You are on page 1of 19

ACARA II

KIMIA LIPIDA
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
a. Mempelajari identifikasi senyawa dengan menggunakan grease spot test (tes noda
lemak).
b. Mempelajari identifikasi kualitas minyak melalui penentuan bilangan penyabunan.
c. Mempelajari identifikasi kualitas minyak melalui penentuan bilangan asam.
d. Mempelajari identifikasi kualitas minyak melalui penentuan bilangan peroksida.
2. Waktu Praktikum
Selasa, 6 Oktober 2015
3. Tempat Praktikum
Lantai II dan III, Laboratorium Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Mataram.
B. LANDASAN TEORI
Lipid adalah sekelompok senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan, hewan,
atau manusia dan memegang peranan penting dalam struktur dan fungsi sel. Senyawa lipid
tidak mempunyai rumus empiris tertentu atau struktur yang serupa, tetapi terdiri atas
beberapa golongan. Berbeda dengan karbohidrat dan protein, lipid mempunyai sifat tidak
larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik nonpolar seperti eter, kloroform, aseton,
dan benzena. Berdasarkan sifat demikian, lipid dapat diperoleh dengan cara ekstraksi dari
jaringan hewan atau tumbuhan menggunanakan eter atau pelarut nonpolar lainnya (Yazid,
2009 : 41).
Senyawa-senyawa yang termasuk lipid ini dapat dibagi dalam beberapa golongan.
Ada bebrapa cara penggolongan yang dikenal. Bloor membagi lipid dalam tiga golongan
besar yakni : (1) lipid sederhana, yaitu ester asam lemak dengan berbagai alkohol,
contohnya lemak atau gliserida dan lilin (waxes); (2) lipid gabungan yaitu ester asam
lemak yang mempunyai gugus tambahan, contohnya fosfolipid, serebrosida; (3) derivat
lipid, yaitu senawa yang dihasilkan oleh proses hirolisis lipid, contohnya asam lemak,
gliserol, dan sterol. Disamping itu berdasarkan sifat kimia yang penting, lipid dapat dibagi
dalam dua golongan besar, yakni lipid yang dapat disabunkan, yakni dapat dihidrolisis
dengan basa, contohna lemak, dan lipid yang tidak dapat disabunkan, contohnya steroid
(Poedjadi, 2006 : 52).
Melalui proses fermentasi, ekstraksi minyak diperoleh dengan cara memecah ikatan
protein yang berperan sebagai stabilisator emulsi. Fermentasi santan kelapa terjadi karena
adanya peranan mikrobia dalam santan kelapa. Mikrobia tersebut menghasilkan enzim

protease yang menghidrolisis protein menjadi polipeptida. Pemecahan protein pada emulsi
santan akan menyebabkan terjadinya pemisahan antara fasa minyak dilapisan paling atas,
air pada lapisan bawah dan protein pada lapisan tengah. Karena berat jenis minyak lebih
kecildaripada air, maka lapisan minyak lebih mudah dipisahkandari lapisan air. Untuk
memisahkan

lapisan

minyak

dariprotein

dilakukan

dengan

cara

penyaringan

menggunakankertas saring (Soeka, 2008).


Minyak/trigliserida secara umum mempunyai sifat non polar, karena banyaknya
rantai panjang dalam asam lemaknya. Sehingga untuk dapat melarutkannya digunakan
pelarut yang bersifat non polar dan mudah larut dengan polaritas yang sama. Pelarut yang
digunakan untuk mengekstrak minyak pada ikan lele adalah n-heksan yang bersifat non
polar (Gunawan, 2014).
Besarnya volume inokulum yang ditambahkan pada kandungan

asam lemak

minyak bekatul. Volume inokulum yang ditambahkan akan berpengaruh pada hasil
metaboisme kapang yaitu enzim (desaturase dan elongase) yang mengkatalis pembentukan
asam lemak tak jenuh dan lipid. Semakin besar volume inokulum yang ditambakan pada
bekatul kemungkinan akan menghasilkan enzim dan lipid yang banyak. Namun
pertumbuhan sel kapang sangat berpengaruh pada nutrisi dalam substrat. Oleh karena itu
dilakukan variasi volume inokulum untuk mengetahui sejauh mana pengaruhnya terhadap
asam lemak tak jenuh yang dihasilkan pada substrat bekatul (Sukma, 2010).
Minyak diketahui memiliki titik uap cukup tinggi dikarenakan substansi
penyusunnya yang berupa triasilgliserol. Oleh karena itu, sebelum dianalisis dengan
kromatografi gas spektroskopi massa (KGSM) terlebih dahulu setiap sampel minyak
ditransesterifikasi membentuk suatu satuan asam lemak metil ester atau dikenal sebagai
FAME (Fatty Acid Methyl Ester) dengan bantuan katalis basa dan boron trifluorida (BF3).
Proses transesterifikasi ini melibatkan dua tahapan yaitu tahapan hidrolisis triasilgliserol
dengan adanya katalis basa dan tahapan esterifikasi asam lemak dengan gugus metil dari
metanol yang dibantu katalis BF3 (Maulana, 2014).
Kerusakan pada lemak atau minyak dapat terjadi karena proses oksidasi oleh
oksigen dari udara terhadap asam lemak tidak jenuh dalam lemak atau minyak yang terjadi selama proses
pengolahan atau penyimpanan. Asam lemak tidak jenuh semakin reak- tif terhadap oksigen
dengan bertambah jumlah ikatan rangkap pada rantai molukul. Oksidasi spontan asam
lemak tidak jenuk didasarkan pada serangan oksi- gen terhadap ikatan rangkap sehingga
terbentuk per-oksida (Panagan, 2011).

C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


1. Alat-alat praktikum
a. Buret 50 mL
b. Corong kaca 60 mm
c. Erlenmeyer 250 mL
d. Ember
e. Gelas arloji
f. Gelas kimia 250 mL
g. Gelas kimia 600 mL
h. Gelas ukur 100 mL
i. Gelas ukur 50 mL
j. Klem
k. Kertas saring
l. Kondensor liebig
m. Magnetic stirer
n. Pemanas
o. Pipet tetes
p. Pipet volum 2 mL
q. Pipet volum 25 mL
r. Rubber bulb
s. Selang air masuk
t. Selang air keluar
u. Spatula
v. Sumbat
w. Timbangan analitik
x. Tiang statif
y. Termometer 100C
2. Bahan-bahan praktikum
a. Aquadest(l)
b. Etanol 95%
c. Eter(l)
d. Es batu(s)

e. Larutan asam asetat glacial- kloroform (3:2)


f. Larutan HCl 0,5 N
g. Larutan indikator amilum
h. Larutan indikator fenolftalein
i. Larutan KI jenuh
j. Larutan KOH 0,5 N
k. Larutan standar natrium tiosulfat 0,1 N
l. Minyak goreng baru
m. Minyak goreng bekas pakai
D. SKEMA KERJA
1. Grease Spot Test (Tes Noda Lemak)
Minyak goreng
(baru dan bekas pakai)

+ sedikit eter lalu dikocok


Dituang ke dalam gelas arloji
Diuapkan eternya
Diusapkan gelas arloji dengan kertas
saring

Hasil
2. Penentuan Bilangan Penyabunan
4 gram minyak
(baru dan bekas pakai)

Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250

mL
+ 50 mL KOH 0,5 N dalam etanol

Hasil

Dihubungkan dengan pendingin tegak


Didihkan dengan penangas uap sampai

tersabunkan
Didinginkan

lalu

ditambah

indikator fenolftalein 3 tetes

dengan

Hasil

Dititrasi dengan larutan standar HCl 0,5

N
Diamati perubahan

Hasil
3. Penetuan Bilangan Asam
20 gram minyak
(baru dan bekas pakai)

Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250

mL
+ 50 mL alkohol 96 %

Hasil

Ditutup dengan pendingin baik

Digojog
Didinginkan

Hasil

Larutan dititrasi dengan larutan standar


KOH

0,5

dengan

menggunakan

indikator fenolftalein
Hasil
4. Penentuan Bilangan Peroksida
0,5 gram minyak
(baru dan bekas pakai)

Dimasukkan dalam erlenmeyer 250 mL


+ 30 mL pelarut campuran CHCl3 dengan

asam asetat glasial (2 : 3 v/v)


Digoyangkan sampai terlarut sempurna

Hasil

+ 0,5 mL larutan KI jenuh sambil

dikocok
Didiamkan selama 20 menit diruangan
tertutup

Hasil

+ 30 mL aquadest
+ indikator amilum 1% (3 tetes)
Dititrasi dengan larutan standar natrium
tiosulfat 0,1 N

Hasil
E. HASIL PENGAMATAN
1 Grease Spot Test (Tes Noda Lemak)
Langkah Kerja

Hasil Pengamatan
Minyak Baru

Minyak Bekas Pakai

Minyak goreng +

Warnanya sedikit

. Warna sedikit memudar

eter, dituang dalam

memudar, warna

menjadi kuning, warna

gelas arloji dan

bening sedikit

agak gelap dan kurang

diuapkan eternya.

transparan

transparan

Diusap kaca arloji dengan


kertas saring

Noda lemak yang

Noda lemak yang dihasilkan

dihasilkan lebih

transparan

namun

transparan dari minyak

sejernih pada minyak goreng

goreng bekas.

baru.

Penentuan Bilangan Penyabunan


Langkah kerja

4 gr minyak + 50 ml
KOH 0,5 N dalam
etanol dimasukkan
ke dalam

Hasil Pengamatan
Minyak Baru

Minyak Bekas Pakai

Berwarna putih kuning

Berwarna cream.

keruh.

tidak

erlenmeyer.

Erlenmeyer

dihubungkan

Terbentuk

dengan pendingin tegak.

larutan

Larutan warna cream

bulir kecil serta lebih

dan

bersih

yang lebih besar dari

dari

minyak

goreng bekas.

terbentuk

bulir

pada minyak goreng


baru.

Minyak didihkan sampai


semua

Timbul busa namun

minyak

sedikit

tersabunkan

dan

minyak

besar,

dan kecil, minyak larut

dan

dan larutan berwarna

larut

larutan

Timbul busa banyak

berwarna

putih tulang.

putih.
Didinginkan, +indikator PP

Warna larutan: pink


pekat

Warna

larutan:

pink

pekat dan keruh

Dititrasi dengan HCl Volume titran = 3 mL


Warna larutan saat
0,5 N

Volume titran= 3 mL
Warna larutan saat titik

titik akhir titrasi yaitu

akhir titrasi yaitu pink

pink

muda dan keruh.

muda

dan

bening.
3

Penentuan Bilangan Peroksida

Langkah Kerja
Warna awal minyak goreng
minyak
goreng
+
campuranCH3COOH

Hasil Pengamatan
Minyak Baru
Kuning

glasial dan CHCl3 (3:2


V/V)
dikocok

Warna

minyak

goreng

menjadi

bening kekuningan.

Minyak
menjadi

goreng
larut

larutan homogen

dan

Minyak Bekas Pakai


Coklat

Warna

minyak

goreng

menjadi

bening

kekuningan

namun lebih pekat


dari minyak goreng
baru.

Minyak
menjadi

0,5

ml

KI

jenuh,

didiamkan

20

menit,

Larutan

berwarna

kuning.

larut

dan

larutan homogen.
Larutan
berwarna
kuning,

sesekali digoyangkan.

goreng

pekat

namun
dari

lebih
minyak

goreng baru.
.
+ 30 ml aquades.

Warna larutan menjadi

kuning pudar.

Warna larutan menjadi


kuning

pudar namun

masih lebih pekat dari


minyak goreng baru.
+ indikator amilum 0,1% .

Terbentuk larutan yang

berwarna kuning.

Dititrasidengan

Na2S2O3 0,1 N

larutan

berwarna kuning pucat.

Terbentuk

dua

fase

larutan,

fase

atas

Terbentuk

dua

fase

larutan,

fase

atas

(bening), fase bawah

(bening), fase bawah

(agak keruh sedikit)

(bening).
Volume titran = 0,4 mL.

(lebih

Terbentuk

bening

dari

minyak goreng bekas).


Volume titran= 0,2 mL.

Penentuan bilangan asam


Langkah Kerja

Warna

awal

Hasil Pengamatan
Minyak Baru
Minyak Bekas Pakai
minyak
Kuning
Coklat
Larutan berwarna
Larutan
berwarna

goreng
Minyak goreng, + 50 mL
etanol 95%, dikocok.

putih kekuningan

kuning

namun

terbentuk bulir kecil

seperti

tidak menyatu.

pekat,

dan tidak menyatu.

Larutan

Larutan berwarna

dipanaskan sampai

putih kekuningan

mendidih, digojok

dan menyatu.

Larutan

berwarna

kuning pekat.

kuat.
Didinginkan,
+ indikator PP.

Larutan berwarna

putih susu.
Warna
larutan

Larutan

kuning coklat
Warna larutan tetap

tetap yaitu putih


Dititrasi dengan KOH 0,5

susu.
Warna
saat

titik

larutan

yaitu kuning coklat.

akhir

F. ANALISIS DATA
1 Persamaan Reaksi

KOH(aq) + HCl(aq) KCl(aq) + H2O(l)


Asam lemak + etanol larut
a

Grease Spot Test


CH 2OH
CHOH

eter

Larut

CH 2OH

Bilangan Penyabunan

Bilangan Peroksida
Minyak + kloroform + asam asetat galsial larut

Warna

larutan

saat

titik akhir titrasi yaitu

titrasi yaitu pink


muda.
.V titran = 3 mL

berwarna

pink tua.

V titran = 3 mL

2I- + ROOH + H2O I2 + ROH + 2OH


3

I + amilum kompleks I amilum (ungu)


2
3

+ 2S2O

2
6

2I + 3S4O

Bilangan Asam

Pada saat titrasi:

Perhitungan
a Bilangan penyabunan
1 Penentuan Bilangan Penyabunan

Minyak Baru
Dik :

V titrasi Blanko = 24,8 mL


V titrasi = 3 mL
Berat minyak = 4 gr

Dit :

Bilangan Penyabunan?

Jawab :
Bilangan penyabunan

( V titrasi blankoV titrasi sampel ) 28,5


beratminyak
( 24,83 ) 28,5
4 gram

= 155,3 mL/gram

Minyak Bekas (Jelantah)


Dik : V titrasi blanko = 24,8 mL
V titrasi = 3 mL
W berat minyak = 4 gr
Dit :

Bilangan Penyabunan..?

Jawab :

Bilangan penyabunan

( V titrasi blankoV titrasi sampel ) 28,5


beratminyak

( 24,8 3 ) 28,5
4 gram

= 155,3 mL/gram
2

Penentuan Bilangan Asam


Minyak Baru
Dik : VKOH = 0,5 mL
NKOH = 0,5 N
Berat Minyak = 20 gr
Dit : Bilangan Asam?
Jawab :
Bilangan asam =

mLKOH NKOH 56,1


berat minyak
0,5 0,5 56,1
20 gram

= 0,70125 mL/gram

Minyak Bekas (Jelantah)


Dik : VKOH = 0,25 mL
NKOH = 0,5 N
Berat Minyak = 20 gr
Dit : Bilangan Asam?
Jawab :
Bilangan asam =

mLKOH NKOH 56,1


berat minyak
0,25 0,5 56,1
20 gram

= 0,3506 mL/gram
3

Bilangan ester
Minyak baru
Dik:

Bilangan penyabunan = 155,3 mL/gram


Bilangan asam

= 0,70125 mL/gram

Dit: Bilangan ester?


Jawab:
Bilangan ester = Bilangan penyabunan Bilangan asam
= 155,3 mL/gram - 0,70125 mL/gram
= 154,6 mL/gram

Minyak bekas (Jelantah)


Dik:

Bilangan penyabunan = 15,5 mL/gram


Bilangan asam

= 0,3506 mL/gram

Dit: Bilangan ester?


Jawab:
Bilangan ester = Bilangan penyabunan Bilangan asam
= 155,5 mL/gram - 0,3506 mL/gram
= 155,15 mL/gram
4

Penentuan Bilangan Peroksida

Minyak Baru
Dik : Vtitrasi Na2S2O3 = 0,2 mL
N Na2S2O3 = 0,1 N
Berat Minyak = 0,5 gr
Dit : Bilangan Peroksida?
Jawab :
Bilangan peroksida

Vtitrasi NNa 2 S 2O 3 1000


berat minyak
0,2mL 0,1 N 1000
0,5 gram

= 40

Minyak Bekas (Jelantah)


Dik: Vtitrasi Na2S2O3 = 0,4 mL
N Na2S2O3 = 0,1 N
Berat Minyak = 0,5 gr
Dit : Bilangan Peroksida?
Jawab :
Bilangan peroksida

Vtitrasi NNa 2 S 2O 3 1000


beratminyak
0,4 mL 0,1 N 1000
0,5 gram

= 80
G. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, dibahas mengenai kimia lipida. Media yang digunakan pada
praktikum ini adalah minyak goreng dimana menggunakan minyak goreng baru dan
minyak goreng bekas. Tujuan digunakanya 2 jenis minyak goreng tersebut sebagai
pembanding untuk membedakan tingkat kualitas dari kedua minyak goreng tersebut
melalui perhitungan yang ada.
Lipida adalah senyawa yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik
non polar atau semi polar. Lemak dan minyak merupakan salah satu bagian dari lipida.
Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang lebih efektif dibandingkan karbohidrat

dan protein. Lemak dan minyak juga berfungsi sebagai sumber dan pelarut bagi virtaminvitamin A,D,E dan K. Praktikum kali ini bertujuan untuk mempelajari identifikasi senyawa
dengan menggunakan grease spot test (tes noda lemak), mempelajari identifikasi kualitas
minyak melalui penentuan bilangan penyabunan, mempelajari identifikasi kualitas minyak
melalui penentuan bilangan asam, serta mempelajari identifikasi kualitas minyak melalui
penentuan bilangan peroksida.
Pada percobaan pertama yaitu identifikasi senyawa dengan menggunakan grease spot
test (tes noda lemak). Percobaan Grease spot test merupakan tes sederhana untuk lipid.
Dimana akan diberikan hasil positif dengan adanya gliserol (Millio, 2009). Sampel
minyak baru dan minyak bekas pakai ditambahkan sedikit eter. Eter merupakan pelarut
organik yang bersifat nonpolar. Minyak baru maupun minyak bekas dapat larut dalam eter
hal ini menunjukkan bahwa minyak bersifat nonpolar. Penggunaan eter dalam uji ini
adalah untuk melarutkan zat-zat selain lemak yang terkandung dalam zat yang akan
diamati pada praktikum. Zat-zat selain lemak tersebut akan menguap secara cepat bersama
eter. Zat-zat tersebut perlu dihilangkan agar tidak mengganggu jalannya reaksi. Sehingga,
perlu dilakukan penguapan eter dengan cara menuangkan minyak tersebut pada gelas arloji
untuk memperbesar area penguapan, sehingga eter dapat menguap dengan lebih cepat.
Pada minyak goreng baru setelah ditambahkan eter warnanya sedikit memudar, warna
bening sedikit transparan. Pada minyak goreng bekas, warna sedikit memudar menjadi
kuning agak gelap dan tranparan. Kemudian, diusapkan kertas saring pada sedikit minyak
yang eternya sudah teruapkan. Kertas saring terbuat dari serat selulosa yang memiliki poripori yang sangat kecil sehingga cukup sukar ditembus cahaya. Tetapi bila selulosa
berikatan dengan partikel lemak, pori-pori tersebut akan meregang sehingga kertas menjadi
lebih mudah ditembus cahaya dan tampak transparan (Sudibyo dan Hendarti, 1986).
Berdasarkan hasil percobaan kertas saring menjadi tranparan dan berwarna bening pada
minyak baru ,sedangkan pada minyak bekas nodanya berwarna tranparan namun tidak
sejernih pada minyak goreng baru. Sehingga pada minyak goreng baru dan bekas pakai
menghasilkan kertas saring yang tampak transparan. Hal ini menandakan bahwa minyak
tersebut mengandung gliserol yang merupakan hasil hidrolisa dari minyak. Pada minyak
bekas terdapatnya gliserol dikarenakan minyak bekas telah dilakukan pemanasan sehingga
trigeliseridanya berkurang dengan kadar gliserol dan asam lemaknya bertambah. Pada
minyak baru, adanya gliserol disebabkan oleh adanya air dalam minyak, walaupun dalam
jumlah yang sedikit dan dapat menghidrolisa minyak menjadi gliserol dan asam lemak.

Dalam reaksi hidrolisa, minyak akan diubah menjadi asam lemak bebas dan gliserol.
Reaksi hidrolisa yang dapat menyebabkan kerusakan minyak atau lemak terjadi karena
terdapatnya sejumlah air dalam minyak tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
air dapat menurunkan kualitas minyak, karena air pada minyak dapat dijadikan media bagi
mikroorganisme untuk tumbuh. Kesalahan ini dapat disebabkan oleh kurang teliti saat
melakukan pengamatan.
Pada percobaan yang kedua yaitu identifikasi kualitas minnyak melalui penentuan
bilangan penyabunan, menunjukan banyaknya basa (mg KOH) yang dibutuhkan untuk
menyabunkan 4 gram minyak. Penentuan bilangan penyabunan berperan dalam proses
identifikasi kualitas dari minyak goreng yang digunakan. Besarnya bilangan penyabunan
tergantung dari massa molekul minyak, semakin besar molekul minyak maka semakin
rendah bilangan penyabunannya, hal ini dapat dijelaskan dengan semakin panjang rantai
karbon suatu minyak maka akan semakin kecil proporsi gugus karboksilat yang akan
bereaksi dengan basa. Ketika minyak goreng ditambahkan KOH 0,5 N dalam etanol, kedua
minyak tersebut tidak menyatu dengan KOH karena memiliki perbedaan massa jenis. Pada
minak baru berwarna putih kuning agak keryuh dan pada minyak goreng bekas berwarna
cream. Kemudian, setelah direfluks kedua minyak tadi bercampur dengan KOH. Pada
minyak baru timbul busa sedikit berukuran besar, minyak larut dan berubah menjadi warna
putih. Sedangkan pada minyak bekas, timbul busa banyak berukuran kecil, minyak larut
dan berubah menjadi warna utih tulang. Hasil refluks ini menghasilkan larutan sabun yang
bebas dari butiran lemak. Saat ditambahkan indikator PP, pada minyak baru warnanya
menjadi pink pekat, sedangkan pada minyak bekas warnanya menjadi pink pekat dan
keruh. Setelah dititrasi dengan HCl, diperoleh pada minyak baru warnanya menjadi pink
muda dan bening dengan volume titran 3 mL, sedangkan pada minyak bekas warnanya
menjadi pink muda dan keruh juga dengan volume titran 3 mL.Dari hasil pengamatan
diperoleh bilangan penyabunan untuk minyak baru dan minyak bekas yaitu 155,3
mL/gram. Nilai bilangan penyabunan pada minyak bekas dengan minyak baru yaitu sama.
Hal ini tidak sesuai dengan yang seharusnya karena nilai untuk bilangan penyabunan pada
minyak goreng baru seharusnya lebih kecil dibandingkan dengan minyak goreng bekas,
yang disebabkan oleh penguraian atau pengoksidasiannya molekulnyapada pemanasan.
Kesalahan ini terjadi mungkin karena kurang hati-hatinya praktikan dalam melakukan
titrasi dan dalam mencampurkan bahan-bahan kimia yang digunakan.

Percobaan ketiga yaitu identifikasi kualitas minyak melalui penentuan bilangan asam,
dilakukan dengan cara titrasi dengan menggunakan larutan basa KOH. Bilangan asam
menunjukan banyaknya asam lemak bebas yang dinyatakan dengan mg basa per 1 gram
minyak. Bilangan asam juga merupakan parameter penting dalam penentuan kualitas
minyak. Bilangan ini menunjukan banyaknya asam lemak bebas yang ada dalam minyak
akibat hidrolisis, pemanasan, proses fisika atau kimia dan reaksi enzimatis. Pada percobaan
ke dalam minyak baru maupun minyak bekas ditambahkan dengan etanol. Minyak baru
berwana putih kekuningan seperti tidak menyatu dan minyak bekas berwarna kuning pekat
terbentuk bulir kecil tidak menyatu. Pada percobaan penentuan bilangan asam ini,
campuran antara etanol dengan minyak ditutup dengan pendingin balik, sambil dipanaskan
dengan penangas air dan digojog dengan kuat. Tujuan dari ditutupnya campuran dengan
pendingin balik, agar campuran yang menguap akibat panas tidak hilang dan jatuh kembali
ke campuran larutan akibat adanya pendinginan uap oleh pendingin balik yang ada.
Dilakukannya proses pemanasan sambil penggojogan bertujuan agar semua larutan dapat
tercampurkan secara optimal. Setelah dipanaskan campuran didinginkan dan kemudian
baru dititrasi dengan KOH. Tujuan dari pendinginan adalah agar produk yang telah
terbentuk tidak terurai lagi menjadi reaktannya serta proses titrasi berjalan dengan optimal.
Setelah direfluks dan dipanaskan hingga mendidih, dan kemudian digojog kuat untuk
melarutkan asam lemak bebasnya, pada minyak baru berwarna putih susu , sedangkan pada
minyak bekas terbentuk warna kuning pekat. Penambahan indikator PP tidak menyebabkan
warna kedua larutan berubah. Setelah dititrasi dengan KOH 0,5 N, pada minyak baru
warnanya menjadi pink muda dengan volume titran 3 mL, sedangkan pada minyak bekas
warnanya menjadi pink tua dengan volume titran 3 mL. Dari hasil perhitungan diperoleh
bilangan asam untuk minyak baru 0,70125 dan untuk minyak bekas 0,70125. Dari hasil
perhitungan ini dapat dilihat bahwa untuk minyak bekas dan minyak baru memiliki nilai
yang sama. Seharusnya minyak bekas memiliki bilangan asam yang lebih besar
dibandingkan dengan minyak baru, dimana hal ini menunjukkan bahwa minyak baru
memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan minyak bekas. Semakin tinggi
bilangan asam maka semakin banyak pula minyak yang terhidrolisis. Minyak bekas
memiliki bilangan asam yang lebih besar dari pada minyak baru, dikarena minyak goreng
bekas dipakai berulang-ulang dan akan mengalami perubahan kimia akibat hidrolisis dan
oksidasi, sehingga menyebabkan kerusakan pada minyak tersebut dan kandungan asam
lemak bebasnya banyak yang di sebabkan terurainya trigliserida menjadi senyawa lain
yaitu diantaranya asam lemak bebas. Hal ini kemungkinan disebabkan kurang telitinya

praktikan saat pengamatan. Berdasarkan hasil pengamatan, untuk minyak baru, terbentuk 2
lapisan yaitu pada lapisan bawah berwarna putih (merupakan minyak), sedangkan pada
lapisan atas warnanya pink yang merupakan fase air. Terbentuknya 2 lapisan yang mana
lapisan atas yang bening merupakan etanol sedangkan lapisan bawah merupakan minyak
goreng. Lapisan minyak goreng yang berada di bawah menunjukkan bahwa minyak goreng
memiliki berat jenis yang lebih besar dibandingkan dengan etanol, hal ini dikarenakan
berat molekul lebih besar dibandingkan dengan etanol. Tujuan digunakan etanol yaitu
untuk melarutkan minyak dan bukan pelarut yang lain karena etanol merupakan salah satu
pelarut organik yang dapat memberikan suasa asam ke dalam minyak goreng, selain itu
dibandingkan dengan air, etanol merupakan pelarut yang memiliki polaritas yang hampir
sama dengan minyak sehingga akan dapat bereaksi dengan minyak dalam suasana asam
.Sedangkan untuk minyak bekas terbentuk Terbentuk 2 lapisan yaitu pada bagian atas
berwarna pink pekat dan bagian bawah berwarna putih. Pada percobaan tersebut lapisan
atas berwarna pink pekat yang merupakan fase air dan lapisan bawah berwarna putih
merupakan fase minyak.
Pada percobaan terakhir yaitu identifikasi minyak melalui penentuan bilangan
peroksida, menunjukan tingkat kerusakan pada minyak. Bilangan peroksida merupakan
jumlah peroksida dalam setiap 1000 gr (1Kg) minyak dimana bilangan peroksida ini
menunjukkan tingkat kerusakan minyak. Berdasarkan pada perhitungan diperoleh hasil
yaitu bilangan peroksida untuk minyak bekas memberikan nilai yang lebih besar yaitu
sebesar 4700, sedangkan minyak goreng baru sebesar 300. Hal ini disebabkan karena
penggunaan minyak goreng (proses pemanasan) akan menyebabkan oksidasi asam lemak
tak jenuh yang kemudian membentuk gugus peroksida monosiklik. Pada percobaan ini
baik larutan minyak baru maupun minyak bekas menunjukkan pembentukan warna yang
lebih muda yaitu kuning jernih/ bening pada larutan setelah ditambahkan dengan KI akan
tetapi setelah ditambahkan dengan aquades, larutan berubah menjadi keruh. Terbentuknya
warna keruh pada larutan menujukkan bahwa dalam larutan telah terjadi penguraian pada
larutan KI menjadi ion I3-, dimana ion ini akan meembentuk kompleks dengan larutan
indikator amilum (yang tersusun dari air dan amilum) menjadi kompleks iodin-amilum.
Minyak goreng baik baru maupun bekas, di campur dengan campuran CH3COOH glasial
dan CHCl3. Pada minyak goreng baru menghasilkan warna bening kekuningan, dan pada
minyak goreng bekas menghasilkan warna kuning agak pekat. Setelah dititrasi dengan
larutan standar Na2S2O3 terdapat 2 fase baik pada minyak baru maupun minyak bekas. Pada

minyak baru fase atas berwarna bening, fase bawah berwarna agak sedikit keruh. Pada
minyak bekas pakai, baik fase atas maupun bawah berwarna bening. Dimana, pada fase
bawah merupakan fase minyak dan berwarna kuning, dan fase atas merupakan fase air
yang berwarna bening. Dari hasil perhitungan diperoeh bilangan peroksida pada minyak
baru sebesar 40 dan minyak bekas sebesar 80. Untuk menentukan besarnya bilangan
peroksida ini, titrasi yang dilakukan dengan menambahkan KI jenuh dengan amilum
sebagai indikator. Iodine-amilum bertindak sebagai suatu tes yang sensitif untuk iodine.
H. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Identifikasi senyawa (lemak) dengan menggunakan grease spot test, dimana Test noda
lemak menunjukan uji positif untuk sampel minyak baru dan minyak bekas yang
ditandai dengan terjadinya perubahan pada kertas saring menjadi transparan yang
menandakan dalam minyak terdapat adanya minyak (gliserol).Sehingga dalam
praktikum didapatkan pada minyak aru tidak terdapat noda dan pada minyak bekas
terdapat noda.
2. Bilangan penyabunan merupakan banyaknya (mg) KOH yang dibutuhkan untuk
menyabunkan satu gram lemak atau minyak. Berdasarkan hasil percobaan, diperoleh
bilangan penyabunan minyak baru dan minyak bekas yaitu sebesar 155,3 mL/gram.
3. Bilangan asam menunjukkan banyaknya asam lemak bebas dalam minyak yang
dinyatakan dengan mg basa (KOH) per 1 gram minyak. Dari hasil percobaan, bilangan
asam untuk minyak baru dan minyak bekas diperoleh masing-masing yaitu 0,70125
dan 0,70125. Semakin tinggi bilangan asamnya berarti semakin banyak minyak yang
sudah terhidrolisis.
4. Bilangan peroksida merupakan jumlah peroksida dalam setiap 1000 gr (1Kg) minyak
di mana bilangan peroksida ini menunjukkan tingkat kerusakan lemak atau minyak.
Berdasarkan percobaan, diperoleh bilangan peroksida yang untuk minyak baru dan
minyak bekas berturut-turut sebesar 40 dan 80.

DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Erin Ryanti. dkk. 2014. Analisis Kandungan Asam Lemak Omega-3 dan 6 pada
Bagian Kepala dan Badan Ikan Lele (Clarias Sp) melalui Reaksi Enzimatis.
Mataram : Universitas Mataram.
Maulana, Indra T. dkk. 2014. Kandungan Asam Lemak dalam Minyak Ikan Indonesia.
Bandung : ITB.
Panagan, Almunady T. dkk. 2011. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Asam Lemak Tak Jenuh
Omega-3 dari Minyak Ikan Patin (Pangasius pangasius) dengan Metoda
Kromatogra_ Gas. Sumatera Selatan : Universitas Sriwijaya.
Poedjadi, Anna. 2009. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : UI-Press.
Soeka, Yati Sudaryati. dkk. 2008. Analisis Biokimia Minyak Kelapa Hasil Ekstraksi secara
Fermentasi. Bogor : Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia.
Sukma, Lingga Nurul. 2010. dkk. Pengayakan Asam Lemak Tak Jenuh pada Bekatul dengan
cara Fermentasi Padat menggunakan Aspergillus terreus. Bandung : UPI.
Yazid, Estein., dan Nursanti, Lisda. 2006. Penuntun Praktikum untuk Mahasiswa Analis.
Yogyakarta : C.V Andi Offset.

You might also like