You are on page 1of 3

Awal

Masuknya

Islam

dan

Kerajaan

Demak

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/sejarawan99/awal-masuknya-islam-dankerajaan-demak_55186b6681331125699de846
Pada abad XV, salah seorang yang paling terkenal dan tertua diantara para walidi Jawa
ialah Raden Rahmat dari Ngampel Denta. Ia diberi nama sesuai dengan nama
kampung di Surabaya. Menurut teks-teks lama, Raden Rahmat itu adalah adik: dan
menurut teks-teks tua, yaitu babad, ia adalah kakak. Berbicara mengenai letak Cempa,
tentunya berhubungan dengan asal para penyebar Islam pertama di Jawa Timur
termasuk Raden Rahmat. Dr. Rouffaer (Sumatera) berdasarkan dugaan telah
mengidentifikasikan Cempa atau Campa ini dengan Jeumpa di Aceh, diperbatasan
antara Samalangan (Simelungan) dan Pasangan. Apabila Cempa (=jeumpa) ditukar
tempatnya dengan Pasai, maka rute perjalanannya lebih masuk akal. Sehubungan
dengan perdagangan pelaut Islam menggantikan kedudukan orang bukan Islam.
Pedagang Islam dianggap sebagai pesaing ketika melewati jalan yang menyusuri
pantai Sumatera dan Jawa menuju ke kepulauan remph-rempah Maluku. Bandarbandar di sepanjang pantai utara Jawa pertama-tama merupakan pangkalan.
Kemakmuran bandar0bandar itu bergantung pada persediaan beras yang dapat
mereka tawarkan. Perpindahan kekuasaan politik ke tangan orang Islam terjai dengan
dua cara: 1. Bangsawan Jawa yang kafir dengan sukarela memeluk agama baru iru. 2.
Orang asing yang beragama Islam dari macam-macam bangsa membuat rumah
mereka menjadi kubu pertahanan. Pada permulaan abad VI, sesudah berdirinya
kerajaan-kerajaan Islam di pantai utara Pulau Jawa, datanglah maulana-maulana dari
tanah seberang. Mereka akan menetap di Jawa sesudah didirikannya kelompokkelopok Islam. Para guru yang datang tersebut memperkuat kemanan kelompokkelompok itu. Dalm legenda-legenda mengenai masjid Demak, Sunan Kalijaga
menduduki tempat yang penting. Dialah yang berjasa memebtulkan kiblat masjid.
Beliau jugalah yang memperoleh baju wasiat Antakusuma, yang jatuh dari langit di
masjid itu di tengah para wali yang sedang bermusyawarah. Baju tersebut juga disebut
Kiai Gundil (Gundul) merupakan salah satu pusaka raja-raja Jawa. Legenda dan
cerita-cerita tradisi penting, karena telah mengungkapkan betapa pentingnya Masjid
Demak dan dapat dianggap dongeng yang termasuk sastra keagamaan untuk
menghormati orang suci. Zaman dahulu wilayah Demak terletak di tepi selat di antara
Pegunungan Muria dan Jawa namun selat itu akhirnya tidak dapat dilayari. Oleh karena
itu Demak tidak dapat digunakan sebagai pelabuhan, maka Jepara menjadi pelabuhan
Demak.
Sedangkan penghubung Demak dengan daerah pedalaman di Jawa Tengah
ialah Sungai Serang. Jalan darat juga cukupo baik dilalui pedati melalui batas daerah
perairan yang rendah dari sungai Serang dan Lusi mrnuju lembah bengawan.
Munclunya dan bekuasanya Islam mempengaruhi sejarah Jawa pada abad XVII dan
abad-abad berikutnya sehingga zaman sebelum Mataram dianggap kurang penting.
Namun dengan ditemukannya Suma Oriental, terbukalah kemungkinann menyusun
sejarah Demak yang lebih dapat dipercaya. Antara buku Tome Pires ini dengan bukubuku sejarah Jawa Barat terdapat kesesuaian dalam ham pemberitaan bahwa dinasti
Demak dimulai dengan tiga orang raja. Berdasarkan beberapa berita abad XVII dan

yang dari Jawa Barat dapat disimpilkan bahwa asal usul dinasti Demak itu dari Cina
pada waktu ini dapat dipercaya. Sebagai raja Demak pertama ialah Raden Patah.
Pengganti Raden Patah ialah Pangeran Sabrabg Lor. Namun pemberitaan Pires dan
naskah-naskah sejarah Jawa barat, tidak banyak yang dapat dinyatakan dengan pasti
tentang kehidupan penguasa kedua di Demak itu. Tentu saja penting juga diketahui
kapan Demak menjadi menjadi kerajaan yang merdeka. Pemimpin Demak yang ketiga
adalah Sultan Trenggana. Dari keterangan-keterangan berbagai cerita rakyat Jawa da
berita Pires dapat disimpulkan bahwa raja Demak yang ke tigamemerintah pada sekitar
1504 sampai 1546. Dalam waktu itu wilayah kerajaan diperuas ke barat dan timur, dan
Masjid Demak telah dibangun sebhai lambang kekuasaan Islam. Di Jawa para imam
masjid hampir selalu disebut pengulu.
Imam pertama di Masjid Demak ialah Pangeran, putra Pangeran Rahmat dari
Ngampel Denta. Ia dipanggil oleh Pangeran Ratu untuk memangku jabatab itu. Imam
yang kedua ialah suami cucu Nyai Gede Pancuran yang bernama Makdum Sampang.
Kemudian ia digantikan anaknya yaitu Kiai GedengPambayun ing Langgar. Imam yang
keempat ialah sepupu dari pihak ibu pendahulunya, ia anak Nyai Pambarep yang
bergelar Pengulu Rahmatullah dari Undung. Sedangkan imam keliam ialah Putra
Pengulu Rahmatullah yang bernama Pangeran Kudus atau Pandita Rabani. Penobatan
raja demak dengan gelar sultan diperoleh oleh Sultan Ahmad Abdul Arifin yang
dianugerahkan oleh syekh Nurullah. Syekh Nurullah yang pernah ke Tanah Suci, Mekah
karena terpengaruh internasionalisasi Islam menganjurkan kepada raja Demak untuk
bertingkah laku sebagai raja Islam benar-benar. Legenda Jawa mengenai direbutnya
Majapahit oeh orang Islam dapat dibagi menjadi dua kelompok : 1. Cerita yang
menunjukkan segala pujian kepada para alim Islam, dan terutama kepada para ulama
dari Kudus. 2. Cerita yang menyanjung Raden Patah, Raja Demak, sebagai pahlawan.
Cerita kelompok pertama itulah yang paling lengkap. Cerita itu terdapat dalam naskahnaskah cerita Jawa Timur dan Jawa Tengah. Cerita kelompok kedua, dimuat dalam
babad dari Jawa Tengah yang berisi sejarah keluarga Raja Mataram. Ceritanya lebih
ringkas daripada yang termasuk kelompok pertama dan bercorak legenda, diwarnai
oleh peran alam gaib. Apabila cerita-cerita Jawa mengenai jatuhnya Majpahit
dibandingkan, ada dua hal yakni keimanan kelompok alim ulama Islam, yakni golongan
mmenengah, dipimpn oleh para pemuka yang semula merupakan imam-imam di masjid
dan cita-cita politis yang mengarah ke perluasan wilayah kekuasaan dan kemerdekaan
kerajaan-kerajaan Islam muda di Jawa Tengah.
Ibukota Islam Demak, menjadi titik tolak perjuangan pada dasawarsa-dasawarsa
pertama abad XVI, untuk menyebarkan agama Islam ke barat. Tindakan bersenjata
yang dilakukan orang Jawa Tengah, untuk memulihkan atau memantapkan kekuasaan
Sultan, dapat dianggap salah satu tindakan kekuasaan maharaja Islam itu. Sedangkan
meluaskan daerah ke timur Demak seperti pengusaan wilayah Tuban (1527), Wirasara
(1528), Gagelang atau Madiun (1529), Medangkungan (1530), Surabaya (1531),
Pasuruan (1535), Lamongan, Blitar, dan Wirasaba (1541-1542), Gunung
Penanggungan (1543), Mamenang (1544), dan Sengguruh (1545). Sesudah kehilangan
ibukotanya, Brawijaya raja terakhir di Majapahit menyingkir ke timur. Ia dan penduduk
Jawa Timur yang kafir melawan ekspansionisme umat Islam Jawa Tengah. Perang
terjadi pada 1468 J (1546), perebutan Blambangan berhasil, namun wafatnya Sultan
tidak diberitakan. Sistem kerajaan Demak dan Majapahit hampir sama, di masa Demak

juga ada kunjungan menghadap raja seperti zaman majapahit. Pengadilan pradata
juga ada seperti zaman pra-Islam. Dijawa hukum adat dan hukum peradilan yang
bercorak Hindu masih bertahan di samping hukum Islam. Menurut babad di Jawa
Tengah, Sultan Trenggana diganti olrh Susuhunan Prawata. Sama sekali tidak ada
berita dalam babad Jawa mengenai pemerintahan Susuhunan Prawata. Susuhunan
Prawata di bunuh tahun 1549 oleh Arya Penangsang yang akhirnya tahun itu juga mati.
Setalah itu Jaka Tingkir menjadi penguasa Demak dan diakui penguasa Jawa Tengah
dan Jawa Timur sebagai maharaja. Berikutnya ia memindahkan pusat kerajaan Demak
ke
pedelaman,
Pajang.

You might also like