You are on page 1of 5

Awal Beragama Adalah Mengenal Tuhannya

Nabi Muhammad dalam hadistnya mengatakan "awal beragama adalah makrifat (mengenal) kepada
Allah". Arti mengenal berbeda dengan hanya sekedar Tahu. Kalau Mengenal sudah pasti tahu,
sedangkan tahu belum tentu mengenal. Sebagian besar manusia mengaku mengenal Tuhan,
sebenarnya mereka hanya Tahu. Sebagai contoh saat ada pertanyaan siapa Tuhanmu ? dan
jawabannya pasti beragam Allah, Yesus, Hyang Widi, dsb. Hal ini kebanyakan dari manusia hanya
Tahu Salah satu dari Nama Tuhan, belum mengerti siapa Tuhan Sebenarnya.
Nabi Muhammad pernah menyampaikan Belajarlah Hingga Ke Negeri Cina. Orang muslim hanya
memaknai betapa pentingnya belajar, akan tetapi harapan dari Nabi dengan hadistnya yang ingin
ditekankan selain dari nilai pentingnya belajar adalah adalah agar semua manusia belajar, mencari,
memahami dan akhirnya mengenal siapa Tuhannya, sehingga saat beribadah menghadap Tuhan, para
manusia mengerti siapakah yang sedang di SEMBAH.

***** KALAU USUL JANGAN ASAL, KALAU ASAL JANGAN USUL *****

Apabila manusia tidak mengenal Tuhannya, mana mungkin manusia bisa yakin dengan apa yang
dilakukannya. Hal ini seperti Seorang pemburu yang membidik ribuan burung, dimana sang pemburu
tidak tahu burung mana yang akan dia bidik. Kalaupun dia berani memanahadanya kesia-siaan.

Nabi Muhammad menyampaikan Siapa yang melihat kepada sesuatu, tidak dilihatnya Allah
didalamNya, maka penglihatannya itu batal dan sia-sia belaka .
Abu Bakar Siddik " Tidak Aku lihat sesuatu melainkan yang aku lihat Allah Taala terlebih dahulu .
Usman Ibnu Affan Tidak aku lihat sesuatu melainkan yang aku lihat Allah segalanya ".
Umar Ibnu Khattaf Tidak aku lihat sesuatu, hanya aku lihat Allah Taala kemudiannya .
Ali Bin Abi Talib Tidak aku lihat sesuatu melainkan yang aku lihat Allah Taala di dalamnya . Tidak
diperkenankan Ibadahnya seseorang apabila belum melihat-Nya, karena yang ada hanya kesia-sian

Dalam satu hadistnya, Nabi Muhammad menyampaikan Siapa mengenal dirinya maka mengenal ia
akan TuhanNya. Dalam hadist yang lain adalah sebagai berikut Maka barang siapa mengenal dirinya
binasa, niscaya dikenalnya Tuhannya kekal.

Nabi dan para sahabat telah menghimbau secara tidak langsung kepada kita semua untuk berjalan
mencari, tidak hanya menerima matang atau instan. Hal-hal yang instan tentunya semua orang
memahami belum tentu menyehatkan, belum tentu baik!. Itu kan Nabi, Itu kan para sahabat, Itukan para

Waliullah, Kita beda?!, kita kan manusia biasa. Itu adalah sedikit jawaban dari orang-orang yang
menutup dirinya dengan cahaya Tuhan.

Tuhan memerintahkan secara jelas untuk menjadi islam secara kaffah (menyeluruh) dalam Q.S Al
Baqarah " Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah
kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu ". (Qs. Al
Baqarah 2 : 208)

".......dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan............", Jadi bagi manusia yang tidak mau
"berjalan" untuk mencari hingga mengenal Tuhan....maka manusia tersebut mengikuti langkahnya syetan.

Di dalam Islam setiap pemeluknya terdapat dua pilar sebagai penyangga keyakinannya, Rukun Islam &
Rukun Iman. Dalam Rukun Islam yang pertama adalah Mengucapkan dua kalimat sahadat, " Aku
bersaksi Tiada Tuhan Selain Allah dan Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Utusan Allah" . Rukun
Iman yang pertama " Percaya kepada Allah".

"Bagaimana Manusia BERSAKSI kalau manusia itu sendiri belum PERCAYA, bagaimana PERCAYA
kalau belum MELIHAT"

QS 58 Al Mujadilah ayat 11 Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. .......... .

Tuhan tidak akan memberikan ilmu apabila orang tersebut hanya diam dengan tidak ada usaha untuk
mencarinya. Semua Nabi, dan utusan Tuhan semua melaksanakan perjalanan "pencarian" dengan
"lelaku" dan metode masing-masing sesuai zamannya. Dengan sekian banyak riwayat yang kita terima,
sudah seharusnya kita mengikuti apa yang dijalankan oleh para pendahulu kita agar kita menjadi "Haqul
Yaqin".

QS. 58. Al Mujadilah ayat 11 Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Katakanlah: Adakah sama orang-orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu? Sesungguhnya
hanya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. QS. 39.Az-Zumar ayat 9.

Nabi menyampaikan dalam hadistnya "Perbedaan derajat kemuliaan seseorang yang beramal ibadah
berdasarkan ilmu dengan seseorang yang hanya sekedar beribadah saja (tanpa ilmu) sama dengan
perbedaan derajat kemuliaanku (kata Nabi) dengan derajat seseorang yang paling hina dari antara
kamu!".

Hakikat Iman

Di dalam kitab tafsir Ruhul Bayan disebutkan bahwa iman menurut syariat adalah meyakini dengan
hati, mengakui dengan lisan dan mengerjakan dengan amal perbuatan. Adapun pengertian Islam
menurut syariat adalah tunduk dan patuh. Maka setiap yang beriman berarti telah Islam, namun tidak
setiap yang Islam berarti telah beriman.
Adapun pengertian Islam menurut hakikat yaitu sebagaimana sabda Nabi SAW:
Menyaksikan tiada Tuhan selain Allah
Sedangkan pengertian iman secara hakikat adalah sebagaimana firman Allah dalam surat al-Hadid ayat
16 : Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat
Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orangorang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang
atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang
fasik.
Dari pengertian iman secara syariat dan hakikat ini, imam Ghazali membagi iman manusia kepada tiga
tingkatan:
1. Iman tingkat pertama adalah imannya orang-orang awam yaitu imannya kebanyakan orang yang tidak
berilmu. Mereka beriman karena taklid semata. Sebagai perumpamaan iman tingkat pertama ini, kalau
kamu diberi tahu oleh orang yang sudah kamu uji kebenarannya dan kamu mengenal dia belum pernah
berdusta serta kamu tidak merasa ragu atas ucapannya, maka hatimu akan puas dan tenang dengan
berita orang tadi dengan semata-mata hanya mendengar saja.
Sebagai contoh, apabila ada orang yang mengatakan kepadamu bahwa rumah yang besar dan berwarna
biru adalah rumahnya zaid, maka kamu akan yakin. Lalu hatinya menetapkan bahwa apa yang dikatakan
orang tersebut adalah benar rumah si Zaid.
Ini adalah perumpamaan imannya orang-orang awam yang taklid. Mereka beriman setelah mendengar
dari ibu bapak dan guru-guru mereka tentang adanya Allah dan Rasul-Nya dan kebenaran para Rasul itu
beserta apa-apa yang dibawanya.
Dan seperti apa yang mereka dengar itu, mereka menerimanya serta tidak terlintas di hati mereka
adanya kesalahan-kesalahan dari apa yang dikatakan oleh orang tua dan guru-guru mereka, mereka
merasa tenang dengannya, karena mereka berbaik sangka kepada bapak, ibu dan guru-guru mereka,
sebab orang tua tidak mungkin mengajarkan yang salah kepada anak-anaknya, guru juga tidak mungkin
mengajarkan yang salah kepada murid-muridnya. Karena kita percaya kepada orang tua dan kepada
guru, maka kita pun beragama Islam.
Iman yang semacam ini tidak jauh berbeda dengan imannya orang-orang Yahudi dan Nasrani yang juga
merasa tenang dengan hal-hal yang mereka dengar dari ibu, bapak dan guru-guru mereka. Bedanya
adalah mereka memperoleh ajaran yang salah dari orang tua dan guru-guru mereka, sedangkan orangorang Islam mempercayai kebenaran itu bukan karena melihat kebenaran karena penyaksiannya
terhadap Allah, tetapi karena mereka telah diberikan ajaran yang haq, yang benar.

2. Selanjutnya iman tingkat kedua yaitu imannya orang-orang ahli Ilmu Kalam yaitu dimana mereka
beriman cukup berdasarkan dalil aqli dan naqli, dan mereka merasa puas dengan itu. Iman tingkat kedua
ini tidak jauh berbeda derajatnya dengan iman tingkat pertama.
Sebagai contoh, apabila ada orang yang mengatakan kepadamu bahwa Zaid itu di rumah, kemudian
kamu mendengar suaranya, maka bertambahlah keyakinanmu, karena suara itu menunjukkan adanya
Zaid di rumah tersebut. Lalu hatinya menetapkan bahwa suara orang tersebut adalah suara si Zaid.
Iman pada tingkat ini adalah iman yang bercampur baur dengan dalil dan kesalahan pun juga mungkin
terjadi karena mungkin saja ada yang berusaha menirukan suara tadi, tetapi yang mendengarkan tadi
merasa yakin dengan apa yang telah di dengarnya, karena ia tidak berprasangka buruk sama sekali dan
ia tidak menduga ada maksud penipuan dan peniruan. Jadi imannya orang-orang ahli ilmu kalam masih
terdapat kesalahan dan kekeliruan padanya.

3. Adapun Iman tingkat ketiga yaitu imannya orang-orang ahli makrifat yang telah mempelajari tarekat.
Mereka beriman kepada Allah dengan pembuktian melalui penyaksian kepada Allah. Sebagai
perumpamaan: Apabila kamu masuk ke dalam rumah, maka kamu akan melihat dan menyaksikan Zaid
itu dengan pandangan mata kamu. Inilah makrifat yang sebenarnya dan inilah yang dikatakan iman yang
sebenarnya. Karena mereka beriman dengan pembuktian melalui penyaksian mata hatinya, maka
mustahil mereka terperosok ke jurang kesalahan.
Dari ketiga tingkatan iman ini dapatlah kita ketahui bahwa hanya orang-orang ahli makrifatlah atau orangorang ahli tarekatlah yang dikatakan benar-benar telah beriman kepada Allah. Adapun imannya orangorang awam dan imannya orang-orang ahli ilmu kalam adalah beriman secara syariat, namun secara
hakikat mereka belum beriman kepada Allah, disebabkan karena ketiadaan ilmu dan ketidaktahuan
mereka. Jadi hanya dengan mempelajari tarekatlah kita baru dapat lepas dari syirik khafi (syirik yang
tersembunyi) dan syirik yang jali (syirik yang nyata).
Kita patut bersyukur kepada Allah SWT karena kita tergolong kepada tingkatan iman yang ketiga yaitu
imannya orang-orang ahli makrifat yang tentunya peringkat ini hanya dapat dicapai oleh orang-orang
yang telah mempelajari ilmu tarekat. Karena tanpa bertarekat mustahil Allah dapat dikenal. Namun
mayoritas umat Islam saat ini tidak mau mempelajari ilmu tarekat atau ilmu hati, sehingga mereka tidak
mengenal Tuhan yang mereka sembah dan sesungguhnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata.
Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia
mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang
besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan
yang nyata.(QS Az- Zumar 39:22)
Demikianlah celaan Allah terhadap orang-orang yang tidak dapat mengingat-Nya, yang kesemuanya itu
disebabkan karena mereka tidak mempelajari soal hati. Namun kebanyakan umat Islam saat ini tidak
tahu kalau mereka itu tidak tahu. Mereka menganggap bahwa amal ibadah mereka dapat diterima oleh
Allah SWT, karena merasa bahwa tauhid mereka telah sempurna, padahal sesungguhnya mereka berada
dalam kesesatan yang nyata.
Tentu bagi kita yang telah memperoleh ilmu dan pengenalan kepada Allah, kita memiliki kewajiban untuk
berdakwah dalam rangka melepaskan umat manusia dari kesesatan karena tidak mengenal Allah, dan di
dalam melakukan dakwah tentunya harus dilaksanakan dengan arif dan bijaksana, sebagaimana firman
Allah

" Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah
mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk ".
(QS An Nahl 16:125)
[845]. Hikmah: ialah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan
yang bathil.
Dakwah bil hikmah adalah dakwah yang ditujukan kepada orang yang alim atau orang yang berilmu.
Adapun dakwah dengan mauizatil hasanah adalah dakwah yang ditujukan kepada orang yang awam
atau orang yang bodoh dengan cara memberikan nasehat yang baik.
Ada dua jenis orang bodoh yang harus kita ketahui sebagai sasaran dakwah kita. Jenis pertama adalah
orang bodoh yang mau belajar, maka tunjukilah ia, karena dia memang jauh dari panduan dan petunjuk
sedang niatnya penuh untuk menambah ilmu pengetahuan dan taat melakukan ibadah.
Jenis yang kedua adalah orang bodoh yang tidak tahu kalau dirinya tidak tahu dan tidak mau tahu. Maka
janganlah dekati dia dan jangan membuang-buang waktu untuk mendakwahinya karena orang bodoh
jenis kedua ini adalah syetan yang berwujud manusia. Pintarnya tidak dapat diturutkan, bodohnya tidak
dapat ditunjukkan, ia lebih bodoh dari keledai, lebih bebal dari lembu. Tinggalkanlah ia dalam
kebodohannya, sampai nanti Allah merobahnya.
Kalau menghadapi orang bodoh saja sudah sulit, tentu lebih sulit lagi berdakwah kepada orang yang
berilmu dikarenakan kesombongan yang ada pada dirinya karena telah merasa banyak memiliki ilmu.
Orang alim seperti ini disebut alim tanggung, ilmunya ke atas tak sampai, ke bawah tak jejak, yang selalu
berebut pengaruh di masyarakat dan berdakwah di sana-sini. Mereka bagaikan cendawan yang tumbuh
menonjol di sana-sini sambil membusungkan dada dengan banyaknya ilmu yang tak bersari. Sungguh
sedih dan kasihan kita melihat orang yang seperti ini. Disangka emas rupanya mentasi. Maka ajaklah
mereka ini untuk mengenal Allah dengan cara yang bijaksana karena mereka terhijab oleh ilmu yang
mereka miliki.

MOXER HU

You might also like