Professional Documents
Culture Documents
HIDROLOGI
Oleh:
Hildha Aryani
A1C015002
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah :
1. Melatih mahasiswa agar mengetahui peralatan dan cara kerja pengukur
infiltrasi.
2. Melatih mahasiswa agar mengetahui cara pengukuran infiltrasi.
3. Mahasiswa mampu menentukan nilai parameter infiltrasi : fo, fc dan K.
4. Mahasiswa mampu menetapkan persamaan penduga dan membuat kurva
infiltrasi model Horton.
5. Mahasiswa dapat menghitung volume infiltrasi total selama waktu (t)
tertentu.
Infiltrasi ialah air hujan atau air irigasi yang melalui permukaan tanah dan
membasahi bagian tanah yang relative kering merupakan salah satu proses
alamiah dasar. Habitat tanaman darat mencangkup zona tanah basah yang
bersiklus atau tetap (Marsall and Holmes, 1988).
Infiltrasi adalah proses aliran air (umumnya berasal dari curah hujan) masuk
kedalam tanah. Dengan kata lain infiltrasi adalah aliran air masuk kedalam tanah
sebagai akibat gaya kapiler (gerakan air kearah vertikal). Setelah lapisan tanah
bagian atas jenuh, kelebihan air tersebut mengalir ketanah yang lebih dalam
sebagai gaya gravitasi bumi dikenal sebagai proses perkolasi (Asdak, 2002).
Data laju infiltrasi dapat dimanfaatkan untuk menduga kapan suatu limpasan
permukaan (run-off) akan terjadi bila sua-tu jenis tanah telah menerima sejumlah
air tertentu, baik melalui curah hujan ataupun irigasi dari suatu tandon air di
permukaan tanah. Oleh karena itu, infor-masi besarnya kapasitas infiltrasi tanah
tersebut berguna, baik dalam pengelolaan irigasi (Noveras, 2002), maupun dalam
perencanaan konservasi tanah dan air (Arsyad, 1989). Dengan mengamati atau
menguji sifat ini dapat memberikan gam-baran tentang kebutuhan air irigasi yang
diperlukan bagi suatu jenis tanah untuk jenis tanaman tertentu pada suatu saat
(Siradz, et al., 2000).
Kurva kapasitas infiltrasi merupakan kurva hubungan antara kapasitas
infiltrasi dan waktu yang terjadi selama dan beberapa saat setelah hujan.
Kapasitas infiltrasi secara umum akan tinggi pada awal terjadinya hujan, tetapi
f =fc + (fo-fc)e-Kt
Keterangan :
f = kapasitas infiltrasi pada saat t (cm/jam)
fc = besarnya infiltrasi saat konstan (cm/jam)
fo = besarnya infiltrasi saat awal (cm/jam)
K= konstanta
t = waktu dari awal hujan
e = 2,718
atau
K=
-1/0,434 m
dimana m = gradient
III.
METODOLOGI PRAKTIKUM
1.
2.
a.
b.
3.
B. Cara Kerja
Pilih daerah yang mewakili untuk diukur
Catat tentang :
Bekas pelakuan apa
Berbongkah, berkerak, atau retak
Pasang tabung infiltrometer tegak lurus permukaan tanah dengan
kedalaman 10 cm.Dalam pemasangan ini diusahakan jangan sampai
kapasitas
(jam)
infiltrasi( f )
(cm/jam)
Fc
f - fc
log (f - fc)
10. Buat tabel dan input data kedalam program Microsoft Excel.
11. Persamaan liner regresi y = m X + C atau y = t dan X = log (f - fc)
Dengan memplot hubungan t dan log (f - fc) pada kertas grafik atau
menggunakan kalkulator maka diperoleh persamaan dan grafik sebagai
berikut
1.6
waktu, t
1.4
1.2
1.0
0.8
y = -0.7527x + 0.7521
2
R = 0.9985
0.6
0.4
log (f-fc)
0.2
-1.00
-0.75
-0.50
0.0
-0.25 0.00
0.25
0.50
0.75
1.00
12. Mencari gradient dari persamaan liner tersebut Misalnya dalam grafik
diatas diperoleh gradien, m = -0,7527 dengan menggunakan rumus K =
-1 /0,434 m, maka K = 3,06
13. Setelah diketahui fc, fo dan K, lalu masukkan kedalam persamaan f = fc +
(fo - fc) e-Kt
14. Lalu dibuat grafik persamaan Horton.
15. Kemudian menghitung Volume Infiltrasi dengan persamaan
V ( t )=fc . t +
( fofc )
( 1ekt )
K
A. HASIL
Data Hasil Praktikum Infiltrasi
No
.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Waktu
(t)
0
3
6
9
12
15
18
21
24
Kapasitas
Infiltrasi
16
14,3
13,6
12,7
12
11,5
10,4
9,5
8,9
fc
f - fc
8,9
8,9
8,9
8,9
8,9
8,9
8,9
8,9
8,9
7,1
5,4
4,7
3,8
3,1
2,6
1,5
0,6
0
log (f fc)
0,851258
0,732394
0,672098
0,579784
0,491362
0,414973
0,176091
-0,22185
#NUM!
50,0783
50,0783
50,0783
50,0783
50,0783
50,0783
50,0783
50,0783
50,0783
16
8,9
8,9
8,9
8,9
8,9
8,9
8,9
8,9
Axis Title
25
f(x) = - 21.73x + 20.93
20
R = 0.9
15
KURVA INFILTRASI
MODEL HORTON
Linear (KURVA
INFILTRASI MODEL
HORTON)
10
5
0
-0.4 -0.2 0
Axis Title
KURVA PERSAMAAN
HORTON
15
10
Linear (KURVA
PERSAMAAN HORTON)
5
0
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Axis Title
besar, sehingga aerasenya baik, daya hantar air cepat tetapi kemampuan
menahan air dan zat hara rendah. Tanah disebut bertekstur liat jika
kandungan liatnya > 35%, porositasnya relatif tinggi (60%), tetapi
sebagian besar merupakan pori berukuran kecil, daya hantar air sangat
lambat dan sirkulasi udara kurang lancar (Islami dan Utomo, 1995).
Pada tekstur tanah pasir, laju infiltrasi akan sangat cepat, pada
tekstur lempung laju infiltrasi adalah sedang hingga cepat, pada tekstur
tanah liat laju infiltrasi tanah akan lambat (Serief, 1989).
2. Bulk desity tanah :
Kerapatan
massa adalah suatu ukuran
berat
yang
Kerapatan isi =
dari
tanah,
sehingga
menyebabkan
butiran
tanah
kt
f =f c + ( f 0 + f c ) e
k=
f 0f c
Fc
Keterangan:
f = laju infiltrasi(cm/jam)
f0 = laju infiltrasi awal (cm/jam)
fc
(cm)
= luas kurva yang diarsir (gambar di bawah)
t
Besarnya laju infiltrasi dipengaruhi oleh faktor jenis tanah dan kondisi
kelengasannya. Laju infiltrasi tidak selalu sama selama berlangsungnya hujan.
Pada awal hujan, untuk kondisi lahan dengan lengas tanah kering - normal, laju
infiltrasi akan sangat tinggi kemudian berangsur-angsur menurun hingga akhirnya
konstan / tetap setelah kondisi lengas tanah menjadi jenuh.
Penentuan laju infiltrasi dengan Model Horton memerlukan data
inflitrasi tanah setempat rinci, dari waktu ke waktu dalam interval
waktu yang cukup pendek, misal 10 atau 15 menitan, sampai
mendapatkan laju infiltrasi yang tetap / konstan. Curah hujan netto
dihitung dengan mengurangkan curah hujan total dengan laju
infiltrasinya.
Perhitungan laju infiltrasi dengan metode Horton tidak biasa
digunakan untuk perhitungan banjir desain bendungan. Dalam
perhitungan banjirdesain bendungan, secara konservatif, digunakan
asumsi bahwa pada saat curah hujan desain yang diperhitungkan
terjadi, kondisi lengas tanah DTA sudah cukup jenuh sehingga laju
konsentrasinya cukup kecil atau bahkan mendekati tidak ada (nol).
Berdasarkan data praktikum, kurva infiltrasi memiliki pola
penurunan. Hal ini dikarenakan sumbu X sebagai log f-fc mengalami
penurunan nilai yaitu pada menit ke nol senilai 0,851258, pada menit
ketiga adalah 0,732394, pada menit keenam adalah 0,672098, pada
nilai kesembilan adalah 0,579784, pada menit ke dua belas adalah
0,491362, pada menit ke lima belas adalah 0,414973, pada menit ke
delapan belas adalah 0,176091, pada menit ke dua puluh satu adalah
-0,22185 dan pada menit ke dua puluh empat tidak terdefinisikan.
Untuk lebih jelasnya bisa melihat kurva berikut:
KURVA INFILTRASI
MODEL HORTON
15
Linear (KURVA
INFILTRASI MODEL
HORTON)
10
5
0
-0.4 -0.2 0
Axis Title
Pada kurva model Horton terjadi garis lurus pada menit kedua. Hal ini
dikarenakan pada menit ke nol nilai perhitungan f nya adalah 16 cm/menit
sedangkan pada menit ke tiga hingga ke dua puluh empat nilai f nya stabil yaitu
8,9 cm/menit. Untuk lebih jelasnya perhatikan kurva berikut:
Axis Title
KURVA PERSAMAAN
HORTON
15
10
Linear (KURVA
PERSAMAAN HORTON)
5
0
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Axis Title
Kendala yang terjadi saat praktikum adalah tingkat kejenuhan air dalam
tanah. Kandungan air dalam tanah sudah tinggi sehingga proses masuknya air ke
dalam tanah atau infiltrasi sangatlah kecil dan lama. Bahkan, kandungan air dalam
tanah mencapai tingkat jenuh sebelum waktu yang ditentukan.
Infiltrasi erat kaitannya dengan curah hujan. Pada awal hujan laju infiltrasi
cukup besar. Semakin lama dan deras curah hujan yang terjadi semakin lambat
pula laju infiltrasi hingga mencapai nilai 0 mm/menit. Hal ini dikarenakan
kejenuhan air dalam tanah sudah tinggi. Karena lewat jenuh, maka akan terjadi
perkolasi yaitu turunnya air dari lapisan atas ke lapisan bawah lapisan sebelumnya
akibat kejenuhan tinggi dan run off pada permukaan tanah, yaitu mengalirnya air
diatas permukaan.
Pada praktikum infiltrai & kurva infiltrasi model Horton kali ini didapatkan
data kapasitas infiltrasi sebesar 16 cm, 14,3 cm, 13,6 cm, 12,7 cm, 12 cm, 11,5cm,
10,4 cm, 9,5 cm, dan 8,9 cm berturut-turut pada menit ke; 0, 3,6,9,12, 15, 18, 21
dan 24. Nilai infiltrasi saat konstan adalah 8,9 cm/menit. Untuk menentukan log
(f-fc) perlu diketahui nilai f-fcnya berturut-turut yaitu 7,1 cm/menit, 5,4 cm/menit,
4,7 cm/menit, 3,8 cm/menit, 3,1 cm/menit, 2,6 cm/menit, 1,5 cm/menit, 0,6
cm/menit dan 0 cm/menit. Pada menit terakhir nilainya 0 karena infiltrasi nya
konstan.
Dari data f-fc tadi kemudian dilogaritmakan sehingga nilainya berturut-turut
adalah 0,851258, 0,732394, 0,672098, 0,579784, 0,491362, 0,414973, 0,176091,
-0,22185, dan tidak terdefinisikan. Dari data-data yang sudah didapat kemudian
dicari nilai f nya yaitu dengan menggunakan persamaan f = fc + (f 0 + fc) e-kt
V.
VI.
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Laju infiltrasi dapat diukur menggunakan berbagai macam metode salah
satunya menggunakan Double Ring Infiltrometer yang prinsip kerjanya
adalah dengan menghitung lamanya air meresap dengan ketinggian air.
2. Cara untuk menghitung laju infiltrasi menggunakan Double Ring
Infiltrometer adalah dengan menancapkannya ke tanah dengan
kedalaman 10 cm. Cela antar ring diisi air lalu tunggu hingga air
meresap habis. Kemudian isi ring di tengah dengan air lalu catat waktu
dan perubahan tinggi air.
3. Perhitungannya menggunakan persamaan Horton demana memerlukan
data fo, fc dan K dimana fo dan fc memiliki satuan cm/menit.
4. Dalam model Horton, persamaannya adalah f = fc + (fo + fc) e -kt dimana
data tersebut akan menjadi nilai sumbu X pada kurva Horton sementara
waktu (t) yang menjadi sumbu Y nya.
5. Untuk menghitung volume infiltrasi total menggunakan persamaan
V ( t )=fc . t+
( fofc )
( 1ekt )
K
B. Saran
Kendala yang terjadi selama praktikum antara lain adalah pemilihan waktu
praktikum yang tidak tepat yaitu pada saat pagi hari dimana tingkat kelembaban
tinggi sehingga saat pengukuran laju infiltrasi menggunakan double ring
infiltrometer air tidak mampu meresap sempurna karena kadar air dalam tanah
sudah pada tingkat jenuh.
Selain itu, kurang cakapnya asisten dalam pemahaman materi dan
penggunaan Microsoft Excel membuat praktikan kurang paham jalannya
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
2007.
http://www.Pusair-pu.go.id/dete/final-Rancnagan-sni/final-
filtrasi/-Wawan-Setiawan/isi.doc
Asdak, C. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Institut Pertanian Bogor Press. Bogor.
Blume, H.P., Hartge, K.H., Schachtschabel, P. und Schwertmann, U. 1979.
Lehrbuch der Bodenkunde. Ferdinand Enke Verlag Stuttgart.
Buckman, H. O., dan N. C. Brady. 1982. Ilmu Tanah. Jakarta: Bratharakarya
Aksara.
Hakim, dkk. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Lampung: Universitas Lampung.
Hanafiah, K.A. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Hanks, R.J. 1983.Applied Soil Physics: Soil water and temperature applications.
Springer Verlag, Heidelberg.
Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta; Akademika
Pressindo.
Islami, T dan W. H. Utomo. 1995. Hubungan Tanah, Air, dan Tanaman.
Semarang: Ikip Semarang Press.
Januardin. 2008. Pengukuran Laju Infiltrasi pada Tata Guna Lahan yang Berbeda
di Desa Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Medan,
Skripsi, Fakultas PertanianUniversitas Sumatera Utara, Medan.
Marshall, T. J. Dan J. W. Holmes. 1988. Soil Physics. New York: Cambridgge
University Press.
Noveras, H. 2002. Dampak Konversi Hu-tan Menjadi Kebun Kopi Monokultur
terhadap Perubahan Fungsi Hidrologis di Sumberjaya, Lampung
Barat. Universitas Brawijaya. Malang.
Serief, H. E. S. 1989. Fisika-Kimia Tanah Pertanian. Bandung: Pustaka Buana.
Silberstein, R.P. und Sivapalan, M. 1995. Estimation of terrestrial water and
energy balances over heterogeneous catchments. In: Kalma, J.D. and
Sivapalan, M. (Eds.), 1995. Scale issues in hydrological modelling.
John Wiley and Sons, Chichester, 369386.
Siradz, S.A., B.D. Kertonegoro dan S. Handayani. 2000. Peranan Uji In Situ Laju
Infiltrasi dalam Pengelo-laan DAS Grindulu-Pacitan. Prosiding
Seminar
Nasional
Pengenda-lian
Pencemaran
Lingkungan
(USDA).
Washington.