You are on page 1of 29

MODUL PRAKTIKUM

HIDROLOGI

INFILTRASI&KURVA INFILTRASI MODEL HORTON

Oleh:
Hildha Aryani
A1C015002

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2016
I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Infiltrasi metupakan suatu proses perjalanan air kedalam tanah sebagai


akibat gaya kapiler (gerakan air ke arah lateral) dan gravitasi (gerakan air ke arah
vertikal). Setelah keadaan jenuh pada lapisan tanah bagian atas terlampaui,
sebagian dari air tersebut mengalir ketanah yang lebih dalam sebagai akibat gaya
gravitasi bumi dan dikenal sebagai perkolasi. Laju maksimal gerakan air masuk
kedalam tanahdinamakan kapasitas infiltrasi. Kapasitas infiltrasi terjadi ketika
intensitas hujan melebihi kemampuan tanah dalam menyerap kelembaban tanah.
Sebaliknya, apabila intensitas hujan lebih kecil dari pada kapasitas infiltrasi, maka
laju infiltrasi sama dengan laju curah hujan, yaitu milimeter per jam (mm/jam).
Proses infiltrasi ini melibatkan tiga proses yaitu:
1. Proses masuknya air hujan melalui pori pori permukaan tanah
2. Tertampungnya air hujan tersebut didalam tanah
3. Proses mengalirnya air tersebut ke tempat lain (bawah, samping dan atas)
Kurva kapasitas infiltrasi merupakan kurva hubungan antara kapasitas
infiltrasi dan waktu yang terjadi selama dan beberapa saat setelah hujan.
Kapasitas infiltrasi secara umum akan tinggi pada awal terjadinya hujan, tetapi
semakin lama kapasitasnya akan menurun hingga mencapai konstan. Besarnya
penurunan ini dipengaruhi bebagai faktor, seperti kelembaban tanah, kompaksi,
penumpukan bahan liat dan lain-lain.

Menurut Knapp (1978) untuk megumpulkandata infiltrasi dapat dilakukan


dengan tiga cara: (1) inflow-outflow (2) Analisis data hujan dan hidrograf, dan (3)
menggunakan double ring infiltrometer. Cara yang terakhir sering digunakan
karena mudah dalam pengukuran dan alatnya mudah dipindah-pindah.

B. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah :
1. Melatih mahasiswa agar mengetahui peralatan dan cara kerja pengukur
infiltrasi.
2. Melatih mahasiswa agar mengetahui cara pengukuran infiltrasi.
3. Mahasiswa mampu menentukan nilai parameter infiltrasi : fo, fc dan K.
4. Mahasiswa mampu menetapkan persamaan penduga dan membuat kurva
infiltrasi model Horton.
5. Mahasiswa dapat menghitung volume infiltrasi total selama waktu (t)
tertentu.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Infiltrasi ialah air hujan atau air irigasi yang melalui permukaan tanah dan
membasahi bagian tanah yang relative kering merupakan salah satu proses
alamiah dasar. Habitat tanaman darat mencangkup zona tanah basah yang
bersiklus atau tetap (Marsall and Holmes, 1988).
Infiltrasi adalah proses aliran air (umumnya berasal dari curah hujan) masuk
kedalam tanah. Dengan kata lain infiltrasi adalah aliran air masuk kedalam tanah
sebagai akibat gaya kapiler (gerakan air kearah vertikal). Setelah lapisan tanah
bagian atas jenuh, kelebihan air tersebut mengalir ketanah yang lebih dalam
sebagai gaya gravitasi bumi dikenal sebagai proses perkolasi (Asdak, 2002).
Data laju infiltrasi dapat dimanfaatkan untuk menduga kapan suatu limpasan
permukaan (run-off) akan terjadi bila sua-tu jenis tanah telah menerima sejumlah
air tertentu, baik melalui curah hujan ataupun irigasi dari suatu tandon air di
permukaan tanah. Oleh karena itu, infor-masi besarnya kapasitas infiltrasi tanah
tersebut berguna, baik dalam pengelolaan irigasi (Noveras, 2002), maupun dalam
perencanaan konservasi tanah dan air (Arsyad, 1989). Dengan mengamati atau
menguji sifat ini dapat memberikan gam-baran tentang kebutuhan air irigasi yang
diperlukan bagi suatu jenis tanah untuk jenis tanaman tertentu pada suatu saat
(Siradz, et al., 2000).
Kurva kapasitas infiltrasi merupakan kurva hubungan antara kapasitas
infiltrasi dan waktu yang terjadi selama dan beberapa saat setelah hujan.
Kapasitas infiltrasi secara umum akan tinggi pada awal terjadinya hujan, tetapi

semakin lama kapasitasnya akan menurun hingga mencapai konstan. Besarnya


penurunan ini dipengaruhi bebagai faktor, seperti kelembaban tanah, kompaksi,
penumpukan bahan liat dan lain-lain.
Model persamaan kurva kapasitas infiltrasi (Infiltration Capacity Curve,,
IC-Curve) yang dikemukakan Horton adalah sebagai berikut :

f =fc + (fo-fc)e-Kt
Keterangan :
f = kapasitas infiltrasi pada saat t (cm/jam)
fc = besarnya infiltrasi saat konstan (cm/jam)
fo = besarnya infiltrasi saat awal (cm/jam)
K= konstanta
t = waktu dari awal hujan
e = 2,718

Untuk memperoleh nilai konstanta K untuk melengkapi persamaan kurva


kapasitas infiltrasi, maka persamaan Horton diolah sebagai berikut :
f = fc + (fo - fc) e-Kt
f - fc = (fo - fc) e-Kt
dilogaritmakan sisi kiri dan kanan,
log (f - fc ) =log (fo - fc) e-Kt atau
log (f - fc ) =log (fo - fc)- Kt log e

log (f - fc ) - log (fo - fc) = - Kt log e


maka,
t = (-1/(K log e))[log (f - fc ) - log (fo - fc)]
t = (-1/(K log e))log (f - fc ) + (1/(K log e))log (fo - fc)
Menggunakan persamaan umum liner, y = m X + C, sehingga :
y=t
m = -1/(K log e)
X = log (f - fc )
C = (1/K log e)log (fo - fc)
Mengambil persamaan, m = -1/(K log e), maka
K = -1/(m log e) atau K = -1/(m log 2,718)

atau

K=

-1/0,434 m

dimana m = gradient

III.

METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Double ring infiltrometer


Ember/jerigen
Pengukur tinggi muka air
Stopwatch
Alat Tulis
Komputer/Laptop
Microsoft Excel

1.
2.
a.
b.
3.

B. Cara Kerja
Pilih daerah yang mewakili untuk diukur
Catat tentang :
Bekas pelakuan apa
Berbongkah, berkerak, atau retak
Pasang tabung infiltrometer tegak lurus permukaan tanah dengan
kedalaman 10 cm.Dalam pemasangan ini diusahakan jangan sampai

merusak kondisi permukaan tanah.


4. Pasang silinder pelindung dengan kedalaman 5 cm.
5. Isi bagian luar (bagian pelindung) dengan air sampai setinggi 5 cm dan
dipertahankan mempunyai kedalam tetap selama pengukuran.
6. Isi bagian silinder pengukur dengan air, cara pengisian harus hati hati
jangan sampai merusak lapisan permukaan tanah. Isi silinder pengukur
sesuai dengan kedalaman yang dikehendaki.
7. Catat jam dan waktu pengukuran.
8. Awasi penurunan air dengan interval tertentu (lihat table pengamatan
infiltrasi).Pengamatan dilakukan sampai infiltrasi hamper konstan.
9. Membuat tabel seperti dibawah ini :
Waktu (t)

kapasitas

(jam)

infiltrasi( f )
(cm/jam)

Fc

f - fc

log (f - fc)

10. Buat tabel dan input data kedalam program Microsoft Excel.
11. Persamaan liner regresi y = m X + C atau y = t dan X = log (f - fc)
Dengan memplot hubungan t dan log (f - fc) pada kertas grafik atau
menggunakan kalkulator maka diperoleh persamaan dan grafik sebagai

berikut

1.6

waktu, t

1.4
1.2
1.0
0.8

y = -0.7527x + 0.7521
2
R = 0.9985

0.6
0.4
log (f-fc)

0.2

-1.00

-0.75

-0.50

0.0
-0.25 0.00

0.25

0.50

0.75

1.00

12. Mencari gradient dari persamaan liner tersebut Misalnya dalam grafik
diatas diperoleh gradien, m = -0,7527 dengan menggunakan rumus K =
-1 /0,434 m, maka K = 3,06
13. Setelah diketahui fc, fo dan K, lalu masukkan kedalam persamaan f = fc +
(fo - fc) e-Kt
14. Lalu dibuat grafik persamaan Horton.
15. Kemudian menghitung Volume Infiltrasi dengan persamaan

V ( t )=fc . t +

( fofc )
( 1ekt )
K

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
Data Hasil Praktikum Infiltrasi
No
.
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Waktu
(t)
0
3
6
9
12
15
18
21
24

Kapasitas
Infiltrasi
16
14,3
13,6
12,7
12
11,5
10,4
9,5
8,9

fc

f - fc

8,9
8,9
8,9
8,9
8,9
8,9
8,9
8,9
8,9

7,1
5,4
4,7
3,8
3,1
2,6
1,5
0,6
0

log (f fc)
0,851258
0,732394
0,672098
0,579784
0,491362
0,414973
0,176091
-0,22185
#NUM!

fc + (f0 + fc) e-kt

50,0783
50,0783
50,0783
50,0783
50,0783
50,0783
50,0783
50,0783
50,0783

16
8,9
8,9
8,9
8,9
8,9
8,9
8,9
8,9

Tabel 1. Hasil praktikum infiltrasi menggunakan double ring infiltrometer

KURVA KAPASITAS INFILTRASI


30

Axis Title

25
f(x) = - 21.73x + 20.93
20
R = 0.9
15

KURVA INFILTRASI
MODEL HORTON
Linear (KURVA
INFILTRASI MODEL
HORTON)

10
5
0
-0.4 -0.2 0

0.2 0.4 0.6 0.8

Axis Title

Gambar 1. Kurva kapasitas infiltrasi

KURVA PERSAMAAN HORTON


30
25
20
Axis Title

KURVA PERSAMAAN
HORTON

15
10

f(x) = - 1.9x + 30.42


R = 0.3

Linear (KURVA
PERSAMAAN HORTON)

5
0
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Axis Title

Gambar 2. Kurva persaman Horton


B. PEMBAHASAN
Infiltrasi adalah proses masuknya air dari atas (surface) kedalam tanah. Di
dalam tanah air mengalir dalam arah lateral, sebagai aliran antara (interflow)
menuju mata air danau dan sungai, atau secara vertikal, yang dikenal dengan
perkolasi (percolation) menuju air tanah. Metode yang biasa digunakan untuk
menentukan kapasitas infiltrasi adalahpengukuran dengan infiltrometer dan
analisis hidrograf. Infiltrometer dibedakan menjadi infiltrometer genangan dan
simulator hujan (rainfall simulators), (Triatmodjo, 2008).
Infiltrasi air adalah proses masuknya air presipitasi air air irigasi ke dalam
tanah melalui permukaan tanah (Blume et al. 1979).

Berdasarkan definisi ilmiahnya, pengertian infiltrasi tanah adalah proses


pergerakan masuknya air ke dalam lapis-an tanah yang dikendalikan oleh gaya
gravitasi, gerakan kapiler, dan porositas tanah (USDA, 1998).
Infiltrasi beragam secara terbalik dengan lengas tanah. Hal ini terjadi dalam
tiga cara yaitu ; kandungan air yang meningkat mengisi ruang pori dan
mengurangi kapasitas tanah untuk infiltrasi air selanjutnya, bila hujan membasahi
suatu permukaan tanah yang kering, gaya kapiler yang kuat diciptakan yang
cenderung untuk menarik air ke dalam tanah dengan laju yang jauh lebih tinggi
dibandingkan laju yang dihasilkan dari gaya gravitasi saja, meningkatkan air
tanah yang menyebabkan pengembangan koloid dan mengurangi ruang pori
(Subagyo, 1990).
Banyaknya air yang masuk ke dalam tanah melalui proses infiltrasi
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
1. Tekstur tanah :
Tekstur tanah menunjukan perbandingan butir-butir pasir (2 mm
50 ), debu (50-2), dan liat (<2) di dalam tanah. Kelas tekstur tanah
dibagi dalam 12 kelas yaitu pasir, pasir berlempung, lempung berpasir,
lempung, lempung berdebu, debu,lempng liat, lempung liat berpasir,
lmpung liat berdebu, liat berpasir, liat berdebu, liat (Hardjowigeno,
1993).
Berdasarkan ukurannya, bahan padatan tanah digolongkan menjadi
tiga partikel atau juga disebut sebagai separat penyusun tanah yaitu,
pasir, debu, dan liat. Tanah pasir yanitu tanah dengan kandungan pasir
>70%, porositasnya rendah (<40%), sebagian besar ruang pori berukuran

besar, sehingga aerasenya baik, daya hantar air cepat tetapi kemampuan
menahan air dan zat hara rendah. Tanah disebut bertekstur liat jika
kandungan liatnya > 35%, porositasnya relatif tinggi (60%), tetapi
sebagian besar merupakan pori berukuran kecil, daya hantar air sangat
lambat dan sirkulasi udara kurang lancar (Islami dan Utomo, 1995).
Pada tekstur tanah pasir, laju infiltrasi akan sangat cepat, pada
tekstur lempung laju infiltrasi adalah sedang hingga cepat, pada tekstur
tanah liat laju infiltrasi tanah akan lambat (Serief, 1989).
2. Bulk desity tanah :
Kerapatan
massa adalah suatu ukuran

berat

yang

mempertimbangkan seluruh volume tanah. Keraptan massa ditentukan


baik oleh banyaknya pori, maupun oleh butiran butiran paddat. Tanah
yang lepas dan bergumpal akan mempunyai berat persatuan volume
(kerapatan massa) rendah dan tanah yang lebih tinggi kerapatan mssanya
(Buckman and Brady, 1982).
Semakin tinggi kerapatan tanah, maka infiltrasi akan semaki
kecil.kepadatan tanah ini dapat disebabkan oleh adanya pengaruh
benturan-benturab hujab pada permukaan tanah. Tanah yang ditutupi
oleh tanaman biasanya mempunyai laju infiltrasi lebih besar dari pada
permukaan yang terbuka. Hal ini disebabkan oleh perakaran tanaman
yang menyebabkan porositas tanah lebih tinggi, sehingga air lebih
banyak dan meningkat pada permukaan yang tertutupi oleh vegetasi,
dapat menyerap energi tumbukan hujan dan sehingga mampu
mempertahankan laju infiltrasi yang tinggi (Serief, 1989).

Menurut Hakim dkk (1986), kerapatan isi adalah berat persatuan


volme tanah kering oven, biasanya ditetapkan sebagai g/m 3. Contoh
tanah yang ditetapkan untuk menentukan berat jenis palsu harus
diambil secara hait-hati dari dalam tanah, tidak boleh merusak struktur
asli tanah. Terganggunya struktur tanah dapat mempengaruhi pori-pori
tanha, demikian pula berat persatuan volume. Empat atau lebih
bongkahan (gumpalan) tanah biasanaya diambil dari tip horizon untuk
memperoleh nilai rata-rata.

Kerapatan isi =

Berat Tanah Kering Oven(gr )


3
Volume Tanah(cm )

3. Total ruang pori tanah :


Pada umumnya dalam tanah ada dua macam pori, pori makro dna
pori mikro. Meskipun tidak ada garis batas yang jelas, namun pori-pori
makro mempunyai ciri menunjukan lau lintas udara dan memudahkan
perkolasi air. Sebaliknya pori-pori mikro dsangat menghambat lalu lintas
udara sedang gerak air sangat dibatasi menjadi gerak kapiler yang
lambat. Jadi dalma tanah pasir meskipun jumlah ruang porinya rendah,
lalu lintas udara snagt lancar karena pori-pori makro yang menguasai
tanah tersebut (Buckman dan Brady, 1982).
Kemampuan tanah menyimpan air tergantung porositas tanah.
Pada porositas yang tinggi, maka tanah akan dapat menyimpan air dalam
jumlah yang besar, sehingga air hujan yang datang akan dapat meresap
atau mengalami infiltrasi dengan cepat tanpa terjadinya aliran
permukaan (Suryatmojo, 2006).

Porositas adalah proporsi ruang tota yang dapat ditempati oleh


udara dan air, sehingga merupakan indikator kondisi drainase dan aerase
tanah. Tanah porous merupakan tanah yang cukup mempunyai runag
pori untuk pergerakan air dan udara masuk keluar tanah secara leluasa
dna sebaliknya jika tanah tidak porous (Hanafiah, 2005).
4. Bahan organik tanah :
Bahan organik tnaah merupakan penimbunan, terdiri sebagian dari
sisa dan sebagian dari pembentukan dari sisa tumbuhan dan hewan.
Bahan organil yang dikandung oleh tanah hanya sedikit, kurang lebih
hanya 3% smapai 5% dari berat tanah dari topsoil tanagh mineral yang
mewakili. Bahna ornaik berperan sebagai pembentuk butir (granulator)
dari butir0butir mineral yang menyebabkan terjadinya keadaan gembur
pada tanah produktif. Bahan ini biasnaya berwarna hitam atau coklat
bersifat koloida. Daya menahan air dan ion-ion hara jauh lebih besar dari
pada lempung (Buckman dan Brady, 1982)
Tidak adanya penambahan bahan organik dari hasil pemangkasan
akan menyebabkan bahan organik tanah menurun. Dengan penurunan
kandungan bahan organik, maka berakibat kurnag terikatnya butir-butir
primer menjadi agregat oleh bahan orgnaik sehingga porositas tanah
menurun., penurunan porositas dapat berakibat pada penurunan laju
infiltrasi (Anonimous, 2004).
Sumber primer bahna organik adalah jaringan tanamn berupa akar,
batnag, ranting, daun, bunga, dan buah. Jaringan tanaman ini kan
mengalami dekomposisi dan akan terangkut ke lapisan bawah sert
diinkroporasikan dengan tanah. Tumbuhan bukan saja sumber bahan

organik tanah, tetapi sumber bahan organik seluruh maklul hidup


(Hakim dkk 1986)
Dengan adanya vegetasi atau tanaman pada suatu lahan akan dapat
meningkatkan kadar air kapasitas lapang dan kadar air maksimum, hal
ini disebabkan oleh pemberian mulsa hasil pengkasan yang menjadi
bahan organik, dinama diketahui bahan organik dapat mnegikat air
sampai enam kali beratnya sendiri sehingga kemampuan infiltrasinya
pun tinggi (Hakim et al, 1986)
5. Kadar air tanah :
Berkurangnya laju infiltrais karena bertambahnya kadar air dan
kelembaban

dari

tanah,

sehingga

menyebabkan

butiran

tanah

berkembang, dengan demikian menutup pori-pori tanah (Asdak, 2002)


6. Struktur tanah :
Struktur tanah adalah susunan agregat-agregat primer tanah secara
alami menjadi bentuk tertentu dibatasi oleh bidang-bidang. Struktur
tanah dapat dinilai dari stabilitas agregat, kerapatan lindak, dan porositas
tananh. Struktur tanah ditentukan oleh tiga group yaitu mineral-mineral
liat, oksida-oksida besi, dan mangan, serta bahan organik koloidal gum
yang dihasilkan oleh jasad renik (Anonimous, 2004).
Bentuk struktur tanah yang membulat (granular dan remah)
menghasilkan tanah dengan daya serap tinggi sehingga air mudah
meresap ke dalam tanah. Struktur tanah remah (tindak mantap), sangat
mudah hancur oleh pukulan air hujan menjadi butir-butir halus, sehingga
menutup pori-pori tanah. Akibatnya air infiltrasi terhambat dan aliran
permukaan meningkat (Anonimous, 2007).

Kurva kapasitas infiltrasi merupakan kurva hubungan antara kapasitas


infiltrasi dan waktu yang terjadi selama dan beberapa saat setelah hujan.
Kapasitas infiltrasi secara umum akan tinggi pada awal terjadinya hujan, tetapi
semakin lama kapasitasnya akan menurun hingga mencapai konstan. Besarnya
penurunan ini dipengaruhi bebagai faktor, seperti kelembaban tanah, kompaksi,
penumpukan bahan liat dan lain-lain.
Menurut Knapp (1978) untuk megumpulkandata infiltrasi dapat dilakukan
dengan tiga cara: (1) inflow-outflow (2) Analisis data hujan dan hidrograf, dan (3)
menggunakan double ring infiltrometer. Cara yang terakhir sering digunakan
karena mudah dalam pengukuran dan alatnya mudah dipindah-pindah. Kurva
infiltrasi yang umum digunakan adalah kurva infiltrasi menggunakan perhitungan
model Horton.
Model Horton adalah salah satu model infiltrasi yang terkenal dalam
hidrologi yang dikembangkan oleh Horton pada tahun 1933. Horton mengakui
bahwa kapasitas infiltrasi berkurang seiring dengan bertambahnya waktu hingga
mendekati nilai yang konstant. Ia menyatakan pandangannya bahwa penurunan
kapasitas infiltrasi lebih dikontrol oleh faktor yang beroperasi di permukaan tanah
dibanding dengan proses aliran di dalam tanah.
Faktor yang berperan untuk pengurangan laju infiltrasi seperti penutupan
retakan tanah oleh koloid tanah dan pembentukan kerak tanah, penghancuran
struktur permukaan lahan dan pengangkutan partikel halus dipermukaan tanah
oleh tetesan air hujan.
Laju infiltrasi berdasarkan Model Horton dihitung dengan rumus:

kt

f =f c + ( f 0 + f c ) e

k=

f 0f c
Fc

Keterangan:
f = laju infiltrasi(cm/jam)
f0 = laju infiltrasi awal (cm/jam)
fc

= laju infiltrasi akhir (cm/jam)

e = bilangan dasar logaritma Naperian


Fc

= selisih total volume infiltrasi dengan volume infiltrasi konstan

(cm)
= luas kurva yang diarsir (gambar di bawah)
t

= waktu yang dihitung dari mulainya hujan (jam)

Gambar 3. Kurva infiltrasi menurut Horton

Besarnya laju infiltrasi dipengaruhi oleh faktor jenis tanah dan kondisi
kelengasannya. Laju infiltrasi tidak selalu sama selama berlangsungnya hujan.
Pada awal hujan, untuk kondisi lahan dengan lengas tanah kering - normal, laju
infiltrasi akan sangat tinggi kemudian berangsur-angsur menurun hingga akhirnya
konstan / tetap setelah kondisi lengas tanah menjadi jenuh.
Penentuan laju infiltrasi dengan Model Horton memerlukan data
inflitrasi tanah setempat rinci, dari waktu ke waktu dalam interval
waktu yang cukup pendek, misal 10 atau 15 menitan, sampai
mendapatkan laju infiltrasi yang tetap / konstan. Curah hujan netto
dihitung dengan mengurangkan curah hujan total dengan laju
infiltrasinya.
Perhitungan laju infiltrasi dengan metode Horton tidak biasa
digunakan untuk perhitungan banjir desain bendungan. Dalam
perhitungan banjirdesain bendungan, secara konservatif, digunakan
asumsi bahwa pada saat curah hujan desain yang diperhitungkan
terjadi, kondisi lengas tanah DTA sudah cukup jenuh sehingga laju
konsentrasinya cukup kecil atau bahkan mendekati tidak ada (nol).
Berdasarkan data praktikum, kurva infiltrasi memiliki pola
penurunan. Hal ini dikarenakan sumbu X sebagai log f-fc mengalami
penurunan nilai yaitu pada menit ke nol senilai 0,851258, pada menit
ketiga adalah 0,732394, pada menit keenam adalah 0,672098, pada
nilai kesembilan adalah 0,579784, pada menit ke dua belas adalah
0,491362, pada menit ke lima belas adalah 0,414973, pada menit ke

delapan belas adalah 0,176091, pada menit ke dua puluh satu adalah
-0,22185 dan pada menit ke dua puluh empat tidak terdefinisikan.
Untuk lebih jelasnya bisa melihat kurva berikut:

KURVA KAPASITAS INFILTRASI


30
25
f(x) = - 21.73x + 20.93
R = 0.9
20
Axis Title

KURVA INFILTRASI
MODEL HORTON

15

Linear (KURVA
INFILTRASI MODEL
HORTON)

10
5
0
-0.4 -0.2 0

0.2 0.4 0.6 0.8

Axis Title

Gambar 4. Kurva kapasitas infiltrasi

Pada kurva model Horton terjadi garis lurus pada menit kedua. Hal ini
dikarenakan pada menit ke nol nilai perhitungan f nya adalah 16 cm/menit
sedangkan pada menit ke tiga hingga ke dua puluh empat nilai f nya stabil yaitu
8,9 cm/menit. Untuk lebih jelasnya perhatikan kurva berikut:

KURVA PERSAMAAN HORTON


30
25
20

Axis Title

KURVA PERSAMAAN
HORTON

15
10

f(x) = - 1.9x + 30.42


R = 0.3

Linear (KURVA
PERSAMAAN HORTON)

5
0
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Axis Title

Gambar 5. Kurva persamaan Horton

Pengetahuan tentang proses ini sangat diperlukan untuk perencanaan


hidrologi seperti erosi di kawasan resapan air dalam kawasan pertanian
(Silberstein dan Sivapalan, 1995; Stone et al. 1995), dengan diketahuinya laju
infiltrasi maka dapat pula diketahui air yang mampu ditampunng tanah juga
besarnya run off yang menyebabkan erosi pada permukaan tanah pada bidang
pertanian. Peningkatan produksi pertanian pertanian melalui pengendalian
transport unsur hara untuk kebutuhan tanaman (Hanks, 1983), karena laju
infiltrasi juga bisa dijadikan acuan untuk penyerapan unsur hara pada tanah yang
dibutuhkan tanaman.

Kendala yang terjadi saat praktikum adalah tingkat kejenuhan air dalam
tanah. Kandungan air dalam tanah sudah tinggi sehingga proses masuknya air ke
dalam tanah atau infiltrasi sangatlah kecil dan lama. Bahkan, kandungan air dalam
tanah mencapai tingkat jenuh sebelum waktu yang ditentukan.
Infiltrasi erat kaitannya dengan curah hujan. Pada awal hujan laju infiltrasi
cukup besar. Semakin lama dan deras curah hujan yang terjadi semakin lambat
pula laju infiltrasi hingga mencapai nilai 0 mm/menit. Hal ini dikarenakan
kejenuhan air dalam tanah sudah tinggi. Karena lewat jenuh, maka akan terjadi
perkolasi yaitu turunnya air dari lapisan atas ke lapisan bawah lapisan sebelumnya
akibat kejenuhan tinggi dan run off pada permukaan tanah, yaitu mengalirnya air
diatas permukaan.
Pada praktikum infiltrai & kurva infiltrasi model Horton kali ini didapatkan
data kapasitas infiltrasi sebesar 16 cm, 14,3 cm, 13,6 cm, 12,7 cm, 12 cm, 11,5cm,
10,4 cm, 9,5 cm, dan 8,9 cm berturut-turut pada menit ke; 0, 3,6,9,12, 15, 18, 21
dan 24. Nilai infiltrasi saat konstan adalah 8,9 cm/menit. Untuk menentukan log
(f-fc) perlu diketahui nilai f-fcnya berturut-turut yaitu 7,1 cm/menit, 5,4 cm/menit,
4,7 cm/menit, 3,8 cm/menit, 3,1 cm/menit, 2,6 cm/menit, 1,5 cm/menit, 0,6
cm/menit dan 0 cm/menit. Pada menit terakhir nilainya 0 karena infiltrasi nya
konstan.
Dari data f-fc tadi kemudian dilogaritmakan sehingga nilainya berturut-turut
adalah 0,851258, 0,732394, 0,672098, 0,579784, 0,491362, 0,414973, 0,176091,
-0,22185, dan tidak terdefinisikan. Dari data-data yang sudah didapat kemudian
dicari nilai f nya yaitu dengan menggunakan persamaan f = fc + (f 0 + fc) e-kt

sehingga didapat data berturut-turut sebagai berikut: menit 0 adalah 16 cm/menit


dan untuk menit ke 3, 6, 12, 15, 18, 21, 24 nilai f nya konstan yaitu 8,9 cm/menit.
Dalam praktikum kali ini terjadi beberapa kendala yaitu kadar air tanah yang
sudah mendekati jenuh sehingga proses infiltrasi konstan pada menit-menit
pertengahan. Selain itu

V.

VI.

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Laju infiltrasi dapat diukur menggunakan berbagai macam metode salah
satunya menggunakan Double Ring Infiltrometer yang prinsip kerjanya
adalah dengan menghitung lamanya air meresap dengan ketinggian air.
2. Cara untuk menghitung laju infiltrasi menggunakan Double Ring
Infiltrometer adalah dengan menancapkannya ke tanah dengan
kedalaman 10 cm. Cela antar ring diisi air lalu tunggu hingga air
meresap habis. Kemudian isi ring di tengah dengan air lalu catat waktu
dan perubahan tinggi air.
3. Perhitungannya menggunakan persamaan Horton demana memerlukan
data fo, fc dan K dimana fo dan fc memiliki satuan cm/menit.
4. Dalam model Horton, persamaannya adalah f = fc + (fo + fc) e -kt dimana
data tersebut akan menjadi nilai sumbu X pada kurva Horton sementara
waktu (t) yang menjadi sumbu Y nya.
5. Untuk menghitung volume infiltrasi total menggunakan persamaan

V ( t )=fc . t+

( fofc )
( 1ekt )
K

B. Saran

Kendala yang terjadi selama praktikum antara lain adalah pemilihan waktu
praktikum yang tidak tepat yaitu pada saat pagi hari dimana tingkat kelembaban
tinggi sehingga saat pengukuran laju infiltrasi menggunakan double ring
infiltrometer air tidak mampu meresap sempurna karena kadar air dalam tanah
sudah pada tingkat jenuh.
Selain itu, kurang cakapnya asisten dalam pemahaman materi dan
penggunaan Microsoft Excel membuat praktikan kurang paham jalannya
praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2004. http://library.usu.ac.id/download/fp/hutan-muhdi10.pdf


Anonimous.

2007.

http://www.Pusair-pu.go.id/dete/final-Rancnagan-sni/final-

filtrasi/-Wawan-Setiawan/isi.doc
Asdak, C. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Institut Pertanian Bogor Press. Bogor.
Blume, H.P., Hartge, K.H., Schachtschabel, P. und Schwertmann, U. 1979.
Lehrbuch der Bodenkunde. Ferdinand Enke Verlag Stuttgart.
Buckman, H. O., dan N. C. Brady. 1982. Ilmu Tanah. Jakarta: Bratharakarya
Aksara.
Hakim, dkk. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Lampung: Universitas Lampung.
Hanafiah, K.A. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Hanks, R.J. 1983.Applied Soil Physics: Soil water and temperature applications.
Springer Verlag, Heidelberg.
Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta; Akademika
Pressindo.
Islami, T dan W. H. Utomo. 1995. Hubungan Tanah, Air, dan Tanaman.
Semarang: Ikip Semarang Press.

Januardin. 2008. Pengukuran Laju Infiltrasi pada Tata Guna Lahan yang Berbeda
di Desa Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Medan,
Skripsi, Fakultas PertanianUniversitas Sumatera Utara, Medan.
Marshall, T. J. Dan J. W. Holmes. 1988. Soil Physics. New York: Cambridgge
University Press.
Noveras, H. 2002. Dampak Konversi Hu-tan Menjadi Kebun Kopi Monokultur
terhadap Perubahan Fungsi Hidrologis di Sumberjaya, Lampung
Barat. Universitas Brawijaya. Malang.
Serief, H. E. S. 1989. Fisika-Kimia Tanah Pertanian. Bandung: Pustaka Buana.
Silberstein, R.P. und Sivapalan, M. 1995. Estimation of terrestrial water and
energy balances over heterogeneous catchments. In: Kalma, J.D. and
Sivapalan, M. (Eds.), 1995. Scale issues in hydrological modelling.
John Wiley and Sons, Chichester, 369386.
Siradz, S.A., B.D. Kertonegoro dan S. Handayani. 2000. Peranan Uji In Situ Laju
Infiltrasi dalam Pengelo-laan DAS Grindulu-Pacitan. Prosiding
Seminar

Nasional

Pengenda-lian

Pencemaran

Lingkungan

Pertanian Melalui Pendekatan Pengelo-laan DAS secara terpadu


Surakarta, 28 Maret 2006. UNS Surakarta.
Subagyo, S. 1990. Dasar-dasar Hidrologi. Yogyakarta:Gajah Mada University
Press.
Suryatmojo, H. 2006. Konsep Dasar Hidrologi Hutan. Jurusan Konservasi
Sumber Daya Hutan, Fakultas Kehutanan UGM Yogyakarta.

USDA. 1998. Soil Quality Indicators: Infiltration. The U. S. Department of


Agriculture

(USDA).

Washington.

www.soils.usda.gov/sqi/files/Infiltration.pdf. Diakses tanggal 23


Januari 2007.

You might also like