You are on page 1of 8

ACARA II

Fungi Arbuskular Mikoriza (FMA) dan Layanan Agrofungsional Serta


Metode Perbanyakan dalam Pot Kultur
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Permentan No.2 tahun 2006 menerangkan bahwa, pupuk organik di
definisikan sebagai pupuk yang sebagian atau seluruhnya berasal dari dari
tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat
berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk
memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Pupuk organik
mempunyai beragam jenis dan varian. Jenis-jenis pupuk organik dibedakan
dari bahan baku, metode pembuatan dan wujudnya. Dari sisi bahan baku
ada yang terbuat dari kotoran hewan, hijauan atau campuran keduanya.
Dari metode pembuatan ada banyak ragam seperti kompos aerob, bokashi,
dan lain sebagainya. Sedangakan dar sisi wujud ada yang berwujud serbuk,
cair maupun granul atau tablet.
Teknologi pupuk organik berkembang pesat dewasa ini. Perkembangan
ini tak lepas dari dampak pemakaian pupuk kimia yang menimbulkan
berbagai masalah, mulai dari rusaknya ekosistem, hilangnya kesuburan
tanah, masalah kesehatan, sampai masalah ketergantungan petani terhadap
pupuk. Oleh karena itu, pemakaian pupuk organik kembali digalakan
untuk mengatasi berbagai masalah tersebut.
Cendawan Mikoriza Arbuskular (CMA) merupakan asosiasi antara
cendawan tertentu dengan akar tanaman dengan membentuk jalinan
interaksi yang komplek. Mikoriza berasal dari karta miko (mykes=
cendawan) dan rhiza yang berarti akar. Mikoriza dikenal dengan jamur
tanah karena habitatnya berada di dalam tanah dan berada di area
perakaran tanaman (rizosfer). Selain disebut sebagai jamur tanah juga
biasa dikatakan sebagai jamur akar. Keistimewaan dari jamur ini adalah
kemampuannya dalam membantu tanaman untuk menyerap unsur hara
terutama unsur hara Phosphat (P). Mikoriza merupakan suatu bentuk
hubungan simbiosis mutualistik antar cendawan dengan akar tanaman.

Baik cendawan maupun tanaman sama-sama memperoleh keuntungan dari


asosiasi ini. infeksi ini antara lain berupa pengambilan unsur hara dan
adaptasi tanaman yang lebih baik. Dilain pihak, cendawan pun dapat
memenuhi keperluan hidupnya (karbohidrat dan keperluan tumbuh
lainnya) dari tanaman inang.
2. Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa mampu mengetahui prinsip
isolasi spora mikoriza dari rizhofer serta melakukan perbanyakan dalam
pot kultur.
B. Tinjauan Pustaka
Bentuk hubungan antara dosis mikoriza terhadap berat segar tunas pada
masing-masing dosis K adalah kwadratik, semakin meningkat dosis
mikoriza yang diberikan tiap-tiap dosis K menyebabkan berat segar tunas
meningkat sampai pada dosis tertentu, sehingga didapat dosis mikoriza
optimum dan berat segar tunas maksimum. Adapun dosis mikoriza
optimum dan berat segar tunas maksimum yaitu 18,17 g dan 19,66 g
dengan 25,63 g dan 21,03 g dengan persamaan regresi sebagai berikut
YK0 = 18,51 + 0,10M (r = 0,825**), YK1= 15,133 + 1,090M-0,030M2 (r
= 0,699**) dan YK2= 15,943 + 0,177M-0,014M2 (r = 0,669**)
(Tirta 2006).
Pupuk hayati mikoriza merupakan agens bioteknologi dan bioprotektor
yang ramah lingkungan serta mendukung konsep pertanian berkelanjutan.
Cendawan mikoriza arbuskular merupakan simbion obligat yang
memerlukan fotosintat dari tanaman inang (dalam hal ini tanaman bawang
merah) untuk pertumbuhan hifanya. Hifa yang mempenetrasi tanaman
inang, membantu mendekatkan unsur hara dari zone rizosfer tanaman
inang sehingga pertumbuhan dan perkembangan tanaman inang lebih cepat
(Sumiati dan Gunawan 2006).
Tanaman mentimun yang diberi pupuk kandang domba (pada tanaman
yang diinokulasi mikoriza) mengalami infeksi akar tertinggi. Hasil ini
mengungkapkan bahwa pemberian bahan organik (kotoran domba)
menciptakan kondisi yang menguntungkan untuk perkembangan dan daya

infeksi

mikoriza.

Bahan

organik

menyediakan

karbon

untuk

perkembangan mikoriza dan organisme lainnya (Rosliani et al 2006).


Akar tanaman yang berasosiasi dengan mikoriza diketahui dapat
berperan dalam mereklamasi lahan-lahan yang terkontaminasi logam berat.
Mekanisme perlindungan terhadap logam berat dan unsur beracun yang
diberikan mikoriza dapat melalui efek filtrasi, menonaktifkan secara
kimiawi atau akumulasi unsur tersebut dalam hifa. Mikoriza dapat terjadi
secara alami pada tanaman tingkat tinggi di lahan limbah yang
terkontaminasi logam berat. Pemanfaatan mikoriza dalam fitoremediasi
tanah tercemar, di samping adanya akumulasi bahan tersebut dalam hifa
juga dapat melalui mekanisme penguraian logam tersebut oleh sekresi hifa
ekternal (Aprilia dan Purwani 2013).
Dalam sistem pertanian berkelanjutan dan input rendah, peran
mikroorganisme mikoriza dalam menjaga kesuburan tanah dan biokontrol
dari tanah patogen adalah lebih penting dari pada pertanian konvensional
dimana keberadaannya telah dibatasi oleh input tinggi agrochemical
yang menyebabkan pencemaran lingkungan. Prinsip tanaman campuran
yang dipadukan dengan bahan organik sebagai pupuk adalah pendekatan
pertanian berwawasan lingkungan yang tidak terlepas dengan pendekatan
ekosistem. Pertanaman campuran diketahui mempunyai potensi untuk
menjaga populasi fungi mikoriza arbuskula (FMA) karena adanya variasi
tanaman. (Indriani et al 2008).
C. Metodologi Praktikum
1. Isolasi
a. Alat
1) Gelas akua
2) Saringan kasar dan halus (spora), 3 tingkat saringan (250, micron, 60
mikron, dan 90 mikron)
3) Cawan petri
4) Mikroskop
5) Pipet kecil
6) Gelas piala
7) Deglass dan kaca preparat
b. Bahan
1) Contoh tanah di sekitar perakaran tanaman
2) Aquadest

3) Pupuk mikoriza
c. Cara kerja
1) Mencampur contoh tanah (25 gram) dengan air (100 ml)/
(perbandingan tanah:air 1:5-10) alam gelas piala, kemudian
mengaduk rata dan membiarkan beberapa detik agar partikel kasar
mengendap.
2) Menuangkan cairan (didekantasi) melalui saringan kasar (25 mikron)
untuk memisahkan partikel kasar. Menampung cairan yang melewati
saringan pertama. Mencuci saringan dengan air mengalir, jangan
menggunakan tangan atau benda lain karena dapat merubah ukuran
saringan.
3) Menyaring kembali hasil tampungan dari saringan kedua dengan
ukuran saringan yang lebih halus (90 mikron). Menamping hasil
saringan kedua dan cuci saringan dengan air mengalir.
4) Menyaring hasil saringan kedua untuk terkhir kali dengan saringan
paling halus (60 mikron). Memindahkan sisa yang tertinggal pada
saringan dalam cawan petri (+4 petri). Cara : Membalik saringan,
menyemprot pada bagian yang terdapat terserah yang tertinggal
dengan air dan taruh cawan petri di bawah saringan.
5) Mengamati hasil saringan pada cawan petri di bawah mikroskop
binokuler, memisahkan spora dari seresah organic dan hitung jumlah
sporanya.
2. Kultur Pot
a. Alat
1) Pot plastic kapasitas 250 cc
2) Oven
3) Autoclave
4) Saringan
b. Bahan
1) Media kultur pot bias berupa zeolit
2) Benih jagung (Zea mays)
3) Starter inokulum FMA
4) Larutan alkohol 50%
5) KOH 10% dan HCl 1N
6) Aquadest
7) Tryplanblue 0,05%
8) Larutan Jhonson
c. Cara kerja

1) Menyiapkan media kultur pot bias berupa tanah berpasir, pasir atau
ziolit.
2) Mengecambahkan benih jagung dalam bak kecambah.
3) Membasahi media yang telah disiapkan dan membuat koakan kurang
lebih lebar 2 cm dan dalam 3 cm. Memasukkan starter inokulum
FMA ke dalam pot kultur sebanyak 50 g/pot.
4) Menanam kecambah jagung diatas inokulum.
5) Memelihara kultur dengan penambahan air secukupnya setiap hari,
hindari jangan sampai tergenang. Pemupukan dilakukan dengan
pemberian larutan jonson sesuai petunjuk.
6) Menghentikan penyiraman pada saat tanaman mulai masuk fase
generative dan Memotong akar tanaman serta memanen inokulum.
7) Pemanenan hanya dilakukan setelah media sudah benar-benar
kering, dan inokulum dapan disimpan dalam kantong plastic dan
dismpan dalam tempat kering.
8) Catatan: sususan larutan hari jonshon dan petunjuk penggunaan
D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
E. Kesimpulan dan Saran

DAFTAR PUSTAKA
Aprilia. D. D dan Purwani. K.I. 2013. Pengaruh Pemberian Mikoriza Glomus
fasciculatum Terhadap Akumulasi Logam Timbal (Pb) Pada Tanaman
Euphorbia milii. Jurnal Sains dan Seni Pomits. Vol 2(1) : 79-83.
Indriyani. N. P, Mansyur, Susilawati. I, dan Islami. R. Z. 2008. Peningkatan
Produktivitas Tanaman Pakan Melalui Pemberian Fungi Mikoriza
Arbuskular (FMA). Pastura. Vol 1(1) : 27-30.
Rosliani, R., Y. Hilman, dan N. Sumarni. 2006. Pemupukan Fosfat Alam, Pupuk
Kandang Domba, dan Inokulasi Cendawan Mikoriza Arbuskula terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Mentimunpada Tanah Masam. Jurnal
Hortikultura. Vol 16(1): 21-30.
Sumiati, E, dan O.S. Gunawan. 2006. Aplikasi Pupuk Hayati Mikoriza untuk
Meningkakan Efisiensi Serapan Unsur Hara NPK serta Pengaruhnya
terhadap Hasil dan Kualitas Umbi Bawang Merah. Jurnal Hortikultura. Vol
17(1): 34-42.
Tirta. i. G. 2006. Pengaruh Kalium dan Mikoriza Terhadap Pertumbuhan Bibit
Panili(Vanilla Planifolia Andrew). BIODIVERSITAS. Vol 7 (12) : 171-174.

You might also like