You are on page 1of 6

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMETAAN KEBENCANAAN (GKP 0110)


ACARA 1
PENGENALAN KARAKTERISTIK BENCANA

DISUSUN OLEH:
Nama

: Lilik Andriyani

NIM

: 13/348106/GE/07576

Jadwal Praktikum

: Kamis, 09.00 11.00 WIB

Asisten

: 1. Dian Resti Mawarni


2. M. Radito Pratomo

LABORATURIUM KARTOGRAFI DIGITAL


FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016

ACARA 1
PENGENALAN KARAKTERISTIK BENCANA
I.

LANGKAH KERJA

II.

HASIL PRAKTIKUM
1. Tabel 1.1 informasi spasial dan rencana simbol yang dibuat (terlampir)
2. Tabel 1.2 klasifikasi bencana menurut UU No. 24 tahun 2007 (terlampir)
3. Tabel 1.3 klasifikasi bencana menurut van Westen 2009 (terlampir)
4. Tabel 1.4 karakteristik bencana/bahaya (terlampir)
5. Peta distribusi bencana di Pulau Sumatera dan Pulau Jawa (terlampir)

III.

PEMBAHASAN
Bencana merupakan peristiwa yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam,
ataupun faktor manusia yang mengancam dan mengganggu kehidupan, dapat
menimbulkan korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis (Undang-undang No. 24 Tahun 2007). Bencana merupakan pertemuan dari
unsur ancaman bencana, kerentanan, dan kemampuan yang dipicu oleh suatu kejadian.
Klasifikasi bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007, yaitu:
a. Bencana alam adalah peristiwa yang disebabkan oleh faktor alam antara lain
berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, dan kekeringan.
Contohnya gempa bumi di Kabupaten Kepulauan Mentawai.
b. Bencana nonalam adalah peristiwa yang disebabkan oleh faktor nonalam
seperti kebakaran hutan oleh manusia, kecelakaan transportasi, ledakan nuklir,
pencemaran lingkungan, dan kegiatan keantariksaan. Contohnya ledakan
nuklir 50 juta ton TNT di Rusia.

c. Bencana sosial adalah peristiwa yang disebabkan oleh faktor manusia seperti
konflik sosial antarkelompok, antarkomunitas, antarmasyarakat, dan terror.
Contohnya teror dari kelompok ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah).
Van Westen (2009) pun mendefinisikan bencana sebagai suatu gangguan serius
bagi masyarakat, gangguan material, kerugian ekonomi atau lingkungan yang melebihi
kemampuan masyarakat yang terkena dampak untuk mengatasinya. Van Westen
mengelompokkan bencana sebagai berikut:
a. Bencana alam adalah proses alami atau fenomena dalam sistem bumi yang
mungkin merupakan suatu yang berbahaya seperti badai, tanah longsor,
gunung meletus, gempa bumi, dan kenaikan muka air laut. Contohnya badai
topan Melor di Filipina.
b. Bencana akibat manusia adalah perubahan dalam sistem bumi yang
disebabkan oleh aktivitas manusia yang mempercepat atau memperberat
kerusakan seperti polusi udara, kecelakaan industri kimia, konflik bersenjata,
kecelakaan nuklir, dan tumpahan minyak. Contohnya konflik di Palestina.
c. Bencana akibat teknologi adalah bahaya yang berasal dari kecelakaan teknlogi
yang dapat menyebabkan hilangnya nyawa atau luka, kerusakan peralatan,
gangguan sosial dan ekonomi, serta kerusakan lingkungan seperti polusi
industri, aktivitas nuklir dan radioaktivitas, limbah beracun, kegagalan
bendungan, kecelakaan teknologi (ledakan, kebakaran, dan tumpahan).
Contohnya kerusakan tanggul Situ Gintung yang berakibat pada banjir
bandang.
Indonesia menjadi salah satu negara yang tak terlepas dari bencana. Tidak ada
satupun daerah di Indonesia yang bebas dari bencana. Pulau Jawa dan Pulau Sumatera
menjadi pulau yang kerap dilanda bencana dan jenis bencananya sangat variatif.
Seluruh bencana yang ada dapat dipetakan dan dijadikan data spasial, karena bencana
tersebut memiliki keterangan lokasi. Bencana yang ada juga dapat dibuat menjadi peta
prediksi kerawanan bencana karena memiliki keterangan waktu, terutama bila
dilengkapi dengan data series akan menambah keakuratan prediksi.
Peta distribusi bencana/bahaya di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera dibuat dengan
sifat data kualitatif. Peta tersebut hanya menjelaskan lokasi-lokasi sebaran bencana dan
dilengkapi dengan infografis tambahan tanpa menjelaskan tingkat bahaya bencana,
sehingga ukuran data yang digunakan adalah nominal. Simbolisasi pada peta distribusi
bencana/bahaya menggunakan simbol titik untuk menjelaskan titik-titik sebaran
bencana dengan bentuk simbol abstrak atau tidak sesuai dengan bentuk aslinya. Simbol
titik digunakan untuk jenis bencana gempa bumi, gunung meletus, tanah longsor, dan
terorisme. Simbol area berupa warna digunakan untuk beberapa bencana yang cakupan
daerahnya lebih luas, seperti bencana banjir bandang, tsunami, dan wabah Demam
Berdarah Dengue (DBD). Simbol warna tersebut juga tidak menggambarkan tingkatan
tertentu, hanya menjelaskan jenis bencana yang terjadi. Peta distribusi bencana/bahaya
ini dapat dikembangkan misalnya dengan menambah keterangan tingkat bahaya, yaitu
tinggi, sedang, dan rendah dengan menggunakan ukuran data ordinal.
Bencana alam yang ada di Pulau Jawa antara lain tanah longsor di Kabupaten
Banjarnegara dan Kabupaten Magelang, gunung meletus di Kabupaten Kediri dan di
Kabupaten Sleman, dan gempa bumi di Kabupaten Bantul. Bencana nonalam
contohnya wabah DBD di Jakarta Timur. Bencana sosial contohnya aksi terorisme di
Jakarta Pusat. Bencana gempa bumi di Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta tahun 2006
menjadi bencana yang paling banyak memakan korban dibanding lima bencana lainnya.
Setidaknya terdapat 6.234 orang korban meninggal, kerusakan bangunan, serta
terputusnya jaringan listrik dan komunikasi akibat bencana alam ini. Jenis gempa yang

terjadi adalah gempa tektonik yang disebabkan oleh pergerakan lempeng Australia,
Eurasia, dan Pasifik. Gempa berkekuatan 5,9 SR terjadi sekitar 57 detik dan diikuti tiga
gempa susulan dengan time of onset 54 menit, 2 jam 5 menit, dan 3 jam 7 menit.
Bencana alam yang ada di Pulau Sumatera antara lain yaitu banjir bandang di
Kabupaten Aceh Singkil, gempa bumi di Kabupaten Kepulauan Mentawai, dan tsunami
di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Bencana alam terbesar di antara tiga bencana
tersebut adalah tsunami di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Gempa berkekuatan
hingga 7,7 SR berpusat di 240 km barat Bengkulu, dekat Kepulauan Mentawai pun
menjadi pemicu timbulnya tsunami dengan time of onset 1 jam 10 menit. Periode ulang
gempa dengan kekuatan sangat besar ini diperkirakan 200-300 tahun sekali. Jumlah
korban meninggal dari bencana alam ini adalah 286 orang, hilang 252 orang, dan
korban luka 200 orang. Tsunami pun berhasil meluluhlantakan dan meratakan banyak
bangunan dan fasilitas umum. Kabupaten Kepulauan Mentawai pun berada di garis
Sunda Megathrust yang dapat memicu gempa besar dan tsunami karena terjadinya
benturan lempeng Indo-Australia yang terus bergerak di bawah lempeng Sunda
(Eurasia). Akibat gesekan kedua lempeng itu, telah membuat lengkungan, akibat lengkungan tersebut menyimpan energi yang sangat besar, dan sewaktu-waktu dapat
meledak sehingga memicu gempa besar dan tsunami yang sangat tinggi (Lengley,
2011).
Keberadaan data spasial suatu bencana menjadi sangat penting bagi perencanaan
penanganan bencana. Data spasial yang dituangkan dalam bentuk peta juga menjadi
sarana bagi manajemen suatu bencana. Pembuatan peta bencana saat kondisi pra
bencana dapat memuat informasi lokasi-lokasi yang memiliki potensi bencana.
Pembuatan peta saat kondisi bencana dapat digunakan untuk melihat titik lokasi yang
mengalami kerusakan akibat bencana, meletakan posko bantuan yang paling optimal,
dan dapat digunakan untuk menentukan jalur evakuasi serta jalur distribusi bantuan
yang paling tepat. Pembuatan peta pascabencana dapat digunakan untuk perencanaan
pengelolaan bencana.
IV.

KESIMPULAN
1. Beberapa bencana di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera, yaitu:
a. Pulau Jawa: Bencana alam contohnya tanah longsor di Kabupaten
Banjarnegara dan Kabupaten Magelang, gunung meletus di Kabupaten
Kediri dan di Kabupaten Sleman, dan gempa bumi di Kabupaten Bantul.
Bencana nonalam contohnya wabah Demam Berdarah Dengue (DBD) di
Jakarta Timur. Bencana sosial contohnya aksi terorisme di Jakarta Pusat.
b. Pulau Sumatera: Bencana alam contohnya banjir bandang di Kabupaten Aceh
Singkil, gempa bumi di Kabupaten Kepulauan Mentawai, dan tsunami di
Kabupaten Kepulauan Mentawai.
2. Beberapa karakter bencana yang memakan banyak korban, yaitu:
a. Gempa bumi di Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta tahun 2006 dengan jenis
gempa tektonik yang disebabkan oleh pergerakan lempeng Australia, Eurasia,
dan Pasifik. Gempa berkekuatan 5,9 SR dan terjadi sekitar 57 detik.
b. Tsunami di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Tsunami yang diawali dengan
gempa berkekuatan 7,7 SR berpusat di 240 km barat Bengkulu, dekat
Kepulauan Mentawai. Time of onset antara gempa dan tsunami adalah 1 jam
10 menit.

DAFTAR PUSTAKA
Lengley, Jamie M.C. 2011. Lempeng Megathrust Terus Bergerak, Potensi Tsunami di
Padang. Yogyakarta: Muhammadiyah Disaster Management Center
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penganggulangan
Bencana
Westen, Van, dkk. 2009. Multi-hazard Risk Assessment Guide Book. Netherlands: Faculty of
Geo-Information Science and Earth Observation, University of Twente.

You might also like