Professional Documents
Culture Documents
diformulasikan
untuk
mengoptimalkan
pertumbuhan
dan
B. Tinjauan Pustaka
Kultur jaringan merupakan suatu metode untuk mengisolasi bagian
tanaman seperti sel, jaringan dan organ serta menumbuhkannya menjadi
tanaman utuh dalam kondisi lingkungan yang aseptik (in vitro). Keberhasilan
kultur sangat dipengaruhi oleh media yang digunakan, sumber eksplan,
pemberian zat pengatur tumbuh, unsur hara makro dan mikro, bahan organik,
karbohidrat, asam amino, vitamin, bahan pemadat media dan kondisi bahan,
peralatan dan ruangan yang steril (aseptik). Respon pertumbuhan planlet pada
kultur jaringan juga tergantung pada jenis tanaman yang dikulturkannya
(Hidayat 2008).
Kultur jaringan adalah teknik perbanyakan tanamn dengan cara
perbayankan jaringan miro tanamn yang ditumbuhkan secara in vitro menjadi
tanamn yang sempurna dalam jumlah tak terbatas. Dasar dari kultur jaringan
adalah totipotensi, yaitu bahwa setiap sel organ tanaman mampu tumbuh
menjadi tanaman yang sempurna bila ditempatkan di lingkungan yang sesuai.
Tujuan kultur jaringan adalah memperbanyak tanaman dalam waktu yang
lebih singkat (Yuliarti 2010).
Teknik kultur jaringan merupakan perbanyakan tanaman secara
vegetatif, alternatif yang tepat untuk mengatasi masalah kekurangan bibit
bawang putih karena dapat menghasilkan bibit dalam jumlah besar dan
seragam sesuai karakter bawang putih yang diinginkan. Perbanyakan secara
konvensional, jumlah bawang putih yang dihasilkan relatif sedikit
(Husain 2012). Benih kultur jaringan dapat dijadikan salah satu alternatif
untuk dikembangkan agar dapat meningkatkan produksi dan pendapatan
(Mariani 2011).
Kultur jaringan merupakan salah satu teknik dalam perbanyakan
tanaman secara klonal untuk perbanyakan masal. Keuntungan pengadaan bibit
melalui kultur jaringan antara lain dapat diperoleh bahan tanaman yang unggul
dalam jumlah banyak dan seragam, selain itu dapat diperoleh biakan steril
(mother stock) sehingga dapat digunakan sebagai bahan untuk perbanyakan
selanjutnya. Penggunaan media dasar dan zat pengatur tumbuh yang tepat
merupakan faktor yang penting untuk mendapatkan hasil yang optimum maka
(Lestari 2010).
Sterilisasi
dalam
mirobiologi
merupakan
suatu
proses
untuk
mematikan suatu organisme yang terdapat pada suatu benda. Cara yang umum
dipakai
dalam
sterilisasi
adalah
sterilisasi
basah
atau
lembab
(Kadaryanto 2006). Sterilisasi adala proses untuk mematikan kuman pada alat
laboratorium. Alat sterilisasi yang sering digunakan yaitu autoclave untuk
sterilisasi basah dan oven untuk sterilisasi kering (Budiman 2009).
Proses sterilisasi bertujuan untuk menonaktifkan atau membunuh
bakteri, mikroba dan jamur liar lainnya yang ada pada media tumbuh jamur
tiram. Teknik sterilisasi yang digunakan adalah dengan cara mengukus media
tumbuh pada suhu 80-121 C dengan menggunakan uap air (Firdaus 2015).
Teknik sterilisasi ruangan ada beberapa metode diantaranya adalah
penyinaran, penyaringan dan sterilisasi dengan bahan kimia atau gas
(Muzakar 2015).
Proses sterilisasi umumnya dilakukan berdasarkan pemanasan basah
yaitu autoklafisasi dan pemanasan kering melalui oven. Pemantauan proses
sterilisasi didasarkan dengan tiga cara. Cara tersebut yaitu secara fisika dengan
mengukur temperatur, tekanan, dan waktu secara kimia dengan autoclave tape,
sterilization pouch yang memperlihatkan perubahan warna bila telah tercapai
siklus sterilisasi yang dilakukan; secara biologis dengan menggunakan spore
strip atau suspensi biakan spora; untuk cara autoklafisasi digunakan
Geobacillus stearothermophilus, sedangkan pada sterilisasi dengan oven
dipakai Bacillus atrophaeus (Meliawaty 2012).
Sterilisasi adalah suatu proses perlakuan terhadap alat atau bahan agar
tidak terdapat mikroorganisme yang dapat mengganggu hasil percobaan.
Sterilisasi alat dapat dilakukan dengan menggunakan sinar UVC. Vial plastik
dan nampan plastik direndam dengan larutan NaOCl selama 25-30 menit.
Bagian dalam dan luar vial plastic digosok-gosok dengan busa hingga bersih.
Kemudian dijemur di bawah sinar matahari sampai kering dan disinari di
bawah lampu sinar UV selama 20 menit (Wulandari 2015).
= M2 V2
2000
100
V1
20 ml
dapat
dicegah
penggunaan
media
yang
telah
Gambar
Keterangan
12
pertumbuhan
eksplan
dalam
kultur
jaringan.
Media
DAFTAR PUSTAKA
Budiman I, Gilang N, Heru R 2009. Solusi taktis UN IPA. Jakarta: Media Pusindo
Cerianingsih MW, Ida AA, I Gusti MON 2015. Pengaruh kombinasi zat pengatur
tumbuh Indole-3-Butyric Acid (IBA) dan 6-Benzil Amino Purin (BAP)
pada kultur in vitro Tunas aksilar anggur (Vitis vinifera L.) varietas Prabu
Bestari dan Jestro Ag 86. Jurnal Metamorfosa 2(1): 1-8
Firdaus FH et al 2015. Analisis efisiensi termal kompor berbahan bakar
Hendaryanto S, Daisy P, Ari W 2014. Teknik kultur jaringan pengenalan dan
petunjuk perbanyakan tanaman secara vegetative modern. Jogjakarta:
Kanisius
Heriansyah P, Trinop S, Rover 2014. Pengaruh pemberian myoinositol dan arang
aktif pada media sub kultur jaringan tanaman anggrek (Dendrobium sp).
Jurnal Agroteknologi 5(1): 9-16
Hidayat Y 2008. Keefektifan bahan sterilisasi dalam pengendalian kontaminasi
pada pertumbuhankultur zygotik surian (Toona sinensis Roem). Wana
Mukti Forestry Research Journal 6(1): 35-44
Husain I 2012. Induksi protocorm pada eksplan bawang putih pada media ms
minim hara makro dan mikro yang ditambahkan air kelapa. JATT 1(1): 2832
Kadaryanto et al 2006. Biologi 1 mengungkap rahasia alam kehidupan. Jakarta:
Yudistira