You are on page 1of 21

ACARA IV

UJI SIFAT FISIK DAN KIMIA CAIRAN TUBUH


(AIR LIUR DAN EMPEDU)
A.

PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
a. Untuk mengetahui sifat fisik dan kimia Air liur
b. Untuk mengetahui sifat fisik dan kimia Empedu
2. Waktu Praktikum
Rabu, 7 Oktober 2015
3. Tempat Praktikum
Lantai III, Laboratorium Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.

B.

LANDASAN TEORI
Kelenjar ludah adalah kelenjar majemuk bertandan, yang berarti terdiri
atas gabungan kelompok alveoli bentuk kantong yang membentuk lubanglubang kecil. Saluran-saluran dari setiap alveolus bersatu membentuk saluran
yang lebih besar dan yang menghantarkan sekretnya ke saluran utama dan
melalui ini sekret dituangkan ke dalam mulut. Kelenjar ludah yang utama
adalah kelenjar parotis, submandibularis, dan sublingualis (Pearce, 2009: 220).
Kandung empedu merupakan kantong berwarna kuning dengan
dinding tipis, berotot, panjangnya sekitar 10 cm. Terletak dibawah hati pada
sambungan lobus kanan dan kuadratus. Kandung empedu merupakan tempat
penyimpanan empedu yang dihasilkan oleh hati. Empedu yang dialirkan oleh
hati melalui duktus hepatikus. Kandung empedu mampu menampung empedu
50 mL yang kemudian disalurkan keluar melalui duktus sistikus, duktus
komunis ke duodenum (Tarwoto, 2009 : 281)
Seluruh cairan tubuh didistribusikan ke dalam kompartemen
intraseluler dan kompartemen ekstraseluler. Cairan ekstraseluler ini yang
bergerak

secara

konstan

dalam tubuh. Cairan ekstraseluler merupakan

lingkungan internal dalam tubuh. Cairan ekstraselular mengandung ion


elektrolit natrium , colorida, dan bikarbonat. Perpindahan air dan zat terlarut di
dalam tubuh yang melewati membran sel melalui proses difusi, osmosis dan
pompa Na-K. Proses difusi dan osmosis merupakan proses pasif sedangkan
pompa Na-K merupakan proses aktif. Homeostasis

cairan

tubuh

dapat

dipertahankan oleh ginjal dengan cara mengatur proses pengeluaran cairan


tubuh melalui produksi urine. Asam dan basa dalam cairan tubuh banyak
diperankan atom hidrogen, CO2, dan HCO3. Sistem buffer kimiawi dalam
darah

akan mengikat ion

respirasi

mengeluarkan

H+ sampai

terjadi

keseimbangan.

Sistem

CO2 dan H2CO3 dari tubuh, sedangkan ginjal

mengeluarkan asam atau basa dari dalam tubuh (Anthara, 2011).


Penggunaan permen karet dapat berfungsi untuk merangsang sekresi
air liur serta meningkatkan kecepatan sekresi saliva, jadi berguna sebagai
pembersih mulut darisisa makanan karbohidrat yang mudah difermentasi oleh
mikroorganisme rongga mulut. Juga pembersihan asam yang terbentuk akibat
proses glikolisis karbohidrat oleh mikoorganisme asidogenik, karena
kecepatan yang tinggi dari saliva akan mengalir di atas plak.Selain itu dengan
bertambahnya sekresi saliva akan menyebabkan peningkatan kapasitas buffer
saliva sehingga dapat menetralkan pH plak yang asam, karenabertambahnya
ion bikarbonat (HCO3) yang berperan dalam kapasitas buffer saliva.
Bertambahnya aliran saliva akan meningkatkan kadar urea, amoniak (NH 3),
kalsium (Ca2+), fosfat (HPO42+), natrium (Na+) yang merupakan sumber
alkalinitas saliva sehingga dapat menaikkan pH plak yang turun akibat proses
glikolisis karbohidrat. Akibat pertambahan ion kalsium di dalam saliva, maka
proses remineralisasi email akan meningkat. Hal ini disebabkan sorbitol dapat
membentuk senyawa kompleks dengan kalsium yang terdapat di dalam saliva,
dan senyawa yang terbentuk ini lebih stabil daripada senyawa kompleks
kalsium dengan sukrosa atau glukosa, sehingga proses difusi kalsium ke
dalam plak lebih cepat dalam bentuk senyawa kompleks daripada dalam
bentuk ion kalsium. Proses difusi senyawa kompleks kalsium dengan sorbitol
lebih cepat karena senyawa kompleks ini larut dalam air. Stimulasi saliva oleh

permen karet akan menambah jumlah dan konsentrasi ion-ion Ca 2+, PO43-, F-,
dan OH- yang merupakan komponen mineral gigi (Soesilo, 2005).
Kondisi asam dalam saluran pencernaan akan merangsang sekresi
garam empedu untuk menetralkan pH. Empedu disekresikan di hati dengan
menggunakan kolesterol yang berada di darah sebagai bahan pembentuk
cairan empedu. Penggunaan kolesterol dalam darah mengakibatkan kolesterol
yang dideposit ke jaringan (daging) menjadi lebih sedikit. Hal inilah yang
menyebabkan rendahnya kolesterol daging

C.

ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


1. Alat-alat Praktikum
a. Corong 60 mm
b. Gelas kimia 25 mL
c. Kertas saring
d. Pipet tetes
e. Pipet volum 2 mL
f. Rak tabung reaksi
g. Rubber bulb
h. Spatula
i. Tabung reaksi
j. Tissu
2. Bahan-bahan Praktikum
a. Aquades ((H2O) (l)
b. Asam sulfat (H2SO4) (l) pekat
c. Cairan empedu
d. Cairan saliva
e. Larutan Alpha-Naftol
f. Larutan BaCl2 2%
g. Larutan CuSO4 0,1 M
h. Larutan HNO3
i. Larutan sukrosa 5%
j. Larutan asam asetat encer
k. Larutan HCl 1 M
l. Larutan NaOH 10%
m. Minyak goreng
n. pH stik

D.

SKEMA KERJA
1. Air liur

a. Penetapan pH Air Liur


Air Liur tanpa penyaringan

Ukur pH dengan pH stik

Hasil

b. Uji Biuret
2 mL Air Liur tanpa penyaringan + 2 mL NaOH 10%

Dikocok

+ CuSO4 0,1 M

Dikocok

Hasil
c. Uji Molisch
H2 mL Air Liur tanpa penyaringan + 2 tetes alpha-naftol

Dikocok

+ 2 mL H2SO4 melalui dinding


tabung

Hasil
d. Uji Presipitasi
2 mL Air Liur yang telah disaring

Dimasukkan ke tabung reaksi


+ 1 tetes asam asetat encer

Hasil
e. Uji Sulfat
1 mL Air Liur yang telah
disaring + 3-5ketetes
HCL
Dimasukkan
tabung
reaksi

+ 5-10 tetes BaCl2 2%


Dikocok

Hasil

2. Empedu
a.

Sifat Empedu

Dicatat sifat-sifat fisik empedu

b.

Uji Gmelin
3 mL HNO3 pekat
Dimasukan ke tabung reaksi

+3 mL larutan empedu encer dengan


hati-hati

Hasil

c.

Uji Pettenkofer
5 mL larutan empedu encer

Dimasukkan ke tabung reaksi

+ 5 tetes larutan sukrosa

+ 3 mL H2SO4 pekat melalui


dinding tabung

Hasil

d.
Tabung 1

Fungsi Empedu Sebagai Emulgator


Tabung 2

+3mL air suling

+ 3 tetes minyak

Hasil

E.

+3mL air suling

+3 tetes minyak

+3 mL larutan empedu

Hasil

ANALISIS DATA
NO

PROSEDUR PERCOBAAN

1.

Air Liur

a.

Penetapan pH air ludah


Diukur pH air

HASIL PENGAMATAN

pH = 7
ludah

dengan menggunakan pH artinya air liur bersifat netral


stik
b.

Uji Biuret

Dimasukkan 2 mL Air liur


tanpa disaring ke dalam
tabung

reaksi

Warna NaOH = bening


Warna air liur =bening
Warna campuran putih

Warna CuSO4 = biru


Warna campuran ungu

lalu

ditambahkan NaOH 10%


kemudian dikocok

dan
Selanjutnya ditambahkan

terdapat

endapan

berwarna ungu

CuSO4 0,1 M lalu dikocok


c.

Uji Molisch

Dimasukkan 2 mL air liur


tanpa disaring ke dalam
tabung

reaksi

ditambahkan

Alpha-Naftol

kemudian

Warna air liur : bening


Warna -Naftol : cokelat
Warna campuran : putih
kecoklatan

lalu
tetes

dikocok

Selanjutnya ditambahkan

Warna H2SO4 : bening


Warna campuran: filtrate
berwarna kuning bening,

H2SO4

melalui

dinding

endapan berwana ungu

tabung

d.

dan terasa panas.

Uji Presipitasi

Dimasukkan 2 mL air liur

Warna air liur : bening


Warna CH3COOH :

bening
Warna campuran :

ke dalam tabung reaksi

Kemudian ditambahkan 1

endapan putih

tetes asam asetat encer


e.

Uji sulfat
Dimasukkan 1 mL air liur
ke dalam tabung reaksi ,
lalu ditambahkan 3-5 tetes

HCl
Kemudian ditambahkan 5-

Warna HCl : bening


Warna air liur + HCl :

bening.
Warna BaCl2 2% : bening
Warna campuran :
warnanya menjadi sedikit

10 tetes BaCl2 2% lalu

keruh

dan

dikocok

partikel-partikel

terdapat
kecil

yang menyebar
2.

Empedu
a. Sifat Empedu

Baunya menyengat
Berlendir
Berbentuk oval
Warna cairan hijau pekat

Terbentuk 3 lapisan:
Atas warna hijau,
tengah cokelat,
bawah coklat bening

Setelah

b. Uji Gmelin

Dimasukkan 3 mL HNO3
pekat

kedalam

tabung

reaksi

Kemudian ditambahkan 3
mL larutan empedu encer
dengan hati-hati . Diamati

dikocok

terbentuk 2 lapisan :
Atas merah bata
bawah bening,
Tabung terasa panas

warna-warna

yang

terbentuk
c. Uji Pettenkofer

Dimasukkan 5 mL larutan
empedu encer ke dalam

Warna empedu: hijau


Warna sukrosa : bening
Warna
campuran
:

tabung reaksi, kemudian

warnanya hijau (tidak ada

ditambahkan

perubahan fisik)

tetes

sukrosa 5 %

Kemudian ditambahkan
H2SO4. Sebelum di

kocok , terbentuk 3

Lalu ditambahkan 3 mL
H2SO4

pekat

melalui

dinding tabung.
-

lapiasan :
Atas hijau keruh
Tengah coklat pekat
bawahnya bening
Setelah dikocok terjadi
perubahan warna.
Bagian atas : ungu pekat
Bagian tengah : merah
bata
Bagian bawah : bening.
Dan tabung reaksi terasa
panas.

d. Fungsi

Empedu

Sebagai

Emulgator

Tabung 1
- Terdapat 2 lapisan
Tabung 1 ditambah 3mL
Atas : minyak (kuning
air suling dan + 3tetes
keruh)
minyak
Bawah : air suling
(bening)
Tabung 2
- Sebelum dikocok terdapat

Tabung ke 2:

3 lapisan:
Atas: minyak
bening)

(kiuning

+3 mL air suling

Tengah: empedu (hijau)


Bawah : air suling

+3 tetes minyak

(bening)
Setelah dikocok terdapat

+3 mL larutan empedu

2 lapisan
Atas: minyak

berbusa

(hijau muda)
Bawah: campuran

air

suling + empedu (hijau


tua)

F.

ANALISIS DATA
1. Air liur
a. Uji Biuret

b. Uji Molisch

c. Uji Peptisasi

Penggumpalanendapanputih
Na++CH3COOHCH3COONa(mengendap)

d. Ujisulfat

BaCl2 (aq) + SO42- (aq)


Penguraiannya :
BaCL2 (aq) + HCl (aq)
Ba2+ (aq) + SO42-(aq)

HCl

BaSO4 (s) + 2 Cl- (aq)


Ba2+(aq) + 3 Cl- + H+
BaSO4 (s)

2. Empedu

a. Sifat Empedu
o
o
o
o
o

Berwarna hijau pekat


Memiliki bau yang menyengat
Berbentuk oval
Berlendir
Warna cairan hijau pekat

b. Uji gmelin
Bilirubin + HNO3
c. Uji Pettenkofer

Kompleks senyawa warna-warni

O
OH
HO

OH

O H

H
H
OH

O
O

H
terhidrolisis

HO
OH

HO
H

OH

OH

HO

OH
H

OH

OH

sukrosa

OH
glukosa

d. Fungsi Empedu Sebagai Emulgator


Garam-garam empedu + minyak micelles
Micelles + air larut
G.

PEMBAHASAN
Air adalah senyawa utama penyusun tubuh makhluk hidup yang
merupakan bagian esensial berfungsi sebagai pelarut dan sebagai katalisator
reaksi-reaksi biologis. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu :
cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan
yang berda di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler
adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu :
cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan

intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan


intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler
adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler,
dan sekresi saluran cerna.
Praktikum kali ini dilakukan percobaan yang bertujuan untuk menguji
sifat fisik dan kimia cairan tubuh. Dalam praktikum kali ini, cairan tubuh
yang digunakan adalah air liur dan empedu. Uji fisik dilakukan dengan
melihat penampakan yang bisa diukur dengan panca indra, seperti berat jenis,
ukuran partikel (partikel size), bentuk, bau, warna dan rasa. Sedangkan uji
kimia dilakukan dengan adanya suatu reaksi kimia ketika bahan uji
direaksikan dengan senyawa kimia tertentu.
Praktikum pertama yaitu menguji sifat fisik dan kimia dari air liur
(saliva). Air liur adalah campuran hasil sekresi yang berasal dari kelenjar
submaksilaris, kelenjar sublingualis, dan kelenjar parotis. Pada kelenjar,kadar
zat lendirnya sedikit akan tetapi kaya akan enzim amilase yang dikenal
dengan nama enzim ptialin. Air liur (saliva) memiliki peran penting dalam
sistem pencernaan makanan. Saliva berfungsi untuk memudahkan dalam
menelan makanan, melindungi rongga mulut dari kekeringan, panas, asam
dan basa, dan untuk membantu pencernaan kimiawi.
Uji fisik dilakukan dengan menetapkan pH air liur. Penetapan pH air
liur dilakukan dengan cara mengukurnya dengan pH stick yang dicelupkan ke
dalam air liur yang tidak disaring dan didapatkan PH air liur adalah 7,0 . PH
air liur biasanya cenderung asam sampai netral dengan rentang antara 6,5-7,0.
Kondisi ini diperlukan agar enzim amilase dan ptialin berfungsi optimal. Pada
pH yang relative rendah atau tinggi aktivitas enzim akan menurun bahkan
hilang Karena kemungkinan enzim sudah terdenaturasi.
Uji kimia dilakukan dengan uji Biuret, uji Molisch, uji Presipitasi, dan
uji Sulfat. Pengujian biuret yang dilakukan pada air liur bertujuan untuk
menentukan apakah di dalam air liur terdapat protein atau tidak. Uji Biuret ini
khas untuk mengetahui adanya ikatan peptide yang ada pada protein. Dimana

dalam suasana basa (akibat penambahan NaOH) Cu 2+ akan bereaksi dengan


gugus CO dan NH2 pada asam amino dalam protein sehingga membentuk
suatu kompleks berwarna.Pereaksi Biuret terdiri dari CuSO4 dalam basa
kuat.Pereaksi ini mengikat ikatan peptida pada sampel.Sampel harus
mengandung minimal dua ikatan peptida. Jika terdapat peptida maka warna
larutan akan berubah. Perubahan warna sesuai dengan kadar protein dalam
larutan sampel. Semakin tinggi kadar protein sampel warna larutan semakin
gelap. Pada uji Biuret, air liur tidak disaring supaya semua bahan atau
kandungan yang ada didalamya utuh atau alami.Air liur berwarna bening
kemudian di tambah dengan NaOH yang bening, larutan menjadi
bening.Setelah itu di tambahkan CuSO4, Warna campuran menjadi ungu dan
terdapat endapan berwarna ungu.Dari uji yang dilakukan didapatkan hasil
positif yang artinya di dalam air liur terdapat protein. Hal ini karena air liur
mengandung enzim amilase yang merupakan suatu protein dan musin yang
merupakan suatu glikoprotein serta senyawa-senyawa protein lain yang juga
terkandung dalam air liur. Reaksi yang terjadi dalam pengujian biuret ini
adalah sebagai berikut :

Selanjutnya uji air liur dengan uji Molisch. reaksi mollisch digunakan
untuk mengidentifikasi ada tidaknya radikal prostetik karbohidrat pada
protein majemuk seperti glikoprotein pada saliva. Prinsip umum dari
pengujian ini adalah jika terdapat karbohidrat baik pentose maupun heksosa
akan mengalami kondensasi jika di tambahkan H2SO4. Hasil kondensasi ini
akan bereaksi dengan-naftol sehingga membentuk kompleks ungu yang
berupa cincin di antra 2 lapisan. Namun pada hasil pengamatan, cincin ungu

berada pada dasar tabung menyerupai endapan dan tidak berada pada tengahtengah antara 2 lapisan. Hal ini disebabkan karena saliva yang diamati tidak
dalam keadaan baik dan penuh busa. Hasil yang didapat adalah positif yaitu
dengan terbentuknya cincin ungu yang merupakan hasil reaksi kondensasi
antara hidroksimetilfurfural dengan -naftol.Hidroksimetilfurfural terbentuk
dari reaksi dehidrasi dengan H2SO4 dengan gula heksosa. Hal ini dikarenakan
adanya karbohidrat yang dapat berupa maltosa atau glukosa (yang merupakan
gula heksosa) hasil pemecahan amilum oleh enzim maltase yang masih tersisa
dari proses pencernaan makanan. Reaksi uji mollish adalah :

Pada percobaan ketiga untuk uji kimia air liur yaitu uji Presipitasi
dengan asam asetat glasial untuk melihat adanya pengendapa dimana proses
pengendapan sendiri adalah cara untuk mempermudah proses pemisahan.

Pada uji presipitasi ini ligunakan saliva yang sudah tersaringuntuk


meghilangkan kotoran yang ada dan dapat melihat perbedaannya dengan jelas
saat terjadi reaksi. Pada temperatur tertentu, kelarutan zat pada pelarut
tertentu didefinisikan sebagai jumlahnya jika dilarutkan pada pelarut yang
diketahui beratnya dan zat tersebut mencapai kesetimbangan dengan pelarut
itu.Sedangkan yang disebut sebagai presipitasi amorf adalah pengendapan
pelarut dalam bentuk yang amorphous atau tidak berbentuk. Berdasarkan uji
presipitasi, dalam air liur terbentuk presipitasi amorf yang ditandai dengan
adanya warna keruh pada kertas saring,setelah ditambahkan CH 3COOH
warnanya tetap yaitu keruh tapi agak encer dan menghasilkan larutan seperti
gel.Hal ini terjadi karena adanya koagulasi dari melekul-molekul yang berupa
protein (misalnya enzim amilase) yang terkandung pada air liur. Dimana
protein pada penambahan asam akan menyebabkan terjadinya koagulasi dan
mengendap pada dasar tabung. Hasil pengamatan yang diperoleh berupa
larutan yang semakin keruh jika dibandingkan dengan larutan semula.
Kekeruhan ini merupakan indikasi jika di dalam larutan tersebut terbentuk
endapan. Reaksi yang terbentuk :

Penggumpalanendapanputih
Na++CH3COOHCH3COONa(mengendap)

Pengujian yang terakhir pada saliva yaitu pengujian ion sulfat.


Pengujiam ini seperti uji Presipitasi yang sampel liur harus di saring terlebih
dahulu. Pengujian sulfat ini mengunakan BaCl2 yang akan bereaksi
membentuk BaSO4 yang memiliki kelarutan rendah sehingga akan
mengakibatkan terbentuknya endapan dalam larutan yang diasamkan. Dalam
hasil pengamatan ketika saliva yang berwarna bening ditambahkan BaCl2,
warna larutan tetap bening. Larutan campuran ditambahkan HCl yang

merupakan asam kuat, terbentuk 2 lapisan yaitu bening (bawah), dan keruh
(atas). Hal ini membuktikan adanya ion sulfat di dalam saliva. Reaksi pada uji
Sulfat ini sebagai berikut :
BaCl2 (aq) + SO42- (aq)

HCl

BaSO4 (s) + 2 Cl- (aq)

Praktikum kedua adalah uji sifat fisik dan kimia dari empedu.
Empedu adalah cairan pahit dan berwarna hijau kekuningan karena
mengandung pigmen bilirubin, biliverdin, dan urobilin, yang disekresikan
oleh hepatosit hati. Empedu merupakan membantu dalam pencernaan lemak,
lemak tidak larut dalam air, diemulsi sehingga lebih gampang diserap oleh
tubuh. Untuk uji fisik, dilakukan pengamatan dengan melihat warna, bau, dan
bentuk dari kantong empedu ayam. Sesuai hasil pengamatan empedu
berbentuk lonjong, lembek, dan berselaput berwarna hijau kekuningan yang
di pengaruhi adanya bilirubin yang merupakan zat warna empedu hasil dari
perombakan sel darah merah.
Untuk uji kimia empedu pertama yaitu uji Gmelin, Prinsip pengujian ini
meliputi reaksi antara bilirubin dengan HNO 3 yang akan menghasilkan
larutan berwarna sesuai dengan kosentrasi HNO3 yang dipakai Jika kita
mengunakan HNO3 pekat (95%) maka akan terbentu larutan merah muda,
saat penambahan HNO3 dilakukan sangat hati-hati dimana larutan ditetesi
perlahan melalui dinding tabung karena larutan asam kuat ini dikhawatirkan
dapat memicu eksplosif. HNO3 berfungsi sebagai oksidator kuat dalam reaksi.
Hasil pengamatan didapatkan 3 lapisan yaitu lapisan atas berwarna hijau,
lapisan tengah berwarna cokelat dan lapisan bawah berwarna bening, setelah
dilakukan pengocokan terdapat 2 lapisan dimana lapisan atas berwarna merah
bata dan lapisan bawah berwarna bening. Warna merah bata yang cenderung
kecoklatan ini merupakan warna dari bilirubin yang sedikit memang sedikit
cokelat kekuningan, sedangkan warna kemerahan membuktikan bahwa
adanya reaksi bilirubin dengan HNO3 pekat. Reaksi yang terjadi adalah :
Bilirubin + HNO3

Kompleks senyawa warna-warni

Pengujian kedua yaitu dengan mengunakan pengujian pettenkoffer.


Pengujian ini akn membuktikan adanya asam empedu seperti asam kholat
atau asam kenodeosikolat yang terkandung di dalamnya yang merupakan
senyawa aromatik kompleks. Prinsip pengujian ini adalah garam pada
empedu akan diasamkan oleh H2SO4 dan adanya hasil kondensasi heksosa
dari sukrosa akan bereaksi dengan asam empedu membentuk kompleks
warna-warni. Dari hasil pengamatan, saat cairan empedu ditambahkan
sukrosa, tidak terjadi perubahan warna. Kemudian ditambahkan H2SO4.
Sebelum di kocok , terbentuk 3 lapiasan :Atas hijau keruh, tengah coklat
pekat dan bawahnya bening. Setelah dikocok terjadi perubahan warna. bagian
atas berwarna ungu pekat, Bagian tengah merah bata, dan bagian bawah
bening, selain itu tabung reaksi terasa panas. Asam empedu dengan furfural
(dihasilkan dari dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat pekat) akan
berkondensasi membentuk senyawa kompleks berwarna.

O
OH
HO

OH

O H

H
H
OH

O
O

terhidrolisis

HO
OH

HO
H

OH

OH

OH

HO

OH

OH

H
OH

sukrosa

glukosa

Pengujian ketiga yaitu mengetahui sifat pengemulsi lemak dari cairan


empedu. Sifat ini wajib di miliki cairan empedu. Hal ini berkaitan dengan
fungsinya dalam pencernaan makanan di dalam tubuh yaitu sebagai pencerna
lemak. Lemak akan mudah di hidrolisis dengan cara mengubah bentuknya
menjadi emulsi. Zat yang berperan disini adalah enzim lipase. Dari hasil
pengamatan yang diperoleh terbentuk emulsi pada tabung 2. Tabung I
(aquades

ditambahkan

minyak)

hasilnya

tidak

dapat

bercampur

(terpisah).Tabung II aquades ditambahkan minyak, tidak dapat bercampur,


kemudian ditambahkan empedu, larutan menjadi tercampur (emulsi stabil)

minyak berbusa (hijau muda), lapisan bawah: campuran air suling + empedu
(hijau tua). Hal ini dapat terjadi dikarenakan cairan empedu bereaksi dengan
lemak membentuk micelles sehingga mampu tercampur dengan air dan
menjadi emulsi. Empedu dapat berfungsi sebagai emulgator apabila
ditambahkan dengan minyak ketika empedu ditambahkan dengan minyak.
Hal ini menunjukan adanya enzim lipase dalam empedu yang kita analisis
dengan reaksi :
Garam-garam empedu + minyak micelles
Micelles + air larut
H.

KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum diatas dapat disimpulkan bahwa:
a. Air liur memiliki pH 6,5-7,0 yang disebabkan karena enzim amilase
pada saliva memiliki pH optimum pada keadaan sedikit asam sampai
netral. Enzim amilase pada saliva merupakan suatu glikoprotein
sehingga memberikan hasil positif pada uji biuret. Di dalam air liur
terdapat karbohidrat dalam bentuk maltose atau glukosa yang
merupakan hasil pemecahan amilum oleh enzim amilase sehingga
memberikan hasil positif pada uji molish. Adanya asam dapat
menyebabkan koagulasi molekul-molekul protein (misalnya enzim)
yang terkandung dalam air liur pada uji pesipitasi. Dalam air liur
terkandung ion sulfat sehingga memberikan uji positif pada ujisulfat
yang ditandai dengan adanya endapan/bulir-bulir putih BaSO4.
b. Kandung empedu menyimpan cairan empedu yang berwarna hijau
tua.Didalam empedu terdapat bilirubin yang merupakan pigmen
empedu yang dapat diidentifikasi dengan uji gmelin dan membentuk
suatu turunan berwarna.Uji pettekofer akan menghasilkan kompleks
berwarna pada larutan karena empedu mengandung asam empedu yang
merupakan senyawa aromatik kompleks.Empedu mempunyai fungsi
sebagai emulgator yang menyebabkan emulsi stabil dari lemak dengan
membentuk micelles yaitu kompleks yang larut dalam air.

DAFTAR PUSTAKA
Anthara, I Made Suma.,dan I Nyoman Suartha. 2011. Homeostasis Cairan Tubuh
pada Anjing dan Kucing. Denpasar : Universitas Udayana.
Pearce, Evelyn C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.

Jakarta :

Gramedia Pustaka Utama.


Soesilo, Diana.,Rinna Erlyawati Santoso.,dan Indeswati Diyatri. 2005. Peranan
Sorbitol dalam Mempertahankan Kestabilan pH Saliva pada Proses
Pencegahan Karies. Surabaya: Universitas Airlangga.
Tarwoto.,dkk. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan.
Jakarta : CV Trans Info Media.
Yunianto, hasanuddin., dan Tristiarti. 2013. Lemak dan Kolesterol Daging pada
Ayam Broiler yang diberi Pakan Step Down Protein dengan Penambahan
Air Perasan Jeruk Nipis sebagai Acidifier. Semarang : Universitas
Diponegoro.

You might also like