-email (enamel-dentin-junction)
Preparasi
Kavitas dibuat dengan menggunakan round bur diamond sampai kedalaman kira kira
2 mm. Lalu kavitas diperluas ke luar ke semua alur (outline form) yang terjadi kerusakan.
Outline Form dibuat dengan cara dibulatkan pada ujungnya, sbukan dibuat seperti ada sudut
yang tajam. Kedalaman pembuatan kavitas dapat dengan mudah ditentukan bagi beberapa
klinisi yang berpengalaman, namun bagi klinisi yang baru praktik, cara mengukur
penembusan secara visual dapat dilakukan dengan cara menggunakan alat pengukur, yaitu
menandai tangkai bur dengan menggunakan tinta pena 2 atau 3 mm dari ujungnya. Axial wall
dibuat sejajar sumbu gigi, pulpa wallnya juga datar serta halus. Berikut ini beberapa variasi
outline form dan desain kavitas klas 1 untuk molar atas dan molar bawah.
5

Gambar 1 Molar Pertama Atas; variasi dalam desain preparasi. A.Desain konservatif hanya
meliputi fissure sentral dan distal. B.Karies di bawah lingir oblik. C.Karies hanya mengenai fissure
distal dan lingual. D.Preparasi untuk kerusakan di samping tonjol carabelli. E.Penampang
melintang preparasi. F. Penyudutan bur untuk preparasi lingual

Gambar 2. Variasi dalam desain klas I untuk molar pertama


bawah. A.Preparasi meliputi alur fasial dan fissure.
B.Preparasi konservatif untuk fissure sentral mesial dan
distal. C.Preparasi oklusal yang diperluas dan juga fisure
fasial yang kecil. D.Menghaluskan dinding dengan hoe
email posteriror
Untuk pembuatan desain kavitas pada gigi premolar, karena ukurannya yang kecil
sering terkena pemotongan yang berlebihan dan terlalu besar akibat penggunaan bur yang
tidak hati hati. Berikut ini contoh outline form dari gigi prmolar dan kesalahan umum yang
sering dilakukan.

Gambar 3.Premolar kanan bawah ; gambar kiri, benar ; gambar kanan, kesalahan yang umum
dilakukan.
Selanjutnya pulpa wall diratakan dengan bur konus terbalik. Axial wall pada lingual dari
molar atas dan bagian fasial molar bawah juga diratakan, Dalam melakukan pengeburan
dilakukan dengan hati hati untuk tidak mengambil bagian bawah dinding secara berlebihan
selama preparasi. Namun apabila karies telah meluas di bawah batas optimal dari kedalaman
dasar, pengangkatan karies dentin ditunda sampai kavitas disiapkan. Karies dentin dibuang
dengan eskavator atau bur bulat.
2.4 Preparasi Tumpatan Amalgam Klas II
Definisi restorasi Klas II adalah bila jaringan karies telah mengenai permukaan mesial atau
distal (proksimal) gigi posterior. Walaupun lesi Klas II terjadi pada permukaan proksimal,
umumnya dianggap sebagai kavitas campuran, yaitu suatu kavitas yang mengenai dua
permukaan, salah satunya adalah permukaan oklusal. Begitu sering terjadi sehingga dalam
praktik kavitas Klas II dibagi menjadi mesial-oklusal (MO), disto-oklusal (DO), atau mesial-oklusaldistal (MOD). Karena gigi-gigi biasanya saling berkontak, akses ke kavitas tertutup dan harus
dibuat dengan memotong substansi gigi dari lingual, fasial, atau oklusal. Cara yang biasa tentunya
adalah membuat akses dari oklusal; meskipun begitu, bila lesi dekat garis servikal, kadangkadang preparasi dari fasial atau lingual menjadi pilihan.
Empat tipe perlekatan dapat dipakai untuk retensi restorasi: (1) undercut pada daerah oklusal
atau gingival, (2) interlock aksial (alur fasial dan lingual), (3) parit, dan (4) dowel atau pin. Suatu
parit adalah lubang yang dibuat, tempat ke dalamnya amalgam akan dimampatkan. Setelah
mengeras amalgam menjadi kuat dengan retensi yang besar. Panjangnya bervariasi dari 2-4 mm
dan lebarnya kira-kira 1 mm. Parit tidak ditempatkan terlalu jauh ke arah pulpa, tetapi juga tidak
terlalu dekat ke permukaan agar bagian tepi gigi tidak patah. Lubang parit harus cukup besar
untuk tempat pemampat yang kecil dan dalamnya 1-2 mm.

Gambar 4. Diagram preparasi gigi, nomenklatur dasar dari kavitas . A.Dinding dan dasar B.
Pulpa dan dinding gingival boleh juga dinamakan lantai
Untuk lebih bisa dipahami, kavitas Klas II dapat dibagi dalam dua kategori; (1) Klas II
amalgam insipien adalah tambalan yang sedikit banyak menutupi lubang masuk melalui
aktivitas mikroba dapat menyerang gigi, dan (2) Klas II amalgam yang diperluas merupakan
tambalan yang mengembalikan bagian gigi yang hilang atau rusak.
`
2.4.1 Amalgam Klas II Insipien
Lesi insipien biasanya kecil dan terletak tepat di bawah titik kontak anatomik dari
gigi. Pada gigi-gigi yang malposisi, titik kontak yang sesungguhnya bisa berada di lain
tempat, yang tentunya akan mengubah lokasi lesi. Deteksi lesi karies Klas II insipien tidak
mudah dilakukan. Proyeksi sayapgigit (bite-wing) barangkali merupakan cara yang terbaik,
9
karena letak gigi-gigi yang berdekatan menghalangi pemeriksaan dengan sonde. Gigi
harus dipreparasi untuk restorasi Klas II. Lesi proksimal insipien menembus hanya dentin
kira-kira 1 mm dan semua jaringan karies otomatis akan hilang dalam preparasi kavitas.

Gambar 5. Memotong lesi tengah melalui permukaan proksimal dari tiga gigi
Ragangan Preparasi Kavitas
Secara umum, ragangan harus kecil dan konservatif. Usahakan untuk membatasi
ukuran dari kavitas, khususnya pada orifis oklusal. Jangan membuang jaringan email yang
10
sehat terlalu banyak tetapi sebaliknya,
membuat orifis kavitas terlalu kecil akan membatasi
akses ke gigi. Walaupun demikian, pemakaian pemampat amalgam yang kecil dapat
memampatkan amalgam dengan efektif ke dalam bukaan oklusal yang kecil.
Bentuk kavitas adalah parit terbalik pada bagian samping gigi. Dinding gingival
sejajar dengan tepi interseptal gingival dan meluas di bawah lesi ke dalam email sehat,
biasanya 1 atau 2 mm di bawah titik kontak. Lokasi tepi fasial dan lingual ditentukan oleh
luas dan sifat dari email. Tepi ini diperluas di luar titik kontak dan tentu saja, melebihi tepi
luar dari lesi. Jika daerah email yang berwarna putih mutiara membatasi lesi, dindingdinding ini tidak ditempatkan terlalu berjauhan bila dibandingkan jika email teksturnya putih
seperti kapur. Lokasi dinding-dinding ini ditentukan oleh jarak antaranya dan permukaan
proksimal dari gigi yang berdekatan. Dalam rongga mulut yang relatif bebas karies, jarak ini
hanya perlu sebesar ketebalan sonde yaitu 0,4 mm. Sedangkan pada mulut yang mudah
terserang karies, jarak adalah 0,75 mm, kira-kira setebal pahat atau hatchet.

Gambar 6. Pandangan mesial dan oklusal dari preparasi gigi dengan lesi karies insipien.
Bentuk Intenal
Tegas, dinding yang terpotong jelas membentuk pinggiran cavo-surface yang 90
derajat. Dinding aksial dari preparasi berbentuk datar atau cembung pada pandangan
horizontal; pada pandangan vertikal, rata dan sejajar dengan sumbu panjang gigi. Dinding
fasial dan lingual mempunyai undercut untuk menahan restorasi amalgam pada tempatnya.
Undercut ini tidak dalam tetapi seragam dan meluas dari dasar gingiva ke permukaan
oklusal.

11

Urutan Preparasi
Restorasi Klas II insipien pada dasarnya adalah preparasi yang menggunakan bur.
Karena tidak meluas,maka tidak ada karies dentin yang perlu diekskavasi dengan
instrumen genggam, sebab bur secara otomatis sudah menghilangkannya selama
preparasi gigi.
1. Preparasi melibatkan alur oklusal dan ceruk. Pekerjaan ini dilakukan dengan bur bulat
No. 1/2 dan disempurnakan dengan bur 330. Beberapa ceruk dan alur imun terhadap
karies.
2. Memotong bagian fasio-lingual yang dilakukan untuk mendapat akses ke lesi proksimal.
Kemudian membuat takikan dengan bur bulat No, 1/2 menembus lingir tepi untuk
membuka pertautan dento-email.
3. Setelah orifis dari parit terbalik dibuat, preparasi dentin dengan bur bulat, dan potong
sebuah alur sempit fasio-lingual di bawah lapisan proksimal dari email.
4. Lapisan email ditembus denga alur vertikal. Tindakan ini harus dilakukan hati-hati agar
tidak mengenai permukaan gigi .
5. Lapisan email yang menjadi lemah karena pembuatan alur bisa dipatahkan.
6. Penyempurnaan tepi dilakukan dengan pahat dan hatchet
7. Dinding aksial diperdalam jika diperlukan, untuk membentuk kembali alur aksial, dan
untuk melakukan penyempurnaan tepi sepanjang oklusal
2.4.2 Amalgam Klas II yang Diperluas
Amalgam yang diperluas jelas lebih besar karena daerah-daerah dalam kavitas atau
karies rekuren disekitar tambalan lama. Dinding dipreparasi datar dan lurus, dengan sudut
cavo-surface 90 derajat. Berbeda dengan preparasi kavitas insipien, sudut fasio-gingiva
dan lingio-gingiva lebih baik tajam daripada bulat. Kedalaman dinding aksial tidak
ditentukan oleh lesi karies atau tambalan yang lama. Tetapi ditentukan secara acak dan
biasanya lebarnya 1,2 mm untuk gigi premolar dan 1,8 mm untuk gigi molar. Faktor-faktor
yang mempengaruhi lebar ini berkaitan dengan anatomi gigi, seperti lokasi pertautan entoemail dan jarak dasar gingiva ke garis servikal. Gigi-gigi umumnya lebih menyempit dan
email menjadi lebih tipis di daerah pertautan semento-email, dan ciri anatomi dari gigi ini
sendiri merupakan faktor yang menentukan lebar dasar gingiva. Tetapi satu hal yang tidak
mempengaruhi lebar dasar gingiva adalah kedalaman karies. Jika karies dentin atau
tambalan yang lama meluas ke arah pulpa , basis ditambahkan untuk membawa preparasi
kembali ke lokasi optimalnya, atau diaplikasikan kalsium hidroksida untuk melindungi dan
menginsulasi pulpa.
Komponen retentif dasar dari boks proksimal adalah alur aksial, satu ditempatkan di
fasial dan yang lain ditempatkan di lingual. Alur-alur ini lebih dalam pada ujung gingivanya
dan cenderung menghilang ke arah oklusal. Makin lebar boks, makin besar sudut yang
dibentuk oleh dinding fasial dan lingual dan akibatnya, makin dalam alur yang harus dibuat.
Bila sudut ini mendekati 90 derajat, retensi tambahan diperlukan seperti suatu parit atau
pin.

Gambar 7. Kedalaman alur aksial dipengaruhi oleh perluasan bucco-lingual. A. Kavitas


yang kecil dengan perluasan minimal. B.Kavitas mulai mengelilingi gigi. C. Kavitas yang besar
14
meluas mengenai sebagian permukaan bukal dan lingual

Urutan preparasi
Preparasi kavitas ini mengikuti langkah-langkah dalam preparasi kavitas dari Dr. G.
V Black. Di sini tidak digunakan bur kecepatan tinggi, melainkan dilakukan prosedur yang
sama seperti untuk lesi insipien. Dengan bur fisur runcing No. 700 kecepatan rendah,
dentin di bawah email proksimal dibuang, diikuti dengan mencungkil sisa email dan
membuat bagian tepi.

Gambar 8. Bur no 700 kecepatan rendah digunakan memotong parit. Sudut gingiva, khususnya
harus tajam dan berbatas jelas. Semua dentin harus dihilangkan sehingga hanya tinggal lapisan
email.
1. Preparasi dari alur berparit di bawah email, tidak boleh terlalu ditekankan. Dengan hati-hati
pertimbangkan apakah sudut-sudut tajam dan tegas, apakah parit cukup diperluas kea rah
fasial dan lingual, apakah dasar gingiva dari alur rata dan halus, dan juga apakah semua
dentin telah dihilangkan dari bawah email.
15
2. Bila operator telah memeriksa parit dan email yang sudah dipatahkan, bagian tepi dibuat
dengan instrument genggam.
3. Untuk menambah kesempurnaan pahat dan hatchet email digunakan pengasah tepi
gingiva untuk menghaluskan dasar gingival dan menghilangkan fragmen email yang
tertinggal.
4. Pembersihan bagian dalam dari kavitas. Karies dentin sekarang diperiksa dan dibuang.
Pembersihan bagian dalam dari kavitas adalah penting dan rutin, yang meliputo
pemeriksaan daerah-daerah yang terlewatkan seperti basis semen yang diperdalam
sehingga menyebabkan amalgam tinggi dalam oklusi atau memperbaiki dinding oklusal
atau sudut garis.
5. Penyempurnaan alur retensi dengan bur fisur runcing cross-cut No.700 dan bur bulat No.
1
/2.
6. Mengubah alur retentive yang bulat menjadi segi empat dengan pengasah tepi gingival.
Jelas bahwa alur retentive segi empat menambah sifat retentive dari restorasi.
7. Perencanaan tepi. Ini merupakan langkah akhir sebelum pemasangan pita matriks dan
pemampatan amalgam. Permukaan yang tidak teratur sepanjang dasar gingival dapat
dihaluskan dengan instrument genggam dan kurva tebalik dari oklusal dapat dipreparasi
dengan pahat bengkok yang tajam.
8. Kemudian dilakukan pembuangan debris, penghilangan fragmen semen dan
membersihkan sisa darah yang telah mongering. Larutan hidrogen peroksida 3% bisa
digunakan untuk membantu menghilangkan debris.
2.5 Preparasi Tumpatan Amalgam Klas V
Pertimbangan Umum

Restorasi ini, dibatasi pada permukaan fasial dari molar dan premolar (kadang-kadang)
meliputi permukaan lingual dari molar), dimaksud untuk menambal karies dan menggantikan
substansi gigi yang berpotensi karies di dekat gingival.
Secara umum, kavitas kelas V hanya meliputi email dan dentin. Suatu kesalahan
yang umum terjadi adalah membatasi panjangnya kavitas dan mengakhiri tepi mesial dan
distal di tengah-tengah email yang terdekalsifikasi. Beberapa tahun setelah restorasi bagian
email ini akan pecah, dan karies sekunder berkembang pada lokasi ini. Walaupun restorasi
klas V adalah restorasi satu-permukaan, dapat menjadi sumber kegagalan klinis. Ada
beberapa kesulitan preparasi, penempatan dan penyelesaian akhir khususnya disepanjang
tepi gingival. Sesuai dengan bentuk permukaan luar yang cembung, dinding aksial di
preparasi sedemikian rupa sehingga gigi mendapat tambalan amalgam yang cembung serta
mempunyai ketebalan yang sama. Umumnya, bagian tepi meluas ke sulkus gingival, berakhir
di oklusal pada ketinggian kontur permukaan fasial.
Tugas operator dalam preparasi gigi adalah untuk mempertahankan keseragaman
dalamnya kavitas pada permukaan molar yang panjang dan untuk membentuk butt-joint.
Retensi didapat dari undercut ke arah oklusal dan gingival, dan boleh bulat atau bersudut,
tergantung jenisbur yang di pakai. Karena tepinya rata tidak dimiringkan untuk penetrasi
dinding aksial dan karena bilahnya runcing terbalik sehingga menjaga bur di tengah kavitas,
bur konus terbalik No. 37 (35) lebih disukai oleh beberapa operator dibanding bur fisur lurus,
khususnya waktu preparasi dengan kecepatan rendah. Preparasi tepi kavitas dengan pahat
bersudut dua atau pahat lengkung membantu menghaluskan cavo-surface. Pembersihan
kavitas dari karies dilakukan 17
secara manual dengan eskavator demikian juga dengan
perubahan pada ragangan untuk membuang email yang tidak disokong.

Alur retensi bisa bulat atau bersudut


Karena banyak kondisi yang tidak spesifik, preparasi kavitas dengan permukaan
halus kurang mempunya peralatan yang pasti, yang mungkin sangat bervarisi dari satu
operator ke operator yang lain.
Urutan Preparasi
Bila karies sudah dalam, dibersihkan dengan eskavator, bila perlu dibuka dulu
dengan bur bulat kecil. Jika visibilitasnya baik dan tumpuan jari ideal, lebih baik dipakai
kecepatan tinggi daripada kecepatan rendah. Jika tidak, bagaimanapun rasa taktil
mengharuskan pemakaian burkecepatan rendah. Kavitas dilebarkan sesuai out line form
dengan bur fisur, pada umunya kavitas dibentuk seperti ginjal.

Kavitas dibentuk seperti ginjal


Keseragaman kavitas tidak mudah dikontrol karena operator menggerakan bur dan
handpiec di atas permukaan bukal yang cembung. Untuk alasan ini, lebih baik dipakai bur
konus terbalik yang besar (CA kecepatan rendah No. 37) untuk memotong massa yang
tebal. Bentuknya mencegah terpelesetnya bur ke luar dan panjang bilah berfungsi sebagai
pengukur kedalaman untuk operator (kedalan bur 37 adalah 1,0 mm). Karena retensi
tambahan dituntut untuk kavitas klas V, retensi dibuat pada incisoaxial line angle dan
serviaxial angle line angle, garis sudut insisal boleh tajam dan persegi (angular) daripada
bulat. Dasar kavitas/ dinding aksial diratakan sesuai dengan lengkung permukaan luar gigi.
Setelah bentuk kavitas dipreparasi, pahat bersudut dua dan atau dipakai untuk
menghaluskan permukaan email yang bergerigi dan tidak teratur menjadi permukaan lurus
dan melengkung atau melengkung dengan baik. Satu yang harus diperhatikan yaitu bahwa
tepi oklusal harus bertemu dengan dengan permukaan dengan sudut tegak lurus, sehingga
sejajar dengan batang email. Underkut gingival dan oklusal tidak perlu berlebihan tetapi
harus jelas dan terpotong rapi.
Ramus mandibula menghalangi akses pada daerah disto-bukal dari molar kedua,
dan karena itu mengganggu ruang untuk kepala handpiec. Seringkali ujung distal dari
kavitas klas V ini (molar dua) hanya dapat dicapai melalui penglihatan langsusng dengan
bur bulat dan handpiece lurus. Walaupun operator dapat memodifikasi bentuk internal
preparasi pada daerah disto-bukal yang sulit dijangkau, operator harus selalu membuat tepi
cavo-surface 90o dan retensi yang memadai.

19

Preparasi tepi kavitas dengan pahat bersudut dua atau pahat lengkung membantu
menghaluskan ketidakteraturan cavosurface.
Dalam beberapa keadaan, email yang tak tersokong meluas ke bawah sudut-sudut
gigi menuju ke bawah proksimal tambalan amalgam yang lama. Pada kasus ini, merupakan
tindakan yang tepat untuk memperluas kavitas tambalan di dekatnya, mengakhiri kavitas
seakan beakhir pada email.
Perhatian khusus harus diberikan untuk mempertahankan kekeringan selama
pemampatan amalgam. Supaya cairan jangan bocor ke dalam kavitas sehingga

membasahi dentin dan mengkontaminasi amalgam, isolator karet dan klem harus dipakai
bila mungkin.
B. Klasifikasi Dental Amalgam
Berdasarkan jumlah metal alloy:
Binary
: silver-tin
Tertinary
: silver-tin-copper
Quartinary
: silver-tin-copper-indium
Berdasarkan ukuran alloy :
Microcut : alloy ukuran kecil
Macrocut : alloy ukuran besar
Berdasarkan bentuk partikel alloy :
Lathe-cut : bentuk tidak teratur
Spherical : bentuk teratur
Spheroidal
Berdasarkan kandungan Zink (Zn) :
Alloy yang mengandung zink lebih dari 0,01%
Alloy bebas zink yang mengandung zink kurang dari 0,01 %
Berdasarkan kandungan tembaga (Cu) :
Low Copper Alloy : Alloy bertembaga rendah kurang dari 6 %
High Copper Alloy : Alloy bertembaga tinggi lebih dari 6 %
Toksisitas Merkuri Dalam Restorasi Amalgam
kandungan merkuri dalam bahan restorasi amalgam dalam beberapa peristiwa memang
dapat menyebabkan terjadinya reaksi hipersensitivitas atau alergi. Tetapi peristiwa alergi yang
terjadi pada pasien yang menggunakan restorasi amalgam tidaklah signifikan, karena tidak setiap
pasien yang melakukan treatment menggunakan amalgam mengalami alergi. Beberapa penelitian
menerangkan bahwa penggunaan restorasi amalgam dapat pula menyebabkan terjadinya
gangguan kesehatan secara sistemik seperti kerusakan pada ginjal, alergi atau hipersensitivitas
atau gangguan terhadap neurobehavior. Namun, apabila penggunaan alamgam dilakukan secara
benar, tidak akan terjadi masalah terhadap biokombatibilitas dari restorasi amalgam (Craig, 1993).
WHO merekomendasikan nilai batas paparan merkuri jangka panjang untuk para pekerja
atau operator adalah sebesar 25
selain itu WHO merekomendasikan paparan yang merkuri
untuk wanita dalam masa subur harus lebih rendah dari nilai standar yaitu sekitar 10
(bindslev, 1991).
Seseorang dapat terpapar merkuri dari diet makanan, minuman, udara, dan restorasi
amalgam. Merkuri yang terlepas dari bahan restorasi amalgam biasanya terjadi akibat adanya
penguapan merkuri. Uap merkuri pada manusia dapat ditemukan pada hembusan nafas, pada
rongga mulut dengan keadaan mulut terbuka atau teertutupmelalu kateter yang dipasang ditrakea
melalu bronkoskop. Data dari penelitian menjelaskan bahwa merkuri secara terus menerus
terlepas dalam rongga mulut dari bahan restorasi amalgam. Tingkat pelepasan merkuri pada
seseorang dipengaruhi oleh banyak factor yaitu area restorasi, usia, diet, komposisi amalgam, dan
kuantitas permukaan yang mengalami oksidasi. Uap merkuri dapat terlarut pada udara intraoral
ataupun oleh saliva, kemudian dapat penetrasi ke organisme melalui banyak cara (Uar and
Brantley, 2011).
Penguapan merkuri dari bahan restorasi amalgam lebih kecil jika dibandingkan dengan
pengkonsumsian berbagai jenis ikan. Peningkatan kadar amalgam dalam urin dan darah dapat
dipengaruhi oleh berbagai factor, tidak hanya dipengaruhi oleh merkuri yang berasal dari bahan
restorasi amalgam. Secara keseluruhan merkuri yang berasal dari amalgam hanya memberikan

sedikit pengaruh terhadap total kadar merkuri dalam tubuh . secara epidemiologi, kadar merkuri
dalam urin dan darah berkolerasi dengan jumlah paparan yang berasal dari lingkungan dan diet
(Craig, 1993).
Tambalan amalgam melepaskan partikel mikroskopik dan uap merkuri. Kegiatan
mengunyah dan meminum makanan dan minuman yang panas menaikan frekuensi lepasnya
tambalan gigi. Uap merkuri tersebut akan di serap oleh akar gigi, selaput lendir dari mulut dan
gusi, dan ditelan, lalu sampai ke kerongkongan dan saluran cerna.
Merkuri metalik dalam saluran gastrointestinal akan dikonversi menjadi merkuri sulfida dan
diekskresikan melalui feces. Para peneliti dari University Of Calgari melaporkan bahwa 10 %
merkuri yang berasal dari amalgam pada akhirnya terakumulasi di dalam organ-organ tubuh
(McCandless;2003)
Merkuri metalik larut dalam lemak dan didistribusikan keseluruh tubuh. Merkuri metalik
dapat menembus Blood-Brain Barier (B3) atau Plasenta Barier. Keduanya merupakan selaput
yang melindungi otak atau janin dari senyawa yang membahayakan. Setelah menembus BloodBrain Barier, merkuri metalik akan terakumulasi dalam otak. Sedangkan merkuri yang
menembus Placenta Barier akan merusak pertumbuhan dan perkembangan janin.
merkuri adalah elemen yang beracun, baik sebagai logam bebas maupun unsur dari
senyawa kimia. Raksa larut dalam lemak dan sewaktu-waktu dapat terhirup oleh paru-paru yang
mana akan teroksidasi menjasi Hg2+. Kemudian ia akan ditransportasikan dari paru- paru oleh sel
darah merah ke jaringan lain termasuk sistem saraf pusat. Merkuri dengan mudah menjadi
senyawa metil merkuri, melewati barrier darah-otak dan juga plasenta kepada janin.
Konsekuensinya, metilmerkuri dapat nerakumulasi di otak dan berefek kepada bayi yang akan
dilahirkan. (Nicholson, 2002) Debu merkuri bisa dikeluarkan ke udara selama triturasi, kondensasi
atau pembuangan tunpatan amalgam yang telah lama. Tumpatan merkuri dalam proses
pembedahan dapat mengakibatkan kontaminasi udara dalam jangka panjang (McCabe, 2008)
Tambatan dental amalgam telah diteliti dapat menimbulkan kerusakan DNA pada sel-sel
darah manusia. Bahkan kadar rendah dari merkuri anorganik dapat memicu kerusakan yang
signifikan terhadap DNA pada jaringan tubuh manusia serta limfosit. Akibatnya, tingkat rendah
merkuri sekalipun biasanya akan mengakibatkan sitotoksisitas. Lebih jauh lagi, penyimpangan
kromosom dapat ditimbulkan oleh amalgam di dalam susunan sel. Pengguna amalgam
menunjukkan secara signifikan peningkatan tekanan oksidatif pada ludah dan darah. Peningkatan
tekanan oksidatif berkaitan erat dengan jumlah tambatan amalgam. Tingkatan merkuri ini selain
meningkatkan tekanan oksidatif, juga akan menurunkan kadar glutathione,

yang akan

menyebabkan kerusakan sel. Peningkatan merkuri di dalam tubuh pun telah diteliti mampu
mengakibatkan kanker payudara pada wanita. Hal ini disebabkan karena kandungan merkuri di
dalam jaringan sebagian besar akan terikat dengan selenium, yang artinya akan menyebabkan
zat selenium tidak lagi ada di dalam tubuh.

Autoimunitas dan alergi merkuri


Kandungan rendah merkuri yang konstan, yang terdapat pada pembawa amalgam, telah
dianggap

sebagai

penyebab

bagi

beberapa

penyakit

autoimunitas,

seperti multiple

sclerosis, rheumatoid arthritis ataupun systemic lupus erythematosus. Efek ini muncul dengan
kandungan merkuri yang di bawah batas standar. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan merkuri
yang cukup rendah dari amalgam mampu menyebabkan kekacauan terhadap sistem imun di
segala umur. 8

Penyakit pada jantung


Merkuri dapat menyebabkan hipertensi dan myocardial infraction . Akumulasi merkuri secara
signifikan (22.000 kali lebih tinggi daripada batas) telah ditemukan di jaringan jantung dalam wujud
inefisiensi jantung.8
Gangguan terhadap ginjal
Gangguan terhadap fungsi renal karena tambatan amalgam telah diobservasi. Mereka yang
menggunakan amalgam menunjukkan tanda-tanda kerusakan yang lebih parah terhadap tubulus
dan

glomerulus.

Anak-anak

yang

juga

diteliti

menunjukkan

tanda-tanda

penyakit microalbuminuria bahkan baru lima tahun setelah penggunaan amalgam. Sebagai solusi,
pemberian ekstrak teh hijau pada dosis tertentu dapat mengurangi kerusakan sel-sel ginjal. 8, 9
Infertilitas
Beberapa penelitian melaporkan bahwa wanita dengan tambalan amalgam yang lebih banyak
atau peningkatan kandungan merkuri di dalam urine berisiko lebih tinggi mengalami infertilitas
karena akan mengakibatkan gangguan terhadap perkembangan fetus. 8
Meminimalisir Efek Merkuri yang Terkandung Dalam Restorasi Amalgam
Resiko merkuri dapat diminimalisir, apabila dilakukan langkah-langkah berikut:
1. Tempatkan merkuri pada tempat dengan segel rapat
2. Bersihkan segera semua komponen yang terkena merkuri.
3. Gunakan kapsul yang rapat selama proses amalgamasi
4. Gunakan teknik tanpa sentuh selama pengaplikasian amalgam
5. Simpan semua kepingan amalgam dalam air yang mengandung sodium thiosulfate
6. Bekerja pada ruangan dengan ventilasi yang baik
7. Hindari pemasangan karpet pada ruang perawatan karena proses dekontaminasi
pada karpet sulit.
8. Kurangi penggunaan bahan yang memakai merkuri.
9. Hindari pemanasan pada merkuri dan amalgam.
10.Gunakan semprot dan suction air ketika grinding amalgam.
11.Gunakan prosedur amalgam konvensional, secara manual maupun mekanis. Jangan
gunakan condenser amalgam ultrasonik.
12. Tentukan level paparan uap merkuri pada operator secara periodik.
(Craig, 1993).
Perkembangan Bahan Restorasi Amalgam
Amalgam Bebas Merkuri
Cara terbaik untuk menghindari pelepasan merkuri adalah dengan mengganti merkuri dalam
restorasi amalgam dengan menggunakan Gallium. Gallium adalah suatu metal yang berwarna
putih keperakan yang memiliki titik leleh sedikit diatas merkuri. Gallium memiliki penguapan yang
lebih rendah jika dibandingkan dengan merkuri. Bahan campurnan restorasi hampir mirip dengan
amalgam konvesional yang di triturasi dengan cairan gallium. Dimana titik leleh akan menurun
dengan melakukan penambahan indium dan timah. Dilihat dari sifak mekanis bahwa ekspansi
selam asetting, creep dan kekuatan kompresinya setara atau dibawah dengan amalgam yang
menggunakan cairan merkuri. Kondensasi sangat sulit dan porositas akan cenderung meningkat,
selain itu pada amalgam yang menggunakan gallium sebagai cairannya, cenderung memiliki
adaptasi yang rendah pada daerah tepi restorasi. Selain itu kecenderungan terjadinya korosi akan

lebih besar jika dibandingkan dengan amalgam yang mengandung merkuri. Secara klinis
ditemukan adanya tarnish, fraktur pada komponen daerah yang keras, serta sensitivitas pasca
opertatif 2 kali lebih tinggi dari amalgam yang mengandung merkuri. Dapat disimpulkan bahwa
penggunaan Ga-alloy secara klinis memiliki kemampuan mekanis yang lebih rendah jika
dibandingkan dengan amalgam yang menggukan merkuri sebagai komponen cairannya (Schmalz
and Arenholt, 2009).
Manipulasi
1. PROPORSIONING
Perbandingan Alloy:Hg 5:7-8

penimbangan, vol. dispenser

trituration mudah, campuran plastis squeesing

sblm bhn dimasukan kavitas, kelebihan Hg dpt diambil dg cara memerasnya


menggunakan kain kasa.
post setting Hg < 50%

Teknik Hg minimal (eames)

Hg:Alloy berat sama tanpa squeesing

Hg terlalu banyak ekspansi dan flow naik

Hg terlalu sedikit permukaan kasar, korosi


3. TRITURATON
Triturasi adalah pengadukan / pencampuran alloy dan mercuri, dengan cara ini kita dapat
memperoleh massa plastis yang dilakukan dengan cara manual dan mekanikal.

o
o
o
o
o
o

Hand mixing: menggunakan mortar dan pastle, dasar mortar lebih baik kasar.
resiko : paparan uap Hg

Mechanical mixing: mggunakan amalgamator


Hg dan alloy tersedia dlm btk kapsul.
Amalgamator:

pengatur waktu

pengatur frekuensi getaran


(2000-4000 rpm)dapat disesuaikan petunjuk parik
Cara manipulasi amalgam
Masukkan bubuk + cairan dalam mortan
Pestle dipegang menggenggam
Tekanan 1-2 kg pestle diputar perlahan kemudian agak cepat
Setelah massa mengkilap, sudah lepas dari dinding mortar, massa diambil
Lakukan mulling (diletakkan pada rubber/ kain dan dibentuk)
Ambil dengan amalgam pistol.

Triturasidapatdilakukandenganduacarayaitu :
1.
Secara manual (hand mixing)
Triturasi dilakukan oleh karena adanya suatu selubung tipis oksida pada aloi yang akan
menghambat berkontaknya Hg danaloi. Oksida tersebut dapat dihilangkan dengan jalan
mengabrasi permukaan partikel aloi. Hal ini biasanya dilakukan didalam mortar dan mengaduknya
dengan pestle. Perbandingan aloi dengan Hg adalah 1:1.
2.
Menggunakan amalgamator (mechanical mixing)
Mechanical amalgamator adalah alat yang digunakan untuk triturasi yang bekerja secara
otomatis. Prinsipnya sama dengan mortar dan pestle tetapi dengan menggunakan kapsul.
TRITURASI tergantung:

kecepatan
lama
kekuatan

UNDER TRITURATION
warna buram, amalgam sukar dimanipulasi, kekuatan tarik & kompresi rendah.
OVER TRITURATION


lengket, creep, ekspansi kecil, kontrasi besar, korosif.
TRITURATION TEPAT

mengkilat, tdk lengket, resisten thd tarnish & korosi.


3. KONDENSASI
Kondensasi amalgam adalah proses memasukkan amalgam ke dalam kavitas. Kondensasi
adonan dental amalgam didalam cavitas gigi dilakukan dengan mempergunakan amalgam
stopper. Dengan kondensasi diharapkan partikel amalgam tetap rapat satu sama lain dan masuk
kesegala arah dalam cavitas. Sehingga terdapat kepadatan dental amalgam. Dengan demikian
strength akan bertambah, flow dan pengerutan akan berkurang. Kondensasi juga bertujuan untuk
menghilangkan Hg yang berlebihan.
Bahan yang telah dicampur, dimasukkan kedlm kavitas sedikit demi sedikit, dgn tujuan:

Setiap bagian teradaptasi dengan baik alat kondensor (amalgam stopper).

besar tekanan 4 5 kg

Kelebihan Hg akan muncul kepermukaan setiap kali dilakukan kondensasi.


Sebagian kelebihan dari Hg ini diambil dg kasa. Sisa Hg yang masih ada untuk membantu
terjadinya bonding dg bahan tumpatan yg
ditambahkan berikutnya kuat
Bahan hendaknya dikondensasi sesegera mungkin setelah pencampuran. Bila dibiarkan terlalu
lama dan telah mulai setting, maka :

Tidak bisa diperoleh adaptasi yang baik dengan dinding kavitas,


Kelebihan merkuri sukar dilakukan
pemisahan

Diperoleh bonding yang jelek antara setiap


bagianyang ditambahkantumpatan
yang diperoleh kurang kuat.
4. TRIMING & CARVING
Kavitas yang telah terisi hendaknya dirapikan, disesuaikan dgn gigi antagonisnya,serta diukir
/dibentuk kembali anatomisnya menggunakan alat amalgam carver. Hal ini bertujuan untuk :

agar kelebihan amalgam tidak mengiritasi


jar. disekitarnya
Agar batas antara tumpatan dan gigi menjadi rapi (tidak ada step dan undercut), serta
Mengembalikan fungsi oklusi dan artikulasi.
Triming & carving dilakukan saat penumpatan
(dlm RM Px) dan sebelum setting.
5. POLISHING & FINISHING
Dilakukan setelah 24 jam penumpatan, tujuanya adalah:

menjaga kebersihan tidak mudah ditempeli debris dll.

mencegah terjadinya korosi

polishing dilakukan dlm kondisi basah,bila


tidak
akan
over
heating

mendorong Hg ke permukaan kekuatan,membahayakan pulpa mematikan pulpa krn


adanya rangsang panas yg timbul saat pemolesan.

You might also like